METODE KOMUNIKASI LANDASAN TEORI

seringkali tampak frustasi. Akibatnya ia sering menampakkan sikap-sikap bermusuhan atau menarik diri dari lingkungannya. Keadaan ini semakin tidak menguntungkan ketika beban ini ditambah dengan sikap lingkungan atau tekanan lain yang berasal dari luar diri keluarga, teman sebaya, masyarakat sekitar yang berupa cemoohan, ejekan, dan bentuk penolakan lain sejenis dan berdampak negatif. Hal ini tentu membuat penyandang tunarungu semakin merasa tidak aman, bimbang dan ragu-ragu terhadap keberadaan diriya. Beberapa dari mereka yang berhasil mengatasi permasalahannya dikarenakan adanya konsep diri yang positif mengenai dirinya sehingga menampilkan kesan yang baik jika berhubungan dengan orang di sekitarnya Alfi, 2005. Di samping itu penerimaan yang baik di dalam kelompok sosial juga membantu proses penyesuaian sosial dengan lingkungannya Wasito, 2010. Mereka mendapat harga diri seperti apa yang mereka harapkan karena orang lain mengakui dan menerima kehadirannya, sehingga mereka merasa aman akan kedudukannya dalam masyarakat Sastrawinata, 1977.

B. METODE KOMUNIKASI

B.1. Pengertian Komunikasi Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa latin communico yang berarti membagi. Yang dimaksud membagi adalah membagi gagasan, ide atau pikiran antara seseorang dan orang lain Cangara dalam Shoelhi, 2009. Communico berakar dari kata communis yang berarti sama, sama arti atau sama makna Effendy dalam Shoelhi, 2009. Dalam komunikasi, hakikatnya harus Universitas Sumatera Utara terkandung kesamaan makna atau kesamaan pengertian. Tidak ada kesamaan pengertian diantara mereka yang melakukan komunikasi, komunikasi tidak akan berlangsung. Secara terminologis, para ahli komunikasi mendefinisikan komunikasi dari berbagai perspektif, yakni perspektif filsafat, sosiologis dan psikologis. Dalam perspektif filsafat, komunikasi dimaknai untuk mempersoalkan apakah hakikat komunikator-komunikan, dan bagaimana mereka menggunakan komunikasi untuk berhubungan dengan realitas di alam semesta Rakhmat dalam Shoelhi, 2009. Aristoteles merumuskan komunikasi pada tiga komponen pokok, yaitu siapa yang berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang mendengarkan. Dari perspektif sosiologis, Colin Cherry dalam Shoelhi, 2009 mendefinisikan komunikasi sebagai upaya untuk membuat satuan sosial yang terdiri dari individu-individu dengan menggunakan satuan sosial yang terdiri dari individu-individu dengan menggunakan bahasa atau tanda. Harnack dan Fest dalam Shoelhi, 2009 menganggap komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang-orang untuk tujuan integrasi intrapersonal dan interpersonal. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa sosiologi menitikberatkan komunikasi dalam konteks interaksi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok. Dari perspektif psikologis, Hovland, Janis dan Kelly dalam Shoelhi, 2009 mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang ditempuh seorang individu komunikator untuk menyampaikan stimulus biasanya dengan lambang kata- kata guna mengubah tingkah laku orang lain komunikan. Komunikasi Universitas Sumatera Utara dilakukan untuk mengubah perilaku orang lain, yakni bagaimana caranya agar orang berperilaku atau melakukan tindakan tertentu. Kesimpulannya komunikasi adalah proses interaksi sosial yang dilakukan seorang komunikator untuk menyampaikan pesan kepada pihak komunikan dengan tujuan untuk mencapai tujuan-tujuan