SEJARAH PSIKOLOGI SEJARAH PSIKOLOGI KONTRIBUSI KONTRIBUSI METODE-METODE METODE-METODE PENDAHULUAN PENDAHULUAN INTELEGENSI INTELEGENSI LINGKUNGAN LINGKUNGAN KELAS SOSIAL KELAS SOSIAL DIKOTOMI DESA- DIKOTOMI DESA- JENIS KELAMIN JENIS KE
D. SEJARAH PSIKOLOGI D. SEJARAH PSIKOLOGI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
DEMOCRITUS
PLATOARISTOTE
LES
ARISTOTELES
JOHN AMOS
COMENICUS
ROUSSEAU
JOHN LOCKE
JOHN HEINRICH
PESTALOZZI
FRANCIS GALTON
STANLEY HALL
WILLIAM JAMES
CATTEL
BINET
ABAD KE-20
E. KONTRIBUSI E. KONTRIBUSI
PSIKOLOGI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN BAGI
TEORI PRAKTEK TEORI PRAKTEK
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
Kontribusi Bagi Proses Pendidikan
Kontribusi Bagi Peserta Didik
Kontribusi Bagi Pendidik
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BAGI TEORI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN PRAKTEK PENDIDIKAN
1. Kontribusi Bagi Proses 1. Kontribusi Bagi Proses
Pendidikan Pendidikan
Penggunaan audio visual aids
Membantu dalam pengelolaan sekolah
Membantu dalam penyusunan jadwal
pelajaran
Membantu terhadap produksi buku pelajaran
Memberi dasar bagi penyusunan kurikulum
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BAGI TEORI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN PRAKTEK PENDIDIKAN
2. Kontribusi Bagi Peserta 2. Kontribusi Bagi Peserta
Didik Didik
Mengerti hakekat belajar
Pendidikan yang lebih kooperatif
dan demokratif bagi siswa
Membantu perkembangan
kepribadian siswa melalui kegiatan ekstraintra kurikuler
E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI E. KONTRIBUSI PSIKOLOGI
PENDIDIKAN BAGI TEORI PENDIDIKAN BAGI TEORI
PRAKTEK PENDIDIKAN PRAKTEK PENDIDIKAN
3. Kontribusi Bagi Pendidik 3. Kontribusi Bagi Pendidik
Pendidik lebih terbuka terhadap
perbedaan individu
Mengetahui metode mengajar yang
efektif
Memahami permasalahan anak didik
Membantu dalam evaluasi belajar
Meningkatkan kemampuan meneliti
Mengarahkan pendidik dalam
menangani anak-anak khusus
F. METODE-METODE F. METODE-METODE
DALAM PSIKOLOGI DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
Introspeksi
Observasi
Metode Klinis
Metode Diferensial
Metode Ilmiah
Metode Eksperimen
F. METODE-METODE F. METODE-METODE
DALAM PSIKOLOGI DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
1. Instrospeksi 1. Instrospeksi
Melakukan pengamatan ke dalam diri sendiriself observation yaitu
dengan melihat keadaan mental pada waktu tertentu.
F. METODE-METODE F. METODE-METODE
DALAM PSIKOLOGI DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
2. Observasi 2. Observasi
Kegiatan melihat sesuatu di luar diri sehingga yang diperoleh
merupakan data overt behavior perilaku yang tampak.
F. METODE-METODE F. METODE-METODE
DALAM PSIKOLOGI DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
3. Metode Klinis 3. Metode Klinis
Digunakan untuk mengumpulkan data secara lebih rinci mengenai
perilaku penyesuaian dan kasus- kasus perilaku menyimpang.
Studi Kasus Klinis
Studi Kasus Perkembangan
•
Longitudinal
• Cross-Sectional
F. METODE-METODE F. METODE-METODE
DALAM PSIKOLOGI DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
4. Metode Diferensial 4. Metode Diferensial
Digunakan untuk meneliti perbedaan- perbedaan individual yang terdapat di
antara anak didik.
Menggunakan berbagai macam teknik pengukuran contoh: tes, angket,dsb
serta menggunakan statistik untuk menganalisis.
F. METODE-METODE F. METODE-METODE
DALAM PSIKOLOGI DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
5. Metode Ilmiah 5. Metode Ilmiah
Merupakan prosedur yang sistematik dalam memecahkan permasalahan
dan merupakan suatu pendekatan objektif yang terbuka untuk
dikritik,dikonfirmasikan, dimodifikasi atau bahkan mungkin ditolak
kebenarannya oleh penelitian berikutnya.
Digunakan untuk menyelesaikan permasalahan perilaku yang lebih
kompleks yang harus bisa dipertanggungjawabkan secara
ilmiah.
F. METODE-METODE F. METODE-METODE
DALAM PSIKOLOGI DALAM PSIKOLOGI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
6. Metode Eksperimen 6. Metode Eksperimen
Melakukan pengontrolan secara ketat terhadap faktor-faktor atau variabel-
variabel yang diperkirakan dapat mencemari atau mengotori hasil
penelitian.
