BAB III_Ranwal RKPD Batang 2018_30 Jan 18

(1)

BAB III

RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN

KERANGKA PENDANAAN

3.1. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

Sebagai salah satu negara di kawasan ASEAN, dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), menjadikan Pemerintah Daerah Kabupaten Batang perlu menyiapkan berbagai langkah antisipasi. Langkah antisipasi tentu dilakukan dengan menyusun rancangan kerangka ekonomi daerah Kabupaten Batang Tahun 2018 dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan regional Jawa Tengah. Selengkapnya masing masing dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1. Perekonomian Nasional

Perkembangan ekonomi global berpengaruh cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, setelah mengalami krisis yang cukup berat, perekonomian Amerika Serikat (AS) pada pertengahan tahun 2014 mulai membaik. Namun demikian perekonomian beberapa negara maju lainnya belum menunjukkan perbaikan secara memadai. Pemulihan Kawasan Eropa masih lambat, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus menurun, dan ekonomi Jepang masih mengalami resesi. Dalam periode yang sama penurunan permintaan dunia diikuti oleh penurunan harga komoditas internasional, termasuk harga minyak dunia yang turun dengan tajam. Perekonomian Indonesia juga dihadapkan pada makin sulitnya likuiditas dunia sejalan dengan kebijakan pengurangan/ penghentian pembelian obligasi (tapering off) yang dilakukan oleh Bank Sentral AS. Dengan perkembangan ini, pada tahun 2014 perekonomian global hanya tumbuh 3,4 persen, namun dengan didorong oleh makin baiknya perekonomian AS, negara maju lainnya, dan emerging market, maka tahun 2015 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan terus membaik, dan tumbuh sebesar 3,5 persen.

Sejalan dengan pergerakan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2014 melambat menjadi 5,1 persen di tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang besarnya 5,8 persen. Dari sisi eksternal perlambatan tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan dunia, turunnya harga komoditas internasional, dan kebijakan pemerintah terkait dengan pembatasan ekspor mineral mentah. Dari sisi permintaan domestik,


(2)

perlambatan tersebut disebabkan oleh investasi yang masih tumbuh rendah yang diantaranya disebabkan oleh turunnya harga komoditas global, dan juga adanya penghematan anggaran pengeluaran pemerintah. Namun demikian, meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup tinggi dibanding beberapa negara lainnya, yang terutama didukung oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi.

Di tengah perlambatan ekonomi global, neraca pembayaran mengalami perbaikan pada tahun 2014. Defisit neraca transaksi berjalan menurun dari 3,18 persen per PDB pada tahun 2013 menjadi 2,95 persen per PDB pada tahun 2014, yang didorong oleh perbaikan ekspor manufaktur dan penurunan impor, terutama impor migas yang menurun sejalan dengan pengurangan subsidi BBM. Transaksi modal dan finansial mengalami surplus, yang ditopang oleh PMA yang tumbuh sebesar 24,2 persen, dan investasi portofolio yang tumbuh sebesar 137,3 persen. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa meningkat menjadi USD 111,9 Miliar di bulan Desember 2014 (Desember 2013 adalah USD 99,4 miliar), yang setara dengan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah (diatas standar kecukupun internasional, yaitu 3 bulan impor).

Dari sisi stabilitas, inflasi pada tahun 2014 mendapat tekanan yang tinggi dari barang yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah (administered prices) dan bahan pangan yang harganya bergejolak (volatile food). Inflasi tahun 2014 tercatat sebesar 8,36 persen (yoy), berada di atas sasaran inflasi yang telah ditetapkan sebesar 4,5±1 persen. Namun demikian, inflasi tersebut masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2013 yang besarnya 8,38 persen. Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh adanya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak gejolak harga pangan domestik pada akhir tahun 2014. Kenaikan harga BBM bersubsidi secara signifikan telah mendorong kenaikan harga secara umum, baik disebabkan oleh dampak langsung maupun dampak lanjutan (second round effect). Selain BBM, penyesuaian harga barang administered lainnya juga terjadi sepanjang 2014, seperti TDL dan LPG. Namun, inflasi inti tetap terkendali 4,93 persen (yoy). Terkendalinya inflasi pada tahun 2014 tidak terlepas dari semakin membaiknya koordinasi kebijakan pengendalian inflasi antara Pemerintah (baik pusat maupun daerah) dengan Bank Indonesia. Dibandingkan dengan akhir triwulan IV tahun 2014, terjadi penurunan inflasi yang cukup besar. Jika pada triwulan sebelumnya inflasi tahunan menembus angka 8,36 persen di


(3)

bulan Desember 2014 (yoy), maka pada triwulan I tahun 2015 inflasi berada pada posisi 6,38 persen di bulan Maret 2015 (yoy). Penurunan inflasi ini merupakan dampak dari penurunan harga minyak dunia yang berimbas pada penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 2 (dua) kali di bulan Januari 2015. Penurunan harga BBM telah mendorong penurunan harga-harga khususnya transportasi dan bahan makanan. Hal ini berimbas pada terjadinya deflasi di bulan Januari dan Februari 2015 masing- masing sebesar 0,24 persen dan 0,36 persen.

Namun demikian, pada bulan Maret 2015 kembali terjadi dua kali kenaikan harga BBM yang berimbas pada tingkat inflasi menjadi 0,17 persen (mtm), hal ini masih berada pada batasan tingkat inflasi yang terkendali. Sementara itu, nilai tukar Rupiah pada tahun 2014 mengalami depresiasi cukup berarti terhadap dolar AS, namun mencatat apresiasi terhadap mata uang mitra dagang utama lainnya. Depresiasi Rupiah tersebut ditengarai oleh kuatnya apresiasi dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang utama sejalan dengan rilis data perbaikan ekonomi AS dan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS (Fed Fund Rate) setelah usainya isu tapering-off pada bulan Oktober 2014. Secara titik ke titik (point-to-point), Rupiah melemah 1,78 persen (yoy) selama tahun 2014 ke level Rp12.388 per USD. Nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan selama triwulan I tahun 2015, dimana nilai tukar rupiah pada posisi akhir Maret 2015 menjadi Rp 13.074 per USD. Sementara itu, terhadap mata uang lainnya termasuk Yen Jepang, dan Euro, Rupiah mengalami apresiasi yang cukup tinggi, walaupun masih cukup kompetitif dibandingkan dengan negara mitra dagang.

Dari sisi sektor keuangan, sejalan dengan perlambatan perekonomian, pertumbuhan kredit pada Februari 2015 melambat menjadi 12,3 persen (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang besarnya 20,3 persen (yoy). Namun demikian, ketahanan industri perbankan selama tahun 2014 tetap kuat yang ditunjukkan oleh resiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pada Februari 2015, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) masih tinggi, sebesar 21,2 persen atau jauh di atas ketentuan minimum 8,0 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2 persen.

Pasar saham domestik selama tahun 2014 juga menunjukkan kinerja positif. IHSG ditutup menguat pada level 5.226,95 di akhir tahun (naik 22,3 persen dibanding tahun sebelumnya). Indeks juga tercatat menembus level tertinggi mencapai 5.523,29 pada 7 April 2015. Selanjutnya mengalami sedikit penurunan hingga mencapai 5.182,21 pada tanggal 8 Mei 2015. Optimisme investor terhadap


(4)

perekonomian, dari sisi global disebabkan oleh isu kemungkinan penundaan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Dari sisi domestik, tren penguatan didorong oleh suksesnya pelaksanaan pemilu dan proses transisi kepemimpin berjalan dengan baik.

Berbagai perkembangan indikator ekonomi makro tahun 2014 berdampak pada kinerja realisasi APBN. Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan, pelemahan impor, dan penurunan harga CPO di pasar internasional cukup mempengaruhi kinerja penerimaan perpajakan. Realisasi penerimaan perpajakan hanya sebesar Rp1.146,9 triliun, atau 92,0 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp1.246,1 triliun. Namun demikian, penerimaan negara bukan pajak (PNBP) realisasinya mencapai Rp398,7 triliun, atau 103,0 persen dari target dalam APBNP tahun 2014 yang besarnya Rp386,9 triliun, terutama yang bersumber dari penerimaan PNBP sumberdaya alam (SDA) minyak dan gas. Secara total realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.550,6 triliun, atau mencapai 94,8 persen dari yang ditargetkan.

Belanja negara pada tahun 2014 realisasinya mencapai Rp1.767,3 triliun, atau 94,2 persen dari pagu belanja negara dalam APBNP 2014 yang besarnya Rp1.876,9 triliun. Realisasi tersebut berasal dari realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.193,6 triliun (93,2 persen dari rencananya) dan anggaran transfer ke daerah sebesar Rp573,7 triliun (96,2 persen dari rencananya). Realisasi belanja pemerintah pusat tersebut dipengaruhi di antaranya oleh kebijakan penghematan anggaran perjalanan dinas dan paket rapat di akhir tahun 2014 dan penyesuaian harga BBM bersubsidi pada November 2014. Sementara itu realisasi anggaran transfer ke daerah dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi dana bagi hasil (DBH) sebagai konsekuensi turunnya penerimaan negara yang dibagihasilkan.

Dengan realisasi pendapatan dan belanja negara yang demikian, realisasi defisit anggaran tahun 2014 mencapai Rp216,7 triliun, atau sebesar 2,16 persen dari PDB. Realisasi defisit anggaran ini lebih rendah dari target defisit anggaran dalam APBNP Tahun 2014 yang besarnya Rp241,5 triliun (2,40 persen dari PDB), namun di sisi lain realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp246,6 triliun, atau Rp5,1 triliun lebih tinggi rencananya sebesar Rp241,5 triliun yang berasal dari pembiayaan dalam negeri (neto) sebesar Rp262,2 Triliun, dan pembiayaan luar negeri (neto) sebesar negatif Rp15,6 triliun. Dengan realisasi defisit anggaran yang lebih rendah dari realisasi pembiayaannya, maka terdapat sisa lebih


(5)

pembiayaan anggaran (SILPA) sekitar Rp29,9 triliun.

Walaupun pada triwulan I tahun 2015 pertumbuhan ekonomi adalah 4,7 persen (yoy), diperkirakan tahun 2015 pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan masih berpeluang untuk mencapai 5,7 persen (APBNP 2015). Hal ini sejalan dengan makin membaiknya perekonomian global dan dilaksanakannya reformasi struktural secara menyeluruh antara lain dalam bentuk penurunan subsidi BBM yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia (antara lain dikembangkan melalui program Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Indonesia Sejahtera), upaya reformasi birokrasi dan peningkaatan kualitas pengeluaran pembangunan, serta keberpihakan pemerintah untuk menghapuskan korupsi.

