Pembahasan ANALISA DAN INTERPRETASI DATA

tahun. Remaja tunarungu pada rentang usia 16-18 tahun lebih baik penyesuaian sosialnya daripada remaja tunarungu pada rentang usia 13-15 tahun.

D. Pembahasan

Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa nilai p0.05, ini menunjukkan bahwa hipotesa nol ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ada perbedan penyesuaian sosial remaja tunarungu yang menggunakan metode komunikasi oral dan total. Dari hasil analisa utama, diperoleh nilai mean penyesuaian sosial remaja tunarungu yang menggunakan metode komunikasi total ̄ total = 86.67 lebih tinggi dari mean remaja tunarungu yang menggunakan metode komunikasi oral ̄ oral = 81.43. Hal ini menunjukkan bahwa penyesuaian sosial remaja tunarungu yang menggunakan metode komunikasi total lebih baik dari penyesuaian sosial remaja tunarungu yang menggunakan metode komunikasi oral. Hal ini bisa saja terjadi karena penggunaan metode komunikasi total lebih mengarahkan penyandang tunarungu untuk tetap menguasai keterampilan berbicara dengan memberi penunjang visual yang lebih nyata dan membaca ujaran dengan menggunakan isyarat secara bersamaan. Komunikasi total berupa gabungan dari metode oral, isyarat, dan fingerspelling abjad jari. Anak menerima input melalui membaca ujaran, isyarat, dan fingerspelling, kemudian mengekspresikannya melalui biacara, isyarat dan fingerspelling Moores, 2001. Hasil penelitian ini pada dasarnya didukung oleh penyataan Valintini 2011 bahwa dengan metode komunikasi total remaja tunarungu dapat Universitas Sumatera Utara bersosialisasi secara lebih mudah dan lebih baik dengan orang lain. Hal tersebut dikarenakan penggunaan metode komunikasi total dapat mempermudah remaja tunarungu dalam meningkatkan komunikasinya sehingga mereka tidak merasa kesulitan dalam menjalankan perannya dan dapat menjalankan aktivitas komunikasinya dengan orang lain. Kemampuan bersosialisasi secara lebih efektif tersebut akan berdampak pada penyesuaian yang baik secara sosial Hurlock, 1997. Namun, hal tersebut bukan berarti bahwa semua remaja tunarungu yang menggunakan komunikasi oral tidak mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sosial. Hal ini terlihat dari skor yang diperoleh remaja tunarungu yang menggunakan komunikasi oral, dengan skor mean yaitu 81.43 dan sebanyak 76.67 berada pada kategori sedang. Secara umum penyesuaian sosialnya tergolong cukup baik, artinya mereka cukup mampu untuk menyesuaiakan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya pengaruh lingkungan sekolah, seperti adanya pola belajar yang santai, komunikasi dan pola hubungan yang terbuka, sikap guru yang lebih bersahabat. Schneiders 1964 menjelaskan bahwa penyesuaian sosial meliputi penyesuaian di rumah, penyesuaian di sekolah dan penyesuaian di masyarakat. Penyesuaian sosial di rumah merupakan pengalaman sosial individu yang pertama. Penyesuaian sosial di sekolah merupakan perluasan penyesuaian sosial remaja untuk belajar mengenal lingkungan sosial yang lebih luas lagi yakni masyarakat. Penyesuaian sosial di sekolah ditandai dengan kemampuan dan kemauan untuk belajar, menerima otoritas guru, berpartisipasi dalam kegiatan di Universitas Sumatera Utara sekolah dan bertanggung jawab terhadap tugasnya, serta bersedia untuk bekerja sama dan menolong temannya. Kemampuan melakukan penyesuaian sosial di sekolah sedikit banyak menunjukkan penyesuaian sosial individu. Penyesuaian sosial di masyarakat bersifat lebih kompleks. Penyesuaian sosial yang baik di masyarakat ditandai dengan adanya penghormatan terhadap hak orang lain, kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain, peduli terhadap orang lain dan kesediaan untuk menolong, serta kepatuhan terhadap nilai dan norma yang berlaku di masyarakat. Dari hasil analisa tambahan penyesuaian sosial remaja tunarungu berdasarkan jenis kelamin diperoleh nilai p0.05, artinya ada perbedaan penyesuaian sosial antara remaja tunarungu yang berjenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Penyesuaian sosial remaja tunarungu berjenis kelamin lebih baik dibandingkan penyesuaian sosial remaja tunarungu berjenis kelamin laki- laki. Hal tersebut dikarenakan adanya perbedaan perlakuan masyarakat terhadap laki-laki dan perempuan. Laki-laki umumnya lebih aktif, lebih bebas dan cenderung lebih longgar dalam menentang peraturan dan norma masyarakat, sedangkan perempuan umumnya lebih banyak dibiasakan untuk mengikuti norma sehingga akan lebih mudah dalam melakukan penyesuaian sosial. Hasil analisa tambahan penyesuaian sosial remaja tunarungu berdasarkan rentang usia diperoleh nilai p0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penyesuaian sosial antara remaja tunarungu yang berusia 13-15 tahun dengan 16-18 tahun. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya perbedaan skor mean di mana mean pada kelompok sampel yang berusia 16-18 tahun lebih Universitas Sumatera Utara memiliki penyesuaian sosial yang baik dibandingkan dengan kelompok sampel yang berusia 13-15 tahun. Sebagaimana secara teoritis telah dikemukakan oleh Schneiders 1964 yang mengatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang juga akan semakin matang untuk melakukan respon, proses ini yang akan menentukan pola-pola penyesuaian sosialnya. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyesuaian sosial adalah perkembangan dan kematangan, di mana dalam proses perkembangan respon seseorang akan berkembang melalui belajar dan pengalaman yang nantinya akan berhubungan erat dengan proses penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN