Tindak Tutur Dalam Kumpulan Naskah Drama “Raja Tebalek”

(1)

Lampiran Data

1) Bentuk tututan

Gadis 2 : Kak, kita lapor kepala gampong saja.

Gadis 3 : Sempat mati orang. Kita periksa dulu, mungkin dia butuh bantuan kita sekarang. Ayo!!

Gadis 1 : Aku disini saja. (AA/159)

2) Bentuk tuturan Bu Lena : Lena!

Lena : (Keluar dengan muka suntuk, bertambah suntuk saat melihat Tamu II) Ada apa?

Bu Lena : Ayo, ada yang harus kita selesaikan. (Menggiring Lena ke depan tv) (LTP/199)

3) Bentuk tuturan

Emak : Pokoknya aku nggak setuju! Ngapai dia ke sana, dia itu masih kecil Bang.

Ayah : Justru karena dia masih kecillah. Bak kata peribahasa, kecil menabung tua kaya raya. Tujuan sekolah kan bekerja, nah sekarang ada pekerjaan, berarti buat apa sekolah. Ini kan namanya dapat mendapat durian runtuh. Repot kali cara berpikir kau.


(2)

4) Bentuk tuturan

Istri : Tidak! Pokoknya kalau Kanda ikut Sayembara Bohong itu, Dinda tidak mengizinkan dunia akhirat.

Suami : Dinda pikirkanlah baik-baik, ini demi masa depan kita, masa depan cinta kita, ini janji Kanda. Dari pada Kanda menjadi TKI ke luar negeri yang belum pasti, kan lebih baik Kanda ikut sayembara bohong. Dinda meragukan kemampuan Kanda untuk berbohong? (SB/37)

5) Bentuk tuturan

Suami 1 : Kau tidak bisa pergi tanpa seizin ku. Dan aku harus tahu ke mana!?

Istri 1 : Masih mengerti bahasa Indonesia ? Aku bilang pinggir! (GRGR/50)

6) Bentuk tuturan

Preman Pinang Baris : Kalian jangan kotori istana, Ketua. Kalau kalian ingin bunuh-bunuhan bukan di sini tempatnya. Jangan sok jago lah, aku sudah capek membunuh orang. Biar tahu kau ya.

Preman Tembung : Bukan begitu Preman Pinang Baris, aku kan hanya usul, kalau tidak disetujui ya nggak apa-apa, namanya juga saran, gimana sih. Aku kan bilang bagus-bagus, macam mulut perempuan aja pun.


(3)

7) Bentuk tuturan

Raja Mafia : Ayah tidak pernah menolak permintaan mu. Tapi kali ini Ayah berat mengabulkannya, mustahil ayah berbesan-besanan dengan Raja Preman itu, yang nyata-nyata adalah musuh besar Ayah.

Ira : Yang mau kawin Ayah atau Ira, mau idiot, mau IQ jongkok, yang pentingkan cinta…

Raja Mafia : Ayah tidak mengizinkannya… (HPJ/94)

8) Bentuk tuturan

Sekur iti : (Kepada PUU) Anda dilarang masuk (lalu menunjuk papan pengumuman di dinding pos monyet yang berbunyi: Yang tidak membawa upeti dilarang masuk!)

PUU : Maaf saya lupa (Kemudian memberikan beberapa lembar uang kepada sekuriti)

(L/125)

9) Bentuk tuturan

Bu Lena : (Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Makanlah yang banyak, tentunya kau lapar.

Pak Lena : (Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Dari mana saja? Bu Lena : Jangan ditanyakan dulu, biarkan dia makan dengan tenang. Sudah

hampir lima hari dia berada di luar, rindu dengan rumah ini tentunya. (LTP/196)


(4)

10) Bentuk tuturan

Sekur iti : Tapi itukan Sangkot, adiknya ibu Negara, yang notabene adik ipar mister presiden.

Presiden : Adik ipar taik!!! Pokoknya saya tidak mau tahu, mau Sangkot, mau Lokot, mau ibu negara, semua dilarang masuk! Ini perintah presiden. Perintah negara, jadi tidak ada KKN. Paham !!!

(L/142)

11) Bentuk tuturan

Tukang tipu : Maaf Bang, yang dicari hanya cewek…kerjaannya enak, gajinya pastilah lebih dari negara kita ini, tak mungkin aku menjerumuskan. Udah ku anggap anak ku sendiri si Mona, kak…aku bukan tukang tipu, macam yang lain

Emak : Penjual rakyat !!

Ayah : Cakap kau itu. Dia menolong kita…mau kau miskin terus!!! (RT/17)

12) Bentuk tuturan

Preman Tembung : Maaf, kawan-kawan, untuk mengisi kekosongan waktu, sambil menunggu ketua Raja datang, saya punya usul, bagaimana kalau kita sepakati untuk membicarakan calon pengganti Ketua. Ini penting supaya suara kita satu. Jangan sampai ada kekuasaan yang lowong. Preman Amplas : Instruksi! Preman Tembung! Saya tidak setuju membicarakan calon


(5)

penghianatan. Dan penghianatan hukumannya adalah diculik atau bunuh di tempat.

(HPJ/86)

13) Bentuk tuturan

Mafia Berdasi : Kalau begitu, sebelum mereka menyerang, kita duluan yang menyerang.

Raja Mafia : Ah, jangan begitu, kita punya kode etik. Prinsipnya, kita siap kalo diserang.

(HPJ/93)

14) Bentuk tuturan

Emak : Lebih baik daripada menjual anak! Kalau mau menolong, sekarang buktikan, sekarang !... Aku perlu pupuk,..

Tukang tipu : Oke, oke kalau cuma pupuk, gampang itu Kak. Besok sebelum Kakak datang pupuknya sudah disini. 10 goni cukup? Yang penting Kakak setuju keberangkatan si Mona… cemana Bang cocok?! (RT/17)

15) Bentuk tuturan

Suami II : Tolong jangan ganggu kebahagiaan kami. Kami masih berbulan madu.

Istri I : Keluarkan suami saya ! Perjuangan kami belum selesai. Kami tidak bertanggung jawab bila ada korban dan kerusakan.


(6)

16) Bentuk tuturan

Istri Raja : Bang teken surat ini, pecat dia…!!!

Raja Tebalek : Mau ke mana kok cepat-cepat… nanti dulu, kita main engklek yok…

(RT/24)

17) Bentuk tuturan

Istri II : (Dari dalam kamar mandi) Papa…ambilkan kutang yang baru dibeli kemarin!

Suami II : Apa?!!!

Istri II : Kutang yang warna kuning, yang baru… ambilkan!!! (GRGR/56)

18) Bentuk tuturan

Kroni 1 : Bagaimana kalau kita main engklek paduka? Raja Tebalek : Dari tadilah kau bilang…ayo!

(RT/26)

19) Bentuk tuturan

Datuk Panglima : Solusinya begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi canggih, maka kita harus menggunakan teknologi yang lebih canggih. Teknologi laga dengan teknologi. Dan untuk itulah, kita


(7)

telah menyewa eyes-eyes dari luar negeri, peralatannya canggih disertai dengan alat sinar ultra infra merah. Percakapan yang mencurigakan, bahkan dalam gedung yang kedap suara sekalipun dapat kita sadap. Biasanya memang mahal tetapi hasilnya sangat memuaskan. Sebagai bukti kita telah mencurigai seseorang…… Raja : Kalau begitu tangkap dia sekarang dan gantung !!!

(SB/30)

20) Bentuk tuturan

Samod : Oh, binatang semua di sana Ketua. Soalnya hutannya belum ada HPH-nya.

Todak : Apa itu HPH?

Samod : Nggak tahu Ketua, aku dengar-dengar saja. Tapi menurut aku sebaiknya kita pulang saja Ketua. Ketua kan anak satu-satunya, Cuma Ketualah yang bisa menggantikan posisi ayah Ketua. Sayang Ketua.

(HPJ/75)

21) Bentuk tuturan

Todak : Samod aku telah bersua dengan banyak orang, tapi hanya dengan engkau aku merasa keikhlasan. Harusnya aku membalas budi baik mu, namun ku harap kau mengerti betapa tak berdayanya aku, tanganku rapuh untuk membentur tembok kekuasaan tempat cita-cita mu tersimpan. Samod… diakhir hidup ku ini, aku ingin Ira ada di samping ku. Oh, betapa berharganya hidup ku. Ira… aku cinta padamu…


(8)

Samod : Ketua, sebelum kita mati, kita tidur dulu, besok saja kita bunuh dirinya, mana tahu dalam mimpi kita bertemu Ira. Ketua tidur saja dulu.

(HPJ/79)

22) Bentuk tuturan

Samod : Pangeran telepon dia dan bilang nanti malam Pangeran akan nonton konser dan Pangeran akan datang menjemputnya. Nah, setelah dia mau, Pangeran jangan nonton konser, untuk apa. Pangeran ajak ke taman yang banyak lampunya itu…

Todak : Terus bagaimana kalau sekarang dia telah bunuh diri? Samod : Mustahil, itu tidak ada dalam kamus cinta… percayalah. (HPJ/83)

23) Bentuk tuturan

Mafia bertopi : Sebaiknya jangan kita lawan mereka Raja Mafia : Apa kau bilang?! Jangan melawan!!

Mafia Bertopi : Maksud saya begini Raja Mafia, mereka itu kecil, nggak ada apa-apanya. Kalau kita melawan berarti kita bodoh. Saran saya, laporkan pada pihak berwajib. Suruh mereka yang bertempur dan kita di rumah menunggu hasilnya, buat apa capek-capek Raja Mafia… (HPJ/95)

24) Bentuk tuturan

Presiden : Apa?! Kau menantang aku ya? Kau tidak senang ya??

Mentega : Ti…Tidak Mister. Maksud saya, saya puny ide. Begini, bagaimana kalau kita buat festival. Bagi perusahaan yang berhasil mendapatkan


(9)

tenaga kerja lebih dari 10 orang, kita beri award. Misalnya pajak mereka dikurangi. Kredit bank diperlancar. Kalau mereka ngemplang utang, kita putihkan saja. Atau jika mereka berhasil, mereka kita angkat jadi pahlawan pembangunan. Kalau perlu kita buat patungnya. Anggarannya memang besar Mister.

Presiden : Bagaimana jika mereka tetap menolak dan yang melamar tetap yang dua-dua orang itu saja?