Tahun 2015 defisit transaksi berjalan diperkirakan terus membaik sejalan dengan turunnya harga minyak dunia dan reformasi subsidi BBM. Surplus neraca modal dan finansial bertambah seiring dengan membaiknya fundamental ekonomi sejalan dengan telah dimulainya reformasi struktural sehingga arus modal masuk makin besar, terutama PMA dan investasi portofolio. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat sehingga mencapai 18,8 persen. Pasar saham domestik yang sampai dengan 10 April 2015 indeksnya terus menguat hingga mencapai level 5.491,34, selanjutnya sampai dengan akhir tahun 2015 diperkirakan akan terus meningkat.

Untuk tahun 2015, pendapatan negara ditargetkan meningkat menjadi Rp1.761,6 triliun dengan didukung utamanya oleh peningkatan penerimaan perpajakan. Peningkatan penerimaan perpajakan tersebut akan ditempuh melalui peningkatan tax effort. Dari sisi belanja, kebijakan untuk mengeliminasi subsidi premium dan subsidi tetap untuk solar berdampak pada penurunan alokasi belanja subsidi energi. Penghematan yang didapat dari subsidi energi digunakan utamanya untuk peningkatan anggaran belanja modal yang mencapai Rp275,8 triliun. Defisit anggaran dalam APBN-P 2015 direncanakan sebesar 1,9 persen, lebih rendah dari realisasinya di tahun 2014.

3.1.2. Perekonomian Provinsi Jawa Tengah

Kondisi perekonomian global saat ini masih belum stabil, yang diperkirakan akan tetap berpengaruh terhadap perekonomian Jawa Tengah. Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pelambatan ekonomi global dan


(6)

perlu diwaspadai antara lain pelemahan pertumbuhan ekonomi Tiongkok, kebijakan moneter AS terkait kenaikan suku bunga, kebijakan devaluasi yuan Tiongkok, turunnya harga minyak dunia, menurunnya harga komoditas ekspor, tingginya tuntutan produk ekspor yang berwawasan lingkungan serta ketergantungan bahan baku impor industri manufaktur dan produk konsumsi masyarakat.

Kerjasama regional Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang dimulai 1 Januari 2016 juga perlu menjadi perhatian bagi perekonomian Jawa Tengah khususnya terhadap kegiatan investasi dan pengembangan UMKM. Dengan dimulainya MEA, pada satu sisi merupakan peluang karena pasar semakin terbuka namun pada sisi lain merupakan tantangan yang berimplikasi pada terbukanya arus barang dan jasa, modal, tenaga kerja dan teknologi antar negara ASEAN.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas maka perekonomian Jawa Tengah pada tahun 2017 diproyeksikan masih tetap optimis yang antara lain didukung oleh tingginya peminatan terhadap potensi dan peluang investasi yang bersifat padat karya, terealisasinya pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan perekonomian, berkembangnya UMKM yang berbasis produk unggulan daerah, meningkatnya intensifikasi sektor pertanian yang didukung rekayasa teknologi, pengembangan usaha disektor kemaritiman, semakin berkembangnya sektor pariwisata, terkendalinya inflasi dan dukungan regulasi yang efektif.

Dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkualitas, kebijakan perekonomian Jawa Tengah Tahun 2017 diarahkan untuk meningkatkan ketahanan pangan dan energi berkelanjutan serta percepatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan kemandirian wilayah. Guna mendukung tercapainya sasaran kebijakan tersebut perlu didukung pemantapan reformasi birokrasi, peningkatan kualitas dan kompetensi SDM, pengembangan simpul-simpul pertumbuhan wilayah, kerjasama pembangunan regional serta pelibatan stakeholder terkait.

a. Pertumbuhan Ekonomi

Kondisi perekonomian Jawa Tengah menunjukkan trend pertumbuhan meningkat dalam kurun waktu 2011–2015, pada kisaran 5,14–5,40%. Pada kurun waktu tersebut pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2015 sebesar 5,40%.


(7)

Dilihat dari sisi produksi, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2015 didukung oleh pertumbuhan seluruh lapangan usaha kecuali Pengadaan Listrik dan Gas yang mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,3%. Angka laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada lapangan usaha Jasa Perusahaan sebesar 9,7%, diikuti oleh Informasi dan Komunikasi 9,5%, Jasa Keuangan dan Asuransi 8,1%, Transportasi dan Pergudangan 7,9%, Real Estat 7,6%, Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Jasa Pendidikan dan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial masing-masing tumbuh 7,1%. Apabila dilihat dari struktur perekonomian Jawa Tengah menurut lapangan usaha pada tahun 2015 masih didominasi oleh tiga lapangan usaha yaitu Industri Pengolahan 35,3%, Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 15,5% dan Perdagangan Besar, Eceran dan Reparasi Mobil – Sepeda Motor 13,3%.

Pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah tahun 2015 dilihat dari sisi pengeluaran didukung oleh hampir seluruh komponen kecuali Komponen Pengeluaran Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan pertumbuhan negatif sebesar 3,1%. Komponen Ekspor merupakan komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi yaitu 11,0%, diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 5,2% dan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,5%. Dalam struktur ekonomi Jawa Tengah tahun 2015 menurut pengeluaran didominasi oleh Komponen Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 61,1%, Pembentukan Modal Tetap Bruto 30,3% dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 8,5%. Perkembangan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah selama tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1


(8)

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah, 2012-2016

b. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Nilai PDRB Provinsi Jawa Tengah Atas Harga Dasar Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) selama tahun 2011 – 2014 mengalami peningkatan positif. Nilai PDRB ADHB pada tahun 2011 sebesar Rp.692,561 Trilyun, meningkat menjadi Rp.925,662 Trilyun pada Tahun 2014. Sedangkan nilai PDRB ADHK pada tahun 2011 sebesar Rp.656,268 Trilyun meningkat menjadi Rp.235,298 Trilyun pada tahun 2014.

Perkembangan nilai PDRB Provinsi Jawa Tengah baik ADHB maupun ADHK berdasarkan lapangan usaha pada kurun waktu 2011-2014 menunjukan bahwa nilai PDRB tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu industri pengolahan sebesar Rp.336,070 Trilyun (ADHB) dan Rp.274,971 Trilyun (ADHK). Sedangkan laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu jasa pendidikan sebesar 34,19% (ADHB) dan 18,41% (ADHK). Perkembangan nilai dan laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.

Tabel 3.1.

Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di Jawa Tengah Tahun 2011-2014 (Trilyun Rupiah) No LapanganUsaha

2011 2012 2013 2014*)

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

A Pertanian, Kehutanan,

Perikanan 110,425 10,90 119,706 8,41 131,671 10,00 136,857 3,94 Pertambangan


(9)

No LapanganUsaha

2011 2012 2013 2014*)

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

B & Galian 13,955 4,56 14,734 5,58 16,069 9,06 19,621 22,10 C IndustriPengolahan 241,531 12,26 263,739 9,19 294,967 11,84 336,070 13,93 D PengadaanListrik & Gas 0,689 8,38 0,744 8,00 0,769 3,27 0,793 3,20

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah

dan Daur Ulang 0,560 3,16 0,551 -1,63 0,567 2,88 0,601 6,03 F Konstruksi 68,953 7,03 76,406 10,81 83,050 8,69 93,449 12,52

G

Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil &

Sepeda Motor 103,050 12,40 107,277 4,10 115,898 8,04 124,378 7,32 H Transportasi& Pergudangan 19,679 5,55 21,186 7,66 23,658 11,7 27,484 16,2

I Penyediaan Akomodasi & Makan

Minum 20,608 9,78 22,358 8,49 24,581 9,94 27,991 13,87 J Informasi & Komunikasi 22,801 9,48 24,438 7,18 25,807 5,60 28,403 10,06 K Jasa Keuangan & Asuransi 18,971 10,08 21,440 13,01 23,426 9,26 25,667 9,57 L Real Estate 11,541 8,16 12,235 6,02 13,319 8,86 15,037 12,90 M,NJasaPerusahaan 2,072 16,24 2,297 10,86 2,701 17,59 3,027 12,09

O

Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib

20,639 4,42 22,918 11,04 24,638 7,50 26,406 7,18

P JasaPendidikan 21,942 34,19 28,271 28,84 33,525 18,58 38,656 15,30

Q

Jasa Kesehatan & Kegiatan Sosial

4,842 18,22 5,759 18,94 6,489 12,67 7,535 16,13 R,S,T

,U Jasa Lainnya 10,295 5,88 10,460 1,61 11,812 12,92 13,680 15,81 PRDB Total 692,561 11,13 754,529 8,95 832,953 10,39 925,66

2 11,13

Sumber : Berita Resmi Statistik (BRS), 2015 Keterangan : *) Angka Sementara

Tabel 3.2.

Nilai dan Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstran (ADHK) di Jawa Tengah Tahun 2011–2014 (Trilyun Rupiah)


(10)

No

Lapangan Usah

a

201

1 2012 2013 2014*)

(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %

A

Pertanian, Kehutanan,

Perikanan 103,389 3,83 106,536 3,04 109,252 2,55 106,029 -2,95 B Pertambangan& Galian 13,054 -2,19 13,054 5,30 14,594 6,17 15,542 6,50 C PengolahanIndustri 226,325 5,19 241,528 6,72 254,519 5,38 274,971 8,04 D Listrik & GasPengadaan 0,683 7,33 0,751 9,97 0,814 8,46 0,836 2,70

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 0,555 2,27 0,547 -1,39 0,549 0,23 0,567 3,45 F Konstruksi 65,862 2,23 70,034 6,33 73,465 4,90 76,681 4,38

G Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil & Sepeda

Motor 99,227 8,23 101,058 1,85 105,755 4,65 110,357 4,35 H

Transportasi &

Pergudangan 19,522 4,71 20,818 6,64 22,760 9,33 24,802 8,97 I

Penyediaan Akomodasi &

Makan Minum 19,818 5,57 20,871 5,31 21,802 4,46 23,465 7,63 J Informasi &Komunikasi 22,498 8,03 24,690 9,74 26,663 7,99 30,130 13,00 K

Jasa Keuangan &

Asuransi 17,947 4,14 18,588 3,57 19,389 4,31 20,207 4,22 L Real Estate 11,319 6,08 11,934 5,43 12,853 7,70 13,776 7,19 M,N PerusahaanJasa 1,949 9,33 2,087 7,08 2,340 12,12 2,534 8,31

O

Administrasi Pemerintahan,

Pertanahan & Jaminan

Sosial Wajib 20,272 2,57 20,373 0,50 20,912 2,65 21,075 0,78 P PendidikanJasa 19,361 18,41 22,760 17,55 24,930 9,53 27,466 10,17

