Perumusan masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

sungguh-sungguh dihukum penjara selama 12 tahun” 2 . Sampai sekarang ini pasal tersebut dianggap paling mendekati dalam menyelesaiakn masalah euthanasia.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka penulis mencoba untuk merumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan masalah euthanasia dikaitkan dengan hak asasi manusia? 2. Bagaimana masalah euthanasia ini memperoleh perlindungan hukum di Indonesia?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana Undang-undang Hak Asasi Manusia mengatur tentang euthanasia. 2. Bagaimana pengaturan euthanasia di dalam KUHP dan bagaimana tanggapan para ahli hukum mengenai hal ini. 3. Bagaimanan pengaturna kedepan mengenai masalah euthanasia khususnya di Indonesia .

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi ini asli dari ide, gagasan pemikiran dan usaha penulis sendiri tanpa adanya penjiplakkan yang dapat merugikan pihak-pihak tettentu, jika terdapat kesamaan maka untuk itu Penulis dapat bertanggung jawab dan memperbaiki keaslian penulisan skripsi ini. 2. . R. Soesilo, kitab undang‐undang hokum pidana, Politeia‐Bogor, 1994. Hal 243 Universitas Sumatera Utara

E. Tinjauan Kepustakaan

a. Pengertian Hak Asasi Manusia Manusia sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa mempunyai kewajiban memelihara alam semesta dengan penuh tanggung jawab, untuk kepentingan dan kesejahteraan umat manusia secara berkelanjutan. Manusia oleh sang Pencipta dianugrahi hak asasi untuk menjamin keberadaan harkat dan martabat kemuliaan dirinya serta keharmonisan di dalam lingkungannya maupun penataan kehidupannya. Dari dasar pandangan yang demikian itu, maka semua orang yang dilahirkan didunia ini memiliki kemerdekaan dan mempunyai martabat serta hak yang sama, juga dikaruniai akal dan budi yang sama pula. Oleh karenanya setiap orang berhak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan. Artinya tidak seorang pun boleh diperlakukan seenaknya, diperbudak, dianiaya maupun diperlakukan secara kejam sesuai dengan Pasal 33 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia. Manusia disamping memiliki hak asasi manusia, juga berkewajiban untuk menghormati hak asasi orang lain dan masyarakat secara keseluruhan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada diri manusia sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah Tuhan yang Maha Esa yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan warga Negara Indonesia dan demi perlindungan harkat dan martabat manusia. Universitas Sumatera Utara Hak asasi dapat diliputi dalam beberapa bidang, yaitu : 1. Hak asasi manusia bidang sipil seperti hak untuk hidup, hak warga Negara, hak mengembangkan diri, hak-hak wanita, dan hak-hak anak. 2. Hak asasi manusia dibidang politik seperti hak turut serta dalam pemerintahan, hak mengeluarkan pendapat, hak untuk berserikat, dan lain sebagainya. 3. Hak asasi manusia bidang social seperti hak mmeperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa aman, hak atas kesejahteraan, dan lain-lain. 4. Hak asasi manusia bidang budaya seperti hak untuk memiliki, menjalankan ibadah menurut agama dan kepercayaan, hak untuk mengembangkan budaya, dan lain-lain 3 . Berdasarkan pengertian hak asasi manusia tersebut, maka jelaslah bahwa sifat dari hak asasi manusia itu adalah universal, yang berarti bagi semua manusia yang ada didunia ini sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang Maha Esa, tanpa membeda-bedakan tempat, jenis kelamin, suku, ras, etnik ataupun agama. Para pakar berpendapat bahwa arti universal harus dipahami sebagai hak asasi yang pelaksanaannya masih bergantung pada pengaruh lingkungannya dimana seseorang itu berada, agama, maupun adat istiadatnya. Paham inilah yang membedakan dengan paham barat yang menganggap universal sebagai absolute. 3 . Sugondo Lies Ny. Anggota Komnas HAM-Juli 1999 Kapita Selekta Hak Asasi Manusia, PUSLITBANG DIKLAT Mahkamah agung RI, Jakrta, 2001.Hal 131-132 Universitas Sumatera Utara Namun setelah melalui proses panjang sejak Deklarasi PBB 10 Desember 1948 samapai pada tahun 1993 yaitu dimana ditandai melalui Konvensi International di Viena Austri, bahwa paham barat sudah mulai bergeser, bahakan ditegaskan “Universal” harus dipahami segala sesautu yang berkmbang melalui proses lingkungan dimana manusia itu berada, yang dipengaruhi oleh adat, agama dan lain sebagainya. b. Pengertian Euthanasia Istilah euthanasia ini berasal dari bahasa Yunani yaitu “EUTHANATOS”. Eu berarti baik tanpa derita dan Thanatos berarti mati, arti harfiahnya adalah mati baik 4 . Jadi dapat disimpulkan bahwa euthanasia itu adalah mati dengan tenang, atau dapat didefinisikan sebagai “a good m dead”. Mati dengan baik diharpakan oleh semua orang, tetapi tidak semaua orang setuju dengan mati baik ini euthanasia. Dalam bioetika euthanasia menjadi suatu istilah teknis. Dalam arti sempit, euthanasia diartikan sebagai mati tanpa derita. Derita juga dikatakan bahwa euthanasia merupakan suatu perbuatan yang dengan sengaja memperpendek umur atau dengan kata lain menghilangkan jiwa orang dengan alasan untuk menghilangkan penderitaan yang dialami oleh seseorang yang telah lama mengidap suatu penyakit yang tidak mungkin serta tidak dapat disembuhkan lagi. Perbuatan tersebut didasari karena suatu penderitaan yang telah berlarut-larut dan berkepanjangan yang mengakibatkan penderitaan serta kerugian materi, serta didasarkan juga atas permintaan dari keluarga si pasien ataupun langsung atas permintaan si pasien sendiri. 4 . Nadeak P.Gonzales, OFMCap.Lebih Baik Mati?Menyorot Euthanasia. Bina Media Perintis, Medan 2004.Hal 1 Universitas Sumatera Utara 1. Euthanasia aktif, yaitu suatu keadaan dimana pasien meminta, memberi izin dan member persetujuan untuk menghentikan perawatanpengobatan yang memperpanjang hidupnya. Euthanasia ini sangat ditenytang keras di dalam masyarakat karena dianggap sebagai suatu pembunuhan serata perbuatan yang bersifat amoral. 2. Euthanasia pasif, yaitu suatu keadaan dimana tidak ada permintaan langsung dari pasien, dengan cara tidak lagi memberikan bantuan medis kepada pasien untuk memperpanjang hidupnya. Berdasarkan penjelasan diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa perbuatan euthanasia dilakukan karena suatu penderitaan yang sudah cukup berkepanjangan, sehingga dengan dasar pertimbangan itulaha makanya terjadi tindakan euthanasia.

F. Metode Penulisan