Perekonomian Nasional RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB III BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1. RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH

Sebagai salah satu negara di kawasan ASEAN, dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA, menjadikan Pemerintah Daerah Kabupaten Batang perlu menyiapkan berbagai langkah antisipasi. Langkah antisipasi tentu dilakukan dengan menyusun rancangan kerangka ekonomi daerah Kabupaten Batang Tahun 2018 dengan memperhatikan kondisi ekonomi nasional dan regional Jawa Tengah. Selengkapnya masing masing dijelaskan sebagai berikut:

3.1.1. Perekonomian Nasional

Perkembangan ekonomi global berpengaruh cukup berarti terhadap perekonomian Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, setelah mengalami krisis yang cukup berat, perekonomian Amerika Serikat AS pada pertengahan tahun 2014 mulai membaik. Namun demikian perekonomian beberapa negara maju lainnya belum menunjukkan perbaikan secara memadai. Pemulihan Kawasan Eropa masih lambat, pertumbuhan ekonomi Tiongkok terus menurun, dan ekonomi Jepang masih mengalami resesi. Dalam periode yang sama penurunan permintaan dunia diikuti oleh penurunan harga komoditas internasional, termasuk harga minyak dunia yang turun dengan tajam. Perekonomian Indonesia juga dihadapkan pada makin sulitnya likuiditas dunia sejalan dengan kebijakan pengurangan penghentian pembelian obligasi tapering off yang dilakukan oleh Bank Sentral AS. Dengan perkembangan ini, pada tahun 2014 perekonomian global hanya tumbuh 3,4 persen, namun dengan didorong oleh makin baiknya perekonomian AS, negara maju lainnya, dan emerging market, maka tahun 2015 pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan terus membaik, dan tumbuh sebesar 3,5 persen. Sejalan dengan pergerakan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2014 melambat menjadi 5,1 persen di tahun 2014 lebih rendah dibandingkan tahun 2013 yang besarnya 5,8 persen. Dari sisi eksternal perlambatan tersebut disebabkan oleh turunnya permintaan dunia, turunnya harga komoditas internasional, dan kebijakan pemerintah terkait dengan pembatasan ekspor mineral mentah. Dari sisi permintaan domestik, Rancangan Awal RKPD KABUPATEN BATANG Tahun 2018 BAB III perlambatan tersebut disebabkan oleh investasi yang masih tumbuh rendah yang diantaranya disebabkan oleh turunnya harga komoditas global, dan juga adanya penghematan anggaran pengeluaran pemerintah. Namun demikian, meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih cukup tinggi dibanding beberapa negara lainnya, yang terutama didukung oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat yang cukup tinggi. Di tengah perlambatan ekonomi global, neraca pembayaran mengalami perbaikan pada tahun 2014. Defisit neraca transaksi berjalan menurun dari 3,18 persen per PDB pada tahun 2013 menjadi 2,95 persen per PDB pada tahun 2014, yang didorong oleh perbaikan ekspor manufaktur dan penurunan impor, terutama impor migas yang menurun sejalan dengan pengurangan subsidi BBM. Transaksi modal dan finansial mengalami surplus, yang ditopang oleh PMA yang tumbuh sebesar 24,2 persen, dan investasi portofolio yang tumbuh sebesar 137,3 persen. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa meningkat menjadi USD 111,9 Miliar di bulan Desember 2014 Desember 2013 adalah USD 99,4 miliar, yang setara dengan 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah diatas standar kecukupun internasional, yaitu 3 bulan impor. Dari sisi stabilitas, inflasi pada tahun 2014 mendapat tekanan yang tinggi dari barang yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah administered prices dan bahan pangan yang harganya bergejolak volatile food. Inflasi tahun 2014 tercatat sebesar 8,36 persen yoy, berada di atas sasaran inflasi yang telah ditetapkan sebesar 4,5±1 persen. Namun demikian, inflasi tersebut masih sedikit lebih rendah dibandingkan inflasi tahun 2013 yang besarnya 8,38 persen. Kenaikan inflasi terutama disebabkan oleh adanya pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi dan dampak gejolak harga pangan domestik