Q

Jasa Kesehatan &

Kegiatan

Sosial 4,495 9,74 4,959 10,33 5,312 7,12 5,907 11,20 R,S,T,U Jasa Lainnya 9,985 2,69 10,055 0,70 10,983 9,24 11,917 8,50

PRDB Total 656,268 5,30 691,343 5,34 726,899 5,14 766,27

1 5,30

Sumber : Berita Resmi Statistik (BRS), 2015 Keterangan : *) Angka Sementara

Kontribusi lapangan usaha yang paling dominan terhadap pembentukan PDRB Provinsi Jawa Tengah pada periode 2011-2014 adalah industri pengolahan, perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil serta pertanian,


(11)

kehutanan dan perikanan. Pada tahun 2011 kontribusi lapangan usaha industri pengolahan berdasarkan ADHK sebesar 34,49% dan meningkat menjadi 35,88% pada tahun 2014. Sedangkan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil pada periode yang sama sebesar 15,22% dan menjadi 14,44%, selanjutnya untuk lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 15,75% dan menjadi 13,84%. Perkembangan kontribusi lapangan usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Tengah secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Perkembangan Konstribusi Lapangan Usaha dalam PDRB Provinsi Jawa Tengah berdasarkan ADHB dan ADHK Tahun 2011-2014 (%)

N o

Lapangan

Usaha 2011 2012 2013 2014*)

ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK ADHB ADHK

A

Pertanian, Kehutanan,

Perikanan 15,94 15,75 15,87 15,41 15,81 15,03 14,78 13,84 B Pertambangan& Galian 2,02 1,99 1,95 1,99 1,93 2,01 2,12 2,03 C IndustriPengolahan 34,88 34,49 34,95 34,94 35,41 35,01 36,31 35,88 D PengadaanListrik & Gas 0,10 0,10 0,10 0,11 0,09 0,11 0,09 0,11

E

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan

Daur Ulang 0,08 0,08 0,07 0,08 0,07 0,08 0,06 0,07 F Konstruksi 9,96 10,04 10,13 10,13 9,97 10,11 10,1 10,01 G

Perdagangan Besar & Eceran, Reparasi Mobil &

Sepeda Motor 14,88 15,12 14,22 14,62 13,91 14,55 13,44 14,4 H Transportasi& Pergudangan 2,84 2,97 2,81 3,01 2,84 3,13 2,97 3,24

I

Penyediaan Akomodasi &

Makan Minum 2,98 3,02 2,96 3,02 2,95 3 3,02 3,06 J Informasi & Komunikasi 3,29 3,43 3,24 3,57 3,1 3,67 3,07 3,93 K Jasa Keuangan & Asuransi 2,74 2,73 2,84 2,69 2,81 2,67 2,77 2,64 L Real Estate 1,67 1,72 1,62 1,73 1,6 1,77 1,62 1,8 M,N JasaPerusahaan 0,3 0,3 0,3 0,3 0,32 0,32 0,33 0,33

O Administrasi Pemerintahan, Pertanahan & Jaminan Sosial Wajib

2,98 3,09 3,04 2,95 2,96 2,88 2,85 2,75

P JasaPendidikan 3,17 2,95 3,75 3,29 4,02 3,43 4,18 3,58 Q

Jasa Kesehatan & Kegiatan

Sosial 0,7 0,68 0,76 0,72 0,78 0,73 0,81 0,77 R,S,T,U Jasa Lainnya 1,49 1,52 1,39 1,45 1,42 1,51 1,48 1,56

PRDB Total 100 100 100 100 100 100 100 100


(12)

Keterangan : *) Angka Sementara

Dilihat dari sisi penggunaan PDRB Jawa Tengah tahun 2011-2014, menunjukan bahwa komponen penggunaan konsumsi rumah tangga masih menjadi penyumbang tertinggi yaitu sebesar 62,08% pada tahun 2011 meningkat menjadi 64,03 % pada tahun 2014. PDRB Jawa Tengah berdasarkan jenis penggunaan dan prosentase dapat dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4.

Persentase PDRB Jawa Tengah

Berdasarkan Jenis Penggunaan Tahun 2011–2014 (%)

No Jenis Penggunaan 2011 Persentase (ADHB)2012 2013

2014*)

1

Konsumsi Rumah

Tangga 62,08 62,94 64,16 64,03

2 Konsumsi LembagaSwasta 1,03 1,05 1,11 1,16 3 Konsumsi Pemerintah 7,98 8,16 8,32 8,28

4 PMTB 28,65 30,16 29,07 29,56

5 Perubahan Inventori 4,80 7,10 5,32 2,92

6 Ekspor 34,50 34,59 36,69 36,69

7 Impor 39,02 44,00 44,67 42,63

PDRB Total 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber :Berita Resmi Statistik (BRS), 2015

Keterangan : *) Angka Sementara

Nilai PDRB per kapita Jawa Tengah pada kurun waktu 2011-2014 berdasarkan ADHB dan ADHK menunjukan peningkatan yang signifikan. Pada tahun 2011 nilai PDRB per kapita Jawa Tengah ADHB sebesar Rp.19.245.629,58 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp.25.040.436,82. Sedangkan PDRB per kapita Jawa Tengah ADHK pada tahun 2011 sebesar Rp. 19.245.629,58 dan pada tahun 2014 meningkat menjadi Rp. 21.852.221,58. PDRB per kapita Jawa Tengah secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Nilai PDRB per Kapita Jawa Tengah Tahun 2011–2016

Tahun ADHB ADHK

2011 19.245.629,58 19.245.629,58

2012 21.215.839,33 20.104.029,23

2013 22.678.832,03 20.779.645,77

2014 25.040.436,82 21.852.221,58


(13)

Tahun ADHB ADHK 2016

Sumber : Berita Resmi Statistik (BRS), 2015

c. Inflasi

Inflasi di Jawa Tengah selama kurun waktu 2011-2014 menunjukkan trend meningkat dengan angka inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 8,22% (yoy) dan mengalami penurunan cukup tajam pada tahun 2015 yaitu 2,73% (yoy). Beberapa komoditas yang memberikan sumbangan terbesar terjadinya inflasi selama tahun 2015 adalah beras, rokok kretek filter, bawang merah, bawang putih dan jasa pendidikan. Apabila dilihat angka inflasi di 6 daerah di Jawa Tengah menunjukkan bahwa inflasi tertinggi terjadi di Tegal sebesar 3,95%, kemudian diikuti Kudus 3,28%, Cilacap 2,63%, Semarang dan Surakarta masing-masing 2,56% dan Purwokerto 2,52%. Angka inflasi tahun 2015 tersebut berada dibawah angka inflasi nasional sebesar 3,35%, hal demikian mengindikasikan adanya kelancaran distribusi barang kebutuhan pokok dan penting masyarakat di Jawa Tengah dengan perkembangan harga yang cukup terkendali. Perkembangan inflasi Jawa Tengah Tahun 2011 – 2015 dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2.

Inflasi Jawa Tengah Tahun 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 2012-2016

3.1.3. Perekonomian Kabupaten Batang

3.1.3.1. Kondisi Umum

1. Potensi Unggulan Daerah

Dengan melihat kondisi geografis Kabupaten Batang banyak potensi sumber daya alam yang dapat dikembangkan antara lain potensi pertanian,


(14)

perikanan, kehutanan, pariwisata maupun potensi perindustrian dan perdagangan.

a. Potensi Pertanian

Sektor pertanian merupakan sumber mata pencaharian bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Batang. Adapun luas pemanfaatan lahan pertanian pada tahun 2014 terdiri dari 22.405,33 Ha (28,41%) lahan sawah dan 56.458,83 Ha (71,59%) lahan bukan sawah. Sebagaian besar lahan sawah digunakan sebagai lahan sawah berpengairan irigasi sederhana (42,00%), kemudian lahan sawah dengan irigasi teknis (36,44%), selainnya berpengairan irigasi setengah teknis dan tadah hujan.

Sementara itu, lahan bukan sawah digunakan untuk tegal/huma sebesar 37,49% yang merupakan presentase penggunaan terbesar, kemudian digunakan untuk bangunan/pekarangan, perkebunan, hutan negara, tambak/kolam dan padang rumput.

Pada tahun 2014 komoditas pertanian khususnya tanaman pangan mengalami peningkatan produksi. Produksi padi pada tahun ini mencapai 164.342 Ton dengan luas panen 39.183ha. Tingkat produktifitas tanaman padi sekitar 41,93 Kw/Ha sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar 40,19 Kw/Ha. Selain karena luas panen yang meningkat pada tahun ini kondisi cuaca terutama rata-rata curah hujan juga lebih tinggi dari pada tahun sebelumnya. Namun demikian peningkatan produksi padi lebih rendah dari rata-rata peningkatan produksi palawija.

Sementara produksi palawija pada tahun ini hanya komoditas kedelai yang mengalami penurunan. Secara absolut peningkatan jumlah produksi komoditas palawija yang paling tinggi dialami tanaman kacang tanah dengan produksi 956 Ton, atau meningkat 128,7% dari tahun sebelumnya yang hanya 418 Ton. Selanjutnya disusul tanaman ubi jalar dengan peningkatan produksi sekitar 127,4% dari tahun lalu. Tingkat produktifitas tanaman palawija secara umum juga lebih tinggi dari komoditas padi Komoditas palawija yang mengalami peningkatan tingkat produktifitas paling tinggi terjadi pada tanaman kacang tanah. Pada tahun 2014 produktifitas kacang tanah sebesar 19,79 Kw/Ha atau meningkat sekitar


(15)

75% dari tahun sebelumnya yang tingkat produktifitasnya 11,30 Kw/Ha. Tanaman jagung pada tahun ini mengalami penurunan tingkat produktifitas dari 63,37 Kw/Ha pada tahun 2013 menjadi 63,12 Kw/Ha tahun.

b. Potensi Perikanan

Kabupaten Batang memiliki panjang pantai sebesar 38,75 km dengan luas wilayah perairan laut seluas 287,06 km2 dan luas perairan daratan seluas 228,16 km2. Dengan kondisi geografis semacam ini menyimpan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup besar termasuk di dalamnya perikanan tangkap dan perikananbudidaya, industri pengolahan produk perikanan, konservasi, pariwisata bahari serta pantai.

Kabupaten Batang yang sebagian wilayahnya terletak di tepi pantai Laut Jawa yang didukung dengan garis pantai sepanjang 38,75km dan lebar 4 mil merupakan potensi yang sangat strategis untuk pengembangan perikanan laut maupun perikanan darat yang terdiri dari tambak (air payau) dengan potensi lahan seluas 1.429,2 ha, kolam air tawar dengan potensi lahan seluas 300 ha dan perairan umum (sungai, waduk, sawah dan genangan air).