BAKAT INTELEGENSI BAKAT INTELEGENSI
PENDAHULUAN
INTELEGENSI
BAKAT
LINGKUNGAN HEREDITAS
KELAS SOSIAL IMPLIKASINYA DALAM
PENDIDIKAN
DIKOTOMI DESA-KOTA
JENIS KELAMIN
A. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN
Bakat intelegensi merupakan
kemampuan mental individu
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
Sejarah Intelegensi
Pengertian Intelegensi
Teori-teori Intelegensi
Pengukuran Intelegensi
Kurve Normal Dalam Intelegensi
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
1. Sejarah Intelegensi 1. Sejarah Intelegensi
WundtJerman, GaltonInggris,
CattelAS tes untuk anak-anak. Hasilnya:ada perbedaan ketepatan dan
kecepatan individu dalam mengerjkan tes.
Pra 1800-an tes hanya untuk mengukur
satu kemampuan
1880 Ebbinghause menemukan
berbagai tes memori
Alfred Binet Theopile Simon
membedakan intelegensi anak normal dengan anak lemah pikir
Tes Binet- Simon
Tes Binet
direvisi 1916 menjadi Tes
Stanford Binet
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
2. Pengertian Intelegensi 2. Pengertian Intelegensi
TERMAN Suatu kemampuan untuk
berpikir berdasarkan atas gagasan yang abstrak.
BINET Intelegensi mencakup 4 hal
yaitu:pemahaman, hasil penemuan, arahan dan pembahasan.
STREN Kapasitas umum dari individu
yang secara sadar dapat menyesuaikan jiwa yang umum dengan masalah dan
kondisi hidup baru.
THORNDIKE Daya kekuatan respon
yang baik dari sudut pandang kebenaran dan kenyataan. Tiga aspek intelegensi:
ketinggian, keluasan dan kecepatan.
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi 3. Teori-teori Intelegensi
CHARLES SPEARMAN
Dua faktor intelegensi, yaitu:
Faktor G: mencakup semua kegiatan intelektual dan
dimiliki oleh semua orang.
Faktor S: mencakup semua faktor khsusus tertentu yang
relevan dengan tugas tertentu.
B. Intelegensi B. Intelegensi
3. Teori-teori Intelegensi 3. Teori-teori Intelegensi
THURSTONE
Intelegensi beroperasi pada empat tingkat
trial error yaitu :
Perilaku nyata trial error
Perseptual trial error
Ideational
Konseptual dijadikan acuan bagi pengukuran intelegensi
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
3. Teori-teori Intelegensi 3. Teori-teori Intelegensi
KEMAMPUAN KONSEPTUAL THURSTONE:
Verbal Comprehention V
Number N
Spatial Relation S
Word Fluency W
Memory M
Reasoning R
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi 4. Pengukuran Intelegensi
KUALITATIF Perbedaan
intelegensi disebabkan karena kualitas individu yang berbeda.
KUANTITATIF Perbedaan
intelegensi disebabkan karena terdapat perbedaan kuantitas
individu.
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi 4. Pengukuran Intelegensi
ALFRED BINET
TES STANFORD BINET
IQ = MA
CA X 100
IQ = Intelligence Quotient
MA = Mental Age
CA = Chronological Age
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi 4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Stanford- Klasifikasi IQ Menurut Stanford-
Binet Binet
KLASIFIKASI IQ
Genius 140 ke atas
Sangat cerdas 130 – 139
Cerdas superior 120 – 129
Di atas rata-rata 110 – 119
Rata-rata 90 – 109
Di bawah rata-rata 80 – 89
Garis Batas bodoh 70 – 79
Moron lemah pikir 50 – 69
Imbisil,idiot 49 ke bawah
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi 4. Pengukuran Intelegensi
DAVID WECHSLER
Wechsler-Bellevue Intellegence Scale
1939
Wechsler Intellegence Scale for
Children 1949
Wechsler Adult Intellegence Scale
1955
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
4. Pengukuran Intelegensi 4. Pengukuran Intelegensi
Klasifikasi IQ Menurut Klasifikasi IQ Menurut
Wechsler Wechsler
KLASIFIKASI IQ
Very Superior 130 ke atas
Superior 120 –129
Bright Normal 110 –119
Average 90 – 109
Dull Normal 80 – 89
Borderline 70 –79
Mental Deffective 69 ke bawah
B. INTELEGENSI B. INTELEGENSI
5. Kurve Normal Dalam 5. Kurve Normal Dalam
Intelegensi Intelegensi
Sejarah Bakat
Pengertian Bakat
Bakat Intelegensi
Pengukuran Bakat
C. Bakat C. Bakat
1. Sejarah Bakat 1. Sejarah Bakat
Pendidikan = Bakat Ideal
Aplikasi Bakat pendidikan lapangan kerja
Thorndike Tiga jenis intelegensi : Abstrak
Mekanis Sosial
Spearman Teori faktor G faktor S dalam intelegensi
C. Bakat C. Bakat
2. Pengertian Bakat 2. Pengertian Bakat
Crow dan Crow : Bakat merupakan kualitas yang dimiliki oleh semua orang dalam tingkat yang beragam
William B. Michael : bakat adalah kapasitas seseorang dalam melakukan tugas, yang dedikit sekali dipengaruhi atau
tergantung dari latihan
Brigham : Bakat kondisi, kualitas, atau sekumpulan kualitas yang dititik beratkan pada apa yang dapat dilakukan individu
segi performancekinerja setelah individu mendapat latihan.