(L/130)

25) Bentuk tuturan

Dayang : Tuan Putri nan jelita, cahaya purnama raya. Jatuh sekuntum bunga cempaka, anak dara bermain tali. Jangan asik dikenang juga kalau dikenang meracun hati. Kalau hati gundah-gulana, tidak baik sendirian, nanti dirasuki setan. Bagaimana kalau kita refreshing ke pulau yang terkenal dengan keindahan alamnya. Kita bisa main selancar, sekaligus melihat bule-bule yang gimana gitu…

Putri : Saya ingin sendiri dayang atau saya yang pergi kalian di sini. (SB/31)

26) Bentuk tuturan

Todak : Aku enggak mau jadi preman, aku nggak mau jadi pimpinan OKP. Samod : Sekarang zamannya jadi preman, Ketua. Preman bisa jadi pengusaha,

bisa jadi anggota dewan. Ayah Ketua kan preman besar, dari anak-anak sampai kakek-kakek pasti kenal. Dari hansip sampai jenderal takut sana ayah Ketua. Birokrat, pejabat, semua tunduk. Apalagi ketua…


(10)

27) Bentuk tuturan

Samod : Pangeran, percayalah apa kata Samod. Teori dan pengalaman saya dalam dunia percintaan jangan pangeran ragukan. Pangeran tidak perlu sedih dan kecil hati.

Todak : Terus aku harus bagaimana?? (HPJ/83)

28) Bentuk tuturan

Fatma : Alla hai do.. doda I di. Boh gadong pie boh kaye uten. Rayeuk si nyak hana peu poma bri. Aib ngeon keji keum ureng donya…

Cutnyak : Yang sudah, sudahlah. Dia yang pergi tak akan kembali lagi. Relakan saja. Bukankah kehilangan orang yang dicintai sudah menjadi biasa bagi kita. Ikhlaskanlah, Fatma!

(AA/162)

29) Bentuk tuturan

Istri 1 : Duaaa!!!

Suami 1 : Kau mengorbankan makhluk kecil yang tidak berdaya. Aku mohon… jangan…

Istri 1 : Tiiii !!! (GRGR/52)


(11)

Suami 1 : Korleon, baiklah Korleon mengapa harus dengan kekerasan. Jangan gunakan pemaksaan, sayang… Aku mohon jangan ada korban lagi, Juleha…

Istri 1 : Korleon !!! (GRGR/53)

31) Bentuk tuturan

Suami 1 : (Histeris)… jangaaaaaannnnnnn!!!! Aku mohon, jangan Korleon… Aku pegang, Korleon. Biarlah aku pegang. Tapi aku mohon, seribu kali mohon, Korleon… kembalikan si Panungkah ke tempatnya, ya… sayang.

Istri 1 : Tidak ! ini akan tetap jadi sandera, sampai semua keinginanku selesai. Sekarang laksanakan perintahku. Pegang !! Di sana !! Angkat tinggi … turunkan sedikit…agak condongkan kebelakang…oke. Tahan !! (Mulai mematut dirinya)

(GRGR/53)

32) Bentuk tuturan

Suami II : Tolong jangan ganggu kebahagiaan kami. Kami masih berbulan madu.

Istri I : Keluarkan suami saya! Perjuangan kami belum selesai. Kami tidak bertanggung jawab bila ada korban dan kerusakan.

(GRGR/65)

33) Bentuk tuturan [Batuk]


(12)

Ia memohon padaku agar mau mendengarkan curhatnya dengan sungguh-sungguh. Untuk terakhir kali katanya.

(TT/178)

34) Bentuk tuturan

Menarik nafas-hening-transformasi

Ovunk, aku mohon kau mau merasakan apa yang kualami selama ini. Tahu kau, orang-orang disekitar kita selalu saja ingin mengusik cinta kita dengan cerita masa lalumu! Heh, mereka salah alamat! Iya, kan? Aku tak peduli pada masa lalu mu. Aku lebih peduli pada hari ini… Hari depan kita. Tapi sayang…

(TT/179)

35) Bentuk tuturan

Raja Mafia : Kalau begitu you serbu sekarang… (Nambah uang)

Tapi, saya minta agar Raja Preman dan Putranya tangkap hidup-hidup atau mati…

Pihak yang berwajib : Menangkap Raja Preman gampang, kita sudah siapkan satelit mata-mata, ke mana pun dia pergi kita akan tahu.

(HPJ/96)

36) Bentuk tuturan

Istri 1 : (Secara tiba-tiba menyandera ayam jago) Pegang !! Atau ini jadi korban!

Suami 1 : (Mulai ketakutan ayamnya disandera) Jangan main-main. Kau sudah dirasuki setan.


(13)

(GRGR/52)

37) Bentuk tuturan

Datuk Menko : Paduka Yang Mulia, nyawa saya taruhannya, saya akan menangkapnya. Saya berjanji akan mencarinya sampai ke lubang semut sekalipun, bila perlu saya masuk ke liang kubur.

Raja : Percuma! Percuma ! Lambat dan terlalu teoritis!. Saya tidak mau tahu, cari dia sampai ke ujung dunia sekalipun. Bila perlu gusur, kerahkan semua traktor dan buldozer, ratakan tempat persembunyiannya.

(SB/30)

38) Bentuk tuturan

Istri I : Kami tidak percaya lagi, keadaan mendesak. Reformasi total harus dilaksanakan. Pertanyaan terakhir, mau mengubah sikap atau tidak? Suami I : Saya berjanji, tapi siapa orangnya?

(GRGR/69)

39) Bentuk tuturan

Putri : Ayah dan Bunda tercinta maafkanlah Ananda. Kadang-kadang Ananda benci tapi kadang-kadang rindu pada lelaki itu. Katanya dia tukang sapu, tapi penampilannya keren, necis, intelektual, dan kebarat-baratan, pokoknya siplah. Dia telah membohongi Ananda, termakan bujuk rayunya. Dan dia tidak pernah datang lagi. Antara rindu dan benci, Ananda telah bersumpah dan berniat, jodoh Ananda nanti harus seorang pembohong. Jadi untuk kebahagiaan


(14)

Ananda, sudilah Ayahanda mengadakan sayembara bohong. Siapa yang paling pintar berbohong dialah yang menjadi suami saya. Permaisuri : Ananda belahan hati Bunda, bagai disambar petir Bunda

mendengarnya, atau Ananda yang salah ucap? (SB/34)

40) Bentuk tuturan

Istri 1 : (Menjijnjing kepala ayam) Dalam hitungan tiga dan dengan terpaksa ini akan jadi korban yang pertama. Satu !!!.

Suami 1 : Ini persoalan harga diri, aku suami mu, bukan terdakwa. Belum ada di dunia seperti ini.

(GRGR/52)

41) Bentuk tuturan

Suami I : Jangan bergerak!!! Atau anak ini tidak kembali pada kalian! Aku telah dengarkan semua. Dan itu cuma fitnah!! Omong kosong!! Tidak betul!! Kalian semua tidak tahu diri!! Tidak tahu membalas jasa!! Sebelum terjadi pertumpahan darah, sebelum korban berjatuhan, dan sebelum aku bertindak tegas, sekarang aku perintahkan…semua masuuuuukkkk!!!! Masuk!!!!

Istri I : Seraaaaaannnnggggg!!!! (GRGR/64)

42) Bentuk tuturan

Suami II : Kami akan mengeluarkannya, tapi siapa yang akan menjamin keselamatannya? Dia juga manusia seperti kita semua.


(15)

Istri I : Jangan banyak cincong.!!... Keluarkan atau hancur!!! (GRGR/66)

43) Bentuk tuturan

Raja Mafia : Ira!!! Kalau kamu tetap ngotot… (Mengeluarkan pistol)

Apa boleh buat, demi nama baik Ayah, dengan sangat berat hati Ayah terpaksa berpisah dengan mu…

Ira : Ayah mau menembak Ira?! Silahkan Ayah!!! Tembak!!!! (HPJ/95)

44) Bentuk tuturan

Bik Kijem : Bibik…

Tukang sapu : Bik… Bik Kijem!!

Bik Kijem : (Tambah Marah) Sekali lagi kau panggil aku bibik, ku laporkan kau ke polisi karena pencemaran nama baik.

Tukang sapu : Kenapa? (TSPK/102)

45) Bentuk tuturan

Tukang sapu : (Mengancam dan menodongkan senapan) Hei!!! Jangan bergerak!!! Angkat tangan!!! Angkat kaki sebelah!! Jalan!! Penipu!!


(16)

(TSPK/106)

46) Bentuk tuturan

Preman Belawan : Pas, itu memang pilihan yang jitu, jadi tidak usahlah kita bikin pemilu, untuk apa, toh hasilnya kita sudah tahu.

Preman Tembung : Terima kasih para preman semua, akan menggunakan saya terharu, terus terang ini adalah impian saya yang lama saya pendam dan sekarang jadi kenyataan. Saya berjanji akan mengutamakan keadilan…saya ingin menangis…

(HPJ/89)

47) Bentuk tuturan

PUU : Maaf saya lupa (Kemudian memberikan beberapa lembar uang kepada sekuriti)

Sekur iti : Terima kasih. Saya atas nama mister Presiden sekali lagi mengucapkan terima kasih dengan semua kebaikan tuan-tuan. Silahkan masuk, mister Presiden sudah sedari pagi menunggu kedatangan tuan-tuan. Horas!!!

(L/125)

48) Bentuk tuturan

Bu Lena : Iya juga ya. Hm, kamu teman sekolahnya ya? Tamu 1 : Bukan Tante, saya teman…

Pak Lena : (Memotong) Suruh duduk dulu, hanya tukang pos yang diterima di depan pintu.


(17)

Tamu 1 : Terima kasih Om, saya harus kembali pulang. (LTP/186)

49) Bentuk tuturan

Kroni 1 : Baiklah para kroni dan yang terhormat Raja Tebalek. Sekarang kita main laying-layang.

Raja Tebalek : Saya suka itu, tapi jangan tinggi-tinggi, saya takut ketinggian. (RT/22)

50) Bentuk tuturan

Istri 1 : (Secara tiba-tiba menyandera ayam jago) Pegang !! Atau ini jadi korban!

Suami 1 : (Mulai ketakutan ayamnya disandera) Jangan main-main. Kau sudah dirasuki setan.

(GRGR/52)

51) Bentuk tuturan

Gadis 1 : Kenapa dia? Apa dia ! (Terperangah lalu menutup mulut) Aku takut!!

Gadis 2 : Jangan bikin aku jadi takut juga! (AA/159)


(18)

52) Bentuk tuturan

Ayah : Mana mungkin. Mau kau tokohi pulak Ayah. Dari tadi kami tak ada cerita makan. Tadi pagi sarapan? Kenapa?

Mona : Nggak ada yang mau dimakan.

Ayah : Berarti emak kau yang salah, nggak masak. Lihat masalah itu secara proporsional… Tengok dulu ini! Apa artinya ini…? (Menunjuk laptop lagi)

(RT/12)

53) Bentuk tutura

Suami II : Kalau cuma itu persoalannya, kan bisa dengan cara damai, diplomatis, bukan dengan cara anarkis dan destruktif.

