BAB II_RKPD Batang 2015

(1)

BAB II-

1

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN

CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

2.1.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah 1) Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Kabupaten Batang memiliki wilayah seluas 78.864,16 Ha dengan batas-batas wilayah Kabupaten Batang secara administrasif adalah:

 Sebelah Utara : Laut Jawa

 Sebelah Timur : Kabupaten Kendal

 Sebelah Selatan : Kabupaten Wonosobo dan Banjarnegara  Sebelah Barat : Kabupaten Pekalongan dan Kota Pekalongan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pembentukan Kecamatan Kabupaten Batang yang telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Batang Nomor 6 Tahun 2006, secara administratif wilayah Kabupaten Batang terbagi dalam 15 (lima belas) Kecamatan yang terdiri dari 239 desa dan 9 kelurahan dengan perincian adalah sebagai berikut:

 Kecamatan Batang : 12 Desa 9 Kelurahan

 Kecamatan Wonotunggal : 15 Desa  Kecamatan Warungasem : 18 Desa  Kecamatan Bandar : 17 Desa  Kecamatan Blado : 18 Desa  Kecamatan Reban : 19 Desa  Kecamatan Tulis : 17 Desa

 Kecamatan Subah : 17Desa  Kecamatan Limpung : 17 Desa  Kecamatan Gringsing : 15 Desa  Kecamatan Bawang : 20 Desa  Kecamatan Tersono : 20 Desa  Kecamatan Kandeman : 13 Desa  Kecamatan Pecalungan : 10 Desa  Kecamatan Banyuputih : 11 Desa


(2)

BAB II-

2

2) Letak dan Kondisi Geografis

Kabupaten Batang memiliki wilayah geografis yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Secara astronomis daerah ini terletak antara 6o 51' 46" dan 7o 11' 47" Lintang Selatan serta antara 109o 40' 19" dan 110o 03' 06" Bujur Timur. Posisi tersebut menempatkan wilayah Kabupaten Batang, utamanya Ibu Kota Pemerintahannya pada jalur ekonomi Pulau Jawa sebelah Utara. Arus transportasi dan mobilitas yang tinggi di jalur pantura memberikan kemungkinan Kabupaten Batang berkembang cukup prospektif di sektor jasa transit dan transportasi.

Kondisi wilayah Kabupaten Batang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan. Dengan kondisi ini Kabupaten Batang mempunyai potensi yang sangat besar untuk agroindustri, agrowisata dan agrobisnis.

Jarak ibu kota Kabupaten Batang dengan ibu kota daerah-daerah lain adalah sebagai berikut:

 Pekalongan : 9 km

 Pemalang : 43 km

 Tegal : 72 km

 Brebes : 85 km

 Cirebon : 144 km

 Jakarta : 392 km

 Kendal : 64 km

 Semarang : 93 km

 Surabaya : 480 km

3) Topografi

Keadaan topografi wilayah Kabupaten Batang terbagi atas tiga bagian yaitu pantai, dataran rendah dan wilayah pegunungan. Ada lima gunung dengan ketinggian rata-rata di atas 2.000 m, yaitu:


(3)

BAB II-

3

 Gunung Prau : tinggi 2.565 dpal  Gunung Sipandu : tinggi 2.241 dpal  Gunung Gajah Mungkur : tinggi 2.101 dpal  Gunung Alang : tinggi 2.239 dpal  Gunung Butak : tinggi 2.222 dpal

Kondisi wilayah yang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pengunungan di Kabupaten Batang merupakan potensi yang amat besar untuk dikembangkan pembangunan daerah bercirikan agroindustri, agrowisata dan agrobisnis. Wilayah Kabupaten Batang sebelah selatan yang bercorak pegunungan misalnya sangat potensial untuk dikembangkan menjadi wilayah pembangunan dengan basis agroindustri dan agrowisata. Basis agroindustri ini mengacu pada berbagai macam hasil tanaman perkebunan seperti: teh, kopi, coklat dan sayuran. Selain itu juga memiliki potensi wisata alam yang prospektif di masa datang.

4) Geologi

Wilayah yang sebagian besar adalah pegunungan dengan susunan tanah sebagai berikut: latosol 69,66%; andosol 13,23%; alluvial 11,47% dan podsolik 5,64%. Susunan tanah tersebut mempengaruhi pemanfaatan tanah yang sebagian besar ditujukan untuk budidaya hutan, perkebunan dan pertanian. Adapun penguasaan hutan dan perkebunan mayoritas di tangan negara. Sedangkan pertanian baik kering maupun basah (irigasi sederhana dan irigasi teknis) dilakukan oleh warga setempat

Perubahan areal pemanfaatan tanah sangat stagnan, walaupun Kabupaten Batang terletak di jalur ekonomi. Lebih kurang 60% diusahakan sebagai hutan, perkebunan dan areal pertanian yang memberikan hasil komoditi berupa kayu jati, kayu rimba, karet, teh, coklat, kapuk randu dan hasil pertanian lainnya.


(4)

BAB II-

4

5) Klimatologi

Berdasarkan data pengukuran tinggi curah hujan yang ada di setiap kecamatan, dapat diketahui bahwa jumlah hari hujan terbanyak selama tahun 2012 di Kecamatan Blado dan paling sedikit di Kecamatan Gringsing, sedangkan curah hujan yang paling tinggi di Kecamatan Reban dan paling rendah di Kecamatan Tulis.

6) Penggunaan Lahan

Kabupaten Batang memiliki luas wilayah mencapai 78.864,16 Ha. Luas pemanfaatan lahan pada tahun 2012 terdiri dari 22.433,13 Ha (28,44%) lahan sawah dan 56.431,03 Ha (71,55%) lahan bukan sawah. Menurut penggunaannya sebagian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan irigasi sederhana (41,95%), kemudian lahan sawah dengan irigasi teknis (36,51%), sisanya berpengairan irigasi setengah teknis dan tadah hujan.

2.1.1.2. Potensi Unggulan Daerah 1) Potensi Pertanian

Sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Batang. Adapun luas pemanfaatan lahan pertanian terdiri dari 22.433,13 Ha (28,48%) lahan sawah dan 56.431,03 Ha (71,52%) lahan bukan sawah. Sebagaian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan irigasi sederhana (41,90%), kemudian lahan sawah dengan irigasi teknis (36,59%), selainnya berpengairan irigasi setengah teknis dan tadah hujan. Sementara itu, lahan bukan sawah digunakan untuk tegal/ huma sebesar 37,52% yang merupakan presentase penggunaan terbesar, kemudian digunakan untuk bangunan/ pekarangan, perkebunan, hutan Negara, tambak/ kolam dan padang rumput.

Potensi sumber daya alam di sektor ini yang cukup menonjol untuk tanaman pangan adalah padi, jagung, kacang tanah, ubi, sayur-sayuran dan buah-buahan. Jenis tanaman sayur-sayuran yang banyak diusahakan adalah


(5)

BAB II-

5

bawang merah, bawang daun, kentang, kubis dan cabe. Sedangkan untuk buah-buahan adalah durian, rambutan, nangka, mangga, jeruk dan pisang. Untuk jenis tanaman perkebunan adalah kelapa, tebu, teh, coklat, kopi dan cengkeh.

2) Potensi Perikanan

Kabupaten Batang memiliki panjang pantai sebesar 38,75 km dengan luas wilayah perairan laut seluas 287,06 km2 dan luas perairan daratan seluas 228,16 km2. Dengan kondisi geografis semacam ini menyimpan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup besar termasuk di dalamnya perikanan tangkap dan perikananbudidaya, industri pengolahan produk perikanan, konservasi, pariwisata bahari serta pantai.

Kabupaten Batang yang sebagian wilayahnya terletak di tepi pantai Laut Jawa yang didukung dengan garis pantai sepanjang 38,75km dan lebar 4 mil merupakan potensi yang sangat strategis untuk pengembangan perikanan laut maupun perikanan darat yang terdiri dari tambak (air payau) dengan potensi lahan seluas 1.429,2 ha, kolam air tawar dengan potensi lahan seluas 300 ha dan perairan umum (sungai, waduk, sawah dan genangan air).

Jenis-jenis ikan laut yang menjadi komoditas unggulan adalah ikan mata besar, ikan remang, ikan bambangan/kakap merah dan ikan bawal. Sedangkan untuk jenis perikanan darat adalah udang windu, udang putih, ikan bandeng serta ikan lele. Potensi sumber daya alam perikanan dan kelautan saat ini belum dapat tergarap secara optimal, hal ini dapat dilihat dari belum dapat dimanfaatkannya wilayah laut seluas 287,060 km2.

Untuk perikanan darat dari potensi lahan air payau seluas 1.429,2 Ha baru dimanfaatkan seluas 292,95 Ha. Sedangkan potensi lahan budidaya air tawar seluas 300 Ha, baru dimanfaatkan seluas 14,52 Ha. Dengan melihat kondisi tersebut diatas, maka sektor perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat masih mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan.


(6)

BAB II-

6

3) Potensi Pariwisata

Kabupaten Batang yang wilayahnya terdiri dari dataran, perbukitan dan pegunungan dengan keindahan alamnya merupakan anugrah Tuhan yang patut disyukuri. Keindahan alam Kabupaten Batang merupakan asset daerah yang sangat berharga dan merupakan potensi pariwisata yang dapat dikembangkan di masa mendatang. Beberapa obyek wisata di Kabupaten Batang yang saat ini cukup menonjol adalah Pantai Sigandu, Pantai Ujung Negoro, Kolam renang Bandar, Curug Genting dan Curug Gombong. Sedangkan untuk jenis agrowisata adalah Agrowisata Perkebunan Teh Pagilaran dan Agrowisata Salak Sodong, sedangkan untuk jenis wisata boga adalah madu, emping, kerupuk kulit ikan, keripik nangka, keripik pisang, buah durian, rambutan, pisang tanduk serta salak. Kegiatan-kegiatan yang mempunyai daya tarik wisata di Kabupaten Batang adalah meliputi:

a) Kirab Pusaka

Kegiatan ini dimaksudkan untuk melestarikan budaya tradisional, guna mengenang para pejuang pendiri Kabupaten Batang yang dilaksanakan setiap tanggal 8 April bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Batang. Dalam acara tersebut diperkenalkan senjata Tombak Abirawa yang merupakan peninggalan Bupati Batang pertama yaitu Pangeran Kyai Adipati Maduredjo Trah Sunan Giri.

b) Lomban

Lomban adalah kegiatan pesta nelayan yang berupa lomba perahu, sebagai tradisi para nelayan Kabupaten Batang yang dilaksankan setiap tahun bertepatan dengan tanggal 1 Syawal di Sungai Sambong Desa Klidang Lor Kecamatan Batang. Kegiatan tersebut adalah merupakan perwujudan rasa syukur atas kemenangannya dalam menjalankan ibadah puasa.