pada akhir tahun 2014. Kenaikan harga BBM bersubsidi secara signifikan telah mendorong kenaikan harga secara umum, baik disebabkan oleh dampak langsung maupun dampak lanjutan second round effect. Selain BBM, penyesuaian harga barang administered lainnya juga terjadi sepanjang 2014, seperti TDL dan LPG. Namun, inflasi inti tetap terkendali 4,93 persen yoy. Terkendalinya inflasi pada tahun 2014 tidak terlepas dari semakin membaiknya koordinasi kebijakan pengendalian inflasi antara Pemerintah baik pusat maupun daerah dengan Bank Indonesia. Dibandingkan dengan akhir triwulan IV tahun 2014, terjadi penurunan inflasi yang cukup besar. Jika pada triwulan sebelumnya inflasi tahunan menembus angka 8,36 persen di Rancangan Awal RKPD KABUPATEN BATANG Tahun 2018 BAB III bulan Desember 2014 yoy, maka pada triwulan I tahun 2015 inflasi berada pada posisi 6,38 persen di bulan Maret 2015 yoy. Penurunan inflasi ini merupakan dampak dari penurunan harga minyak dunia yang berimbas pada penurunan harga bahan bakar minyak BBM sebanyak 2 dua kali di bulan Januari 2015. Penurunan harga BBM telah mendorong penurunan harga-harga khususnya transportasi dan bahan makanan. Hal ini berimbas pada terjadinya deflasi di bulan Januari dan Februari 2015 masing- masing sebesar 0,24 persen dan 0,36 persen. Namun demikian, pada bulan Maret 2015 kembali terjadi dua kali kenaikan harga BBM yang berimbas pada tingkat inflasi menjadi 0,17 persen mtm, hal ini masih berada pada batasan tingkat inflasi yang terkendali. Sementara itu, nilai tukar Rupiah pada tahun 2014 mengalami depresiasi cukup berarti terhadap dolar AS, namun mencatat apresiasi terhadap mata uang mitra dagang utama lainnya. Depresiasi Rupiah tersebut ditengarai oleh kuatnya apresiasi dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang utama sejalan dengan rilis data perbaikan ekonomi AS dan rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral AS Fed Fund Rate setelah usainya isu tapering-off pada bulan Oktober 2014. Secara titik ke titik point-to- point, Rupiah melemah 1,78 persen yoy selama tahun 2014 ke level Rp12.388 per USD. Nilai tukar rupiah juga mengalami pelemahan selama triwulan I tahun 2015, dimana nilai tukar rupiah pada posisi akhir Maret 2015 menjadi Rp 13.074 per USD. Sementara itu, terhadap mata uang lainnya termasuk Yen Jepang, dan Euro, Rupiah mengalami apresiasi yang cukup tinggi, walaupun masih cukup kompetitif dibandingkan dengan negara mitra dagang. Dari sisi sektor keuangan, sejalan dengan perlambatan perekonomian, pertumbuhan kredit pada Februari 2015 melambat menjadi 12,3 persen yoy dibandingkan tahun sebelumnya yang besarnya 20,3 persen yoy. Namun demikian, ketahanan industri perbankan selama tahun 2014 tetap kuat yang ditunjukkan oleh resiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat. Pada Februari 2015, rasio kecukupan modal Capital Adequacy RatioCAR masih tinggi, sebesar 21,2 persen atau jauh di atas ketentuan minimum 8,0 persen, sedangkan rasio kredit bermasalah Non Performing LoanNPL tetap rendah dan stabil di kisaran 2 persen. Pasar saham domestik selama tahun 2014 juga menunjukkan kinerja positif. IHSG ditutup menguat pada level 5.226,95 di akhir tahun naik 22,3 persen dibanding tahun sebelumnya. Indeks juga tercatat menembus level tertinggi mencapai 5.523,29 pada 7 April 2015. Selanjutnya mengalami sedikit penurunan hingga mencapai 5.182,21 pada tanggal 8 Mei 2015. Optimisme investor terhadap Rancangan Awal RKPD KABUPATEN BATANG Tahun 2018 BAB III perekonomian, dari sisi global disebabkan oleh isu kemungkinan penundaan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS. Dari sisi domestik, tren penguatan didorong oleh suksesnya pelaksanaan pemilu dan proses transisi kepemimpin berjalan dengan baik. Berbagai perkembangan indikator ekonomi makro tahun 2014 berdampak pada kinerja realisasi APBN. Melambatnya pertumbuhan ekonomi pada sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan, pelemahan impor, dan penurunan harga CPO di pasar internasional cukup mempengaruhi kinerja penerimaan perpajakan. Realisasi penerimaan perpajakan hanya sebesar Rp1.146,9 