Jenis-jenis ikan laut yang menjadi komoditas unggulan adalah ikan mata besar, ikan remang, ikan bambangan/kakap merah dan ikan bawal. Sedangkan untuk jenis perikanan darat adalah udang windu, udang putih, ikan bandeng serta ikan lele. Potensi sumber daya alam perikanan dan kelautan saat ini belum dapat tergarap secara optimal, hal ini dapat dilihat dari belum dapat dimanfaatkannya wilayah laut seluas 287,060 km2.

Untuk perikanan darat dari potensi lahan air payau seluas 1.429,2 Ha baru dimanfaatkan seluas 292,95 Ha. Sedangkan potensi lahan budidaya air tawar seluas 300 Ha, baru dimanfaatkan seluas 14,52 Ha. Dengan melihat kondisi tersebut diatas, maka sektor perikanan baik perikanan laut maupun perikanan darat masih mempunyai peluang yang cukup besar untuk dikembangkan.

c. Potensi Pariwisata

Kabupaten Batang memiliki banyak potensi pariwisata yang memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan asing maupun domestik. Beberapa obyek wisata di Kabupaten Batang yang saat ini cukup menonjol adalah Pantai Sigandu, Pantai Ujung Negoro, Kolam renang Bandar, Curug Genting dan Curug Gombong. Sedangkan untuk jenis agrowisata adalah Agrowisata


(16)

Perkebunan Teh Pagilaran dan Agrowisata Salak Sodong, sedangkan untuk jenis wisata boga adalah madu, emping, kerupuk kulit ikan, keripik nangka, keripik pisang, durian, rambutan, pisang tanduk serta salak. Kegiatan-kegiatan yang mempunyai daya tarik wisata di Kabupaten Batang adalah meliputi:

1) Kirab Pusaka. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melestarikan budaya tradisional, guna mengenang para pejuang pendiri Kabupaten Batang yang dilaksanakan setiap tanggal 8 April bertepatan dengan Hari Jadi Kabupaten Batang. Dalam acara tersebut diperkenalkan senjata Tombak Abirawa yang merupakan peninggalan Bupati Batang pertama yaitu Pangeran Kyai Adipati Maduredjo Trah Sunan Giri. 2) Lomban. Lomban adalah kegiatan pesta nelayan yang berupa lomba

perahu, sebagai tradisi para nelayan Kabupaten Batang yang dilaksankan setiap tahun bertepatan dengan tanggal 1 Syawal di Sungai Sambong Desa Klidang Lor Kecamatan Batang. Kegiatan tersebut adalah merupakan perwujudan rasa syukur atas kemenangannya dalam menjalankan ibadah puasa.

3) Malam Jum’at Kliwonan. Malam Jum’at Kliwonan adalah merupakan arena keramaian berupa pasar malam dimana banyak penjual/pedagang kaki lima yang menjajakan dagangannya. Disamping itu para pengunjung juga dapat membeli berbagai makanan khas Batang dan menikmati pagelaran kesenian tradisional. 4) Kesenian Daerah. Berbagai kesenian daerah yang menjadi daya

dukung wisata adalah kesenian lengger, kuntulan dan dengklung. Adapun sarana pendukung pariwisata yang ada di Kabupaten Batang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6.

Perkembangan Potensi Usaha Yang Mendukung Kegiatan Pariwisata di Kabupaten Batang

No Jenis Usaha Jumlah

1 Rumah Makan 78 buah

2 Hotel 10 buah

3 Pijat Urut 22 buah

4 Salon Kecantikan 45 buah

5 Rias pengantin 122 buah

6 Biro Perjalanan 8 buah

7 Arena Ketangkasan 30 buah


(17)

No Jenis Usaha Jumlah

9 Karaoke 24 buah

Sumber : Data yang sudah diolah, 2014

d. Potensi Hutan

Kabupaten Batang memiliki kawasan hutan negara seluas 20.796,95 Ha yang terdiri dari kawasan hutan produksi 15.316,51 Ha, kawasan hutan lindung 2.969,68 Ha, kawasan hutan konservasi 93,89 Ha dan kawasan lindung 2.416,87 Ha. Selain itu, masih terdapat hutan rakyat seluas kurang lebih 10.771,44 Ha yang tersebar di 15 Kecamatan. Hutan ini menghasilkan berbagai jenis kayu seperti sengon, jati, dan pinus. Pemanfaatan hasil hutan berupa kayu di Kabupaten Batang digunakan untuk bahan baku mebel, pertukangan, bak truk, galangan kapal, kayu bakar, sedangkan limbah kayu digunakan untuk kerajinan tangan. Adapun kayu bulat (log) maupun kayu setengah jadi dijual keluar daerah bahkan untuk jenis kayu jati dieksport ke Jepang. Disamping hasil hutan berupa kayu, dikembangkan pula budidaya aneka usaha kehutanan (non kayu) yaitu berupa budi daya lebah madu, sarang burung wallet, persuteraan alam dan kebun bibit desa.

e. Potensi Industri dan Perdagangan

Banyaknya hasil sumber daya alam di Kabupaten Batang baik hasil pertanian, perikanan, perkebunan, kehutanan dan sumber daya air yang cukup melimpah, sangat potensial bagi perkembangan industri dan perdagangan. Adapun jenis-jenis industri yang ada dan potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Batang pada tahun 2015 adalah:

1) Kerajinan Kulit.

2) Pembuatan keripik buah pisang dan buah nangka.

3) Pengolahan ikan.

4) Emping melinjo.

5) Pembuatan bak truk (load bak truck)

6) Galangan kapal.

7) Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

8) Tepung Tapioka.

9) Madu lebah


(18)

2. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

Kabupaten Batang pada tahun 2013 memiliki pertumbuhan ekonomi mencapai 5,17% sehingga relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2012 sebesar 5,02%. Pada tahun 2013 ini pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang masih sedikit di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Tengah dan Nasional yaitu masing-masing sebesar 5,78% dan 5,8%. Selengkapnya kondisi pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batang selama tahun 2012-2015**) tampak

pada grafik berikut ini:

Gambar 3.3.

Pertumbuhan Ekonomi (ADHK) Kabupaten Batang Tahun 2012-2015

2012 2013 2014 2015

4.85 4.9 4.95 5 5.05 5.1 5.15 5.2 5.25 5.3 5.35

5.02

5.17 5.16

5.31

Sumber: PDRB Kabupaten Batang 2015

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku maupun harga konstan nilai PDRB Kabupaten Batang selalu mengalami kenaikan. PDRB Kabupaten Batang pada tahun 2014 berasal dari sektor industri pengolahan yang menyumbang Rp. 4.795.449,25 juta dari total PDRB, disusul sektor Pertanian, Kehutanan dan perikanan sebesar Rp. 3.438.378,13 juta,diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor sebesar Rp.1.878.877,27 Juta Selengkapnya tampak pada tabel berikut ini:


(19)

Tabel 3.7.

PDRB Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Kabupaten Batang Tahun 2012-2014

No. Lapangan Usaha 2012 2013 *) 2014 **)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

2.858.594,72 3.124.443,33 3.438.378,13 B Pertambangan dan Penggalian 268.763,63 287.600,19 359.473,65 C Industri Pengolahan 3.811.421,17 4.248.685,06 4.795.449,25 D Pengadaan Listrik dan Gas ` 7.226,19 7.422,93 7.532,66 E Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 13.128,76 13.166,67 13.764,50

F Konstruksi 565.283,69 605.460,42 681.129,43

G Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.610.371,09 1.749.533,57 1.878.877,27 H Transportasi dan Pergudangan 261.260,28 291.213,31 339.669,47

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

432.245,55 465.107,06 522.253,36 J Informasi dan Komunikasi 272.400,90 284.300,18 326.444,21 K Jasa Keuangan dan Asuransi 217.827,56 235.261,65 248.472,27

L Real Estat 121.101,81 132.298,43 150.578,76

M,N Jasa Perusahaan 37.105,91 43.407,51 49.076,16

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

322.734,59 346.772,12 371.417,33

P Jasa Pendidikan 607.399,80 724.853,00 832.463,86

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 76.267,85 87.056,43 101.447,13 R,S,

T,U Jasa lainnya 201.454,21 227.570,50 265.123,50

PDRB 11.684.587,71 12.874.152,35 14.381.550,94

Sumber: PDRB Kabupaten Batang 2015

Kontribusi terbesar perekonomian Kabupaten Batang pada tahun 2014 berasal dari sektor industri pengolahan yang menyumbang 33,34% dari total PDRB disusul sektor pertanian sebesar 23,91%, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 13,06%. Selengkapnya tampak pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8.

Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (persen) Kabupaten Batang Tahun 2012-2014

No. Lapangan Usaha 2012 2013 *) 2014 **)

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 24,46 24,27 23,91

B Pertambangan dan Penggalian 2,3 2,23 2,5

C Industri Pengolahan 32,62 33 33,34

D Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,06 0,05

E Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

0,11 0,1 0,1

F Konstruksi 4,84 4,7 4,74

G Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

13,78 13,59 13,06

H Transportasi dan Pergudangan 2,24 2,26 2,36

I Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 3,7 3,61 3,63

J Informasi dan Komunikasi 2,33 2,21 2,27

K Jasa Keuangan dan Asuransi 1,86 1,83 1,73

L Real Estat 1,04 1,03 1,05

M,N Jasa Perusahaan 0,32 0,34 0,34


(20)

No. Lapangan Usaha 2012 2013 *) 2014 **)

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

P Jasa Pendidikan 5,2 5,63 5,79

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,65 0,68 0,71

R,S,T,U Jasa lainnya 1,72 1,77 1,84

PDRB 100,00 100,00 100,00

Sumber: PDRB Kabupaten Batang 2014

Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Laju inflasi tahun 2014 sebesar 7,66% dan lebih rendah dari laju inflasi tahun 2013 sebesar 8,08%. Laju inflasi Kabupaten Batang selama tahun 2014 ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan laju inflasi di Provinsi Jawa Tengah dan Nasional yaitu masing-masing sebesar 7,99% dan 8,38%. Bahkan pada tahun 2015, laju inflasi di Kabupaten Batang menajdi 2,94%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pereintah kabupaten Batang telah berhasil mengendalikan inflasi di deaerahnya.

Gambar 3.4.