Istri I : Dia yang menginginkan kerusuhan ini. Kami sudah bicara dari hati ke hati, tapi dia marah terus, katanya penghinaan, pelecehan. Sekarang kami ingin pembaharuan. Yang paling menyakitkan, ayam-ayamnya itu diurus dan dielus. Tapi saya, dibiarkan. Maaf ini prinsip… off the record …saya sudah lama menganggur. (Kepada anak-anak) Anak-anak kita telah banyak bicara, tapi bukan pada orang yang kita inginkan, mengulur-ulur waktu. Bagaimana? Kita hancurkan???!!!

(GRGR66)

54) Bentuk tuturan

Ketua 2 : Boleh saya pergi duluan? Ketua 3 : Kau harus bertanggung jawab.


(19)

(Kepada ketua 1) Ini urusan mu. Ketua telah kau permainkan. Ketua 1 : Jangan begitu! Kita sama, sesuai dengan perjanjian tadi. (TSPK/118)

55) Bentuk tuturan

Suami 1 : Oh,,, memalukan! Pelecehan! Pemerkosaan! Penjarahan! Kau merampas hak suami. Inilah kemarahan yang abadi dan kau akan menikmati penderitaan selama hidupmu. Itulah hukuman yang pantas untuk istri yang mempermainkan suaminya. Aku tidak akan melupakannya, aku akan mencatatnya, sebab ini yang pertama kali dalam sejarah, suami diperkuda isteri. Kau akan menyesal, Juleha… (GRGR/54)

56) Bentuk tuturan

Suami II : Hei bangsat!!! Bangsaaaaaatttt!!!!

Suami I : (Terkejut) Bukan !!....Bukan bangsat. Bang Sat sudah pindah, saya bang Ma’in, tetangga sebelah, lupa ya??

Suami II : Bajingan! Mengintip istri orang!!! (GRGR/55)

57) Bentuk tuturan

Suami II : Hei! Bung, istri Anda keluar!

Suami I : (Marah kepada Suami II) Berengsek!!! Bung lelaki, saya juga lelaki. Kalau Bung memang jantan, saya lawan. Jangan istri yang Bung suruh keluar untuk melawan Bung. Ini penghinaan! Saya


(20)

tersinggung. Kalau Bung jual, saya beli sekarang….(Membuka jurus) menjurus lalu melintang patah. Anak raja pergi ke Thailand. Pergi ke Thailand membawa benang. Jangankan Anda seorang . Dua sekaligus akan saya lawan (Menunjuk kepada Suami II dan Istri II). (GRGR/60)

58) Bentuk tuturan

Samod : Nggak tahu ketua, macam ada binatang ku tengok… Itu dekat pohon yang itu (Menunjuk kea rah penonoton).

Todak : Itu, yang bergerak-gerak itu?. Samod : Bukan ! itu penonton, Ketua.

Todak : Sudah melonjak kau ku tengok. Aku sudah pening jangan kau tambah-tambah lagi. Kupijak- pijak kau nanti!

Samod : Alah, Ketua inilah, gitu aja pun marah. (HPJ/74)

59) Bentuk tuturan

Todak : Aku mau, tapi aku harus kawin sama si Ira.

Samod : Si Ira bintang sinetron itu? Penyanyi itu? Si Ira yang rumahnya dekat kuburan itu? Jadi si Ira mana…? Yang pasti kalau ketua mau, bilang saja, semua yang namanya Ira bisa kita kumpulkan. Ketua tinggal pilih, Ira mana yang Ketua mau.

Todak : Aku menyesal, menyesal!!! Sekarang aku gagal! Aku telah menghancurkan masa depannya… Aku bodoh!

Samod : Oh, si Ira itu, anak Raja Mafia. (HPJ/77)


(21)

60) Bentuk tuturan

Todak : Lho? Kenapa? Tidak senang? Abang berjuang untuk kamu… Ayolah sayang, jangan cemberut begitu dong…(Membujuk Ira dengan mengelus kepala dan tangannya)

Ira : (Marah) Lepaskan! Jangan sentuh dan elus-elus Ira! Ternyata selama ini Ira salah. Ira menyesal mencintai abang sepenuh hati… Ira berharap Abanglah lelaki yang ideal, yang mendampingi Ira hingga akhir hayat..

(HPJ/81)

61) Bentuk tuturan

Todak : (Terkejut) Ira tidak percaya?! Ira pikir Abang bohong. Dengar Ira, cinta dan kehidupan ini harus sejalan.

Ira : (Lebih marah) Cukup! Ira sudah tahu tidak perlu komentar lagi. Sekarang Ira ingin sendiri. Tinggalkan, tinggalkan Ira!! Aku muak, mau muntah!!!

(HPJ/81)

62) Bentuk tuturan

Preman Belawan : Anjing kau, monyet kau, babi kau !!! Ngak punya otak. Di istana Ketua bikin recok, pakek otak kau, jangan melonte saja. Kalau kau sudah jago ayo lawan, ayo lawan.

Preman Pinang Baris : Sabar preman Belawan, jangan terikut arus. Seandainya beliau tidak ada mungkin Kerajaan Preman ini tidak ada lagi, sebab datuk-datuk preman tidak ada yang mau mengalah. Ingat, datuk-datuk preman, kita cukup lama menguasai keadaan, jangan hanya gara-gara


(22)

misunderstanding, kita bertengkar dan gontok-gontokan. Kalau kita terus begini kita akan hancur. Sementara kerajaan mafia akan terus berkibar…

(HPJ/86)

63) Bentuk tuturan

Sekuriti : (Dengan suara yang keras dan lantang) Lapor !!!! Mister Presiden ! Rapat Tahunan Negara Krutak-Krutuk, 5 menit lagi akan dilaksanakan ! Laporan selesai.

Presiden : (Terkejut dan marah) Hei Borjong ! Lancang kuning kali kau. Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu Sekretaris. Dan kalau ngomong tak usah pake toa. Kau piker kami pekak.

(L/123)

64) Bentuk tuturan

Presiden : Menteri Kerja Bertenaga. Apa laporan mu!

Mentega : Menurut laporan dari staf-staf saya, jumlah orang yang melamar pekerjaan dua orang Mister Presiden. Intinya, terjadi peningkatan yang sangat signifikan. 100 persen mister Presiden.

Presiden : Baru dua orang?! Sudah tiga tahun ku angkat jadi Menteri Kerja Bertenaga, baru dua orang yang melamar?!... Apa kau bilang tadi, signifikan? Signifikan taik!

(L/126)


(23)

Presiden : Sekuriti! Sudah berapa kali ku bilang. Jangan terima tamu yang tidak dikenal, apalagi teroris dan orang gila!

Sekur iti : Tapi, itukan Sangkot, adiknya Ibu Negara, yang notabene adik ipar Mister Presiden.

Presiden : Adik ipar taik! Pokoknya saya tidak mau tahu, mau Sangkot, mau Lokot, mau Ibu Negara, semua dilarang masuk! Ini perintah Presiden. Perintah Negara, jadi tidak ada KKN. Paham!!!

(L/142)

66) Bentuk tuturan

Tukang sapu : (Tertawa kecil) Okelah, saya mau tanya. Kalau ada rumah besardan rumah itu ada orang yang kerjanya menyapu, mencuci, memasak, mengepel… itu dipanggil apa?

Bik Kijem : Bibik…

Tukang sapu : Bik… bik Kijem!

Bik Kijem : (Tambah marah) Sekali lagi kau panggil aku bibik, ku laporkan kau ke polisi karena pencemaran nama baik.

(TSPK/102)

67) Bentuk tuturan [Transformasi]

Hei, Bu panci! Jangan suka ngata-ngatai panci suami orang dari belakang. Urus panci suami sendiri! Nggak puas ya sama pancinya, pak Nancy! Kok, diam! Ha, mata kau itu! Apa tengok-tengok ! Nggak senang ya! Kalau mau panic-pancian, ayo! siapa takut! Biar kau tau siapa aku! Kupecahkan panci mu itu!!


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1995. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta : Penerbit Rhineka Cipta

Departemen Pendidikan Nasional, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa

Ginting, Reza Pahlevi. 2009. “Analisis Tindak Tutur dalam Dialog Film Perempuan Punya Cerita”. Skripsi Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta : Universitas Indonesia Lubis, A. Hamid Hasan. 1991. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung : Penerbit Angkasa Moloeng, Lexy J. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung : Remaja

Rosdakarya

M.S, Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta : Raja Grafindo Persada Nadar. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta : Graha Ilmu Oka. 1993. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta : Universitas Indonesia Press Pangaribuan, Tagor. 2008. Paradigma Bahasa. Yogyakarta : Graha Ilmu

Rani, Abdul, dkk. 2004. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang : Bayumedia Publishing

Simamora, Y. Merlin. 2013. “Tindak Tutur Asertif dan Direktif dalam Novel Perahu Kertas Karya Dewi Lestari”. Skripsi. Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

Siregar, Asrul. 1997. “Pragmatik dalam Linguistik”. Medan : FS USU

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan secara Linguis. Yogyakarta : Duta Wacana University Press

Tarigan, Dina Mariana. 2012. Tindak Tutur Direktif dan Ekspresif dalam Dialog Film Alangkah Lucunya (Negeri Ini). Skripsi Departemen Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Bandung : Angkasa Wijana, I Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta : Andi Offset


(25)

gambaran teori bagaimana mengembangkan penulisan dengan tetap berpijak pada teori yang ada.

Dari beberapa studi terdahulu, dapat diketahui bahwa penelitian tindak tutur dalam kumpulan naskah drama “Raja Tebalek” belum pernah diteliti. Selain itu dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam tinjauan sebelumnya, penulis membuat analisis lebih fokus hanya mengambil tiga bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur direktif, komisif, dan ekspresif. Objek dalam penelitian ini adalah kumpulan naskah drama “Raja Tebalek” karya Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win Aryoga, dan M. Ramadhan Batubara.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Data dan Sumber Data

3.1.1. Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Sudaryanto, 1993:3). Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk


(26)

gambaran teori bagaimana mengembangkan penulisan dengan tetap berpijak pada teori yang

ada.

Dari beberapa studi terdahulu, dapat diketahui bahwa penelitian tindak tutur dalam

kumpulan naskah drama “Raja Tebalek” belum pernah diteliti. Selain itu dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam tinjauan sebelumnya, penulis membuat

analisis lebih fokus hanya mengambil tiga bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur

direktif, komisif, dan ekspresif. Objek dalam penelitian ini adalah kumpulan naskah drama

“Raja Tebalek” karya Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win Aryoga, dan M. Ramadhan Batubara.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Data dan Sumber Data

3.1.1. Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus

dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang


(27)

tuturan yang mengandung tuturan direktif, komisif, dan ekspresif yang terdapat dalam

kumpulan naskah drama Raja Tebalek antara lain “Raja Tebalek” (RT), “Sayembara

Bohong” (SB), “Gara-Gara” (GG), “Hikayat Pangeran Jongkok” (HPJ), “Tukang Sapu dan Pengantar Koran” (TSPK), “Loker” (LK), “Juru Runding” (JR), “Amuk Aceh” (AA), :”Tarian Terakhir” (TT), dan “Lena Tak Pulang” (LTP).