triliun, atau 92,0 persen dari target yang ditetapkan sebesar Rp1.246,1 triliun. Namun demikian, penerimaan negara bukan pajak PNBP realisasinya mencapai Rp398,7 triliun, atau 103,0 persen dari target dalam APBNP tahun 2014 yang besarnya Rp386,9 triliun, terutama yang bersumber dari penerimaan PNBP sumberdaya alam SDA minyak dan gas. Secara total realisasi pendapatan negara mencapai Rp1.550,6 triliun, atau mencapai 94,8 persen dari yang ditargetkan. Belanja negara pada tahun 2014 realisasinya mencapai Rp1.767,3 triliun, atau 94,2 persen dari pagu belanja negara dalam APBNP 2014 yang besarnya Rp1.876,9 triliun. Realisasi tersebut berasal dari realisasi belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.193,6 triliun 93,2 persen dari rencananya dan anggaran transfer ke daerah sebesar Rp573,7 triliun 96,2 persen dari rencananya. Realisasi belanja pemerintah pusat tersebut dipengaruhi di antaranya oleh kebijakan penghematan anggaran perjalanan dinas dan paket rapat di akhir tahun 2014 dan penyesuaian harga BBM bersubsidi pada November 2014. Sementara itu realisasi anggaran transfer ke daerah dipengaruhi oleh lebih rendahnya realisasi dana bagi hasil DBH sebagai konsekuensi turunnya penerimaan negara yang dibagihasilkan. Dengan realisasi pendapatan dan belanja negara yang demikian, realisasi defisit anggaran tahun 2014 mencapai Rp216,7 triliun, atau sebesar 2,16 persen dari PDB. Realisasi defisit anggaran ini lebih rendah dari target defisit anggaran dalam APBNP Tahun 2014 yang besarnya Rp241,5 triliun 2,40 persen dari PDB, namun di sisi lain realisasi pembiayaan anggaran mencapai Rp246,6 triliun, atau Rp5,1 triliun lebih tinggi rencananya sebesar Rp241,5 triliun yang berasal dari pembiayaan dalam negeri neto sebesar Rp262,2 Triliun, dan pembiayaan luar negeri neto sebesar negatif Rp15,6 triliun. Dengan realisasi defisit anggaran yang lebih rendah dari realisasi pembiayaannya, maka terdapat sisa lebih Rancangan Awal RKPD KABUPATEN BATANG Tahun 2018 BAB III pembiayaan anggaran SILPA sekitar Rp29,9 triliun. Walaupun pada triwulan I tahun 2015 pertumbuhan ekonomi adalah 4,7 persen yoy, diperkirakan tahun 2015 pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan masih berpeluang untuk mencapai 5,7 persen APBNP 2015. Hal ini sejalan dengan makin membaiknya perekonomian global dan dilaksanakannya reformasi struktural secara menyeluruh antara lain dalam bentuk penurunan subsidi BBM yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur dan pembangunan sumber daya manusia antara lain dikembangkan melalui program Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Indonesia Sejahtera, upaya reformasi birokrasi dan peningkaatan kualitas pengeluaran pembangunan, serta keberpihakan pemerintah untuk menghapuskan korupsi. Tahun 2015 defisit transaksi berjalan diperkirakan terus membaik sejalan dengan turunnya harga minyak dunia dan reformasi subsidi BBM. Surplus neraca modal dan finansial bertambah seiring dengan membaiknya fundamental ekonomi sejalan dengan telah dimulainya reformasi struktural sehingga arus modal masuk makin besar, terutama PMA dan investasi portofolio. Sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan kredit diperkirakan akan meningkat sehingga mencapai 18,8 persen. Pasar saham domestik yang sampai dengan 10 April 2015 indeksnya terus menguat hingga mencapai level 5.491,34, selanjutnya sampai dengan akhir tahun 2015 diperkirakan akan terus meningkat. Untuk tahun 2015, pendapatan negara ditargetkan meningkat menjadi Rp1.761,6 triliun dengan didukung utamanya oleh peningkatan penerimaan perpajakan. Peningkatan penerimaan perpajakan tersebut akan ditempuh melalui peningkatan tax effort. Dari sisi belanja, kebijakan untuk mengeliminasi subsidi premium dan subsidi tetap untuk solar berdampak pada penurunan alokasi belanja subsidi energi. Penghematan yang didapat dari subsidi energi digunakan utamanya untuk peningkatan anggaran belanja modal yang mencapai Rp275,8 triliun. Defisit anggaran dalam APBN-P 2015 direncanakan sebesar 1,9 persen, lebih rendah dari realisasinya di tahun 2014.

3.1.2. Perekonomian Provinsi Jawa Tengah