Laju Inflasi Kabupaten Batang Tahun 2012-2015

2011 2012 2013 2014 2015

3.01 3.83

8.08 7.66

2.94

Sumber: PDRB Kabupaten Batang 2015

Peningkatan Laju Pertumbuhan PDRB, diikuti dengan kenaikan pendapatan per kapita. Berdasarkan tabel tersebut, PDRB perkapita penduduk Kabupaten Batang atas dasar harga berlaku, pada tahun 2009 Rp 6.636.909,-, serta pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp 7.431.390,- dan selanjutnya pada tahun 2012 turun menjadi Rp 8.243.052,- dan pada tahun 2013 meningkat menjadi


(21)

10.077.440,- artinya dalam lima tahun terakhir telah terjadi peningkatan PDRB per kapita penduduk Kabupaten Batang secara signifikan.

Indikator lain yang dapat digunakan untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat Batang adalah Indeks Gini, dilihat dari derajat ketimpangan pendapatan masyarakat. Kondisi Indeks Gini Kabupaten Batang selama 3 (tiga) tahun terakhir cenderung menunjukkan perbaikan, tahun 2012 dan tahun 2013 sebesar 0,3, kemudian semakin berkurang menjadi 0,29 tahun 2014. Dibandingkan dengan kondisi nasional tahun 2013 sebesar 0,38 dan kondisi Jawa Tengah sebesar 0,39, kondisi Batang jauh lebih baik, karena 0,29 lebih mendekati 0, kondisi adanya pemerataan sempurna.

Gambar 3.5.

Indeks Gini Kabupaten Batang Tahun 2012-2014

2012 2013 2014

0.28 0.29 0.29 0.29 0.29 0.29 0.3 0.3 0.3 0.3

0.3 0.3

0.29


(22)

3.2. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

Proyeksi keuangan dan belanja daerah merupakan kelengkapan dokumen perencanaan daerah untuk melakukan analisis keuangan daerah. Proyeksi ini akan digunakan sebagai dasar penentuan kebijakan keuangan daerah yang tidak terlepas dari kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan dengan menekankan pada prinsip money follow program.

3.2.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Arah kebijakan yang digariskan oleh Pemerintah Kabupaten Batang dalam mengelola pendapatan daerah adalah sebagai berikut:

3.2.1.1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011. maka dalam pengelolaan keuangan daerah yang mengatur prosedur dan penganggarannya harus dilaksanakan secara tertib dan taat azas. Penyusunan APBD sesuai dengan peraturan perundang-undangan tersebut diawali dengan proses Musrenbangda yang hasilnya dituangkan dalam dokumen RPKD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah). Selanjutnya dipergunakan sebagai dasar penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (PPAS).

Dalam rangka memperkuat pelaksanaan otonomi daerah. maka Pemerintah Kabupaten Batang akan berupaya untuk menggali Potensi Pendapatan Daerah dengan seminimal mungkin memberatkan masyarakat. Dengan harapan. secara bertahab Kabupaten Batang dapat meningkatkan kemampuan kemandirian keuangan daerah dalam memenuhi pembiayaan pembangunan Daerah.

Adapun langkah yang ditempuh yaitu melalui intensifikasi Pendapatan Asli daerah (PAD) dengan mengoptimalkan sumber daya yang ada yang akan dikelola secara lebih efisien dan efektif.

Sedangkan opsi yang kedua yaitu melalui ekstensifikasi Pendapatan asli Daerah (PAD) dengan mengoptimalkan potensi melalui pembukaan peluang-peluang pendapatan baru yang mempunyai potensi besar. Terutama dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah. maka ada beberapa pajak yang sebelumnya ditangani oleh Pemerintah usat dan Provinsi yang diserahkan kepada Daerah diantaranya Pajak


(23)

pusat yang diserahkan daerah : Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). BPHTB. sedangkan Pajak Provinsi yang diserahkan kepada Daerah adalah : Pajak air tanah. dari perubahan regulasi tersebut sehingga tahun 2012 pendapatan diproyeksikan mengalami pergeseran dari beberapa pos dan sub pos Pendapatan Asli daerah (PAD). baik pergeseran yang mengalami peningkatan. maupun yang mengalami penurunan.

Untuk mencapai target Pendapatan daerah. diperlukan langkah-langkah dan arah Kebijakan Keuangan daerah sebagai berikut :

1. Mengoptimalkan sumber sumber Pendapatan daerah. khususnya

sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah melalui Optimalisasi Pendapatan dan Penerimaan wajib Pajak dan Retribusi Daerah sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan.

2. Meningkatkan Penyuluhan pada masyarakat untuk kesadaran membayar

pajak dan retribusi Daerah.

3. Menyediakan sarana dan prasarana movilitas bagi pemungut penerimaan

Daerah maupun pemberian operasional bagi penerimaan Pendapatan. 4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik pada bidang-bidang yang

berhubungan dengan penerimaan Daerah. serta meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia petugas pelaksanaan pengelola penerimaan Daerah. 5. Penataan anggaran berbasis kinerja (Performance budget) melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisien. efektif dan berkesinambungan sehingga memberikan hasil yang baik dengan biaya yang rendah.

6. Peninjauan kembali berbagai kebijakan pemerintah Kabupaten Batang . terutama yang berkaitan dengan atau dalam rangka optimalisasi Pendapatan daerah

7. Mengupayakan secara maksimal pemanfaatan potensi Sumber-sumber Pendapatan daerah.

Guna mencapai target Pendapatan dalam meningkatkan dana Perimbangan. upaya yang dilakukan antara lain melalui: Melakukan upaya koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk lebih mengoptimalkan Pendapatan Daerah yang bersumber dari APBN dan APBD Provinsi Jawa Tengah guna peningkatan pembangunan sarana dan prasarana Perekonomian dan Pelayanan publik.


(24)

3.2.1.2. Implementasi Kebijakan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah

Kebijakan pertama yang digariskan akan diimplementasikan pada tahun anggaran 2017/2018 adalah melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan yang bersumber dari Bagi Hasil Pajak untuk mendukung Pendapatan yang bersumber dari dana Perimbangan Daerah.

Hasil daripada kebijakan yang digariskan akan diteruskan ke tahun-tahun anggaran berikutnya dengan hasil capaian dan proyeksi ke depan sebagai disajikan pada Tabel 3.8. Proyeksi anggaran 2017–2018 dihitung dengan cara mencari trend pertumbuhan (%) 2012 – 2016 dikalikan dengan hasil perhitungan rata-rata bergerak anggaran tahun 2013–2016.

Dalam rangka pelaksanaan kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber pendapatan. maka pada perencanaan ke depan yaitu tahun anggaran 2016/2017 dan kemungkinan besar pada tahun-tahun selanjutnya:

1) Pemerintah Kabupaten Batang sangat memperhatikan beberapa potensi sumber pendapatan yang kenaikannya bisa sangat tinggi. Namun tidak dapat dijadikan pedoman peningkatan pendapatan. Sumber pendapatan daerah yang perkembangan nilainya sangat tinggi namun tidak dapat dipastikan adalah Hibah dari Dana Perimbangan dengan perkembangan rata-rata 14%. Upaya ini ditekankan sebagai realisasi kebijakan peningkatan kemandirian keuangan daerah.

2) Memacu sumber dana yang perkembangannya relatif tinggi antara lain:

bantuan keuangan dan dari provinsi dan pemerintah daerah lainnya yang berkembang rata-rata 38%, lain-lain pendapatan asli yang sah rata-rata perkembangannya diproyeksi 25%. Upaya ini merupakan usaha guna mencegah defisit anggaran.

3) Pada tahun anggaran 2017. Pendapatan Asli Daerah (PAD) didorong agar

mampu berkembang lebih dari 25% yang didukung oleh perkembangan berbagai sumber antara lain: Pajak Daerah; Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan; Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. ketiganya didorong berkembang antara 18-27%. Upaya ini ditekankan sebagai realisasi kebijakan peningkatan kemandirian keuangan daerah. 4) Dana bantuan pemerintah pusat dan provinsi yaitu sumber pendapatan

yang berasl dari Retribusi Daerah; Dana Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak; Dana Alokasi Umum (DAU); dan Dana Alokasi Khusus (DAK)


(25)

diharapkan dapat meningkat sebesar 12–17% per tahun. Target perkembangan ini merupakan upaya untuk menyesuaikan penerimaan agar sejalan dengan perkembangan inflasi harga. menutup peningkatan belanja pegawai dan operasional lainnya.

Penetapan target-target perkembangan pendapatan daerah sebagaiamana pembahasan sebelumnya didasarkan pada perhitungan perkembangan realisasi pos Pendapatan Daerah APBD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2010-2015 yang disajikan pada Tabel 3.9.

Tabel 3.9.

Persentase Trend Perkembangan Sumber Pendapatan Daerah APBD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2012 – 2016

URAIAN 2012 2013 2014 2015 2016

% % % % %

PENDAPATAN 102 104 102 101 101

PENDAPATAN ASLI DAERAH 113 128 116 107 109

Pendapatan Pajak Daerah 121 118 111 106 101

Pendapatan Retribusi Daerah 101 151 101 114 114

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan 94 115 100 100 103

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 118 124 124 106 109

PENDAPATAN TRANSFER 101 101 100 101 101

Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 101 100 100 99 98,5

Dana Bagi Hasil Pajak 109 100 98 75 69,5

Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (SDA) 116 103 94 100 89

Dana Alokasi Umum 100 100 100 100 100

Dana Alokasi Khusus 100 100 100 100 100

Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 100 100 100 100 100

Dana Otonomi Khusus - - - -

Dana Penyesuaian 100 100 100 100 100

Transfer Pemerintah Provinsi 102 119 108 120 123

Pendapatan Bagi Hasil Pajak 102 119 108 120 123

Pendapatan Bagi Hasil Lainnya 90 - - - 90

LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 100 98 90 99 94

Pendapatan Hibah - - - 100

Pendapatan Dana Darurat - - - -

Pendapatan Lainnya 100 98 86 99 92

JUMLAH PENDAPATAN 102 104 102 101 101

Sumber : LKPJ dan LRA, berbagai tahun terbitan

Gambar 3.6.

Perkembangan Sumber Pendapatan Daerah APBD Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2012-2016


(26)

2012 2013 2014 2015 2016 0

200,000,000,000 400,000,000,000 600,000,000,000 800,000,000,000 1,000,000,000,000 1,200,000,000,000 1,400,000,000,000 1,600,000,000,000 1,800,000,000,000

JUMLAH PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

PENDAPATAN TRANSFER LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH

Sumber : LKPJ dan LRA, berbagai tahun terbitan

Dari gambar diatas terlihat bahwa laju perkembangan lain-lain pendapatan daerah yang sah di Kabupaten Batang meningkat hingga tahun 2014 tetapi setelah itu justru semakin meningkat. Laju perkembangan pendapatan di Kabupaten Batang sangat terbantu dengan semakin meningkatnya pendapatan asli daerah dan dana perimbangan yang diterimanya.

Berdasarkan kebijakan-kebijakan yang digariskan tersebut maka proyeksi anggaran pendapatan Pemerintah Kabupaten Batang 2016-2017 dapat disajikan pada Tabel 3.10.


(27)

Tahun 2012 s.d tahun 2018

Uraian Jumlah Realisasi Pendapatan Daerah Proyeksi Jumlah Pendapatan Daerah

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Pendapatan asli

daerah 933.943.656.710 1.086.627.383.076 1.211.216.990.327 1.396.266.245.121 1.372.050.856.689 1.554.537.916.396 1.672.121.723.576

a. Pajak daerah 84.720.049.515 143.502.571.339 172.638.212.952 179.721.273.968 223.680.355.687 255.094.287.184 286.508.218.681

b. Retribusi daerah 17.246.379.938 40.333.063.058 42.714.336.489 51.482.053.384 64.216.031.660 74.724.861.036 85.233.690.413

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan 16.303.639.041 35.812.498.970 25.247.348.616 16.211.683.279 20.683.538.067 19.599.436.303 18.515.334.539

d. Lain-lain pendapatan asli

daerah yang sah 5.367.435.011 5.647.941.063 6.617.718.234 7.070.429.150 7.695.570.762 8.303.446.720 8.911.322.679

2 Dana perimbangan 45.802.595.525 61.709.068.248 98.058.809.613 104.957.108.155 131.085.215.199 152.466.543.125 173.847.871.050

a. Dana bagi hasil pajak/Bagi hasil bukan

pajak 830.321.907.195 907.042.678.471 996.496.836.760 1.096.477.395.839 1.126.468.801.001 1.225.940.986.758

1.304.012.318.23 6

b. Dana alokasi umum 677.708.142.613 727.548.569.854 766.582.242.761 814.899.907.343 859.336.957.417 904.397.854.127 949.458.750.836

c. Dana alokasi khusus 38.781.980.095 27.951.001.154 25.217.998.330 21.614.628.717 14.832.637.835 9.409.132.139 3.985.626.443

3. Lain-lain pendapatan

daerah yang sah 7.014.223.518 8.141.498.700 7.004.750.431 7.004.632.626 6.999.896.083 6.883.343.988 6.766.791.894

a. Hibah 577.238.039.000 641.663.630.000 682.182.894.000 706.782.246.000 759.254.673.500 802.169.862.000 845.085.050.500

b. Dana darurat 54.673.900.000 49.792.440.000 52.176.600.000 79.498.400.000 78.249.750.000 85.935.516.000 93.621.282.000

c. Bagi hasil pajak dari provinsi dan dari pemerintah daerah lainnya

111.875.303.000 131.070.795.000 164.824.223.000 199.918.922.000 226.393.382.000 256.181.810.500 285.970.239.000

d. Dana Penyesuaian dan

Otonomi Khusus - - - - - -

-e. Bantuan Keuangan dari provinsi pemerintah

daerah lainnya**) 111.875.303.000 131.070.795.000 164.824.223.000 199.918.922.000 226.393.382.000 256.181.810.500 285.970.239.000

JUMLAH PENDAPATAN


(28)

3.2.2. Operasionalisasi Kebijakan Belanja

Kebijakan dalam bidang belanja daerah ditekankan pada upaya penghematan biaya dan belanja:

1) Penataan anggaran berbasis kinerja (Performance budget) melalui penataan sistem penyusunan dan pengelolaan anggaran daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja secara efisien. efektif dan berkesinambungan sehingga memberikan hasil yang baik dengan biaya yang rendah.

2) Peninjauan kembali berbagai kebijakan pemerintah Kabupaten Batang . terutama yang berkaitan dengan atau dalam rangka optimalisasi Pendapatan daerah

Sebagai gambaran capaian kinerja penghematan belanja daerah Kabupaten Batang tahun anggaran 2014-2016 serta proyeksi belanja daerah tahun 2017 dapat dilihat dari tabel berikut:

Tabel 3.11.

Capaian Kinerja Belanja Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2012-2016

Diskripsi Pendapatan Daerah dalam APBD 2012 2013 2014 2015 2016

% % % % %

BELANJA 88,00 91,00 91,00 90,00 91,50

BELANJA TIDAK LANGSUNG 88,00 93,00 94,00 92,00 95,00

Belanja Pegawai 87,00 93,00 93,00 91,00 94,00

- Gaji dan Tunjangan PNS 87,00 98,00 97,00 97,00 102,00

- Tambahan Penghasilan PNS 88,00 78,00 86,00 76,00 75,00

- Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan

Anggota DPRD serta KDH/WKDH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

- Biaya Pemungutan Pajak Daerah 71,00 100,00 93,00 92,00 103,00

Belanja Bunga 23,00 18,00 12,00 54,00 48,50

Belanja Subsidi

Belanja Hibah 99,00 90,00 97,00 86,00 85,00

Bantuan Sosial 99,00 99,00 96,00 88,00 86,50

Bantuan Keuangan 98,00 92,00 99,00 99,00 99,50

Belanja Tak Terduga 35,00 45,00 38,00 4,00 5,50

BELANJA LANGSUNG 89,00 88,00 88,00 88,00 87,50

Belanja Pegawai 93,00 87,00 97,00 94,00 96,00

- Honorarium PNS 91,00 91,00 91,00 91,00 91,00

- Honorarium Non PNS 95,00 81,00 95,00 97,00 97,00

- Uang Lembur 91,00 84,00 93,00 91,00 92,00

- Belanja Biasiswa Pendidikan PNS - - - -

-- Uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/

masyarakat - 99,00 86,00 -

-- Belanja Kursus. Pelatihan. Sosialisasi. Bintek 90,00 92,00 84,00 - 82,67

- Belanja Pegawai BLUD 93,00 93,00 108,00 96,00 103,50

Belanja Barang 91,00 91,00 87,00 90,00 88,00

- Bahan Pakai Habis 95,00 95,00 94,00 92,00 91,50

- Bahan Material 97,00 96,00 96,00 96,00 95,50

- Jasa Kantor 93,00 91,00 83,00 93,00 88,00

- Premi Asuransi 96,00 48,00 38,00 93,00 64,00


(29)

Diskripsi Pendapatan Daerah dalam APBD 2012 2013 2014 2015 2016

% % % % %

- Cetak dan Penggandaan 91,00 93,00 96,00 95,00 97,50

- Sewa 87,00 92,00 90,00 90,00 91,50

- Makan Minum 86,00 89,00 90,00 91,00 93,00

- Pakaian 98,00 97,00 93,00 98,00 95,50

- Perjalanan 87,00 82,00 85,00 87,00 86,00

- Belanja Kursus. Pelatihan. Sosialisasi. Bintek 92,00 95,00 91,00 87,00 86,50

- Belanja Perjalanan Pindah Tugas - - 100,00 -

-- Pemeliharaan 94,00 93,00 97,00 94,00 95,50

- Jasa Konsultasi 92,00 93,00 91,00 94,00 93,50

- Survey dan Penyusunan Design Engineering 94,00 96,00 85,00 91,00 86,50

- Belanja sarana dan prasarana perikanan - - - -

-- Belanja Barang dan Jasa BLUD 86,00 93,00 88,00 94,00 95,00

- Belanja Barang Yang Akan Diserahkan

Kepada Masyarakat/Pihak Ketiga 89,00 92,00 85,00 89,00 87,00

- Belanja APKASI - - 86,00 -

-- Belanja Barang dan Jasa Dana Jaminan

Kesehatan Nasional ( JKN ) - - 41,00 64,00

-- Uang Untuk Diberikan Kepada Masyarakat/

Pihak Ketiga - - - 96,00

-- Belanja Jasa Narasumber /Instruktur/ Tenaga

Ahli/ Pembicara / Praktisi/ Pakar - - - 93,00

-Belanja Modal 86,00 84,00 86,00 85,00 85,00

- Belanja Tanah 81,00 98,00 76,00 84,00 81,50

- Belanja Peralatan dan Mesin 89,00 84,00 87,00 83,00 82,00

- Belanja Gedung dan Bangunan 83,00 80,00 91,00 81,00 85,00

- Belanja Jalan irigasi dan Bangunan 88,00 91,00 90,00 96,00 97,00

- Belanja Aset Tetap Lainnya 93,00 67,00 20,00 89,00 52,50

- Belanja Aset Lainnya 79,00 69,00 85,00 - 83,67

JUMLAH BELANJA 88,00 91,00 91,00 90,00 91,50

Sumber : LRA 2014-2015 DPPKAD Kab. Batang.

Berdasarkan kebijakan-kebijakan yang digariskan tersebut. maka proyeksi belanja Pemerintah Kabupaten Batang 2017-2018 dapat disajikan pada tabel berikut:


(30)

Diskripsi Belanja Daerah dalam

APBD

Realisasi (Rp) Proyeksi (Rp)

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

BELANJA 900.205.033.365 1.067.412.675.201 1.212.281.052.710 1.368.164.749.166 1.536.478.735.986 1.664.617.935.500 1.856.882.885.524

BELANJA TIDAK

LANGSUNG 591.981.647.379 661.905.860.907 734.833.146.345 834.071.004.513 905.518.493.700 985.633.611.930 1.065.789.452.589

Belanja Pegawai 507.933.399.316 547.648.556.006 621.752.414.778 643.983.428.574 700.892.936.305 749.118.330.960 797.343.725.614

- Gaji dan

Tunjangan PNS 405.549.754.990 418.442.804.803 438.432.394.243 467.117.084.438 483.558.404.065 504.027.561.843 524.496.719.621

- Tambahan

Penghasilan PNS 96.864.912.180 125.355.823.340 174.933.536.925 170.250.956.400 209.285.268.773 236.258.853.397 263.232.438.022

- Belanja Penerimaan Lainnya Pimpinan dan Anggota DPRD serta KDH/WKDH

2.655.400.000 2.668.000.000 3.972.000.000 3.962.000.000 4.620.300.000 5.142.680.000 5.665.060.000

- Biaya

Pemungutan Pajak

Daerah 2.863.332.146 1.181.927.863 4.414.483.610 2.653.387.736 3.428.963.468 3.689.235.720 3.949.507.971

Belanja Bunga 82.530.764 62.958.879 43.599.157 24.239.434 24.239.434 24.239.434 24.239.434

Belanja Subsidi - - - - - -

-Belanja Hibah 35.935.641.250 26.446.874.000 36.203.606.000 26.078.153.700 26.212.136.075 24.230.563.010 22.248.989.945

Bantuan Sosial 9.154.307.249 50.049.360.230 31.458.697.989 15.486.936.091 26.639.131.461 26.639.131.461 26.679.853.890

Bantuan

Keuangan 38.109.770.600 36.807.350.952 44.613.378.021 148.412.083.714 151.663.887.425 185.535.184.066 219.406.480.707

Belanja Tak

Terduga 765.998.200 890.760.840 761.450.400 86.163.000 86.163.000 86.163.000 86.163.000

BELANJA

LANGSUNG 308.223.385.986 405.506.814.294 477.447.906.365 534.093.744.653 630.960.242.286 678.984.323.570 791.093.432.935

Belanja Pegawai 50.778.323.514 67.174.322.026 73.368.843.573 67.305.871.759 79.487.207.797 55.787.493.187 96.152.151.659

- Honorarium PNS 15.137.230.010 20.734.693.768 20.264.726.587 23.616.064.138 26.179.812.427 28.676.465.947 31.173.119.467

- Honorarium Non

PNS 22.365.363.018 26.154.202.708 24.432.493.150 19.181.105.980 20.214.671.046 19.087.222.979 17.959.774.912

- Uang Lembur 1.099.796.000 1.534.440.750 1.958.587.650 2.110.882.534 2.540.278.359 2.886.019.009 3.231.759.659

- Belanja Biasiswa

Pendidikan PNS - - -

-- Uang untuk


(31)

masyarakat - Belanja Kursus. Pelatihan.