.

3.1.2. Sumber Data

Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah informasi atau bahasa yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Sudaryanto,1993:34). Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah pecakapan-percakapan secara langsung yang terdapat dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek.

Judul Naskah Drama : Raja Tebalek

Penulis : Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win

Aryoga, dan M. Ramadhan Batubara

Penerbit : Teater O USU-Madju Garuda Plaza Hotel

Jumlah Halaman : 224 Halaman

Cetakan : Cetakan Pertama

Tahun Terbit : 2009

Warna Sampul : Putih


(28)

3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 19939). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak. Metode simak adalah menyimak teks tuturan yang disampaikan oleh penutur pada mitra tutur yang ada dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek. Selanjutnya dalam pengumpulan data digunakan teknik bebas libat cakap. Teknik bebas libat cakap adalah penulis tidak terlibat langsung dalam tuturan, tetapi penulis hanya sebagai pemerhati, menyimak apa yang dikatakan bukan apa yang dibicarakan (Sudaryanto, 1993:134). Jadi, yang diperhatikan penulis bukan isi pembicaraan, melainkan tuturan atau perkataan yang digunakan dalam naskah Raja Tebalek. Setelah data dikumpulkan melalui teknik bebas libat cakap maka langkah selanjutnya adalah mentranskripkan data melalui teknik catat. Teknik catat adalah mencatat kata, kalimat, atau data-data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, serta mengumpulkan teori-teori yang relevan yang berhubungan dengan penelitian. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat percakapan dalam dialog kumpulan naskah drama Raja Tebalek yang mengandung tindak tutur derektif, komisif, dan ekspresif.

3.3. Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan proses analisis data. Analisis data merupakan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan mengategorikannya (Lexy J. Moloeng, 1998:103). Dengan melakukan teknik analisis data ini, maka dapat dilihat jawaban dari masalah yang hendak diteliti. Metode yang digunakan


(29)

peneliti dalam dalam analisis data ini adalah metode agih, teknik baca markah yaitu menganalisis data dengan cara membaca kumpulan naskah drama Raja Tebalek untuk mengetahui ketatabahasaan yang menunjuk identitas bahasa yang mengungkapkan tindak tutur direktif, komisif, dan ekspresif.

Contoh bentuk tindak tutur direktif, komisif, dan ekspresif. Bentuk Tuturan

Datuk Panglima : Solusinya begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi

canggih, maka kita harus menggunakan teknologi yang lebih canggih. Teknologi laga dengan teknologi. Dan untuk itulah, kita telah menyewa eyes-eyes dari luar negeri, peralatannya canggih disertai dengan alat sinar ultra infra merah. Percakapan yang mencurigakan, bahkan dalam gedung yang kedap suara sekalipun dapat kita sadap. Biasanya memang mahal tetapi hasilnya sangat memuaskan. Sebagai bukti kita telah mencurigai seseorang……

Raja : Kalau begitu tangkap dia sekarang dan gantung !!!

(SB/30)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan. Tuturan ini dituturkan oleh partisifan, yaitu datuk panglima kepada raja. Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan datuk panglima menyarankan kepada raja mengenai sebuah solusi dan strategi untuk menangkap dan


(30)

mengalahkan seorang yang menjadi buronan istana. Datuk panglima menyarankan cara-cara yang harus dilakukan untuk menangkapnya. Kata “solusinya begini” dalam tuturan ‘solusinya begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi canggih, maka kita harus menggunakan teknologi yang lebih canggih’ merupakan penanda lingual untuk tindak tutur direktif.

Bentuk Tuturan

Putri : Ayah dan Bunda tercinta maafkanlah Ananda. Kadang- kadang

Ananda benci tapi kadang-kadang rindu pada lelaki itu. Katanya dia tukang sapu, tapi penampilannya keren, necis, intelektual, dan kebarat-baratan, pokoknya siplah. Dia telah membohongi Ananda, termakan bujuk rayunya. Dan dia tidak pernah datang lagi. Antara rindu dan benci, Ananda telah bersumpah dan berniat, jodoh Ananda nanti harus seorang pembohong. Jadi untuk kebahagiaan Ananda, sudilah Ayahanda mengadakan sayembara bohong. Siapa yang paling pintar berbohong dialah yang menjadi suami saya.

Permaisuri : Ananda belahan hati Bunda, bagai disambar petir Bunda

mendengarnya, atau Ananda yang salah ucap?

(SB/34)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur komisif bersumpah. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu Putri kepada Permaisuri. Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan Putri merasa sedih, kesal, dan


(31)

rindu pada seorang pemuda. Tuan Putri juga mengatakan sumpah bahwa ia hanya akan

menikah dengan seorang pembohong. Kata “bersumpah dan berniat” dalam tuturan Ananda

telah bersumpah dan berniat jodoh ananda nanti harus seorang pembohong merupakan penanda lingual tindak tutur komisif bersumpah.

Bentuk tuturan

Sekuriti : (Dengan suara yang keras dan lantang) Lapor !!!! Mister

Presiden ! Rapat Tahunan Negara Krutak-Krutuk, 5 menit lagi akan dilaksanakan ! Laporan selesai.

Presiden : (Terkejut dan marah) Hei Borjong ! Lancang kuning kali kau.

Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu Sekretaris. Dan kalau ngomong tak usah pake toa. Kau piker kami pekak.

(L/123)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur ekspresif marah. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu Sekuriti kepada Presiden. Tuturan ini terjadi di istana kepresidenan, dengan situasi psikologi pembicaraan Presiden merasa kesal dan marah pada sekuriti. Sekuriti menyampaikan kepada Presiden bahwa rapat akan dilaksanakan 5 menit lagi dengan nada yang keras dan tiba-tiba. Sekuriti sontak membuat presiden marah dan tidak senang atas perlakuan Sekuriti. Kata “borjong !” dalam

tuturan hei Borjong ! Lancang kuning kali kau. Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu


(32)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan penelitian ini, analisis yang digunakan meliputi tiga hal, yaitu bentuk tindak tutur direktif, komisif, dan elspresif dalam dialog kumpulan naskah drama Raja Tebalek.

4.1 Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Direktif, Komisif, Dan Ekspresif Dalam Kumpulan Naskah Drama Raja Tebalek.

Seperti yang dikatakan oleh Searle dalam bukunya yang berjudul Speech Acts : An Easy in the Philosophy of Language (dalam F.X. Nadar, 2009:12) bahwa tindak tutur direktif adalah usaha si penutur untuk meminta si pendengar melakukan suatu hal. Hal tersebut dapat berupa “usaha” seperti ajakan atau saran untuk melakukan suatu hal, bahkan usaha yang lebih keras misalnya bersikeras agar orang lain melakukan apa yang anda mau. Jenis tuturan direktif antara lain tuturan mengajak, melarang, menentang, mendesak, menyuruh, menyarankan, menasehati, memohon, dan meminta. Komisif adalah jenis tindak tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengaitkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Jenis tuturan komisif antara lain tuturan berjanji, bersumpah, mengancaman, dan menyatakan kesanggupan. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur dengan cara mengekspresikan. Jenis tuturan ekspresif antara lain tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat, menyatakan rasa takut, marah, dan sebagainya.


(33)

4.1.1 Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam Kumpulan Naskah Drama Raja Tebalek

Pada penelitian tindak tutur direktif dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek ditemukan sembilan macam yang dapat dikategorikan ke dalam bentuk tindak tutur direktif, yaitu mengajak, melarang, menentang, mendesak, menyuruh, menyarankan, menasehati, memohon, dan meminta.

4.1.1.1 Mengajak

Mengajak berarti (menyilakan, menyuruh, dan sebagainya) supaya turut (KBBI, 2008:23). Jadi, yang dimaksud tindak tutur direktif mengajak adalah suatu tindak pertuturan yang menginginkan mitra tutur untuk bersama-sama melakukan sesuatu.

Bentuk tuturan yang menunjukkan tindak tutur direktif “mengajak” adalah berikut ini:

1) Bentuk tuturan

Gadis 2 : Kak, kita lapor kepala gampong saja.

Gadis 3 : Sempat mati orang. Kita periksa dulu, mungkin dia butuh bantuan

kita sekarang. Ayo!!

Gadis 1 : Aku disini saja.

(AA/159)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif mengajak. Tuturan ini dututurkan oleh partisipan, yaitu gadis 2, gadis 3, dan gadis 1. Tuturan ini terjadi di Tanah Rencong Aceh, dengan situasi psikologis pembicaraan gadis 2 panik


(34)

melihat tubuh yang berlumuran darah tergeletak dihadapannya. Gadis 3 mengajak gadis 2 dan gadis 1 segera memberikan pertolongan pada pemuda itu. Kata “Ayo!!” dalam tuturan kita periksa dulu, mungkin dia butuh bantuan kita sekarang. Ayo!! merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif mengajak.

2) Bentuk tuturan

Bu Lena : Lena!

Lena : (Keluar dengan muka suntuk, bertambah suntuk saat melihat Tamu

II) Ada apa?

Bu Lena : Ayo, ada yang harus kita selesaikan. (Menggiring Lena ke depan tv)

(LTP/199)

Anaisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif mengajak. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu bu Lena kepada Lena. Tuturan ini terjadi di rumah Lena, dengan situasi psikologis pembicaraan Lena merasa suntuk saat melihat tamu II datang ke rumahnya. Dari dalam kamar bu Lena mengajak Lena ke depan

ruangan tv. Kata “Ayo” dalam tuturan Ayo, ada yang harus kita selesaikan merupakan

penanda lingual bentuk tindak tutur direktif mengajak.

Berdasarkan data di atas, bentuk tindak tutur direktif mengajak dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek dapat ditandai dengan penggunaan kata ayo.


(35)

4.1.1.2 Melarang

Melarang adalah memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan berbuat sesuatu (KBBI,2008:883). Jadi tindak tutur direktif melarang dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur untuk melarang mitra tutur agar tidak melakukan sesuatu.

Bentuk tuturan yang menunjukkan tindak tutur direktif “mengajak” adalah berikut ini:

3) Bentuk tuturan

Emak : Pokoknya aku nggak setuju! Ngapai dia ke sana, dia itu masih kecil

Bang.

Ayah : Justru karena dia masih kecillah. Bak kata peribahasa, kecil

menabung tua kaya raya. Tujuan sekolah kan bekerja, nah sekarang ada pekerjaan, berarti buat apa sekolah. Ini kan namanya dapat mendapat durian runtuh. Repot kali cara berpikir kau.

