PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA TUNARUNGU

D. PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL REMAJA TUNARUNGU

DITINJAU DARI METODE KOMUNIKASI ORAL DAN TOTAL Masa remaja adalah masa transisi yang memiliki tugas perkembangan mencari identitas Schultz, 1994. Pencarian indentitas diri dapat dilakukan remaja melalui berhubungan dengan lingkungan sosialnya sehingga dituntut memiliki kemampuan penyesuaian sosial yang baik. Kegagalan remaja dalam menguasai kemampuan sosial akan menyebabkan remaja sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Tidak berbeda dengan remaja normal, remaja tunarungu juga dituntut melakukan penyesuaian sosial yang baik Wasito, 2010. Dengan kondisi ketunarunguan tersebut, tugas perkembangan untuk memenuhi penyesuaian sosial tentu membutuhkan usaha yang lebih besar. Proses penyesuaian sosial memerlukan peran komunikasi dan hal ini tidak dapat dihindari oleh remaja tunarungu Lukman, 2009. Sejalan dengan pendapat Shaliha 2007 bahwa penyesuaian sosial yang baik sangat tergantung pada efektivitas komunikasi yang dijalin individu dengan orang lain karena mereka akan bisa membina hubungan dengan lingkunganya sehingga lebih mudah untuk bisa menerima dan diterima oleh lingkungan. Begitu juga dengan penelitian Sari 2006 menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara komunikasi interpersonal dengan penyesuaian sosial. Semakin baik komunikasi interpersonal maka semakin baik penyesuaian sosialnya. Penelitian oleh Ni’mah 2010 menunjukkan bahwa secara signifikan terdapat hubungan positif antara komunikasi interpersonal dengan penyesuaian sosial pada remaja SMP Negeri 1 Sukoharjo. Universitas Sumatera Utara Remaja tunarungu akan berhadapan dengan permasalahan terkait dengan kesulitan untuk menjembatani hubungan sosial pada lingkungan sekitarnya seperti kesulitan dalam berkomunikasi dengan orang yang dapat mendengar secara normal Efendi, 2006. Kesulitan ini tidak dapat dihindari oleh remaja tunarungu sehingga memerlukan komunikasi yang efektif yang dijalin individu dengan orang lain. Dalam proses komunikasi diperlukan peranan bahasa, bicara, dan pendengaran yang menjadi pengontrol efektif ada tidaknya sebuah komunikasi Efendi, 2006. Metode komunikasi yang dapat digunakan tunarungu dalam melakukan proses komunikasi ada tiga metode, yakni metode manual, metode oral dan metode komunikasi total Efendi, 2006. Metode komunikasi oral dalam pelaksanaannya menitikberatkan kepada pengucapan dalam penyampaian pesan mengekspresikan gagasan pikiran perasaan dan membaca ujaran speechreading dalam menerima pesan Bunawan, 1997. Metode ini juga disertakan dengan penggunaan ekspresi wajah dan gesture secara natural Gravel, 2003. Metode komunikasi ini mengarahkan agar remaja tunarungu baik dalam menerima pesan atau mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya diharapkan melalui cara-cara yang lazim digunakan oleh anak-anak yang mendengar pada umumnya. Sehingga dengan metode komunikasi ini tunarungu dapat menerima akses kebahasaan yang lebih besar dari lingkungannya Gravel, 2003. Dalam penggunaan metode komunikasi ini, mereka mampu berkomunikasi secara langsung dengan berbagai macam individu, yang pada gilirannya dapat Universitas Sumatera Utara memberi remaja tunarungu berbagai kemungkinan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial Somad, 2010. Remaja tunarungu dapat berinteraksi aktif dalam lingkungannya, baik lingkungan sesama, keluarga maupun masyarakat. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya Faricha, 2008. Namun, penggunaan komunikasi ini seringkali membuat lawan bicara meminta untuk mengulangi pembicaraan berkali-kali sehingga diperlukan juga komunikasi isyarat untuk mempermudah komunikasi Suparno, 1997. Metode komunikasi total merupakan perpaduan antara metode komunikasi manual dan metode komunikasi oral Efendi, 2006. Komunikasi total dapat berupa gabungan dari metode oral, isyarat, dan fingerspelling abjad jari. Anak menerima input melalui membaca ujaran, isyarat, dan fingerspelling, kemudian mengekspresikannya melalui bicara, isyarat dan fingerspelling Moores, 2001. Penyandang tunarungu tetap menguasai keterampilan berbicara dengan memberi penunjang visual yang lebih nyata dan membaca ujaran karena dalam metode ini unsur bicara digunakan bersamaan dengan unsur isyarat Bunawan, 1997 Metode komunikasi total dapat meningkatkan pencapaian pendidikan umum, kemampuan membaca ujaran, dan kemampuan bahasa tulis dan kematangan sosial. Demikian pula dalam hal kecepatan membaca efektif, penyandang tunarungu yang dididik dengan menggunakan komunikasi total memiliki kecepatan membaca efektif yang lebih baik daripada penyandang tunarungu yang dididik menggunakan metode oral Efendi, 2006. Universitas Sumatera Utara Metode ini dapat mempermudah remaja tunarungu dalam meningkatkan kemampuan komunikasinya. Remaja tunarungu tidak merasa kesulitan dalam menjalankan perannya dan dapat menjalankan aktivitas komunikasinya dengan orang lain, sehingga dengan metode komunikasi total remaja tunarungu dapat bersosialisasi secara lebih mudah dan lebih baik dengan orang lain Valintini, 2011. Kemampuan untuk bersosialisasi secara lebih efektif akan berdampak pada penyesuaian yang baik secara sosial Hurlock, 1997. Penggunaan komunikasi total dianggap lebih efektif daripada oral, namun di Medan masih ada SLB B yang tetap menerapkan komunikasi oral dan tidak beralih pada penggunaan komunikasi total dengan alasan penggunaan komunikasi total dapat memungkinkan siswa lebih fokus terhadap penggunaan isyarat dan fingerspelling yang dapat berdampak semakin kecilnya penggunaan komunikasi oral. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat penyesuaian sosial antara metode komunikasi oral dan komunikasi total. Komunikasi manual tidak disertakan dalam penelitian ini karena terbatasnya sampel penelitian yang menggunakan komunikasi manual sekarang ini. Oleh karena itu penelitian memfokuskan pada perbedaan metode komunikasi oral dan total. Perbedaan metode komunikasi yang digunakan remaja tunarungu memungkinkan terjadinya perbedaan proses belajar sosial dan peran yang membutuhkan penyesuaian yang berbeda, yang memungkinkan akan membentuk variasi perbedaan penyesuaian sosial. Universitas Sumatera Utara

E. HIPOTESA