(7)

BAB II-

7

c) Malam Jum’at Kliwonan

Malam Jum’at Kliwonan adalah merupakan arena keramaian berupa pasar malam dimana banyak penjual / pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya. Disamping itu para pengunjung juga dapat membeli berbagai makanan khas Batang dan menikmati pagelaran kesenian tradisional.

d) Kesenian Daerah

Berbagai kesenian daerah yang menjadi daya dukung wisata adalah kesenian lengger, kuntulan dan dengklung.

Adapun sarana pendukung pariwisata yang ada di Kabupaten Batang antara lain:

Tabel 2.1.

Perkembangan Potensi Usaha Yang Mendukung Kegiatan Pariwisata Di Kabupaten Batang

No Jenis Usaha Jumlah

1 Rumah Makan 78 buah

2 Hotel 10 buah

3 Pijat Urut 22 buah

4 Salon Kecantikan 45 buah

5 Rias pengantin 122 buah

6 Biro Perjalanan 8 buah

7 Arena Ketangkasan 30 buah

8 Jasa Boga / Catering 16 buah

9 Karaoke 24 buah

Sumber : Data yang sudah diolah, 2013

4) Potensi Hutan

Luas Hutan Negara di Kabupaten Batang mencapai 181.178,20 ha dan hutan rakyat seluas 8,338 ha yang tersebar di 15 Kecamatan. Hutan ini menghasilkan berbagai jenis kayu seperti sengon, jati, dan pinus Pemanfaatan hasil hutan berupa kayu di Kabupaten Batang digunakan untuk bahan baku mebel, pertukangan, bak truk, galangan kapal, kayu bakar, sedangkan limbah kayu digunakan untuk kerajinan tangan. Adapun kayu bulat (log) maupun kayu


(8)

BAB II-

8

setengah jadi dijual keluar daerah bahkan untuk jenis kayu jati dieksport ke Jepang. Disamping hasil hutan berupa kayu, dikembangkan pula budidaya aneka usaha kehutanan (non kayu) yaitu berupa budi daya lebah madu, sarang burung wallet, persuteraan alam dan kebun bibit desa.

5) Potensi Industri dan Perdagangan

Banyaknya hasil sumber daya alam di Kabupaten Batang baik hasil pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan dan sumber daya air yang cukup melimpah, sangat potensial bagi perkembangan industri dan perdagangan. Adapun jenis-jenis industri yang ada dan potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Batang adalah:

 Kerajinan Kulit.

 Pembuatan keripik buah pisang dan buah nangka.  Pengolahan ikan.

 Emping melinjo.  Pembuatan  bak truk

 Galangan kapal.  Perusahaan AMDK  Tepung Tapioka.

2.1.1.3. Aspek Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Batang berdasarkan hasil registrasi akhir tahun 2013 tercatat sejumlah 760.596 jiwa, yang terdiri dari 384,777 jiwa penduduk laki-laki dan 375,819 jiwa penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin (rasio penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan) sebesar 102,38.

Secara lebih rinci, jumlah penduduk Kabupaten Batang berdasarkan kelompok umur sebagai berikut :

 Usia 0 – 14 tahun : 112.255 jiwa (14,76%)  Usia 15 – 64 tahun : 591.919 jiwa (77,82%)


(9)

BAB II-

9

 Usia 65 keatas : 56.416 jiwa (7,42%)

Berdasarkan data tersebut, angka ketergantungan penduduk sebesar 28,49%. Angka ketergantungan penduduk sebesar 28,49%, sehingga setiap 100 orang penduduk usia produktif akan menanggung 29 orang penduduk non produktif.

Sementara itu, jumlah enduduk menurut mata pencaharian didominasi oleh sektor pertanian (pertanian tanaman pangan, perkebunan, perikanan, peternakan, dan pertanian lainnya) sebanyak 129,973 jiwa atau 17%. Sektor lain selain sektor pertanian yang banyak diminati adalah wiraswasta sebanyak 122,718 jiwa atau 16%. Sementara itu, terdapat pula data masyarakat yang tidak bekerja mencapai 130,077 jiwa atau 17%. Selain itu, jumlah penduduk dengan mata pencaharian sebagai PNS, TNI dan Polri kurang dari 2%.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kinerja pembangunan pada aspek kesejahteraan merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat yang mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, seni budaya dan olahraga.

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kinerja kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Kabupaten Batang selama periode tahun 2013 dapat dilihat dari indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Perkembangan kinerja pembangunan pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai berikut:

1) Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

Kabupaten Batang pada tahun 2012 memiliki pertumbuhan ekonomi mencapai 6,1%, sehingga relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan tahun 2011 sebesar 6,5%.


(10)

BAB II-

10

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku maupun harga konstan nilai PDRB Kabupaten Batang selalu mengalami kenaikan. Pada tahun 2012 PDRB Kabupaten Batang atas harga berlaku telah mencapai 6.492 milyar rupiah, naik 627 milyar rupiah dari tahun sebelumnya. Selanjutnya adalah PDRB menurut harga konstan yang mencapai 2.612 milyar, naik 125 milyar rupiah dari tahun sebelumnya.

Andil terbesar perekonomian Kabupaten Batang pada tahun 2012 berasal dari sektor pertanian yang menyumbang 24,38% dari total PDRB atas dasar harga berlaku disusul sektor industri pengolahan sebesar 27,53%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 17,14%, sektor jasa-jasa sebesar 14,22% serta sektor lainnya dibawah 10%.

2) Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Laju inflasi tahun 2012 sebesar 3,83% lebih tinggi dari inflasi tahun sebelumnya sebesar 3,01%.

3) PDRB Perkapita

Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB, diikuti dengan kenaikan pendapatan per kapita. Rata-rata pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Batang atas dasar harga berlaku, pada tahun 2009 sebesar Rp.5.813.081,-. Kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp.6.503.164,-, serta 2011 meningkat menjadi Rp.7.213.164,-; dan selanjutnya pada tahun 2012 menjadi Rp.7.896.815, dan pada tahun 2013 meningkat menjadi 10.058.692,- artinya dalam lima tahun terakhir telah terjadi peningkatan pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Batang secara signifikan.

4) Indek Pembangunan Manusia (IPM)

IPM merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat upaya dan kinerja pembangunan dengan dimensi yang lebih luas karena memperlihatkan kualitas penduduk dalam hal kelangsungan hidup, intelektualias


(11)

BAB II-

11

dan standar hidup layak. IPM disusun dari tiga komponen yaitu lamanya hidup, yang diukur dengan harapan hidup pada saat lahir, tingkat pendidikan, diukur dengan kombinasi antara melek huruf pada penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah; serta tingkat kehidupan yang layak dengan ukuran pengeluaran perkapita (purchasing power parity).

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencerminkan capaian kemajuan di bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi. IPM Kabupaten Batang menunjukkan trend yang meningkat mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2012. IPM Kabupaten Batang tahun 2006 sebesar 68,4 dan pada tahun 2007 menjadi 68,6 atau mengalami peningkatan sebesar 0,2. Kemudian pada tahun 2008 mengalami peningkatan menjadi 68,90 atau meningkat sebesar 0,3 dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 69,84 atau mengalami peningkatan sebesar 0,94. Pada tahun 2010 meningkat menjadi 70,41 atau meningkat 0,57, pada tahun 2011 sebesar 70,84. Sedangkan pada tahun 2012 meningkat sebesar 71,41.

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat

Pembangunan pada fokus kejahteraan masyarakat meliputi indikator pendidikan, kesehatan, kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja, dan angka kriminalitas.

1) Pendidikan

Pendidikan merupakan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia secara formal. Oleh karena itu bidang pendidikan menjadi tumpuan dalam penyediaan sumber daya manusia yang berkualitas yang akan memasuki sektor-sektor lainnya. Jika dilihat kondisi bidang pendidikan pada akhir tahun 2013, komposisi penduduk berdasarkan pendidikan dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel 2.2.

Komposisi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenjang Pendidikan

No Jenjang Pendidikan Jumlah

1 Belum Sekolah 110,682

2 Tidak Tamat SD 88,706

3 SD 353,894

4 SMP 115,534


(12)

BAB II-

12

No Jenjang Pendidikan Jumlah

6 Diploma II 2,907

7 Diploma III 4,502

8 Strata 1 12,338

9 Strata 2 395

10 Strata 3 17

Jumlah 760,596

Sumber : Data yang sudah diolah, 2013

Pada PAUD Non Formal dan TK/RA/BA berjumlah 694 sekolah dengan jumlah guru 2.380 orang dan jumlah siswa 16.067 anak, pada pendidikan SD/SDLB/MI berjumlah 571 sekolah dengan jumlah guru 4.957 orang dan jumlah siswa 78.866 anak, selanjutnya pada jenjang pendidikan menengah SMP/SMPLB/SMPT/MTs berjumlah 108 sekolah dengan jumlah guru 1.885 orang dan jumlah siswa 33.287 anak, selanjutnya pada jenjang SMA/MA/SMK berjumlah 48.

Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan pendidikan dan mengurangi jumlah anak putus sekolah maka ditempuh kebijakan melalui Pembebasan Biaya Pendidikan Dasar (SD dan SMP) Negeri se-Kabupaten Batang yang diselenggarakan oleh pemerintah. Untuk peningkatan dan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan telah dilakukan upaya peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dasar SD sejumlah 21 sekolah, SMP sejumlah 9 sekolah, rehabilitasi sedang/berat bangunan sekolah SD sejumlah 4 sekolah, pembangunan perpustakaan sekolah SD sejumlah 39 sekolah, penambahan ruang kelas SD sejumlah 1 sekolah, SMP sejumlah 4 sekolah, pembangunan laboratorium dan ruang praktikum 4 sekolah, rehabilitasi sedang/berat ruang kelas 204 ruang, SMP sejumlah 22 sekolah, pembangunan ruang kelas SMP sejumlah 14 ruang.

2) Kesehatan

Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pada tahun 2013 di Kabupaten Batang telah mempunyai sarana pelayanan kesehatan yang terdiri dari 2 buah Rumah Sakit Umum, 21 Puskesmas dan 5 di antaranya di fasilitasi


(13)

BAB II-

13

dengan Rawat Inap, 44 Buah Puskesmas Pembantu, 32 Puksemas Keliling dan 177 Poliklinik Kesehatan Desa, dan 1.215 Posyandi.

Sementara itu, tenaga kesehatan yang dimiliki Kabupaten batang meliputi : 14 dokter spesialis, 60 dokter umum, 7 dokter gigi, 441 bidan, 414 perawat, 24 perawat gigi, 25 nutrisionis, 14 sanitarian, 7 apoteker, 26 asisten apoteker, 11 tenaga kesehatan masyarakat, 14 analis kesehatan, 14 tenaga medis/ radiographer, 6 tenaga rekam medis, serta 1 fisio terapi.

Dengan meningkatnya jumlah Dokter Spesialis dan sarana prasarana lain pelayanan semakin meningkat, hal tersebut dapat dilihat dari kunjungan pasien dalam dua tahun terakhir yang secara umum menunjukkan peningkatan sebagai berikut :

Tabel 2.3.

Kondisi Kunjuungan Rawat jalan dan Inap

No Kegiatan Tahun

2012 2013

1 Kunj. Rawat Jalan Umum di Pusk 261.000 267.616 2 Kunj. Rawat Inap Umum Pusk 10.967 9.620 3 Kunj. Rawat Jalan Jamkesmas di

Pusk

169.594 185.276 4 Kunj. Rawat InapJamkesmas di

Pusk

2.047 3.275 Sumber : Data yang sudah diolah, 2013

Angka Harapan Hidup (AHH) penduduk Kabupaten Batang tahun 2013 mencapai 70,57 tahun atau lebih tinggi 0,07 dari target capaian. Angka ini mencerminkan semakin membaiknya indikator harapan hidup sekaligus menunjukkan derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Batang yang semakin meningkat.

3) Kemiskinan

Tingkat kemiskinan di Kabupaten Batang lebih rendah dibandingkan tingkat kemiskinan yang terjadi di Jawa Tengah. Pada tahun 2010, tingkat kemiskinan mengalami penurunan menjadi 14,67% dari 16,61% pada tahun sebelumnya. Angka ini lebih rendah dari tingkat kemiskinan Jawa Tengah yang mencapai


(14)

BAB II-

14

16,11%. Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Batang pada tahun 2009 sebesar 112.169 jiwa, kemudian pada tahun 2010 turun menjadi sebesar 103.587 jiwa. Kondisi ini mencerminkan semakin berhasilnya upaya penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Batang. Sebagian besar penduduk miskin tinggal di daerah pedesaan dan bekerja di sektor pertanian. Oleh karena itu, daerah perdesaan perlu mendapat perhatian lebih dari pemerintah agar ketimpangan tingkat kemiskinan antara daerah perdesaan dan perkotaan dapat diminimalkan.

4) Kepemilikan tanah

Bidang pertanahan adalah merupakan bidang yang cukup sensitif terutama dalam hal penguasaan hak atas tanah. Untuk itu tanah-tanah aset pemerintah daerah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kewenangan yang diserahkan. Sampai dengan akhir tahun 2010 telah terinventarisir tanah Pemda sejumlah 707 bidang yang terdir dari:

1. Telah bersertifikat : 663 bidang 2. Masih dalam proses : 15 bidang 3. Belum bersertifikat : 29 bidang

Adapun kewenangan bidang pertanahan sesuai dengan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang Pertanahan, ada 9 (sembilan) kewenangan yang diserahkan kepada pemerintah daerah yaitu: 1. Pemberian ijin lokasi.

2. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan. 3. Penyelesaian sengketa tanah garapan.

4. Penyelesaian masalah ganti rugi dan santunan tanah untuk pembangunan. 5. Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah serta ganti kerugian tanah

kelebihan maksimum dan tanah absente.

6. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah kosong. 7. Pemberian ijin membuka tanah.


(15)

BAB II-

15

5) Kesempatan Kerja

Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Batang pada saat ini jumlah pencari kerja semakin meningkat. Pada awal tahun 2010 pencari kerja yang terdaftar di Kantor Nakertrans Kabupaten Batang berjumlah 26.574 orang dan sampai dengan akhir tahun 2010 meningkat menjadi 27.913 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 14.793 orang dan Wanita sebanyak 13.120 orang.

Pada tahun 2011 jumlah perusahaan yang terdaftar di Wilayah Kabupaten Batang sebanyak 185 buah dengan jumlah tenaga kerja 16.784 orang terdiri dari 10.093 orang laki-laki dan 6.091 orang wanita, Sedangkan jumlah Transmigrasi yang akan diberangkatkan pada tahun 2011 sebanyak 10 Kepala Keluarga.

6) Angka Kriminalitas

Angka kriminalitas yang ditangani selamat tahun 2013 mencapai 342, dari target 262. Hal ini mengindikasikan sangat tinggi nya angka kriminalitas di Kabupaten Batang.

2.1.2.3. Fokus Seni dan Budaya

Pembangunan pada fokus seni dan budaya meliputi indikator jumlah dan jenis kesenian dan gedung olahraga.

1) Seni dan Budaya

Jumlah dan jenis kesenian yang ada di Kabupaten Batang seluruhnya ada 372 jenis, yang terbina/tertangani baru mencapai 95 jenis kesenian atau 25,51%, hal ini terjadi karena ada beberapa faktor penyebabnya, antara lain keterbatasan mobilitas dan tenaga khusus belum memadai, sedangkan benda cagar budaya dan situs kepurbakalaan yang ada di Kabupaten Batang sebanyak 304 (tiga ratus empat) akan tetapi penanganannya baru mencapai 158 atau 51,97%, hal ini terjadi karena belum terbentuknya pamong budaya yang ada di kecamatan-kecamatan.


(16)

BAB II-

16

2) Olah Raga

Kondisi umum yang berkaitan dengan bidang keolahragaan di Kabupaten Batang dapat dilihat dari jumlah klub olahraga dan jumlah gedung olahraga. Adapun jumlah klub olahraga pada tahun 2013 mencapai 235 sedangkan Kabupaten Batang memiliki 4 Gedung Olahraga.

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

Kondisi umum pembangunan pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil dari pelaksanaan pembangunan selama periode tertentu yang mencakup layanan urusan wajib dan pilihan.

2.1.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib 1) Pendidikan

Kondisi kinerja pembangunan bidang pendidikan selama tahun 2013 secara keseluruhan mencapai 101% sehingga masuk dalam kategori sangat tinggi. Adapun secara rinci kinerja makro urusan ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.4.

Kinerja Makro Urusan Pendidikan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Pendidikan Dasar

a. Angka Partisipasi Sekolah

Jenjang SD/Sederajat

980 921.00 904.20 98.18% 956.00

Jenjang SMP/Sederajat

900.00 701.00 703.50 100.36% 801.00

b. Rasio

Ketersediaan Sekolah / Penduduk Usia Sekolah

50.00 54.50 60.02 110.13% 52.78

c. Rasio Guru/Murid 819.46 689.82 619.14 89.75% 754.64 d. Rasio Guru/Murid

Per Kelas Rata-Rata

59.56 50.91 1.00 1.96% 55.23

Pendidikan Menengah

a. Angka Partisipasi Sekolah

- - 331.40 -

b. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah

11.47 10.19 11.87 116.46% 10.83


(17)

BAB II-

17

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

terhadap murid d. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata

1.25 1.70 1.75 103.06% 1.48

e. Penduduk yang berusia > 15 tahun melek huruf (tidak buta aksara)

90.41 74.20 99.78 134.47% 82.34

Fasilitas Pendidikan

a. Sekolah Pendidikan SD/MI kondisi bangunan baik

100.00 100.00 99.84 99.84% 99.10

b. Sekolah

Pendidikan SMP/MTs dan SMA/SMA/MA kondisi bangunan baik

100.00 95.52 96.11 100.62% 96.87

Angka Partisipasi Pendidikan Anak Usia Dini

67.51 56.14 73.97 131.76% 61.83

Angka Putus Sekolah

a. Angka Putus Sekolah SD/MI

0.10 0.18 0.17 94.44% 0.14

b. Angka Putus Sekolah SMP/MTs

0.01 0.30 0.49 163.33% 0.10

c. Angka Putus Sekolah SMA/SMK/MA

0.10 0.58 0.46 79.31% 0.34

Angka Kelulusan

a. Angka Kelulusan SD/MI

99.89 99.54 100.00 100.46% 99.71

b. Angka Kelulusan SMP/MTs

100.00 100.00 99.81 99.81% 100.00

c. Angka Kelulusan SMA/SMK/MA

100.00 100.00 99.96 99.96% 100.00

d. Angka Melanjutkan dari SD/MI ke SMP/MTs

109.31 105.85 92.11 87.02% 107.00

e. Angka Melanjutkan dari SMP/MTs ke SMA/SMK/MA

80.00 62.13 75.24 121.10% 70.15

Guru yang

memenuhi kualifikasi S1/D4

100.00 80.00 72.55 90.69% 90.00

Sumber: Disdikpora Kabupaten Batang Tahun 2013

2) Kesehatan

Kondisi kesehatan masyarakat Kabupaten Batang bisa dilihat dengan beberapa indikator pelayanan kesehatan, seperti kunjungan rawat jalan umum di


(18)

BAB II-

18

puskesmas, kunjungan rawat inap umum di puskesmas, kunjungan rawat jalan jamkesmas di puskesmas, kunjungan rawat inap jamkesmas di puskesmas, cakupan kunjungan ibu hamil K4, cakupan pelayanan nifas, cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan, cakupan peserta KB aktif, cakupan neonates yang ditangani, cakupan kunjungan bayi, cakupan kunjungan anak balita, angka kematian ibu per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup, angka kematian balita per 1.000 kelahiran hidup, desa/kelurahan universal child immunization, AFP rate per 100.000 penduduk < 15 tahun, penemuan kasus TBC BTA positif, kesembuhan penderita TBC BTA Positif, cakupan Balita dengan Pneumoni yang ditangani, penderita DBD yang ditemukan dan ditangani,iIncident rate DBD, cakupan penderita diare yang ditangani, kasus infeksi menular seksual yang diobati, klien yang mendapatkan penanganan HIV – AIDS, penderita kusta selesai berobat, prevalensi penderita kusta, penderita malaria diobati, cakupan desa /kelurahan mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi, cakupan posyandu mandiri, cakupan rumah tangga sehat, cakupan desa siaga aktif, cakupan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat miskin, cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin, cakupan penjaringan kesehatan siswa kelas I SD, cakupan balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan, dan cakupan pemberi makanan pendamping ASI pada anak usia 6 – 24 bulan dari keluarga miskin. Data berkaitan dengan indikator pelayanan kesehatan di Kabupaten Batang selama tahun 2013 terlihat pada Tabel 2.5 di bawah ini:

Tabel 2.5.

Kinerja Makro Urusan Kesehatan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup

102 115 111.77 97.19% 102

Cakupan kunjungan ibu hamil K4

96% 93% 93.66% 100.71% 95%

Cakupan pelayanan nifas

96% 95% 95.34% 100.36% 95%

Cakupan komplikasi kebidanan yang


(19)

BAB II-

19

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

ditangani

Cakupan pertolongan persalinan oleh Bidan atau tenaga

kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan

96% 95% 95.41% 100.43% 95%

Cakupan peserta aktif KB

82% 80% 81.08% 101.35% 82%

Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup

8.3 8.9 14.85 166.85% 8.5

Angka kematian Balita per 1000 kelahiran hidup

11.75 11.95 18.12 151.63% 11.85

Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

85% 81% 107.99% 133.32% 83%

Cakupan kunjungan bayi

99,85% 99,75% 96.36% 96,60% 99,80%

Cakupan pelayanan anak Balita

95% 91% 83.17% 91.40% 93%

Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat

100% 100% 99.40% 99.40% 100%

Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan

100% 100% 100.00% 100.00% 100%

Cakupan pemberian makanan

pendamping ASI pada anak usia (6-24 bulan ) keluarga miskin

100% 100% 3.19% 3.19% 100%

Keluarga sadar gizi 75% 50% 30.65% 61.30% 70% Cakupan Desa Siaga

Aktif

85% 72% 100.00% 138.89% 80%

Cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Immunization (UCI)

100% 100% 97.58% 97.58% 100%

Acute Flacid Paralysis (AFP) rate per 100.000 penduduk < 15 tahun

>1/100.000 >1/100.00 0

2.26/100.0 00

>1/100.000

0.00001 0.0000226 226.00% Penemuan kasus TBC

BTA positif (CDR)

75.5% 73.5% 72.59% 98.76% 74.5%

Kesembuhan penderita TBC BTA positif (CR/Cure)

90% 88.5% 87.50% 98.87% 89.5%

Cakupan balita dengan pneumonia yang ditangani

100% 100% 14.59% 14.59% 100%


(20)

BAB II-

20

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

0

0.0002 0.000618 309.00%

Penderita DBD yang ditangani

100% 100% 100.00% 100.00% 100%

CFR/Angka kematian DBD

<1% <1% 2.48% <1%

0.01 2.48% 248.00%

Cakupan pelayanan diare yang ditangani

100% 100% 44.03% 44.03% 100%

CFR/Angka kematian Diare

<0,001% <0,001% 0.00% <0,001%

0.00% 0.00% 0.00%

Kasus Infeksi Menular Seksual (IMS) yang diobati

100% 100% 100.00% 100.00% 100%

Klien yang mendapatkan penanganan HIV-AIDS

100% 100% 100.00% 100.00% 100%

Prevalensi penderita kusta

<1/ 10.000 <1/ 10.000 0.85/10.00 0

<1/ 10.000

0.0001 0.000085 85.00%

Penderita kusta yang selesai berobat (RFT rate)

>90% >90% 91.67% >90%

90% 91.67% 101.86%

Penderita malaria yang diobati

100% 100% 100.00% 100.00% 100%

Kasus Filariasis yang ditangani

100% 100% 100.00% 100.00% 100%

Cakupan Desa/Kelurahan mengalami KLB yang dilakukan

penyelidikan epidemiologi <24 jam

100% 100% 100.00% 100.00% 100%

Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

100% 100% 9.91% 9.91% 100%

Rasio dokter spesialis per 100.000 penduduk

5 4.3 2.23 51.86% 4.8

Rasio dokter umum per 100.000 penduduk

15 11 8.65 78.64% 13

Rasio dokter gigi per 100.000 penduduk

7 3 1.12 37.33% 5

Rasio tenaga perawat per satuan penduduk

94 74 67.97 91.85% 84

Rasio tenaga bidan per satuan penduduk

91 75 63.93 85.24% 83


(21)

BAB II-

21

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan, kinerja makro urusan kesehatan mencapai 101,89% sehingga masuk dalam kategori sangat tinggi.

3) Lingkungan Hidup

Kabupaten Batang yang terletak di Pantai Utara Pulau Jawa merupakan salah satu kabupaten termuda di Jawa Tengah. Berbagai kegiatan/pembangunan yang sangat kompleks menimbulkan konsekuensi adanya berbagai permasalahan lingkungan, seperti pencemaran air, tanah, dan udara.

Pembangunan sektor industri telah berhasil meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang menggembirakan. Tetapi pembangunan ekonomi yang hanya mengejar keuntungan pada akhirnya akan menimbulkan berbagai kerusakan dan pencemaran lingkungan.

Untuk itu dalam segala sektor pembangunan haruslah didikuti dan didukung oleh pengelolaan lingkungan sesuai ketentuan perundangan lingkungan hidup sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan/ berwawasan lingkungan. Adapun kinerja makro urusan lingkungan hidup selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.6.

Kinerja Makro Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Persentase

penanganan sampah

0.00 36.00 51.84 144.00% 0.00

Jumlah tempat pembuangan sampah (TPS) (unit)

144 104 122 117.31% 124

Jumlah daya tampung TPS (m³)

146.31 135.17 1,137

841.17% 140.63

Rasio TPS per penduduk

0.15 0.16 0.16 100.00% 0.15

Sumber : DCTRK Kabupaten Batang Tahun 2013

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketagui bahwa secara keseluruhan kinerja makro urusan lingkngan hidup mencapai 300,62% sehingga masuk dalam kategori sangat tinggi.


(22)

BAB II-

22

4) Pekerjaan Umum

Salah satu infrastruktur pembangunan yang sangat umum adalah penyediaan prasarana transportasi berupa Jalan dan Jembatan, agar pelaksanaan barang dan jasa berjalan dengan lancar. Hal tersebut dapat terwujud apabila pelaksanaan perbaikan Jalan dan Jebatan dilakukan secara efisien dengan mengutamakan aksesibilitas yang tinggi dan teratur.

Secara keseluruhan, kinerja makro urusan Pekerjaan Umum mencapai 91,81% sehingga masuk dalam kategori sangat tinggi. Adapun kinerja makro urusan pekerjaan umum selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.7.

Kinerja Makro Urusan Pekerjaan Umum Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Luas Irigasi Kabupaten Kondisi Baik

283.16% 71.60% 59.26% 82.77% 80.05%

Luas Irigasi Kabupaten Dalam Kondisi Baik

18,700 16,100 13,328 82.78% 18,000

Luas Seluruh irigasi Kabupaten

22,485 22,485 22,488 100.01% 22,485

Panjang Jalan Desa Dalam Kondisi Baik

70% 40% 50% 125.00% 60%

Panjang Jalan Desa Dalam Kondisi Baik

348 199 264.00 132.66% 298

Jumlah Panjang seluruh Jalan Desa

497 497 527.99 106.24% 497

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik

95% 80% 49% 61.25% 90%

Panjang jalan Kondisi Baik

550.55 463.62 285 61.47% 521.58

Panjang Jalan Seluruhnya

579.53 579.53 573.53 98.96% 579.53

Jumlah Panjang Jalan 579.53 579.53 573.53 98.96% 579.53 Panjang Jalan

Kabupaten Dalam Kondisi Baik (>40 KM/Jam)

80% 68% 36.5% 53.68% 75%

Panjang Jalan Kab. Dalam Kondisi Baik

360 305 164 53.77% 338

Panjang Seluruh Jalan Kab. di daerah tsb

450 450 450 100.00% 450

Panjang seluruh jalan kabupaten (km)

450 450 450 100.00% 450

Persentase rumah tinggal bersanitasi


(23)

BAB II-

23

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk

0.15 0.16 0.16 100.00% 0.16

Rasio rumah layak huni

0.15 0.16 0.19% 1.19% 0.16

Drainase dalam kondisi baik/ pembuangan aliran air tidak tersumbat

27.49% 31.05% 31.05% 100.00% 29.21%

Lingkungan Pemukiman

26.51 17.59 18.139 103.12% 22.05

Sumber : DBMSDA dan DCTRK Kabupaten Batang Tahun 2013

5) Penataan Ruang

Urusan penataan ruang merupakan bagian dari bidang keciptakaryaan. Pembangunan sarana dan prasarana keciptakaryaan di Kabupaten Batang mencakup pembangunan, pemeliharaan infrastruktur untuk pelayanan umum, gedung-gedung pemerintah, penyediaan dan pengelolaan air bersih, sarana dan prasarana penyehatan lingkungan pemukiman serta sarana prasarana perumahan permukiman agar fasilitas umum tersebut dapat dinikmati/difungsikan oleh masyarakat dengan optimal.