C. Bakat C. Bakat
2. Pengertian Bakat 2. Pengertian Bakat
Woodworth dan Marquis : bakat adalah prestasi yang dapat diramalkan dan dapat diukur melalui tes khusus.
Bakat merupakan kemampuan yang memiliki tiga arti, yaitu: 1. Achievement Kemampuan aktual
2. Capacity Kemampuan potensial 3. Aptitude Kualitas
C. Bakat C. Bakat
2. Pengertian Bakat 2. Pengertian Bakat
Guilford : bakat adalah kemampuan kinerja yang mencakup dimensi perseptual, dimensi psikomotor, dan dimensi intelektual
Suryabrata : Analisis mengenai bakat selalu merupakan analisis mengenai tingkah laku. Tingkah laku mengandung tiga aspek :
aspek tindakan performanceact
aspek sebab atau akibatnya a person causes a result
aspek ekspresif
Aspek kedua banyak dibahas terutama bila dikaitkan dengan bakat
C. Bakat C. Bakat
3. Bakat dan Intelegensi 3. Bakat dan Intelegensi
Binet dan Weschler menekankan
pada berfungsinyaseluruh kemampuan mental individu.
Hasil tes intelegensi bisa mengukur
bakat.
Pengukuran intelegensi bersifat
meramalkan tentang keberhasilan seseorang dalam menyelesaikan
beberapa tugas pekerjaan yang memerlukan kemampuan mental.
Pengukuran bakat bertujuan
menunjukkan kemampuan yang berhasil dalam bidang khusus.
4. Pengukuran Bakat 4. Pengukuran Bakat
Prosedur pengukuran bakat Suryabrata, 1995 :
a. Analisis jabatanlapangan
b. Deskripsi jabatanlapangan studi
c. Menemukan persyaratan yang diperlukan
d. Menyusun alat pengungkap bakat, biasanya berbentuk tes
D. LINGKUNGAN D. LINGKUNGAN
HEREDITAS HEREDITAS
Studi terhadap keluarga
Studi terhadap anak kembar
D. Lingkungan D. Lingkungan
Hereditas Hereditas
1. Studi terhadap 1. Studi terhadap
Keluarga Keluarga
Galton orang tua IQ tinggi = IQ anak tinggi
Asumsi dulu: IQ dipengaruhi faktor keturunan
Asumsi sekarang: IQ kemungkinan
dipengaruhi faktor lingkungan
D. Lingkungan D. Lingkungan
Hereditas Hereditas
2. Studi terhadap Anak 2. Studi terhadap Anak
Kembar Kembar
Penelitian Hardy dan Heyes, 1988:
Kembar monozigotik dibesarkan bersama:
IQ hampir sama faktor nature berperan besar
IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan besar
Kembar monozigotik dibesarkan, terpisah
IQ hampir sama faktor nature berperan kecil
IQ yang berbeda jauh faktor nuture berperan kecil
E. KELAS SOSIAL E. KELAS SOSIAL
Havighurst kelas sosial
intelegensi, laki-laki perempuan
Makin tinggi kelas sosial, makin
tinggi tingkat intelegensi
Tidak ada perbedaan laki-laki
perempuan
F. DIKOTOMI DESA- F. DIKOTOMI DESA-
KOTA KOTA
Crow Crow 1989 intelegensi
anak kota anak desa
Colleman, dkk prestasi anak
metropolitan anak non metropolitan
G. JENIS KELAMIN G. JENIS KELAMIN
Intelegensi laki-laki = perempuan
Cage Berliner, 1979;Crow Crow, 1989
G. JENIS KELAMIN G. JENIS KELAMIN
Perbedaan laki-laki perempuan Cage Berliner, 1979:
Kemampuan verbal p l
Kemampuan matematika l p
Kemampuan spasial l p
Problem solving l p
Orientasi prestasi
INDIVIDU ANTISIPASI INDIVIDU ANTISIPASI
PENDIDIKAN PENDIDIKAN
PENDAHULUAN
PENDIDIKAN ANAK BERBAKAT
PENDIDIKAN BAGI SLOW LEARNER
PENDIDIKAN ANAK KHUSUS
A. PENDAHULUAN A. PENDAHULUAN