(RT/14)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu emak kepada ayah. Tuturan ini terjadi di dalam rumah, dengan situasi psikologis pembicaraan emak merasa kesal dan menentang keputusan ayah untuk mempekerjakan Mona di luar negeri. Emak melarang Mona bekerja di sana karena Mona masih kecil dan masih sekolah. Kata “nggak” dalam tuturan pokoknya aku nggak setuju! merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.


(36)

4) Bentuk tuturan

Istri : Tidak! Pokoknya kalau Kanda ikut Sayembara Bohong itu, Dinda

tidak mengizinkan dunia akhirat.

Suami : Dinda pikirkanlah baik-baik, ini demi masa depan kita, masa

depan cinta kita, ini janji Kanda. Dari pada Kanda menjadi TKI ke luar negeri yang belum pasti, kan lebih baik Kanda ikut sayembara bohong. Dinda meragukan kemampuan Kanda untuk berbohong?

(SB/37)

Analisis Tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu istri kepada suami. Tuturan ini terjadi di dalam rumah rakyat Negeri Belantan Tak Bertakuk dengan situasi psikologis pembicaraan suami berniat mengikuti lomba Sayembara Bohong yang diadakan pihak kerajaan dengan hadiah utama mempersunting putri kerajaan. Suami membujuk istri dengan kata-kata lembut dan halus, dengan segala bujuk rayu suami meyakinkan istri bahwa semuanya demi masa depan bersama, namun istrinya tidak mengizinkannya. Kata “tidak dan tidak mengizinkan” dalam tuturan Tidak! Pokoknya kalau Kanda mengikuti Sayembara Bohong itu, Dinda tidak mengizinkan dunia akhirat merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

5) Bentuk tuturan

Suami 1 : Kau tidak bisa pergi tanpa seizin ku. Dan aku harus tahu ke


(37)

Istri 1 : Masih mengerti bahasa Indonesia ? Aku bilang pinggir!

(GRGR/50)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu suami 1 kepada istri 1. Tuturan ini terjadi di dalam rumah dengan situasi psikologis pembicaraan suami marah pada istrinya karena istrinya ingin pergi tanpa pamit. Suami melarang istrinya pergi namun istri tetap bersikeras ingin pergi, sehingga terjadilah pertengkaran. Kata “tidak bisa” dalam tuturan Kau tidak bisa pergi tanpa seizing ku merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

6) Bentuk tuturan

Preman Pinang Baris : Kalian jangan kotori istana, Ketua. Kalau kalian ingin bunuh-bunuhan bukan di sini tempatnya. Jangan sok jago lah, aku sudah capek membunuh orang. Biar tahu kau ya.

Preman Tembung : Bukan begitu Preman Pinang Baris, aku kan hanya usul, kalau tidak

disetujui ya nggak apa-apa, namanya juga saran, gimana sih. Aku kan bilang bagus-bagus, macam mulut perempuan aja pun.


(38)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu preman Pinang Baris kepada preman Tembung. Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan preman Pinang Baris terbawa emosi melihat pertengkaran antara preman Tembung dan preman Amplas, ditandai dengan tuturan aku sudah capek membunuh orang. Biar tahu kau ya. Preman Pinang Baris melarang preman Tembung dan preman Amplas untuk berantam di dalam istana. Kata “jangan” dalam tuturan Kalian jangan kotori istana, Ketua dan jangan sok jago lah merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

7) Bentuk tuturan

Raja Mafia : Ayah tidak pernah menolak permintaan mu. Tapi kali ini Ayah berat

mengabulkannya, mustahil ayah berbesan-besanan dengan Raja Preman itu, yang nyata-nyata adalah musuh besar Ayah.

Ira : Yang mau kawin Ayah atau Ira, mau idiot, mau IQ jongkok, yang

pentingkan cinta…

Raja Mafia : Ayah tidak mengizinkannya…

(HPJ/94)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu raja mafia kepada Ira. Tuturan ini terjadi di istana raja mafia, dengan situasi psikologis pembicaraan ayah Ira yang menjabat


(39)

sebagai raja mafia menolak permintaan Ira untuk menikah dengan Todak. Hal ini dikarenakan ayah ira menyimpan dendam pada ayah Todak, raja preman. Raja preman adalah musuh besar raja mafia. Ayah Ira melarang hubungan mereka. Kata “tidak mengizinkannya” dalam tuturan Ayah tidak mengizinkannya merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

8) Bentuk tuturan

Sekur iti : (Kepada PUU) Anda dilarang masuk (lalu menunjuk papan

pengumuman di dinding pos monyet yang berbunyi: Yang tidak membawa upeti dilarang masuk!)

PUU : Maaf saya lupa (Kemudian memberikan beberapa lembar uang

kepada sekuriti)

(L/125)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu sekuriti kepada PUU. Tuturan ini terjadi di istana keprisidenan, dengan situasi psikologis pembicaraan sekuriti bersikap tegas melarang PUU masuk ke dalam ruangan karena sekuriti melihat PUU tidak membawa upeti seperti yang telah disyaratkan. Kata “dilarang” dalam tuturan Anda dilarang masuk merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.


(40)

Bu Lena : (Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Makanlah yang banyak, tentunya kau lapar.

Pak Lena : (Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Dari mana saja?

Bu Lena : Jangan ditanyakan dulu, biarkan dia makan dengan tenang. Sudah

hampir lima hari dia berada di luar, rindu dengan rumah ini tentunya.

(LTP/196)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu bu Lena kepada pak Lena. Tuturan ini terjadi di rumah Lena, dengan situasi psikologis pembicaraan pak Lena merasa penasaran perihal kepergian Lena selama ini. Pak Lena segera duduk disamping Lena yang sedang makan, dan menanyakan perihal kepergian Lena selama ini. Saat pak Lena menanyakan

keberadaan Lena, Bu Lena melarang untuk menanyakan itu. Kata “jangan” dalam tuturan

jangan ditanyakan dulu merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

10) Bentuk tuturan

Sekur iti : Tapi itukan Sangkot, adiknya ibu Negara, yang notabene adik ipar

mister presiden.

Presiden : Adik ipar taik!!! Pokoknya saya tidak mau tahu, mau Sangkot, mau

Lokot, mau ibu negara, semua dilarang masuk! Ini perintah presiden. Perintah negara, jadi tidak ada KKN. Paham !!!

(L/142)


(41)

gambaran teori bagaimana mengembangkan penulisan dengan tetap berpijak pada teori yang

ada.

Dari beberapa studi terdahulu, dapat diketahui bahwa penelitian tindak tutur dalam

kumpulan naskah drama “Raja Tebalek” belum pernah diteliti. Selain itu dari beberapa penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam tinjauan sebelumnya, penulis membuat

analisis lebih fokus hanya mengambil tiga bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur

direktif, komisif, dan ekspresif. Objek dalam penelitian ini adalah kumpulan naskah drama

“Raja Tebalek” karya Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win Aryoga, dan M. Ramadhan Batubara.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Data dan Sumber Data

3.1.1. Data

Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus

dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang


(42)

tuturan yang mengandung tuturan direktif, komisif, dan ekspresif yang terdapat dalam

kumpulan naskah drama Raja Tebalek antara lain “Raja Tebalek” (RT), “Sayembara

Bohong” (SB), “Gara-Gara” (GG), “Hikayat Pangeran Jongkok” (HPJ), “Tukang Sapu dan

Pengantar Koran” (TSPK), “Loker” (LK), “Juru Runding” (JR), “Amuk Aceh” (AA),

:”Tarian Terakhir” (TT), dan “Lena Tak Pulang” (LTP).

.

3.1.2. Sumber Data

Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu penulis

memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah

informasi atau bahasa yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Sudaryanto,1993:34).

Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah pecakapan-percakapan secara langsung yang

terdapat dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek.

Judul Naskah Drama : Raja Tebalek

Penulis : Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win

Aryoga, dan M. Ramadhan Batubara

Penerbit : Teater O USU-Madju Garuda Plaza Hotel

Jumlah Halaman : 224 Halaman

Cetakan : Cetakan Pertama

Tahun Terbit : 2009

Warna Sampul : Putih


(43)

3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode

(Sudaryanto, 19939). Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah

metode simak. Metode simak adalah menyimak teks tuturan yang disampaikan oleh penutur

pada mitra tutur yang ada dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek. Selanjutnya dalam

pengumpulan data digunakan teknik bebas libat cakap. Teknik bebas libat cakap adalah

penulis tidak terlibat langsung dalam tuturan, tetapi penulis hanya sebagai pemerhati,

menyimak apa yang dikatakan bukan apa yang dibicarakan (Sudaryanto, 1993:134). Jadi,

yang diperhatikan penulis bukan isi pembicaraan, melainkan tuturan atau perkataan yang

digunakan dalam naskah Raja Tebalek. Setelah data dikumpulkan melalui teknik bebas libat

cakap maka langkah selanjutnya adalah mentranskripkan data melalui teknik catat. Teknik

catat adalah mencatat kata, kalimat, atau data-data yang penting yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti, serta mengumpulkan teori-teori yang relevan yang berhubungan

dengan penelitian. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat percakapan dalam dialog

kumpulan naskah drama Raja Tebalek yang mengandung tindak tutur derektif, komisif, dan

ekspresif.

3.3. Metode dan Teknik Analisis Data

Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan proses analisis data. Analisis data

merupakan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan

mengategorikannya (Lexy J. Moloeng, 1998:103). Dengan melakukan teknik analisis data


(44)

peneliti dalam dalam analisis data ini adalah metode agih, teknik baca markah yaitu

menganalisis data dengan cara membaca kumpulan naskah drama Raja Tebalek untuk

mengetahui ketatabahasaan yang menunjuk identitas bahasa yang mengungkapkan tindak

tutur direktif, komisif, dan ekspresif.

Contoh bentuk tindak tutur direktif, komisif, dan ekspresif. Bentuk Tuturan

Datuk Panglima : Solusinya begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi

canggih, maka kita harus menggunakan teknologi yang lebih

canggih. Teknologi laga dengan teknologi. Dan untuk itulah,

kita telah menyewa eyes-eyes dari luar negeri, peralatannya

canggih disertai dengan alat sinar ultra infra merah.

Percakapan yang mencurigakan, bahkan dalam gedung yang

kedap suara sekalipun dapat kita sadap. Biasanya memang

mahal tetapi hasilnya sangat memuaskan. Sebagai bukti kita

telah mencurigai seseorang……

Raja : Kalau begitu tangkap dia sekarang dan gantung !!!

(SB/30)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

menyarankan. Tuturan ini dituturkan oleh partisifan, yaitu datuk panglima kepada raja.

Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan datuk panglima


(45)

mengalahkan seorang yang menjadi buronan istana. Datuk panglima menyarankan cara-cara

yang harus dilakukan untuk menangkapnya. Kata “solusinya begini” dalam tuturan ‘solusinya

begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi canggih, maka kita harus menggunakan teknologi yang lebih canggih’ merupakan penanda lingual untuk tindak tutur direktif.

Bentuk Tuturan

Putri : Ayah dan Bunda tercinta maafkanlah Ananda. Kadang- kadang

Ananda benci tapi kadang-kadang rindu pada lelaki itu.

Katanya dia tukang sapu, tapi penampilannya keren, necis,

intelektual, dan kebarat-baratan, pokoknya siplah. Dia telah

membohongi Ananda, termakan bujuk rayunya. Dan dia tidak

pernah datang lagi. Antara rindu dan benci, Ananda telah

bersumpah dan berniat, jodoh Ananda nanti harus seorang

pembohong. Jadi untuk kebahagiaan Ananda, sudilah

Ayahanda mengadakan sayembara bohong. Siapa yang paling

pintar berbohong dialah yang menjadi suami saya.

Permaisuri : Ananda belahan hati Bunda, bagai disambar petir Bunda

mendengarnya, atau Ananda yang salah ucap?

(SB/34)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur komisif

bersumpah. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu Putri kepada Permaisuri. Tuturan ini


(46)

rindu pada seorang pemuda. Tuan Putri juga mengatakan sumpah bahwa ia hanya akan

menikah dengan seorang pembohong. Kata “bersumpah dan berniat” dalam tuturan Ananda telah bersumpah dan berniat jodoh ananda nanti harus seorang pembohong merupakan penanda lingual tindak tutur komisif bersumpah.

Bentuk tuturan

Sekuriti : (Dengan suara yang keras dan lantang) Lapor !!!! Mister

Presiden ! Rapat Tahunan Negara Krutak-Krutuk, 5 menit

lagi akan dilaksanakan ! Laporan selesai.

Presiden : (Terkejut dan marah) Hei Borjong ! Lancang kuning kali kau.

Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu Sekretaris. Dan kalau

ngomong tak usah pake toa. Kau piker kami pekak.

(L/123)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur

ekspresif marah. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu Sekuriti kepada Presiden.

Tuturan ini terjadi di istana kepresidenan, dengan situasi psikologi pembicaraan Presiden

merasa kesal dan marah pada sekuriti. Sekuriti menyampaikan kepada Presiden bahwa rapat

akan dilaksanakan 5 menit lagi dengan nada yang keras dan tiba-tiba. Sekuriti sontak

membuat presiden marah dan tidak senang atas perlakuan Sekuriti. Kata “borjong !” dalam

tuturan hei Borjong ! Lancang kuning kali kau. Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu Sekretaris merupakan penanda lingual tindak tutur ekspresif marah.


(47)

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan penelitian ini, analisis yang digunakan meliputi tiga hal, yaitu

bentuk tindak tutur direktif, komisif, dan elspresif dalam dialog kumpulan naskah drama Raja

Tebalek.

4.1 Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Direktif, Komisif, Dan Ekspresif Dalam Kumpulan Naskah Drama Raja Tebalek.

Seperti yang dikatakan oleh Searle dalam bukunya yang berjudul Speech Acts : An

Easy in the Philosophy of Language (dalam F.X. Nadar, 2009:12) bahwa tindak tutur direktif adalah usaha si penutur untuk meminta si pendengar melakukan suatu hal. Hal tersebut dapat

berupa “usaha” seperti ajakan atau saran untuk melakukan suatu hal, bahkan usaha yang lebih

keras misalnya bersikeras agar orang lain melakukan apa yang anda mau. Jenis tuturan

direktif antara lain tuturan mengajak, melarang, menentang, mendesak, menyuruh,

menyarankan, menasehati, memohon, dan meminta. Komisif adalah jenis tindak tutur yang

dipahami oleh penutur untuk mengaitkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang

akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Jenis

tuturan komisif antara lain tuturan berjanji, bersumpah, mengancaman, dan menyatakan

kesanggupan. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan

oleh penutur dengan cara mengekspresikan. Jenis tuturan ekspresif antara lain tuturan

memuji, mengucapkan terima kasih, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat,


(48)

4.1.1 Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam Kumpulan Naskah Drama Raja Tebalek

Pada penelitian tindak tutur direktif dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek

ditemukan sembilan macam yang dapat dikategorikan ke dalam bentuk tindak tutur direktif,

yaitu mengajak, melarang, menentang, mendesak, menyuruh, menyarankan, menasehati,

memohon, dan meminta.

4.1.1.1 Mengajak

Mengajak berarti (menyilakan, menyuruh, dan sebagainya) supaya turut (KBBI,

2008:23). Jadi, yang dimaksud tindak tutur direktif mengajak adalah suatu tindak pertuturan

yang menginginkan mitra tutur untuk bersama-sama melakukan sesuatu.

Bentuk tuturan yang menunjukkan tindak tutur direktif “mengajak” adalah berikut ini:

1) Bentuk tuturan

Gadis 2 : Kak, kita lapor kepala gampong saja.

Gadis 3 : Sempat mati orang. Kita periksa dulu, mungkin dia butuh bantuan

kita sekarang. Ayo!!

Gadis 1 : Aku disini saja.

(AA/159)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

mengajak. Tuturan ini dututurkan oleh partisipan, yaitu gadis 2, gadis 3, dan gadis 1. Tuturan


(49)

melihat tubuh yang berlumuran darah tergeletak dihadapannya. Gadis 3 mengajak gadis 2 dan

gadis 1 segera memberikan pertolongan pada pemuda itu. Kata “Ayo!!” dalam tuturan kita periksa dulu, mungkin dia butuh bantuan kita sekarang. Ayo!! merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif mengajak.

2) Bentuk tuturan

Bu Lena : Lena!

Lena : (Keluar dengan muka suntuk, bertambah suntuk saat melihat Tamu II) Ada apa?

Bu Lena : Ayo, ada yang harus kita selesaikan. (Menggiring Lena ke depan tv)

(LTP/199)

Anaisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

mengajak. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu bu Lena kepada Lena. Tuturan ini

terjadi di rumah Lena, dengan situasi psikologis pembicaraan Lena merasa suntuk saat

melihat tamu II datang ke rumahnya. Dari dalam kamar bu Lena mengajak Lena ke depan

ruangan tv. Kata “Ayo” dalam tuturan Ayo, ada yang harus kita selesaikan merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif mengajak.

Berdasarkan data di atas, bentuk tindak tutur direktif mengajak dalam kumpulan naskah


(50)

4.1.1.2 Melarang

Melarang adalah memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu, tidak

memperbolehkan berbuat sesuatu (KBBI,2008:883). Jadi tindak tutur direktif melarang

dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur untuk melarang mitra tutur agar tidak melakukan

sesuatu.

Bentuk tuturan yang menunjukkan tindak tutur direktif “mengajak” adalah berikut ini:

3) Bentuk tuturan

Emak : Pokoknya aku nggak setuju! Ngapai dia ke sana, dia itu masih kecil

Bang.

Ayah : Justru karena dia masih kecillah. Bak kata peribahasa, kecil

menabung tua kaya raya. Tujuan sekolah kan bekerja, nah sekarang

ada pekerjaan, berarti buat apa sekolah. Ini kan namanya dapat

mendapat durian runtuh. Repot kali cara berpikir kau.

(RT/14)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu emak kepada ayah. Tuturan ini terjadi

di dalam rumah, dengan situasi psikologis pembicaraan emak merasa kesal dan menentang

keputusan ayah untuk mempekerjakan Mona di luar negeri. Emak melarang Mona bekerja di

sana karena Mona masih kecil dan masih sekolah. Kata “nggak” dalam tuturan pokoknya aku


(51)

4) Bentuk tuturan

Istri : Tidak! Pokoknya kalau Kanda ikut Sayembara Bohong itu, Dinda

tidak mengizinkan dunia akhirat.

Suami : Dinda pikirkanlah baik-baik, ini demi masa depan kita, masa

depan cinta kita, ini janji Kanda. Dari pada Kanda menjadi TKI ke

luar negeri yang belum pasti, kan lebih baik Kanda ikut sayembara

bohong. Dinda meragukan kemampuan Kanda untuk berbohong?

(SB/37)

Analisis Tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu istri kepada suami. Tuturan ini terjadi

di dalam rumah rakyat Negeri Belantan Tak Bertakuk dengan situasi psikologis pembicaraan

suami berniat mengikuti lomba Sayembara Bohong yang diadakan pihak kerajaan dengan

hadiah utama mempersunting putri kerajaan. Suami membujuk istri dengan kata-kata lembut

dan halus, dengan segala bujuk rayu suami meyakinkan istri bahwa semuanya demi masa

depan bersama, namun istrinya tidak mengizinkannya. Kata “tidak dan tidak mengizinkan”

dalam tuturan Tidak! Pokoknya kalau Kanda mengikuti Sayembara Bohong itu, Dinda tidak

mengizinkan dunia akhirat merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

5) Bentuk tuturan

Suami 1 : Kau tidak bisa pergi tanpa seizin ku. Dan aku harus tahu ke


(52)

Istri 1 : Masih mengerti bahasa Indonesia ? Aku bilang pinggir!

(GRGR/50)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu suami 1 kepada istri 1. Tuturan ini

terjadi di dalam rumah dengan situasi psikologis pembicaraan suami marah pada istrinya

karena istrinya ingin pergi tanpa pamit. Suami melarang istrinya pergi namun istri tetap

bersikeras ingin pergi, sehingga terjadilah pertengkaran. Kata “tidak bisa” dalam tuturan Kau

tidak bisa pergi tanpa seizing ku merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

6) Bentuk tuturan

Preman Pinang Baris : Kalian jangan kotori istana, Ketua. Kalau kalian ingin

bunuh-bunuhan bukan di sini tempatnya. Jangan sok jago lah, aku sudah

capek membunuh orang. Biar tahu kau ya.

Preman Tembung : Bukan begitu Preman Pinang Baris, aku kan hanya usul, kalau tidak

disetujui ya nggak apa-apa, namanya juga saran, gimana sih. Aku

kan bilang bagus-bagus, macam mulut perempuan aja pun.


(53)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu preman Pinang Baris kepada preman

Tembung. Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan preman

Pinang Baris terbawa emosi melihat pertengkaran antara preman Tembung dan preman

Amplas, ditandai dengan tuturan aku sudah capek membunuh orang. Biar tahu kau ya.

Preman Pinang Baris melarang preman Tembung dan preman Amplas untuk berantam di

dalam istana. Kata “jangan” dalam tuturan Kalian jangan kotori istana, Ketua dan jangan sok

jago lah merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

7) Bentuk tuturan

Raja Mafia : Ayah tidak pernah menolak permintaan mu. Tapi kali ini Ayah berat

mengabulkannya, mustahil ayah berbesan-besanan dengan Raja

Preman itu, yang nyata-nyata adalah musuh besar Ayah.