Adapun kinerja urusan penataan ruang selama tahun 2013 dapat dilihat pada tebl berikut :

Tabel 2.8.

Kinerja Makro Urusan Penataan Ruang Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB

20.48 5.33 3.58 67.15% 10.45

Ketaatan terhadap RTRW

100 100 95 95.00% 100

Sumber : DCTRK Kabupaten Batang Tahun 2013

6) Perencanaan Pembangunan

Kinerja pembangunan pelayanan umum bidang perencanaan pembangunan daerah selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :


(24)

BAB II-

24

Tabel 2.9.

Kinerja Makro Urusan Perencanaan Pembangunan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Tersedianya dokumen perencanaan RPJPD yang ditetapkan dengan PERDA

Ada Ada Ada 100% Ada

Tersedianya dokumen perencanaan RPJMD yang ditetapkan dengan

PERDA/PERKADA

Ada Ada Ada 100% Ada

Tersedianya dokumen perencanaan RKPD yang ditetapkan dengan

PERDA/PERKADA

Ada Ada Ada 100% Ada

Penjabaran program RPJMD ke dalam RKPD

100% 97% 100% 103,09% 99%

Sumber : BAPPEDA Kabupaten Batang Tahun 2013

Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan kinerja makro urusan perencanaan pembangunan mencapai 101% sehingga masuk dalam kategori sangat tinggi.

7) Perumahan

Pembangunan perumahan di Kabupaten Batang dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti : Rumah tangga pengguna air bersih, Rumah tangga pengguna listrik, Rumah tangga ber-Sanitasi, Lingkungan pemukiman kumuh, dan Rumah layak huni.

Adapun pembangunan perumahan selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.10.

Kinerja Makro Urusan Perumahan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Rumah tangga pengguna air bersih

71.80% 68.51% 68.50% 99.99% 70.13%

Rumah tangga pengguna listrik

95.74% 94.32% 936.00% 992.35% 95.03%

Rumah tangga ber-Sanitasi

49.49% 46.65% 46.50% 99.68% 48.05%

Lingkungan pemukiman kumuh

0.55% 0.55% 0.25% 45.45% 0.55%


(25)

BAB II-

25

8) Pemuda dan Olahraga

Secara keseluruhan, pembangunan pemuda dan olahraga selama tahun 2013 mencapai 101,18% sehingga masuk dalam kategori sangat tinggi. Adapun pembanguan pemuda dan olahraga di Kabupaten Batang selama tahun 2013 dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.11.

Kinerja Makro Urusan Pemuda dan Olahraga Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Jumlah Organisasi Pemuda

15 11 10 90.91% 14

Jumlah Organisasi Olahraga

40 30 27 90.00% 38

Jumlah Kegiatan Kepemudaan

6 4 3 75.00% 5

Jumlah Kegiatan Olahraga

23 4 7 175.00% 5

Jumlah Gelanggang Remaja/Balai Remaja (Selain Milik Swasta)

1 - - - -

Jumlah Lapangan Olahraga

20 8 6 75.00% 12

Sumber : Disdikpora Kabupaten Batang Tahun 2013

9) Penanaman Modal

Pembangunan penanaman modal dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA); Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA); Rasio daya serap tenaga kerja; Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah); dan Jumlah realisasi investasi (PMDN/PMA) (milyar)

Kinerja makro urusan penanaman modal secara keseluruhan mencapai 117, 61% sehingga masuk dalam kategori sangat tinggi. Adapun pencapaian indikator tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.12.

Kinerja Makro Urusan Penanaman Modal Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA)


(26)

BAB II-

26

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA)

30,624.51 2,625.00 1,980.31 75.44% 20,624.51

Rasio daya serap tenaga kerja

584 15.75 18.19 115.52% 510

Kenaikan / penurunan Nilai Realisasi PMDN (milyar rupiah)

936.09 120.52 150.61 124.97% 132.84

Jumlah realisasi investasi (PMDN/PMA) (milyar)

31,978.58

2,800 3,420 122.14% 21,692.64

Sumber : KPM-PPT Kabupaten Batang Tahun 2013

10) Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Kinerja Makro urusan Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu : presentase koperasi aktif dan usaha mikro dan kecil. Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa kinerja makro urusan ini mencapai 90% sehingga masuk dalam kategori tinggi.

Adapun pelaksanaan indikator kinerja ini secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.13.

Kinerja Makro Urusan Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Persentase koperasi aktif

269 ( 77% ) 77 70.99 92.19% 255 ( 77% )

Usaha Mikro dan Kecil 102,256 101,335 88,299 87.14% 101,786

Sumber : Disyankop Kabupaten Batang Tahun 2013

11) Kependudukan dan Catatan Sipil

Pembangunan kependudukan dan catatan sipil dilaksanakan dalam rangka memberikan pelayanan administrasi kependudukan guna meningkatkan tertib administrasi kependudukan. Adapun penyelenggaraan administrasi kependudukan telah diatur dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006. Sementara itu, dengan telah diberlakukannya Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 di Kabupaten Batang, maka hal ini berpengaruh terhadap peningkatan


(27)

BAB II-

27

jumlah pemohon dokumen kependudukan. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2.14.

Pelayanan KTP, Kartu Keluarga, dan Akta Pencatatan Sipil di Kabupaten Batang 2013

Jenis Pelayanan Jumlah 2013

KTP Konvensional 38.558

Kartu Keluarga 55.365

Akta Kelahiran 36.501

Akta Perkawinan 20

Akta Perceraian 4

Akta Kematian 16

Akta Ganti Nama 11

Sumber : Data yang sudah diolah, 2013

Di bidang pelayanan akta kelahiran pada tahun 2013 mulai diberlakukan pelayanan akte kelahiran 1 hari jadi atau one day service khususnya bagi pemohon akte kelahiran baru yaitu bayi yang berumur 0–60 hari. Sedangkan bagi pemohon akte kelahiran terlambat pelaporan proses penyelesaiannya 1 minggu jadi. Karena sebagai tindak lanjut Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor:18/PUU-XI/2013 bahwa pelayanan permohonan akte kelahiran yang melampaui batas waktu satu tahun dapat langsung dilakukan di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota tanpa harus mendapatkan penetapan Pengadilan Negeri. Hal ini berakibat meningkatnya jumlah pemohon akte kelahiran terlambat pelaporan sehingga proses jadi memerlukan waktu lebih lama.

Pelaksanaan program nasional KTP Elektronik di Kabupaten Batang telah selesai dilaksanakan pada 2013 dengan tingkat capaian 494.017. Pada tahun 2014 KTP Elektronik mulai serentak diberlakukan secara nasional di seluruh Indonesia. Sedangkan wajib e-KTP yang belum menerima fisik e-KTP, KTP konvensional/lama masih berlaku sampai dengan 31 Desember 2014.

Adapun pelaksanaan kinerja makro urusan ini dapat dilihat pada tabel berikut :


(28)

BAB II-

28

Tabel 2.15.

Kinerja Makro Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Jumlah KTP yang diterbitkan per tahun

601,474 15,961 33,329 208.82% 14,285

Rasio penduduk berKTP per satuan penduduk

0,90 0.87 0.85 97.70% 0,88

Rasio bayi ber-akta Kelahiran

70 55 73 132.73% 65

Rasio pasangan berakta nikah

1 1 1 100.00% 1

Rasio Akta Kematian

Kepemilikan KTP 90% 87% 85% 97.70% 88% Kepemilikan akta

kelahiran per 1000 penduduk

700 630 418 66.35% 660

Ketersediaan database

kependudukan skala provinsi

Penerapan KTP Nasional berbasis NIK

100%

Sumber : Disdukcapil Kabupaten Batang Tahun 2013

12) Ketenagakerjaan

Kinerja makro urusan ketenagakerjaan dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya adalah Angka partisipasi angkatan kerja (jiwa); Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun; Tingkat partisipasi angkatan kerja ( %); Pencari kerja yang ditempatkan; Tingkat pengangguran terbuka (%); dan Keselamatan dan perlindungan

Sementara itu, kinerja makro urusan ketenagakerjaan dapat diihat pada tabel berikut :

Tabel 2.16.

Kinerja Makro Urusan Ketenagakerjaan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Angka partisipasi angkatan kerja (jiwa)

721,062 496,613 339,516 68.37% 600,901

Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun

19 14 2 14.29% 16

Tingkat partisipasi angkatan kerja ( %)

98.49 79.4 68.71 86.54% 87.43

Pencari kerja yang ditempatkan


(29)

BAB II-

29

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Tingkat pengangguran terbuka (%)

8.62 6.59 2.87 43.60% 7.81

Keselamatan dan perlindungan

189 126 179 142.06% 151

Sumber : Disnakertrans Kabupaten Batang Tahun 2013

13) Ketahanan Pangan

Pembangunan Ketahanan Pangan memiliki peranan yang sangat penting terhadap kehidupan bangsa didalam melaksanakan pembangunan nasional karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan pangan adalah sebagai sentral kehidupan untuk dapat terciptanya manusia berkualitas yang akan melaksanakan perannya didalam pembangunan. Pembangunan ketahanan pangan memiliki aspek yang luas tidak hanya menyangkut sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan akan tetapi juga menyangkut bagaimana pangan berproduksi secara berkelanjutan dalam jumlah yang cukup , bermutu, bergizi, aman ,merata dan harga terjangkau oleh masyarakat sehingga menjadikan bangsa yang berdaulat penuh dinegaranya dengan kemandirian pangannya. Hal ini menjadi tujuan dalam Pembangunan Ketahanan Pangan, untuk mencapainya tentu perlu keterlibatan semua yang terkait didalam pelaksanaan pembangunan.

Adapun kinerja makro urusan ini selama tahun 2013 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.17.