Sosialisasi. Bintek 1.780.985.500 1.772.045.050 1.813.119.744 - 1.836.918.131 1.852.985.253 1.869.052.375

- Belanja Pegawai

BLUD 10.394.948.986 16.524.639.750 23.030.366.442 22.397.819.107 28.715.527.835 32966961540.5 37.218.395.246

Belanja Barang 123.964.577.623 190.109.518.494 246.774.866.537 273.351.994.395 341.335.956.213 392.079.173.619 442.843.046.024

- Bahan Pakai

Habis 9.739.409.769 13.308.408.226 18.941.124.612 16.153.683.405 20.754.540.827 23.242.094.556 25.729.648.285

- Bahan Material 17.973.679.550 26.983.606.772 24.900.187.453 13.586.360.510 17.049.614.462 15.525.076.818 14.000.539.174

- Jasa Kantor 21.529.337.556 23.723.657.792 28.758.156.223 30.903.506.935 34.517.916.269 37.833.616.925 41.149.317.582

- Premi Asuransi 1.238.437.375 725.074.400 435.425.307 1.109.533.236 708.027.202 640.391.051 572.754.900

- Perawatan Kendaraan

Bermotor 7.490.300.190 8.887.024.416 10.293.017.513 10.469.631.506 11.870.990.168 12.905.388.872 13.939.787.577

- Cetak dan

Penggandaan 6.729.960.761 8.039.945.699 9.220.524.384 8.445.456.290 9.690.738.102 10.323.444.629 10.956.151.156

- Sewa 1.954.420.573 3.516.493.561 3.728.147.131 4.382.275.935 5.269.139.214 6.018.661.180 6.768.183.145

- Makan Minum 4.947.632.370 7.407.872.650 9.515.967.835 10.169.104.910 12.453.272.643 14.230.523.923 16.007.775.204

- Pakaian 1.744.940.655 2.456.552.215 3.682.288.743 3.195.502.635 4.164.176.679 4.721.918.926 5.279.661.173

- Perjalanan 12.603.104.136 14.535.521.106 14.277.777.631 14.432.051.567 15.269.388.315 15.792.298.196 16.315.208.078

- Belanja Kursus. Pelatihan.

Sosialisasi. Bintek 2.075.763.500 2.182.219.250 11.747.286.710 6.000.255.983 10.836.017.588 12.969.872.079 15.103.726.570

- Belanja Perjalanan Pindah

Tugas - - 5.650.000 - - - 5.650.000

- Pemeliharaan 20.010.065.408 35.935.892.023 44.237.307.852 52.496.166.070 64.609.787.292 75.185.759.074 85.761.730.855

- Jasa Konsultasi 1.076.354.235 5.063.143.325 7.925.771.304 7.864.069.908 11.288.778.443 13.611.355.942 15.933.933.442

- Survey dan Penyusunan Design

Engineering 192.327.250 363.654.800 365.117.500 466.790.500 553.185.625 635.670.870 718.156.115

- Belanja sarana dan prasarana

perikanan - - -

-- Belanja Barang

dan Jasa BLUD 12.853.342.795 21.777.585.689 30.261.447.688 41.274.389.257 49.978.441.704 59.353.141.842 68.727.841.981

- Belanja Barang


(32)

Ketiga

- Belanja APKASI - - 15.005.000 - - - 15.005.000

- Belanja Barang dan Jasa Dana Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN )

- - 8.008.714.158 18.602.216.098 29.195.718.038 39.789.219.978 50.382.721.918

- Uang Untuk Diberikan Kepada Masyarakat/ Pihak Ketiga

7.345.405.000 7.345.405.000 7.345.405.000 7.345.405.000

- Belanja Jasa Narasumber /Instruktur/ Tenaga Ahli/ Pembicara / Praktisi/ Pakar

5.819.403.750 5.819.403.750 5.819.403.750 5.819.403.750

Belanja Modal 133.480.484.849 148.222.973.774 157.304.196.255 193.435.878.499 210.137.078.276 231.117.656.764 252.098.235.252

- Belanja Tanah 3.011.698.550 587.065.800 2.491.894.515 3.296.302.600 3.036.400.583 3.312.264.669 3.588.128.756

- Belanja Peralatan

dan Mesin 34.414.713.846 36.424.978.584 50.242.625.237 46.780.624.061 54.694.579.757 59.786.117.486 64.877.655.216

- Belanja Gedung

dan Bangunan 61.530.138.417 59.684.602.403 75.185.274.393 90.831.466.980 97.659.034.968 107.999.500.736 118.339.966.504

- Belanja Jalan irigasi dan

Bangunan 29.874.695.825 48.759.821.697 22.663.077.560 52.066.414.183 48.460.605.051 52.508.446.144 56.556.287.238

- Belanja Aset

Tetap Lainnya 3.915.692.300 682.813.600 1.660.879.155 461.070.675 -666.335.898 -1.604.915.830 -2.543.495.762

- Belanja Aset

Lainnya 733.545.911 2.083.691.690 5.060.445.395 - 6.952.793.816 9.116.243.558 11.279.693.300

JUMLAH BELANJA 900.205.033.365 1.067.412.675.201 1.212.281.052.710 1.368.164.749.166 1.536.478.735.986 1.664.617.935.500 1.856.882.885.524


(33)

3.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pada dasarnya kebijakan pembiayaan merupakan usaha untuk secara optimal dan efisien dalam mengeluarkan biaya sehingga nilai sisa lebih pendapatan (SILPA) akan selalu meningkat. SILPA akan bertambah apabila terdapat surplus anggaran dan pembiayaan netto yang lebih.

Berdasarkan hal tersebut maka untuk memperbesar SILPA maka Pemerintah Kabupaten Batang melakukan upaya-upaya meningkatkan PAD dan pendapatan lain-lain yang sah. Di samping itu untuk memperbesar surplus anggaran akan dilakukan penghematan sebesar mungkin belanja daerah tanpa mengorbankan kualitas pelayanan dan kegiatan untuk mengembangkan daerah. Langkah lain yang digariskan adalah memperbesar penerimaan pembiayaan baik melalui peningkatan pendapatan pengelolaan asset daerah. peningkatan penerimaan sisa hasil usaha perusahaan daerah.

Tabel 3.13.

Capaian Kinerja Pembiayaan Daerah Kabupaten Batang Tahun Anggaran 2012-2016

Diskripsi Pendapatan Daerah dalam APBD

2012 2013 2014 2015 2016

% % % % %

Surplus/(Defisit) - 34,53 - 15,13 0,77 - 21,31 - 3,66

Penerimaan Pembiayaan Daerah 95,55 100,00 100,00 99,99 102,22

Pengeluaran Pembiayaan Daerah 56,82 91,93 92,82 99,99 117,99

Pembiayaan Netto 101,10 100,35 100,46 99,99 99,67

Hasil dan proyeksi kebijakan pengendalian belanja daerah dan pembiayaan daerah serta mendorong peningkatan pendapatan dilakukannya selektifitas pemberian bantuan dan hibah dan penyertaan modal seperti yang digariskan membuahkan hasil seperti yang disajikan dalam tabel berikut:


(34)

(35)

dalam APBD 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1. Pendapatan

asli daerah 84.720.049.515 143.502.571.339 172.638.212.952 179.721.273.968 223.680.355.687 255.094.287.184 286.508.218.681 2. Dana

perimbangan 830.321.907.195 907.042.678.471 996.496.836.760 1.096.477.395.839 1.126.468.801.001 1.225.940.986.758 1.304.012.318.236 3. Lain-lain

pendapatan daerah yang sah

18.901.700.000 36.082.133.266 42.081.940.615 120.067.575.314 21.901.700.001 73.502.642.454 81.601.186.659

JUMLAH PENDAPATA N DAERAH

933.943.656.710 1.086.627.383.076 1.211.216.990.327 1.396.266.245.121 1.372.050.856.689 1.554.537.916.396 1.672.121.723.576

1. Belanja Tidak Langsung

591.981.647.379 661.905.860.907 734.833.146.345 834.071.004.513 905.518.493.700 985.633.611.930 1.065.789.452.589

2. Belanja

Langsung 308.223.385.986 405.506.814.294 477.447.906.365 534.093.744.653 630.960.242.286 678.984.323.570 791.093.432.935 JUMLAH

BELANJA 900.205.033.365 1.067.412.675.201 1.212.281.052.710 1.368.164.749.166 1.536.478.735.986 1.664.617.935.500 1.856.882.885.524 SURPLUS /

(DEFISIT) 33.738.623.345 19.214.707.875 -1.064.062.383 28.101.495.955 -164.427.879.297 -110.080.019.104 -184.761.161.948 1. Penerimaan

Pembiayaan 106.757.242.134 132.532.413.822 146.693.658.753 137.474.382.140 157.442.590.450 168.073.856.944 178.705.123.439 2.

Pengeluaran

Pembiayaan 7.963.908.218 5.053.462.944 8.144.209.810 5.627.459.063 5.717.609.859 5.325.749.799 4.933.889.739 3.

Pembiayaan

Netto 98.793.333.916 127.478.950.878 138.549.448.943 131.846.923.077 151.724.980.591 162.748.107.145 173.771.233.700 SILPA 132.531.957.261 146.693.658.753 137.485.386.560 159.948.419.032 - 12.702.898.707 52.668.088.041 - 10.989.928.248


(36)

Dapat diestimasi dan diproyeksikan bahwa usaha untuk menekan belanja daerah dan melakukan penghematan melalui selektifitas diharapkan akan membuahkan hasil yang baik. Belanja daerah sukar untuk ditekan mengingat banyaknya kebutuhan untuk pembiayaan staff dan pegawai . Untuk mendapatkan SiLPA yang makin baik digariskan:

1. Melakukan penghematan belanja tidak langsung pada pos belanja bantuan

sosial dan pegawai.

2. Melakukan penghematan pada belanja langsung khususnya pada belanja

modal khusus pembangunan gedung dan kantor.

3. Melakukan penghematan atau mengurangi penyertaan modal.


(1)

Diskripsi Belanja Daerah dalam

APBD

Realisasi (Rp) Proyeksi (Rp)

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

masyarakat - Belanja Kursus. Pelatihan.

Sosialisasi. Bintek 1.780.985.500 1.772.045.050 1.813.119.744 - 1.836.918.131 1.852.985.253 1.869.052.375 - Belanja Pegawai

BLUD 10.394.948.986 16.524.639.750 23.030.366.442 22.397.819.107 28.715.527.835 32966961540.5 37.218.395.246

Belanja Barang 123.964.577.623 190.109.518.494 246.774.866.537 273.351.994.395 341.335.956.213 392.079.173.619 442.843.046.024

- Bahan Pakai

Habis 9.739.409.769 13.308.408.226 18.941.124.612 16.153.683.405 20.754.540.827 23.242.094.556 25.729.648.285 - Bahan Material 17.973.679.550 26.983.606.772 24.900.187.453 13.586.360.510 17.049.614.462 15.525.076.818 14.000.539.174 - Jasa Kantor 21.529.337.556 23.723.657.792 28.758.156.223 30.903.506.935 34.517.916.269 37.833.616.925 41.149.317.582 - Premi Asuransi 1.238.437.375 725.074.400 435.425.307 1.109.533.236 708.027.202 640.391.051 572.754.900 - Perawatan

Kendaraan

Bermotor 7.490.300.190 8.887.024.416 10.293.017.513 10.469.631.506 11.870.990.168 12.905.388.872 13.939.787.577 - Cetak dan

Penggandaan 6.729.960.761 8.039.945.699 9.220.524.384 8.445.456.290 9.690.738.102 10.323.444.629 10.956.151.156 - Sewa 1.954.420.573 3.516.493.561 3.728.147.131 4.382.275.935 5.269.139.214 6.018.661.180 6.768.183.145 - Makan Minum 4.947.632.370 7.407.872.650 9.515.967.835 10.169.104.910 12.453.272.643 14.230.523.923 16.007.775.204 - Pakaian 1.744.940.655 2.456.552.215 3.682.288.743 3.195.502.635 4.164.176.679 4.721.918.926 5.279.661.173 - Perjalanan 12.603.104.136 14.535.521.106 14.277.777.631 14.432.051.567 15.269.388.315 15.792.298.196 16.315.208.078 - Belanja Kursus.

Pelatihan.

Sosialisasi. Bintek 2.075.763.500 2.182.219.250 11.747.286.710 6.000.255.983 10.836.017.588 12.969.872.079 15.103.726.570 - Belanja

Perjalanan Pindah

Tugas - - 5.650.000 - - - 5.650.000

- Pemeliharaan 20.010.065.408 35.935.892.023 44.237.307.852 52.496.166.070 64.609.787.292 75.185.759.074 85.761.730.855 - Jasa Konsultasi 1.076.354.235 5.063.143.325 7.925.771.304 7.864.069.908 11.288.778.443 13.611.355.942 15.933.933.442 - Survey dan


(2)

Ketiga

- Belanja APKASI - - 15.005.000 - - - 15.005.000

- Belanja Barang dan Jasa Dana Jaminan Kesehatan Nasional ( JKN )

- - 8.008.714.158 18.602.216.098 29.195.718.038 39.789.219.978 50.382.721.918 - Uang Untuk

Diberikan Kepada Masyarakat/ Pihak Ketiga

7.345.405.000 7.345.405.000 7.345.405.000 7.345.405.000 - Belanja Jasa

Narasumber /Instruktur/ Tenaga Ahli/ Pembicara / Praktisi/ Pakar

5.819.403.750 5.819.403.750 5.819.403.750 5.819.403.750

Belanja Modal 133.480.484.849 148.222.973.774 157.304.196.255 193.435.878.499 210.137.078.276 231.117.656.764 252.098.235.252

- Belanja Tanah 3.011.698.550 587.065.800 2.491.894.515 3.296.302.600 3.036.400.583 3.312.264.669 3.588.128.756 - Belanja Peralatan

dan Mesin 34.414.713.846 36.424.978.584 50.242.625.237 46.780.624.061 54.694.579.757 59.786.117.486 64.877.655.216 - Belanja Gedung

dan Bangunan 61.530.138.417 59.684.602.403 75.185.274.393 90.831.466.980 97.659.034.968 107.999.500.736 118.339.966.504 - Belanja Jalan

irigasi dan

Bangunan 29.874.695.825 48.759.821.697 22.663.077.560 52.066.414.183 48.460.605.051 52.508.446.144 56.556.287.238 - Belanja Aset

Tetap Lainnya 3.915.692.300 682.813.600 1.660.879.155 461.070.675 -666.335.898 -1.604.915.830 -2.543.495.762 - Belanja Aset

Lainnya 733.545.911 2.083.691.690 5.060.445.395 - 6.952.793.816 9.116.243.558 11.279.693.300

JUMLAH BELANJA 900.205.033.365 1.067.412.675.201 1.212.281.052.710 1.368.164.749.166 1.536.478.735.986 1.664.617.935.500 1.856.882.885.524 Sumber : Tahun 2012-2016 bersumber LRA. Data tahun 2017-2018 adalah estimasi.


(3)

3.2.3.

Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

Pada dasarnya kebijakan pembiayaan merupakan usaha untuk secara

optimal dan efisien dalam mengeluarkan biaya sehingga nilai sisa lebih

pendapatan (SILPA) akan selalu meningkat. SILPA akan bertambah apabila

terdapat surplus anggaran dan pembiayaan netto yang lebih.

Berdasarkan hal tersebut maka untuk memperbesar SILPA maka

Pemerintah Kabupaten Batang melakukan upaya-upaya meningkatkan PAD dan

pendapatan lain-lain yang sah. Di samping itu untuk memperbesar surplus

anggaran akan dilakukan penghematan sebesar mungkin belanja daerah tanpa

mengorbankan kualitas pelayanan dan kegiatan untuk mengembangkan daerah.

Langkah lain yang digariskan adalah memperbesar penerimaan pembiayaan baik

melalui peningkatan pendapatan pengelolaan asset daerah. peningkatan

penerimaan sisa hasil usaha perusahaan daerah.

Tabel 3.13.

Capaian Kinerja Pembiayaan Daerah Kabupaten Batang

Tahun Anggaran 2012-2016

Diskripsi Pendapatan Daerah dalam APBD

2012 2013 2014 2015 2016

% % % % %

Surplus/(Defisit) - 34,53 - 15,13 0,77 - 21,31 - 3,66

Penerimaan Pembiayaan Daerah 95,55 100,00 100,00 99,99 102,22 Pengeluaran Pembiayaan Daerah 56,82 91,93 92,82 99,99 117,99

Pembiayaan Netto 101,10 100,35 100,46 99,99 99,67

Hasil dan proyeksi kebijakan pengendalian belanja daerah dan pembiayaan

daerah serta mendorong peningkatan pendapatan dilakukannya selektifitas

pemberian bantuan dan hibah dan penyertaan modal seperti yang digariskan

membuahkan hasil seperti yang disajikan dalam tabel berikut:


(4)

(5)

Diskripsi Belanja Daerah dalam APBD

Realisasi (Rp) Proyeksi (Rp)

2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

1. Pendapatan

asli daerah 84.720.049.515 143.502.571.339 172.638.212.952 179.721.273.968 223.680.355.687 255.094.287.184 286.508.218.681 2. Dana

perimbangan 830.321.907.195 907.042.678.471 996.496.836.760 1.096.477.395.839 1.126.468.801.001 1.225.940.986.758 1.304.012.318.236 3. Lain-lain

pendapatan daerah yang sah

18.901.700.000 36.082.133.266 42.081.940.615 120.067.575.314 21.901.700.001 73.502.642.454 81.601.186.659

JUMLAH PENDAPATA N DAERAH

933.943.656.710 1.086.627.383.076 1.211.216.990.327 1.396.266.245.121 1.372.050.856.689 1.554.537.916.396 1.672.121.723.576 1. Belanja

Tidak Langsung

591.981.647.379 661.905.860.907 734.833.146.345 834.071.004.513 905.518.493.700 985.633.611.930 1.065.789.452.589

2. Belanja

Langsung 308.223.385.986 405.506.814.294 477.447.906.365 534.093.744.653 630.960.242.286 678.984.323.570 791.093.432.935

JUMLAH

BELANJA 900.205.033.365 1.067.412.675.201 1.212.281.052.710 1.368.164.749.166 1.536.478.735.986 1.664.617.935.500 1.856.882.885.524 SURPLUS /

(DEFISIT) 33.738.623.345 19.214.707.875 -1.064.062.383 28.101.495.955 -164.427.879.297 -110.080.019.104 -184.761.161.948

1. Penerimaan

Pembiayaan 106.757.242.134 132.532.413.822 146.693.658.753 137.474.382.140 157.442.590.450 168.073.856.944 178.705.123.439 2.

Pengeluaran

Pembiayaan 7.963.908.218 5.053.462.944 8.144.209.810 5.627.459.063 5.717.609.859 5.325.749.799 4.933.889.739 3.


(6)

Dapat diestimasi dan diproyeksikan bahwa usaha untuk menekan belanja

daerah dan melakukan penghematan melalui selektifitas diharapkan akan

membuahkan hasil yang baik. Belanja daerah sukar untuk ditekan mengingat

banyaknya kebutuhan untuk pembiayaan staff dan pegawai . Untuk mendapatkan

SiLPA yang makin baik digariskan:

1.

Melakukan penghematan belanja tidak langsung pada pos belanja bantuan

sosial dan pegawai.

2.

Melakukan penghematan pada belanja langsung khususnya pada belanja

modal khusus pembangunan gedung dan kantor.

3.

Melakukan penghematan atau mengurangi penyertaan modal.