individu atau kelompok. B.2. Proses Komunikasi Dari pengertian komunikasi sebagaimana diutarakan di atas, tampak adanya sejumlah komponen atau unsur yang merupakan persyaratan terjadinya komunikasi. Komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut: - Komunikator : orang yang menyampaikan pesan; - Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang; - Komunikan : orang yang menerima pesan; - Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan bila komunikan jauh tempatnya atau banyak jumlahnya; - Efek : dampak sebagai pengaruh dari pesan Effendy, 2004. Dalam komunikasi salah satu pihak menyampaikan pesan pengirim atau komunikator kemudian pihak lain yang menerimanya penerima atau komunikan. Agar dapat berkomunikasi dengan baik dibutuhkan kemampuan komunikasi yaitu kemampuan individu dalam mengolah kata-kata, berbicara secara baik dan dapat dipahami oleh lawan bicara Sarwono, 1997. Cara penyampaian suatu pesan yang dilakukan seorang komunikator sedemikian rupa, sehingga menimbulkan dampak tertentu pada komunikan. Pesan Universitas Sumatera Utara yang disampaikan komunikator adalah pernyataan sebagai paduan pikiran dan perasaan, dapat berupa ide, informasi, keluhan, keyakinan, imbauan, anjuran, dan sebagainya Effendy, 2004. B.3. Metode Komunikasi Tunarungu B.3.1. Komunikasi Manual Metode ini didasari oleh pandangan yang menyatakan bahwa sesuai dengan kodratnya bahasa yang paling cocok untuk anak tunarungu. Pada abad ke 18 Abbe de L Eppee, seorang pendidik di Perancis memelopori mengajar dengan bahasa isyarat kepada anak-anak tunarungu. Oleh karena itu metode manual sering juga disebut metode Perancis. Isyarat itu dicoba digambarkan menjadi tanda-tanda gambar, seperti tulisan Hieroglyph di Mesir dan tulisan Kanji di Cina. Isyarat-isyarat yang sederhana membutuhkan 3000 sampai 4000 buah tanda gambar Sastrawinata, 1977. Pengikut Abbe de L Eppee kemudian menyempurnakan tanda gambar isyarat menjadi abjad jari yang lebih sederhana, karena disesuaikan dengan abjad latin. Dengan media abjad jari anak tunarungu dapat mengetahui dan memberitakan namanya, nama-nama anggota keluarganya, nama-nama benda di sekitarnya, pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya dan hal-hal yang konkrit lainnya. Buku-buku sederhana yang khusus ditulis untuk anak-anak tunarungu disusun dengan mempergunakan kalimat-kalimat sederhana yang pendek-pendek dengan menghindarkan kata-kata yang bersifat abstrak. Mula-mula abjad jari Universitas Sumatera Utara mempergunakan dua tangan kemudian dipergunakan satu tangan saja Sastrawinata, 1977. Metode manual memiliki dua komponen dasar Smith dalam Muawanah. 2009 yaitu bahasa isyarat dan fingerspelling. Yang pertama adalah bahasa isyarat. Adapun isyarat dibagi atas dua yaitu isyarat alamiah dan isyarat formal Van Uden dalam Bunawan, 1997. Isyarat alamiah yaitu suatu isyarat sebagaimana digunakan penyandang tunarungu berbeda dari bahasa tubuh, merupakan suatu ungkapan manual dengan tangan yang disepakati bersama antar pemakai konvensional, dikenal secara terbatas dalam kelompok tertentu esoteric, dan merupakan pengganti kata. Isyarat formal yaitu isyarat yang sengaja dikembangkan dan memiliki struktur bahasa yang sama dengan bahasa lisan masyarakat. Berbagai bentuk bahasa isyarat formal yang dikembangkan antara lain, bahasa isyarat yang dinamakan Sign English atau juga disebut Pidgin Sign English PSE yang merupakan gabungan atau campuran antara bahasa isyarat