Ira : Yang mau kawin Ayah atau Ira, mau idiot, mau IQ jongkok, yang

pentingkan cinta…

Raja Mafia : Ayah tidak mengizinkannya…

(HPJ/94)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu raja mafia kepada Ira. Tuturan ini


(54)

sebagai raja mafia menolak permintaan Ira untuk menikah dengan Todak. Hal ini

dikarenakan ayah ira menyimpan dendam pada ayah Todak, raja preman. Raja preman adalah

musuh besar raja mafia. Ayah Ira melarang hubungan mereka. Kata “tidak mengizinkannya”

dalam tuturan Ayah tidak mengizinkannya merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur

direktif melarang.

8) Bentuk tuturan

Sekur iti : (Kepada PUU) Anda dilarang masuk (lalu menunjuk papan pengumuman di dinding pos monyet yang berbunyi: Yang tidak membawa upeti dilarang masuk!)

PUU : Maaf saya lupa (Kemudian memberikan beberapa lembar uang

kepada sekuriti)

(L/125)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu sekuriti kepada PUU. Tuturan ini

terjadi di istana keprisidenan, dengan situasi psikologis pembicaraan sekuriti bersikap tegas

melarang PUU masuk ke dalam ruangan karena sekuriti melihat PUU tidak membawa upeti

seperti yang telah disyaratkan. Kata “dilarang” dalam tuturan Anda dilarang masuk

merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.


(55)

Bu Lena : (Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Makanlah yang banyak, tentunya kau lapar.

Pak Lena : (Mendekat dan langsung duduk di samping Lena) Dari mana saja?

Bu Lena : Jangan ditanyakan dulu, biarkan dia makan dengan tenang. Sudah

hampir lima hari dia berada di luar, rindu dengan rumah ini tentunya.

(LTP/196)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif

melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu bu Lena kepada pak Lena. Tuturan ini

terjadi di rumah Lena, dengan situasi psikologis pembicaraan pak Lena merasa penasaran

perihal kepergian Lena selama ini. Pak Lena segera duduk disamping Lena yang sedang

makan, dan menanyakan perihal kepergian Lena selama ini. Saat pak Lena menanyakan

keberadaan Lena, Bu Lena melarang untuk menanyakan itu. Kata “jangan” dalam tuturan

jangan ditanyakan dulu merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

10)Bentuk tuturan

Sekur iti : Tapi itukan Sangkot, adiknya ibu Negara, yang notabene adik ipar

mister presiden.

Presiden : Adik ipar taik!!! Pokoknya saya tidak mau tahu, mau Sangkot, mau

Lokot, mau ibu negara, semua dilarang masuk! Ini perintah presiden.

Perintah negara, jadi tidak ada KKN. Paham !!!

(L/142)


(56)

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu sekuriti kepada presiden. Tuturan ini terjadi di rumah istana kepresidenan, dengan situasi psikologis pembicaraan presiden merasa kesal pada adik iparnya karena telah memasuki ruang rapat keprisidenan tanpa berkepentingan, hal itu ditandai dari tuturan Adik ipar taik!!!. Kata “dilarang” dalam tuturan semua dilarang masuk! Ini perintah presiden. Perintah negara, jadi tidak ada KKN. Paham !!! merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.

Berdasarkan data di atas, bentuk tindak tutur direktif melarang dalam kumpulan naskah

drama Raja Tebalek dapat ditandai dengan penggunaan kata nggak setuju, tidak, tidak

mengizinkan, tanpa seizinku, jangan, dilarang.

4.1.1.3 Menentang

Menentang adalah menolak (perintah, pendapat, usul, dsb), menampik, membangkang, dan menyanggal (KBBI, 2008).

Data yang menunjukkan tindak tutur direktif menentang dapat dilihat dari data berikut:

11)Bentuk tuturan

Tukang tipu : Maaf Bang, yang dicari hanya cewek…kerjaannya enak, gajinya

pastilah lebih dari negara kita ini, tak mungkin aku menjerumuskan. Udah ku anggap anak ku sendiri si Mona, kak…aku bukan tukang tipu, macam yang lain

Emak : Penjual rakyat !!


(57)

(RT/17)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menentang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu tukang tipu, emak, dan ayah. Tuturan ini terjadi di dalam rumah dengan situasi psikologis pembicaraan tukang tipu berusaha meyakinkan emak atas kepergian Mona, hal itu ditandai dengan tuturan Udah ku anggap anak ku sendiri si Mona, kak…aku bukan tukang tipu, macam yang lain. Emak cetus menjawab penjual rakyat!! pada tukang tipu sebagai ungkapan menentang dari apa yang telah disampaikan tukang tipu. Kata “penjual rakyat!!” dalam tuturan penjual rakyat!! merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif menentang.

12)Bentuk tuturan

Preman Tembung : Maaf, kawan-kawan, untuk mengisi kekosongan waktu, sambil menunggu ketua Raja datang, saya punya usul, bagaimana kalau kita sepakati untuk membicarakan calon pengganti Ketua. Ini penting supaya suara kita satu. Jangan sampai ada kekuasaan yang lowong.

Preman Amplas : Instruksi! Preman Tembung! Saya tidak setuju membicarakan calon

pengganti ketua, sementara beliau masih bisa memimpin, itu berarti penghianatan. Dan penghianatan hukumannya adalah diculik atau bunuh di tempat.

(HPJ/86)


(58)

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menentang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu preman Tembung kepada preman Amplas. Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan preman Amplas menghormati dan memiliki sikap mengabdi pada ketua raja sebagai pemimpin. Saat preman Tembung menyarankan untuk mencari calon pengganti ketua, preman Amplas menentang saran yang telah disampaikan oleh preman Tembung. Kata “tidak setuju” dalam

tuturan Saya tidak setuju membicarakan calon pengganti ketua merupakan penanda lingual

bentuk tindak tutur direktif menentang.

13)Bentuk tuturan

Mafia Berdasi : Kalau begitu, sebelum mereka menyerang, kita duluan yang

menyerang.

Raja Mafia : Ah, jangan begitu, kita punya kode etik. Prinsipnya, kita siap kalo

diserang.

(HPJ/93)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menentang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu mafia berdasi kepada raja mafia. Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan raja mafia memegang teguh prinsip dalam berperang. Raja mafia tidak sependapat dengan saran yang telah disampaikan mafia berdasi. Ia menentang saran untuk menyerang musuh terlebih dahulu. Kata “ah, jangan begitu” dalam tuturan Ah, jangan begitu, kita punya kode etik merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif menentang.


(59)

Berdasarkan data di atas, bentuk tindak tutur direktif menentang dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek dapat ditandai dengan penggunaan kata penjual rakyat, tidak setuju, ah jangan begitu.

4.1.1.4 Mendesak

Mendesak adalah meminta dengan sangat atau memaksa, penting untuk segera dilakukan (dipenuhi, diselesaikan) (KBBI, 2008:346). Jadi tindak tutur direktif mendesak dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur sebagai bentuk paksaan agar mitra tutur mau melakukan sesuatu dengan yang diminta oleh penutur.

Data yang menunjukkan tindak tutur direktif “mendesak” dapat dilihat dari data berikut:

14)Bentuk tuturan

Emak : Lebih baik daripada menjual anak! Kalau mau menolong, sekarang

buktikan, sekarang !... Aku perlu pupuk,..

Tukang tipu : Oke, oke kalau cuma pupuk, gampang itu Kak. Besok sebelum

Kakak datang pupuknya sudah disini. 10 goni cukup? Yang penting Kakak setuju keberangkatan si Mona… cemana Bang cocok?!

(RT/17)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif mendesak. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu tukang tipu dan emak. Tuturan ini terjadi di dalam rumah dengan situasi psikologis pembicaraan emak kesal pada tukang tipu yang terus membujuk emak agar memberi izin atas kepergian anaknya dengan


(60)

menjanjikan kesejahteraan pada anak dan keluarga yang ditinggalkan. Emak mendesak tukang tipu untuk memberikan pupuk pada mereka seperti yang telah dijanjikannya akan menolong. Kata “sekarang buktikan” dalam tuturan Kalau mau menolong, sekarang buktikan, sekarang !... Aku perlu pupuk merupakan penanda lingual tindak tutur direktif mendesak.

15)Bentuk tuturan

Suami II : Tolong jangan ganggu kebahagiaan kami. Kami masih berbulan

madu.

Istri I : Keluarkan suami saya ! Perjuangan kami belum selesai. Kami tidak

bertanggung jawab bila ada korban dan kerusakan.

(GRGR/65 )

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif mendesak. Tuturan ini disampaikan oleh partisipan, yaitu suami II kepada istri I. Tuturan ini terjadi di depan rumah suami II, dengan situasi psikologis pembicaraan emosi istri I masih meluap-luap pada suami I. Istri I mendesak suami II untuk mengeluarkan suami I yang telah bersembunyi di dalam rumah suami II. Jika tidak dikeluarkan, istri I mengancam akan membuat kerusakan dan memakan korban. Kata “keluarkan” dalam tuturan Keluarkan suami saya! Perjuangan kami belum selesai merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif mendesak.


(61)

Berdasarkan data di atas, bentuk tindak tutur direktif mendesak dalam kumpulan naskah

drama Raja Tebalek dapat ditandai dengan penggunaan kata sekarang buktikan, dan

keluarkan.

4.1.1.5 Menyuruh

Menyuruh adalah memerintah (supaya melakukan sesuatu), (KBBI, 2008:1568). Jadi

tindak tutur menyuruh dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur untuk melakukan sesuatu, yaitu penutur menginginkan mitra tutur melakukan sesuatu untuk dirinya.

Data yang menunjukkan tindak tutur direktif menyuruh dapat dilihat dalam contoh berikut :

16)Bentuk tuturan

Istri Raja : Bang teken surat ini, pecat dia…!!!

Raja Tebalek : Mau ke mana kok cepat-cepat… nanti dulu, kita main engklek

yok…

(RT/24)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menyuruh. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu istri raja kepada raja tebalek. Tuturan ini terjadi di dalam istana dengan situasi psikologis pembicaraan istri raja marah pada kroni karena merasa telah dilecehkan dan direndahkan oleh kroni . Istri raja menyuruh Raja


(62)

Tebalek menandatangani surat pemecatan untuk kroni karena telah bertindak tidak sopan dan menghina istri raja. Untuk memecat kroni, maka raja harus menanada tangani surat

pemecatan. Kata “teken dan pecat” dalam tuturan bang teken surat ini, pecat dia…!!!

merupakan penanda lingual tindak tutur direktif menyuruh.

17)Bentuk tuturan

Istri II : (Dari dalam kamar mandi) Papa…ambilkan kutang yang baru dibeli

kemarin!

Suami II : Apa?!!!

Istri II : Kutang yang warna kuning, yang baru… ambilkan!!!