Kinerja Makro Urusan Ketahanan Pangan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Ketersediaan pangan utama

- Padi 212,201 210,826 164,330 77.95% 216,552 - Jagung 38,872 30,067 49,769 165.52% 30,973 - Kedelai 10 11 - 11

Produksi hasil ternak :

- Daging (kg) 7,063,194 6,534,856 9,588,099 146.72% 6,887,081 - Telur (kg) 2,457,858 2,230,866 6,765,697 303.28% 2,382,194 - Susu (liter) 178,968 140,729 103,884 73.82% 166,222


(30)

BAB II-

30

14) Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Kinerja makro urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.18.

Kinerja Makro Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Tahun 2013

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah

4.44% 4.44% 5.00% 112.61% 1.94%

Partisipasi perempuan di lembaga swasta

8.06% 8.06% 8.06% 100.00% 194216

Rasio KDRT 23 23 98 426.09% 0.03%

Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur

3 3 3 100.00%

Partisipasi angkatan kerja perempuan

50.39% 34.27% 34.27% 100.00% 197933

Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan

54.12% 49.54% 93.60% 188.94% 100%

Sumber : Bapermas Kabupaten Batang Tahun 2013

15) Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

Keluarga Berencana diartikan sebagai upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

Kinerja makro urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.19.

Kinerja Makro Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Rata-rata jumlah anak per keluarga

0.2497 0.2513 0.256 101.87% 0.2504

Rasio akseptor KB 81.7753 80.8549 80.07 99.03% 81.3314 Cakupan peserta KB

aktif

142,926 131,618 131,296 99.76% 137,272


(31)

BAB II-

31

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I Rata-rata jumlah JIWA per kepala keluarga

3.294 3.4333 3.48 101.36% 3.3612

Sumber : BPPKB Kabupaten Batang Tahun 2013

16) Perhubungan

Sektor transportasi merupakan bagian integral dari kegiatan distribusi, dengan demikian mempunyai peranan yang sangat penting dalam Pembangunan Nasional, baik sebagai penunjang maupun perangsang pertumbuhan ekonomi dari berbagai sektor pembangunan lainnya. Kondisi wilayah Kabupaten Batang merupakan kombinasi antara daerah pantai, dataran rendah dan pegunungan sehingga merupakan tantangan tersendiri di sektor transportasi dan perhubungan. Kinerja makro urusan Perhubungan antara lain bisa dilihat dari indikator jumlah arus penumpang angkutan umum, rasio ijin trayek, jumlah uji kir angkutan umum, pelabuhan laut, pelabuhan lokal, terminal type B, terminal type C, angkutan darat, kepemilikan KIR angkutan umum, lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR), dan biaya pengujian kelayakan angkutan umum.

Tabel 2.20.

Kinerja Makro Urusan Perhubungan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Jumlah arus penumpang angkutan umum

13.942.080 14.917.680 10.442.376 70,00 14.499,720

Rasio ijin trayek 60 65 60 92,31 60

Jumlah uji kir angkutan umum

615 610 614 100,66 612

Pelabuhan Laut 1 1 1 100 1

Pelabuhan Lokal 6 6 6 100 6

Terminal Type B 1 1 1 100 1

Terminal Type C 9 8 9 112,50 9

Angkutan darat 101 74 70 94,59 88

Kepemilikan KIR angkutan umum

610 622 622 100 611

Lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR)

66 menit 65 menit 65 menit 100 65 menit

Biaya pengujian kelayakan angkutan


(32)

BAB II-

32

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

umum

Sumber: Dinhubkominfo Kabupaten Batang Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2013 jumlah arus penumpang angkutan umum sebesar 10.442.376 orang atau masih mencapai 70% dari yang ditargetkan. Rasio ijin trayek telah mencapai 60% dari target sebesar 65% sehingga persentase pencapaian sebesar 92,31%. Jumlah uji kir angkutan umum selama tahun 2013 telah dilaksanakan sebanyak 614 kali atau telah mencapai 100,66%. Terdapat 1 pelabuhan laut, 6 pelabuhan lokal, 1 terminal type B dan 9 terminal type C. Jumlah angkutan darat sebanyak 70 unit atau mencapai 94,59%. Terdapat 622 kepemilikan KIR angkutan umum pada tahun 2013 atau telah mencapai 100% dari yang ditargetkan dengan lama pengujian kelayakan angkutan umum (KIR) selama 65 menit atau telah mencapai 100% dari yang ditargetkan. Sedangkan biaya pengujian kelayakan angkutan umum sebesar Rp 31.000 atau telah mencapai 100% dari yang ditargetkan.

Dalam rangka mendukung kelancaran transportasi di Kabupaten Batang telah diadakan sarana dan prasarana, antara lain 1) Jalan, berupa jalan nasional dan jalan provinsi/kabupaten dengan kelas jalan yaitu kelas II dan III; 2) Fasilitas Lalu Lintas, berupa pemasangan sarana perlengkapan jalan di jalan-jalan yang ada di Kabupaten Batang (Jalan Kabupaten, Jalan Provinsi, jalan-jalan Negara). Sarana perlengkapan jalan yang dimiliki berupa Rambu Lalu Lintas, Gazon, RPPJ, Marka Jalan, Deliniator, Traffic Light, Lampu Kedip, Peralatan PDPS, Palang Pintu PDPS palang perlintasan, Portal Perlintasan Sebidang, Rambu Kaca, Guard Rail, Papan Nama Jalan, Periferial Interface, Countdown Timer, Led Display Traffic Cone, Pipa Corne, dan Papan tambahan peringatan dan petunjuk untuk keamanan; 3) Fasilitas Transportasi, berupa sarana fisik (terminal angkutan penumpang pedesaaan, pangkalan truk dan pos jaga polisi), angkutan (angkutan dalam trayek (24 jalur) dan angkutan tidak dalam trayek (5 jalur)); 4) Fasilitas Pengamanan/SAR berupa penunjang pengamanan pantai / SAR wisata pantai,


(33)

BAB II-

33

berupa Gedung Pos Pengamatan Angkatan Laut dan Perahu Karet/Mesin; dan 5) Fasilitas Pelayanan di Bidang Pengujian Kendaraan Bermotor yang berfungsi untuk mengetahui kelaikan jalan kendaraan yang bersangkutan guna menunjang keselamatan lalu lintas di jalan.

17) Komunikasi dan Informatika

Kinerja makro urusan Komunikasi dan Informatika antara lain bisa dilihat dari indikator jumlah jaringan komunikasi dan web site milik pemerintah daerah. Pada tahun 2013 terdapat 48 jaringan komunikasi dengan pencapaian 160% dari yang ditargetkan yaitu sebesar 30 unit. Sedangkan web site milik pemerintah daerah berjumlah 15 web site dengan pencapaian sebesar 75% dari yang ditargetkan sebesar 20 web site.

Tabel 2.21.

Kinerja Makro Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Jumlah jaringan komunikasi

100% 30 48 160% 100%

Web site milik pemerintah daerah

100% 20 15 75,00% 100%

Sumber: Dinhubkominfo Kabupaten Batang Tahun 2013

Kebijakan di bidang komunikasi dan informatika di Kabupaten Batang diarahkan pada pembinaan dan pengembangan sarana/prasarana dan SDM komunikasi dan informasi untuk mendukung percepatan penyebarluasan informasi kepada masyarakat. Beberapa program yang dilaksanakan antara lain Program pengembangan komunikasi, informasi dan media massa serta Program kerjasama informasi dengan Mas Media. Fasilitas pelayanan di bidang komunikasi dan informatika di Kabupaten Batang adalah berupa gedung dan peralatan studio (Studio Abirawa FM) dan Mobil Siaran Keliling.

18) Pertanahan

Kinerja makro urusan Pertanahan antara lain bisa dilihat dari indikator persentase pemohon sertifikat dan Prona (Program Nasional). Pada tahun 2013


(34)

BAB II-

34

persentase pemohon sertifikat adalah sebesar 100% sedangkan pencapaian Prona (Program Nasional) adalah juga sebesar 100%.

Tabel 2.22.

Kinerja Makro Urusan Pertanahan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Persentase pemohon sertifikat

100% 100% 100% 100% 100%

Prona (Program Nasional)

100% 100% 100% 100% 100%

Sumber: BPN Kabupaten Batang Tahun 2013

Bidang pertanahan adalah merupakan bidang yang cukup sensitif terutama dalam hal penguasaan hak atas tanah. Untuk itu tanah-tanah aset pemerintah daerah harus dikelola dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kewenangan yang diserahkan. Adapun kewenangan bidang pertanahan sesuai dengan Pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional Bidang Pertanahan, ada 9 (sembilan) kewenangan yang diserahkan kepada pemerintah daerah yaitu:

a. Pemberian ijin lokasi.

b. Penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan pembangunan. c. Penyelesaian sengketa tanah garapan.

d. Penyelesaian masalah ganti rugi dan santunan tanah untuk pembangunan.

e. Penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah serta ganti kerugian tanah kelebihan maksimum dan tanah absente.

f. Penetapan dan penyelesaian masalah tanah kosong. g. Pemberian ijin membuka tanah.

h. Perencanaan penggunaan tanah wilayah kabupaten.

19) Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

Kinerja makro urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri antara lain bisa dilihat dari indikator kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP serta kegiatan pembinaan politik daerah. Selama tahun 2013, telah terealisasi


(35)

BAB II-

35

kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP sebanyak 5 kali sehingga persentase pencapaian kinerjanya sebesar 250% dari yang ditargetkan sebesar 2 kali. Sedangkan kegiatan pembinaan politik daerah baru terlaksana sebanyak 1 kali dari yang ditargetkan sebanyak 2 kali sehingga kinerjanya baru mencapai 50%.

Tabel 2.23.

Kinerja Makro Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP

5 kali 2 5 250% 3 kali

Kegiatan pembinaan politik daerah

12 Parpol 2 1 50,00% 2 kali

Sumber: Kantor Kesbangpol Kabupaten Batang Tahun 2013

Pembangunan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri mempunyai kebijakan sebagai berikut:

a. Pemantauan dan penanggulangan bencana alam serta percepatan pembangunan Infrastruktur.

b. Peningkatan kerukunan hidup umat beragama.

c. Peningkatan wawasan kebangsaan dan pendidikan politik masyarakat.

d. Melakukan pembangunan di semua urusan dengan dukungan aktif seluruh lapisan masyarakat.

e. Peningkatan kualitas dan kuantitas perencanaan pembangunan daerah.

f. Pemantauan keamanan wilayah.

20) Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Bidang pemerintahan umum terdiri dari beberapa Bagian di dalam Sekretariat Daerah seperti Bagian Tata Pemerintahan, Pemerintahan Desa, Bagian Hukum, Pengendalian Pembangunan, Kesejahteraaan Rakyat, Perekonomian, Humas dan Protokol, serta beberapa SKPD, seperti Inspektorat,


(36)

BAB II-

36

Satpol PP, dan Sekretariat DPRD, Kecamatan dan Kelurahan. Kinerja makro urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian terlihat dari beberapa indikator antara lain jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk, rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan, dan jumlah demo.

Tabel 2.24.

Kinerja Makro Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian

Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk

10.160 : 10.000 = 1,061

10.036 : 10.000 = 1,036

4.700 : 10.000 =

0,47

45,37% 10.098 : 10.000 = 1,098

Rasio Pos Siskamling per jumlah

desa/kelurahan

6,54 1.554 : 248 = 6,26

1.193: 248 =4,81

76,83% 1.604 : 248 = 6,46

Jumlah Demo - 4 10 250% 6

Sumber: Bappeda Kabupaten Batang Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa realisasi jumlah Linmas per jumlah 10.000 penduduk pada tahun 2013 masih mencapai 0,47 atau persentase pencapainnya sebesar 45,37%. Kemudian rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan adalah sebesar 4,81 atau telah mencapai 76,83% dari yang ditargetkan yaitu sebesar 1,036. Sedangkan jumlah demo pada tahun 2013 adalah 10 kali sehingga melebihi dari yang ditargetkan/diperkirakan yaitu sebesar 4 kali.

21) Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Pemberdayaan masyarakat merrupakan salah satu strategi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan percepatan penanggulangan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah melalui ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerrintahan Daerah, serta aturan pelaksanaannya seperti Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dan Peraturan Pemerrintah Nomor 73 tentang Kelurahan. Kinerja makro urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa antara lain terlihat dari indikator rata-rata jumlah kelompok binaan


(37)

BAB II-

37

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), rata-rata jumlah kelompok binaan PKK, jumlah LSM, LPM Berprestasi, PKK Aktif, Posyandu Aktif, Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat, dan Pemeliharaan Pasca Program Pemberdayaan Masyarakat.

Tabel 2.25.

Kinerja Makro Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Rata-rata jumlah kelompok binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM)

4,44% 4,44% 5,00% 112,61% 4,44%

Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK

8,06% 8,06% 8,06% 100% 8,06%

Jumlah LSM 23 23 98 426,09% 23

LPM Berprestasi 3 3 3 100% 3

PKK Aktif 50,39% 34,27% 34,27% 100% 42,33% Posyandu Aktif 54,12% 49,54% 93,60% 188,94% 51,83% Swadaya Masyarakat

terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat

49,99% 33,33% 2,00% 6,00% 41,66%

Pemeliharaan Pasca Program

Pemberdayaan Masyarakat

58,32% 41,66% 41,66% 100% 49,99%

Sumber: Bapermas Kabupaten Batang Tahun 2013

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah kelompok binaan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) pada tahun 2013 adalah sebesar 5,00% dengan pencapaian kinerja sebesar 112,61%. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK adalah sebesar 8,06% dengan pencapaian kinerja sebesar 100%. Jumlah LSM pada tahun 2013 adalah sebanyak 98 LSM sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 98% dari yang ditargetkan sebanyak 23 LSM. Jumlah LPM Berprestasi adalah sebanyak 3 LPM sehingga tercapai 100% dari yang ditargetkan. Jumlah PKK Aktif adalah sebanyak 34,27% sehingga tercapai 100% dari yang ditargetkan. Jumlah Posyandu Aktif adalah sebanyak 93,60% sehingga tercapai 188,94% dari yang ditargetkan sebesar 49,54%. Swadaya Masyarakat terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat baru mencapai 2,00% sehingga baru tercapai 6,00% dari yang ditargetkan. Sedangkan Pemeliharaan


(38)

BAB II-

38

Pasca Program Pemberdayaan Masyarakat telah mencapai 41,66% sehingga persentase pencapaiannya adalah 100% dari yang ditargetkan.

Dalam rangka implementasi kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah maka Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Batang sebagai salah satu institusi Pemerintah Daerah pada dasarnya telah meletakan dan mengembangkan konsep dasar kebijakan dan pengorganisasian pembangunan masyarakat desa dengan beberapa pendekatan dan strategi perlindungan dan bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat dan pemberian bantuan permodalan pada kelompok ekonomi perdesaan dan lembaga keuangan mikro perdesaan dengan memerankan secara aktif lembaga pemerintah desa dan kelurahan serta lembaga kemasyarakatan.

Beberapa program-program pembangunan yang telah dilaksanakan antara lain: a) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM Mandiri Perdesaan) berupa kegiatan pembangunan atau perbaikan sarana prasarana sosial dasar (pekerjaan umum, pendidikan, dan kesehatan) yang dapat memberikan manfaat jangka pendek maupun jangka panjang secara ekonomi bagi masyarakat miskin dan rumah tangga miskin; dan penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan (SPP) maupun kelompok usaha ekonomi produktif (UED); b) Pemugaran Rumah Tidak Layak Huni (RTLH); c) TMMD; d) Alokasi Dana Desa (ADD) yang digunakan untuk pembangunan non fisik seperti untuk kegiatan LKMD, Karang Taruna, dan Pelaksanaan 10 Program Pokok PKK serta pembangunan fisik seperti untuk pembangunan fisik skala kecil berupa sarana publik dan perbaikan lingkungan/pemukiman yang pelaksanaan kegiatan dikelola oleh unsur LKMD dan tokok masyarakat.

Juga dilaksanakan program yang pro rakyat yaitu melalui Program Desa Berkembang yang merupakan program percepatan pembangunan perdesaan yang berbasis masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi dan potensi desa yang hasilnya segera dapat dilihat dan dimanfaatkan antara lain di bidang pertanian, peternakan, maupun


(39)

BAB II-

39

perikanan. Di samping program-program diatas juga ada program usaha ekonomi desa yang dapat meningkatkan pendapatkan dan kesejahteraan masyarakat, serta program peningkatan SDM masyarakat perdesaan.

22) Sosial

Kinerja makro urusan Sosial terlihat dari beberapa indikator antara lain sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi, PMKS yg memperoleh bantuan sosial, penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial, dan jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS (jiwa). Pada tahun 2013, terdapat 9 unit sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi dengan pencapaian 90% dari yang ditargetkan. PMKS yang memperoleh bantuan sosial adalah sebanyak 13.813 orang sehingga pencapaian kinerjanya sebesar 2.180,08% dari yang ditargetkan yaitu sebanyak 634 orang. Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial adalah sebanyak 441 orang sehingga pencapaian kinerjanya baru mencapai 59,32% dari yang ditargetkan sebesar 743 orang. Jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS (jiwa) adalah sebanyak 295.219 jiwa atau mencapai 1.381,49%.

Pelayanan terhadap Penyandang Permasalahan Kesejahteraan Sosial (PMKS) merupakan tanggung jawab pemerintah dan masyarakat. Berdasarkan UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial maka Dinas Sosial bertanggung jawab terhadap penanganan dan pelayanan terhadap PMKS yang ada di Kabupaten Batang. Pelayanan terhadap PMKS adalah menghubungkan PMKS dengan Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) serta memberikan rujukan terhadap sumber-sumber yang ada diluar Kabupaten Batang.

Tabel 2.26.

Kinerja Makro Urusan Sosial Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi

12 10 9 90.00% 12

PMKS yg memperoleh bantuan sosial

976 634 13,813

2180.08 %

747


(40)

BAB II-

40

Indikator Target RPJMD 2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

penyandang masalah kesejahteraan sosial Jumlah penyandang masalah

kesejahteraan sosial (PMKS)(jiwa)

19,974 21,370

295,219

1381.49 %

20,733

Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Batang Tahun 2013

23) Kebudayaan

Kinerja makro urusan Kebudayaan antara lain terlihat dari indikator penyelenggaraan festival seni dan budaya, sarana penyelenggaraan seni dan budaya, serta benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan. Pada tahun 2013, terdapat 304 benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan sehingga persentase pencapaiannya sebesar 98,06% dari yang ditargetkan sebesar 310 benda/situs/kawasan cagar budaya.

Tabel 2.27.

Kinerja Makro Urusan Kebudayaan Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Penyelenggaraan festival seni dan budaya

- - - - -

Sarana

penyelenggaraan seni dan budaya

1 - - - -

Benda, Situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan

320 310 304 98.06% 314

Sumber: Disbudpar Kabupaten Batang Tahun 2013

Kebudayaan yang terdiri dari pelestarian seni budaya dan pelestarian benda-benda cagar budaya/situs peninggalan sejarah, adalah bagian dari sektor Pariwisata yang harus secara terus menerus dilestarikan, mengingat perkembangan zaman yang sewaktu-waktu akan dapat berpengaruh terhadap budaya asli daerah. Beberapa jenis kesenian yang ada di Kabupaten Batang yaitu Kuda Lumping, Sintren, Kuntulan/Sirkus/Pencak Silat, Qasidah/Rebana (Modern Tradisional), Samroh, Gambus Modern/Marawis, Terbang Jawa, Dengklung, Marching Band/ Drumband, Marching Pring/ Tongprek, Grup Musik Modern


(41)

BAB II-

41

(organ Tunggal/Dangdut/Orekes Melayu/Band), Campursari, Wayang Kulit / Wayang Golek / Ketoprak, Karawitan Klonengan, Brendung, Seni Tari/Sendratari, Lengger, Jaran Kepang, Pelawak, Angguk, Dayak, Tipung, Barongan, Seni Kapling, Mocopat, Theater dan Perkusi.

24) Statistik

Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan statistik digambarkan dengan keberadaan/terbitnya dokumen-dokumen Buku Kabupaten Batang Dalam Angka dan Buku PDRB Kabupaten Batang setiap tahunnya. Namun demikian, diperlukan tambahan kelengkapan data dan informasi terutama untuk data-data yang bersifat khusus dan olahan.

Tabel 2.28.

Kinerja Makro Urusan Statistik Tahun 2013 Indikator Target RPJMD

2012-2017

Capaian Kinerja Tahun 2013 Target Tahun 2015 Target Realisasi %

Buku ”kabupaten

dalam angka” Ada Ada Ada Ada Ada

Buku ”PDRB

kabupaten” Ada Ada Ada Ada Ada

Sumber: Bappeda Kabupaten Batang Tahun 2013

25) Kearsipan

Kinerja makro urusan Kearsipan terlihat dari beberapa indikator antara lain pengelolaan arsip secara baku dan peningkatan SDM pengelola kearsipan. Pada tahun 2013, pengelolaan arsip secara baku telah mencapai 57% sehingga persentase pencapaian kinerja sebesar 108,99% dari yang ditargetkan sebesar 52,3%. Sedangkan peningkatan SDM pengelola kearsipan baru mencapai 3,45% atau telah mencapai 107,14% dari yang ditargetkan sebesar 3,22%.

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan antara lain pembinaan pengelolaan kearsipan pemerintahan desa di Kabupaten Batang, bintek bagi sekretaris desa pada level kabupaten dan provinsi, pembenahan dan pembinaan arsip desa, pendataan dan penataan arsip, dan penyimpanan data arsip secara digital.


(1)

BAB II-125  Rendahnya kepedulian SDM petani pemakai sumber daya alam

terhadap kelestarian lingkungan;

 Tingkat erosi dan sedimentasi masih cukup tinggi dan menurunnya debit air sungai yang disebabkan oleh perubahan tata guna lahan yang tidak sesuai dengan peruntukannya;

 Masih terdapatnya lahan kritis yang cukup luas;

 Rendahnya sosial ekonomi masyarakat di sekitar hutan.

15. Urusan ESDM

a. Bidang Pengairan.

 Kondisi jaringan irigasi kabupaten rata-rata dalam keadaan rusak berat sehingga berdampak tidak optimalnya dalam mengairi luas persawahan yang ada.

 Terbatasnya dana pemeliharaan jaringan irigasi.

 Minimnya tenaga mantri pengairan yang berada di UPTD DBMSDA Kabupaten Batang.

b. Sungai dan Air Baku.

 Undang- Undang No. 4 tahun 2009 merombak tatanan birokrasi menjadi lebih panjang, dimana pemberian rekomendasi berada pada tim terkait dan bukan berada pada salah satu instansi.

 Pengawasan Dampak Lingkungan (Wasdal) belum berjalan optimal.

 Belum teranggarkannya kegiatan kajian teknis layanan perijinan penambangan galian Golongan C.

16. Urusan Pariwisata

 Belum adanya RIPPARKAB (Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten) di Kabupaten Batang

 Belum adanya DED pengembangan masing-masing DTW

 Belum adanya sistem informasi manajemen yang memadai dibidang kebudayaan dan kepariwisataan.


(2)

BAB II-126  Kelancaran aksesibilitas dari dan ke DTW belum memadai (jalan/

jembatan)

 Dukungan stakeholder dan sektor terkait belum sebagaimana diharapkan

 Keterbatasan SDM dibidang kebudayaan dan kepariwisataan (Pamong Budaya dan lain lain).

17. Urusan Perindustrian

 Kondisi IKM Industri yang ada pada umumnya masih terbatas baik dari aspek produktifitas, SDM, managemen, teknologi, permodalan dan pemasaran.

 Daya saing dan nilai tambah beberapa produksi industri relatif rendah

18. Urusan Perdagangan

 Kurangnya jaringan pasar yang akan menyerap hasil produksi termasuk jaringan distribusi yang dapat berfungsi sebagai jalur pemasaran secara efisien;

 Terbatasnya sarana dan prasarana pasar yang mengakibatkan kunjungan masyarakat ke pasar berkurang;

 Terbatasnya akses dan perluasan pasar produk ekspor dan belum berkembangnya kerjasama perdagangan internasional;

 Belum optimalnya ketersediaan dan distribusi bahan kebutuhan pokok masyarakat dengan harga yang layak dan terjangkau diseluruh wilayah serta belum terintegrasinya pasar lokal dan regional;

 Belum optimalnya pelaksanaan perlindungan konsumen dan pengawasan barang beredar.

19. Urusan Transmigrasi


(3)

BAB II-127

2.3.1.3. Kesejahteraan Masyarakat.

Kesejahteraan Masyarakat diartikan kondisi masyarakat Batang yang aman, sentosa dan makmur serta terjamin untuk mendapatkan akses pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pemberian otonomi kepada daerah, pada hakekatnya merupakan proses pemberdayaan kolektif bagi seluruh pemangku kepentingan yang terkait dengan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, agar disatu sisi tercipta ruang lebih leluasa bagi segenap jajaran birokrasi Pemerintah Daerah untuk memenuhi seluruh tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar, sedangkan disisi yang lain terbuka peluang bagi warga masyarakat dan dunia usaha untuk meningkatkan keberdayaannya sehingga mampu dan mau secara mandiri memenuhi segala kebutuhan hidup dan kehidupannya. Permasalahan yang ada pada urusan dalam kelompok kesejahteraan masyarakat ini adalah :

1. Urusan Pendidikan

 Belum meratanya bantuan penyelenggaraan Pendidikan anak usia dini, termasuk bantuan peningkatan mutu PAUD maupun kesejahteraan guru PAUD;

 Masih banyak pendidik PAUD yang belum berkualifikasi S1/D4;

 Masih terdapat guru SD dan SMP yang belum layak mengajar karena belum berkualifikasi S1/D4;

 Kurangnya jumlah sarana prasarana dan alat praktik masih belum memenuhi standar minimal pendidikan menengah;

 Belum meratanya jumlah SMA/SMK di setiap kecamatan di Kabupaten Batang;

 Kurangnya lembaga pendidikan masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan ketrampilan dan pelatihan.

2. Urusan Kesehatan

 Anggaran yang tersedia belum dapat mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan.


(4)

BAB II-128  Terbatasnya tenaga kesehatan baik kualitas maupun kuantitas

(terutama tenaga medis/dokter spesialis khususnya kandungan, anak). Tingginya angka kematian ibu di Kabupaten Batang salah satu sebabnya karena terbatasnya tenaga dokter spesialis kandungan.

 Tidak adanya tenaga yang menguasai konstruksi bangunan (tenaga berlatar belakang konstruksi bangunan), sehingga mengalami kesulitan dalam pelaksanaan kegiatan yang berkaitan dengan pembangunan/ rehabilitasi sarana kesehatan.

 Masih rendahnya dukungan baik lintas program maupun sektoral dalam pengembangan desa siaga dan pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

 Masih rendahnya peran serta masyarakat dalam pembangunan kesehatan.

 Lemahnya koordinasi lintas program dan sektoral dalam penyelenggaraan program/kegiatan kesehatan

 Belum baiknya sistem informasi kesehatan

3. Urusan Pemuda dan Olah Raga

 Kesadaran masyarakat dalam melakukan kegiatan olahraga masih kurang;

 Perkembangan prestasi pemuda dan olahraga jalan di tempat (stagnan);

 Belum optimalnya pembinaan keolahragaan dan atlit-atlit berbakat;

 Belum optimalnya upaya pembibitan dan identifikasi bakat-bakat olahraga;

 Masih kurangnya pelatih olahraga yang memenuhi kualifikasi pelatih;

 Masih kurangnya pemuda pelopor dalam pembangunan masyarakat desa;


(5)

BAB II-129

4. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil

 Terbatasnya sumber daya manusia baik kualitas dan kuantitas di bidang pelayanan KTP,KK dan akte kelahiran;

 Kurangnya kesadaran masyarakat untuk mengurus dokumen kependudukan yang berakibat akan meningkatnya permohonan KTP, KK dan akte kelahiran pada saat-saat tertentu;

 Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai terutama gedung kantor dan tempat pelayanan di kecamatan sebagai tempat untuk pelayanan kepada masyarakat.

 Belum optimalnya kinerja petugas pencatatan pelaporan kependudukan (registrar) di tingkat kecamatan dan di tingkat desa/kelurahan;

 Belum tertibnya sistem pelaporan kependudukan yaitu lahir, mati, pindah, datang, pernikahan, perceraian maupun peristiwa kependudukan lainnya.

5. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak

 Masih lemahnya kesetaraan gender dalam pembangunan.

 Masih terbatasnya partisipasi dan peran perempuan dalam pemerintahan.

 Belum memiliki shelter/rumah aman bagi korban kekerasan.

6. Urusan Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

 Tingkat Drop Out (DO) yang masih cukup tinggi;

 Unmet Need relatif masih tinggi. Unmet Need adalah jumlah PUS yang ingin ber-KB namun tidak terlayani.

 Masih rendahnya cakupan pelayanan KB jamkesmas dan jampersal terutama yang menggunakan MKJP yang antara lain disebabkan karena masih lemahnya pemberian konseling KB bagi ibu hamil dan ibu nifas;


(6)

BAB II-130  Masih kurangnya komitmen stakeholder dalam pembinaan ketahanan

dan kesejahteraan keluarga;

 Masih rendahnya pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat tentang program pembangunan ketahanan dan kesejahteraan keluarga;

 Masih belum optimalnya pemanfaatan kelompok kegiatan (BKB, BKR, BKL, dan UPPKS) dalam meningkatkan kesertaan ber KB;

 Kurangnya dukungan sarana dan prasarana serta biaya operasional untuk pembinaan dan pengembangan kelompok kegiatan (BKB, BKR, BKL, dan UPPKS serta PIK Remaja);

 Masih minimnya kader BKB, BKR, BKL, dan UPPKS yang terlatih.

7. Urusan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri

 Belum tercukupinya sarana dan prasarana penunjang oprasional

kegiatan;

 Kurangnya kualitas dan kuantitas SDM;

 Kurang lengkapnya sarana dan prasarana penanggulangan bencana;

 Kurangnya personil, hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya beban