aslialami dengan bahasa Inggris, bahasa isyarat standar American Sign Language ASL untuk menjelaskan kata dan konsep. Metode manual yang kedua adalah fingerspelling. Fingerspelling menggambarkan alfabet secara manual. Posisi-posisi tangan menunjukkan tiap huruf alfabet huruf latin. Fingerspelling biasanya digunakan sebagai pelengkap bahasa isyarat. Jika tidak ada bahasa isyarat untuk satu kata, maka digunakan fingerspelling. Fingerspelling biasanya juga digunakan untuk menyebutkan nama secara tepat atau bila orang tidak yakin akan bahasa isyarat untuk kata tertentu Smith dalam Muawanah, 2009. Universitas Sumatera Utara Keuntungan metode komunikasi manual adalah metode komunikasi yang sesuai dengan penyandang tunarungu yaitu dunia tanpa suara, sesuai dengan kemampuan remaja tunarungu untuk menerima dan mengeluarkan pikiran-pikiran melalui lambang visual sesuai dengan bahasa ibunya. Kelemahan-kelemanhan metode ini adalah tidak efisien karena banyaknya isyarat yang harus diperlajari, tidak semua pengertian dapat diisyaratkan, dan keragaman isyarat sesuai dengan daerah serta dapat membatasi remaja tunarungu pada lingkungan masyarakat luas Sastrawinata, 1977. B.3.2. Komunikasi Oral Metode oral dipelopori oleh Samuel Heinecke seorang tokoh pendidikan yang dikembangkan di Jerman. Oleh karena itu metode tersebut kadang-kadang disebut metode Jerman. Secara eksperimental kemampuan berbicara anak tunarungu telah dibuktikan oleh Pedro Ponce de Leon seorang pendidik khusus gangguan pendengaran di Spanyol. Metode ini cepat sekali termashur dengan terjadinya polemik antara pengikut-pengikut Ake de L Eppe dengan pengikut- pengikut Samuel Heinicke, dan ternyata metode ini lebih memberikan hari depan yang baik bagi pendidikan anak tunarungu. Dari Jerman metode ini dibawa oleh Johann Conrad Amman ke negeri Belanda dan kemudian meluas ke negara-negara yang lain Sastrawinata, 1977. Metode komunikasi oral menekankan pada pembimbingan ucapan dan speechreading membaca ujaran David Smith dalam Muawanah, 2009; Moores, 2001, Bunawan, 1997. Dalam program bagi siswa-siswa yang ditekankan pada Universitas Sumatera Utara penggunaan bahasa oral, siswa-siswa tidak didorong untuk menggunakan komunikasi manual. Speechreading menggunakan informasi visual untuk membantu memahami ucapan orang lain. Siswa dilatih memperhatikan gerak bibir, posisi bibir, serta gigi agar dapat memahami apa yang sedang diucapkan. Mereka diajarkan membaca ekspresi wajah yang akan mempermudah pemahaman mereka terhadap apa yang sedang diucapkan David Smith dalam Muawanah, 2009. Metode ini juga disertakan dengan penggunaan ekspresi wajah dan gesture secara natural Gravel, 2003. Keuntungan dari penggunaan metode ini adalah penyandang tunarungu dapat menerima akses kebahasaan yang lebih besar dari lingkungannya, membawa dan mengarahkan penyandang tunarungu kepada kehidupan yang mendekati kehidupan normal atau kehidupan seperti layaknya orang-orang pada umumnya, serta dapat menerima pesan atau mengekspresikan gagasan, pikiran, dan perasaannya diharapkan melalui cara-cara yang lazim digunakan oleh anak- anak yang mendengar pada umumnya Gravel, 2003. Keuntungan metode oral yang telah dijabarkan yakni mampu berkomunikasi melalui cara-cara yang lazim digunakan oleh orang normal, yang pada gilirannya dapat memberi remaja tunarungu berbagai kemungkinan pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial Somad, 2010. Kelemahan utama terletak pada