(GRGR/56)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menyuruh. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu istri II kepada suami II. Tuturan ini terjadi di halaman belakang rumah dekat dengan kamar mandi, dengan situasi psikologis pembicaraan istri II baru selesai mandi. Istri II dari dalam kamar mandi menyuruh suami II untuk mengambilkan kutang berwarna kuning yang baru dibeli. Kata ambilkan yang yang diikuti dengan tanda seru menunjukkan seruan berupa perintah yang harus dilakukan oleh suami II. Kata “ambilkan” dalam tuturan Papa…ambilkan kutang yang baru dibeli kemarin! merupakan penanda lingual tindak tutur direktif menyuruh.

Berdasarkan data di atas, bentuk tindak tutur direktif menyuruh dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek dapat ditandai dengan penggunaan kata teken, pecat, dan ambilkan!!!.


(63)

4.1.1.6 Menyarankan

Menyarankan adalah memberikan saran atau anjuran (KBBI, 2008:1366). Jadi tindak tutur direktif menyarankan dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur sebagai anjuran apa yang harus dilakukan.

Data yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan dapat dilihat dalam contoh berikut :

18)Bentuk tuturan

Kroni 1 : Bagaimana kalau kita main engklek paduka?

Raja Tebalek : Dari tadilah kau bilang…ayo!

(RT/26)

Analisis Tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu kroni I mengusulkan sebuah permainan untuk menyenangkan hati raja. Kroni I menyarankan bermain engklek dengan raja tebalek. Kata “bagaimana” dalam tuturan bagaimana kalau kita main engklek paduka? merupakan penanda lingual tindak tutur direktif menyarankan.

19) Bentuk tuturan

Datuk Panglima : Solusinya begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi


(64)

canggih. Teknologi laga dengan teknologi. Dan untuk itulah, kita telah menyewa eyes-eyes dari luar negeri, peralatannya canggih disertai dengan alat sinar ultra infra merah. Percakapan yang mencurigakan, bahkan dalam gedung yang kedap suara sekalipun dapat kita sadap. Biasanya memang mahal tetapi hasilnya sangat memuaskan. Sebagai bukti kita telah mencurigai seseorang……

Raja : Kalau begitu tangkap dia sekarang dan gantung !!!

(SB/30)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu datuk panglima kepada raja. Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan datuk panglima memiliki strategi yang jitu untuk menagkap seorang buronan istana. Datuk panglima mencoba menawarkan berbagai solusi berupa upaya-upaya yang harus dilakukan untuk menangkap buronan istana. Kata “solusinya” dalam tuturan solusinya begini paduka merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif menyarankan.

20)Bentuk tuturan

Samod : Oh, binatang semua di sana Ketua. Soalnya hutannya belum ada

HPH-nya.


(65)

Samod : Nggak tahu Ketua, aku dengar-dengar saja. Tapi menurut aku sebaiknya kita pulang saja Ketua. Ketua kan anak satu-satunya, Cuma Ketualah yang bisa menggantikan posisi ayah Ketua. Sayang Ketua.

(HPJ/75)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu Samod kepada Todak. Tuturan ini terjadi di dalam hutan, dengan situasi psikologis pembicaraan Samod adalah seorang pengawal kerajaan yang pintar-pintar bodoh, namun ia adalah seorang pengawal yang setia. Hal ini terbukti dari tuturan ‘Nggak tahu Ketua, aku dengar-dengar saja’. Samod menyarankan agar Todak kembali ke istana, karena Todak adalah satu-satunya anak ketua raja yang kelak akan meneruskan jabatan ayahnya sebagai raja. Kata “sebaiknya” dalam

tuturan Tapi menurut aku sebaiknya kita pulang saja ketua merupakan penanda lingual

bentuk tindak tutur direktif menyarankan.

21)Bentuk tuturan

Todak : Samod aku telah bersua dengan banyak orang, tapi hanya dengan

engkau aku merasa keikhlasan. Harusnya aku membalas budi baik mu, namun ku harap kau mengerti betapa tak berdayanya aku, tanganku rapuh untuk membentur tembok kekuasaan tempat cita-cita mu tersimpan. Samod… diakhir hidup ku ini, aku ingin Ira ada di


(66)

samping ku. Oh, betapa berharganya hidup ku. Ira… aku cinta padamu…

Samod : Ketua, sebelum kita mati, kita tidur dulu, besok saja kita bunuh

dirinya, mana tahu dalam mimpi kita bertemu Ira. Ketua tidur saja dulu.

(HPJ/79)

Analisis tuturan

Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu Todak kepada Samod. Tuturan ini terjadi di hutan dengan situasi psikologis pembicaraan pangeran Todak sudah merasa putus asa untuk mendapatkan Ira. Hal itu terbukti dari tuturan ‘Samod… diakhir hidup ku ini, aku ingin Ira ada di samping ku’. Samod, sebagai prajurit setia terus menasehati dan menguatkan pangeran Todak. Samod menyarankan pada pangeran Todak untuk tidur terlebih dahulu sebelum niatnya untuk bunuh diri terlaksana. Samod dan Todak berharap semoga di dalam mimpi mereka dapat bertemu dengan si Ira. Kata “besok saja” dalam tuturan kita tidur dulu, besok saja kita bunuh dirinya, mana tahu dalam mimpi kita bertemu Ira merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif menyarankan.

22)Bentuk tuturan

Samod : Pangeran telepon dia dan bilang nanti malam Pangeran akan nonton

konser dan Pangeran akan datang menjemputnya. Nah, setelah dia mau, Pangeran jangan nonton konser, untuk apa. Pangeran ajak ke taman yang banyak lampunya itu…


(1)

TINDAK TUTUR DALAM KUMPULAN NASKAH DRAMA “RAJA TEBALEK” AGUSTIANDA

100701063

Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar sarjana dan telah disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Dwi Widayati, M. Hum. Dra. Salliyanti, M.Hum. NIP.19650514 198803 2 001 NIP.19590212 198303 2 002

Departemen Sastra Indonesia Ketua

Prof. Dr. Ikhwanuddin Nasution, M.Si. NIP. 196209251989031017


(2)

TINDAK TUTUR DALAM KUMPULAN NASKAH DRAMA RAJA TEBALEK OLEH

AGUS TIANDA NIM 100701063

ABSTRAK

Penelitian ini merupakan analisis terhadap bentuk tindak tutur dalam kumpulan naskah drama

Raja Tebalek. Penelitian ini mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif, komisif, dan ekspresif dan juga menganalisis tindak tutur dominan yang paling sering muncul dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak, yaitu menyimak teks tuturan. Selanjutnya, digunakan teknik bebas libat cakap dan teknik catat. Pada pengkajian data digunakan metode agih dan teknik baca markah, yaitu menganalisis data dengan cara membaca markah pada kumpulan naskah drama Raja Tebalek

untuk mengetahui identitas bahasa yang mengungkapkan tindak tutur direktif, komisif, dan ekspresif. Dalam penelitian ini digunakan teori pragmatik Searle. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa tindak tutur direktif dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek

ditandai oleh pemarkah ayo, nggak setuju, tidak, tidak mengizinkan, tanpa seizin ku, jangan, dilarang, penjual rakyat, tidak setuju, jangan begitu, sekarang buktikan!, keluarkan!, pecat, teken, ambilkan, bagaimana, solusinya, sebaiknya, telepon, saran, begini, jangan, pengusaha dan anggota dewan, percayalah, ikhlaskanlah, mohon, tolong, minta, pegang. Tindak tutur komisif dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek ditandai oleh pemarkah berjanji, bersumpah, satu!, jangan bergerak, keluar atau hancur!, terpaksa berpisah, laporkan, jangan bergerak, angkat tangan dan angkat kaki. Tindak tutur ekspresif dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek ditandai oleh pemarkah terima kasih, takut, jangan main-main, berarti emak, dia, urusan mu, kemarahan, bangsat, berengsek, kupijak-pijak, lepaskan!, cukup!, tinggalkan, anjing, monyet, babi, borjong, taik, god, mantap, dan saya bangga. Jumlah tindak tutur yang paling dominan muncul adalah tindak tutur direktif, yaitu berjumlah 37 bentuk tuturan. Tindak tutur komisif berjumlah 9 bentuk tuturan, sedangkan tindak tutur ekspresif berjumlah 22 bentuk tuturan.


(3)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... 1

ABSTRAK... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR SINGKATAN ... iv

BAB I : PENDAHULUAN ... v

Latar Belakang Masalah ... 1

1.1 . Rumusan Masalah ... 7

1.2 . Tujuan dan Manfaat penelitian ... 7

1.3.1. Tujuan ... 7

1.3.2. Manfaat Penelitian ... 8

1.3.2.1.Manfaat Teoritis ... 8

1.3.2.2.Manfaat Praktis ... 8

BAB II : KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep ... 8

2.2 Tindak Tutur Direktif, Komisif, dan Ekspresif ... 8

2.3. Landasan Teori ... 9

2.3.1. Pragmatik... 9

2.3.2. Konteks dan Situasi Tutur ... 11

2.3.3. Tindak Tutur ... 13

2.3.4. Konteks ... 15

2.4. Tinjauan Pustaka ... 18

BAB III: METODE PENELITIAN 3.1. Data dan sumber data ... 21

3.1.1. Data ... 21


(4)

3.3 Metode dan Teknik Analisis Data ... 23

BAB IV : PEMBAHASAN 4.1 Bentuk tindak tutur dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek ... 28

4.1.1 Bentuk Tindak Tutur Direktif ... 29

4.1.1.1 Mengajak ... 29

4.1.1.2 Melarang 31 4.1.1.3 Menentang ... 39

4.1.1.4 Mendesak ... 42

4.1.1.5 Menyuruh ... 44

4.1.1.6 Menyarankan ... 46

4.1.1.7 Menasihati... 54

4.1.1.8 Memohon ... 58

4.1.1.9 Meminta ... 63

4.1.2 Bentuk Tindak Tutur Komisif ... 66

4.1.2.1 Berjanji ... 66

4.1.2.2 Bersumpah ... 69

4.1.2.3 Mengancam ... 70

4.1.3 Bentuk Tindak Tutur Ekspresif ... 77

4.1.3.1 Mengungkapkan Terima Kasih ... 77

4.1.3.2 Mengungkapkan Rasa Takut ... 80

4.1.3.3 Menyalahkan ... 83


(5)

4.1.3.5 Memuji ... 101 4.2 Tindak Tutur Dominan dalam Kumpulan Naskah Drama Raja Tebalek ... 104

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 106 5.2 Saran ... 108 DAFTAR PUSTAKA


(6)

SINGKATAN

Raja Tebalek : RT

Sayembara Bohong : SB

Gara-Gara : GG

Hikayat Pangeran Jongkok : HPJ Tukang Sapu dan Pengantar Koran : TSPK

Loker : LK

Juru Runding : JR

Amuk Aceh : AA

Tarian Terakhir : TT