keterbatasan kemampuan penyandang tunarungu dalam menangkap dan mengeluarkan bahasa lisan Sastrawinata, 1977. Sulit dilaksanakan ketika berinteraksi pada jarak yang berjauhan, dan lawan bicaranya seringkali meminta untuk mengulangi pembicaraan berkali-kali Universitas Sumatera Utara Suparno, 1997. Penggunaan metode komunikasi ini saat membaca ujaran tidak jarang pada akhirnya mereka hanya menebak-nebak karena intonasi dan tanda baca yang tidak nampak Parmawati, 2012. B.3.3. Komunikasi Total Sejak tahun 1960-an mulai diperkenalkan perpaduan antara metode manual dan metode oral yang disebut dengan metode total Efendi, 2006. Diawali dari Negara-negara Amerika dan Skandinavia, telah terjadi adanya perubahan secara besar-besaran dari komunikasi oral menuju ke arah komunikasi total dalam program di sekolah-sekolah bagi para penyandang tunarungu, baik sekolah- sekolah yang berasrama maupun yang tidak berasrama Suparno, 1997. Metode komunikasi total dapat berupa gabungan dari metode oral, isyarat, serta fingerspelling abjad jari. Anak menerima input melalui membaca ujaran, isyarat, dan fingerspelling, kemudian mengekspresikannya melalui bicara, isyarat dan fingerspelling. Isyarat berbeda dengan fingerspelling, dengan isyarat memungkinkan mereka menggambarkan ide atau kata-kata secara lengkap dari pada menggunakan fingerspelling Moores, 2001. Sasaran penggunaan metode komunikasi total adalah agar penyandang tunarungu tetap menguasai keterampilan berbicara dengan memberi penunjang visual yang lebih nyata dan membaca ujaran karena dalam metode ini unsur bicara digunakan bersamaan dengan unsur isyarat Bunawan, 1997. Metode komunikasi ini dapat meningkatkan pencapaian pendidikan umum, kemampuan membaca ujaran, dan kemampuan bahasa tulis dan kematangan sosial Efendi, 2006. Universitas Sumatera Utara Kelebihan penggunaan komunikasi total adalah komunikasi tersebut memuat spektrum model bahasa yang lengkap. Dengan komunikasi total berarti hak setiap tunarungu untuk bisa belajar menggunakan segala bentuk komunikasi agar mereka memiliki kesempatan penuh mengembangkan kemampuan bahasa pada usia sedini mungkin Somantri, 2007. Komunikasi total juga memungkinkan terciptanya iklim komunikasi yang fleksibel, bebas dari rasa keraguan dan tekanan Suparno, 1997. Kelemahan penggunaan komunikasi ini lebih mengarah pada adanya penggunaan isyarat dan fingerspelling, yang umumnya kurang diketahui oleh masyarakat luas. Jordan, Gustason, dan Rosen 1976 melaporkan bahwa dari Tahun 1968 sampai tahun 1975, 302 program pada beberapa Negara bagian tetap pada pengajaran metode oral, dan 333 program diubah kepada pengajaran komunikasi total. Dalam kurun waktu 10 tahun sebanyak 481 program tetap pada pengajaran metode oral, dan sebanyak 538 program beralih kepada komunikasi total Moores, 2001. Metode komunikasi yang dapat digunakan penyandang tunarungu baik manual, oral maupun total, tidak semata-mata berdasarkan pada status pendengarannya, sehingga tidak berbeda secara signifikan dalam pemilihan penggunaan metode komunikasi pada individu yang deaf tuli atau hard of hearing lemah pendengaran. Umumnya dalam pemilihan penggunaan metode komunikasi lebih ditekankan peranan orangtua yang bekerjasama dengan para profesional seperti pihak sekolah untuk berdiskusi dan mempelajari mengenai Universitas Sumatera Utara metode komunikasi yang paling efektif untuk perkembangan bahasa anak mereka Department of Health and Human Services, 2011.

C. REMAJA