gambaran teori bagaimana mengembangkan penulisan dengan tetap berpijak pada teori yang ada.
Dari beberapa studi terdahulu, dapat diketahui bahwa penelitian tindak tutur dalam kumpulan naskah drama “Raja Tebalek” belum pernah diteliti. Selain itu dari beberapa
penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam tinjauan sebelumnya, penulis membuat analisis lebih fokus hanya mengambil tiga bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur
direktif, komisif, dan ekspresif. Objek dalam penelitian ini adalah kumpulan naskah drama “Raja Tebalek” karya Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win Aryoga, dan M.
Ramadhan Batubara.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Data dan Sumber Data 3.1.1. Data
Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti Sudaryanto, 1993:3. Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk
Universitas Sumatera Utara
gambaran teori bagaimana mengembangkan penulisan dengan tetap berpijak pada teori yang ada.
Dari beberapa studi terdahulu, dapat diketahui bahwa penelitian tindak tutur dalam kumpulan naskah drama “Raja Tebalek” belum pernah diteliti. Selain itu dari beberapa
penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam tinjauan sebelumnya, penulis membuat analisis lebih fokus hanya mengambil tiga bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur
direktif, komisif, dan ekspresif. Objek dalam penelitian ini adalah kumpulan naskah drama “Raja Tebalek”
karya Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win Aryoga, dan M. Ramadhan Batubara.
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Data dan Sumber Data 3.1.1. Data
Data adalah semua informasi atau bahan yang disediakan alam yang harus dicari dan disediakan dengan sengaja oleh peneliti yang sesuai dengan permasalahan yang
diteliti Sudaryanto, 1993:3. Data yang terdapat dalam penelitian ini adalah bentuk-bentuk
Universitas Sumatera Utara
tuturan yang mengandung tuturan direktif, komisif, dan ekspresif yang terdapat dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek antara lain “Raja Tebalek” RT, “Sayembara
Bohong” SB, “Gara-Gara” GG, “Hikayat Pangeran Jongkok” HPJ, “Tukang Sapu dan Pengantar Koran” TSPK, “Loker” LK, “Juru Runding” JR, “Amuk Aceh” AA,
:”Tarian Terakhir” TT, dan “Lena Tak Pulang” LTP. .
3.1.2. Sumber Data
Sumber data adalah asal dari data penelitian itu diperoleh. Dari sumber itu penulis memperoleh data yang diinginkan. Data sebagai objek penelitian secara umum adalah
informasi atau bahasa yang dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti Sudaryanto,1993:34. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah pecakapan-percakapan secara langsung yang
terdapat dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek. Judul Naskah Drama
: Raja Tebalek Penulis
: Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win Aryoga, dan M. Ramadhan Batubara
Penerbit : Teater O USU-Madju Garuda Plaza Hotel
Jumlah Halaman : 224 Halaman
Cetakan : Cetakan Pertama
Tahun Terbit : 2009
Warna Sampul : Putih
Desain Sampul : Wahidin
Universitas Sumatera Utara
3.2. Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Metode adalah cara yang harus dilaksanakan, teknik adalah cara melaksanakan metode Sudaryanto, 19939. Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan adalah
metode simak. Metode simak adalah menyimak teks tuturan yang disampaikan oleh penutur pada mitra tutur yang ada dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek. Selanjutnya dalam
pengumpulan data digunakan teknik bebas libat cakap. Teknik bebas libat cakap adalah penulis tidak terlibat langsung dalam tuturan, tetapi penulis hanya sebagai pemerhati,
menyimak apa yang dikatakan bukan apa yang dibicarakan Sudaryanto, 1993:134. Jadi, yang diperhatikan penulis bukan isi pembicaraan, melainkan tuturan atau perkataan yang
digunakan dalam naskah Raja Tebalek. Setelah data dikumpulkan melalui teknik bebas libat cakap maka langkah selanjutnya adalah mentranskripkan data melalui teknik catat. Teknik
catat adalah mencatat kata, kalimat, atau data-data yang penting yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, serta mengumpulkan teori-teori yang relevan yang berhubungan
dengan penelitian. Teknik pencatatan dilakukan dengan mencatat percakapan dalam dialog kumpulan naskah drama Raja Tebalek yang mengandung tindak tutur derektif, komisif, dan
ekspresif.
3.3. Metode dan Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh, maka peneliti melakukan proses analisis data. Analisis data merupakan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode dan
mengategorikannya Lexy J. Moloeng, 1998:103. Dengan melakukan teknik analisis data ini, maka dapat dilihat jawaban dari masalah yang hendak diteliti. Metode yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
peneliti dalam dalam analisis data ini adalah metode agih, teknik baca markah yaitu menganalisis data dengan cara membaca kumpulan naskah drama Raja Tebalek untuk
mengetahui ketatabahasaan yang menunjuk identitas bahasa yang mengungkapkan tindak tutur direktif, komisif, dan ekspresif.
Contoh bentuk tindak tutur direktif, komisif, dan ekspresif.
Bentuk Tuturan
Datuk Panglima : Solusinya begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi
canggih, maka kita harus menggunakan teknologi yang lebih canggih. Teknologi laga dengan teknologi. Dan untuk itulah,
kita telah menyewa eyes-eyes dari luar negeri, peralatannya canggih disertai dengan alat sinar ultra infra merah.
Percakapan yang mencurigakan, bahkan dalam gedung yang kedap suara sekalipun dapat kita sadap. Biasanya memang
mahal tetapi hasilnya sangat memuaskan. Sebagai bukti kita telah mencurigai seseorang……
Raja :
Kalau begitu tangkap dia sekarang dan gantung SB30
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif menyarankan. Tuturan ini dituturkan oleh partisifan, yaitu datuk panglima kepada raja.
Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan datuk panglima menyarankan kepada raja mengenai sebuah solusi dan strategi untuk menangkap dan
Universitas Sumatera Utara
mengalahkan seorang yang menjadi buronan istana. Datuk panglima menyarankan cara-cara yang harus dilakukan untuk menangkapnya. Kata “solusinya begini” dalam tuturan ‘solusinya
begini Paduka, kalau dia menggunakan teknologi canggih, maka kita harus menggunakan teknologi yang lebih canggih’
merupakan penanda lingual untuk tindak tutur direktif.
Bentuk Tuturan
Putri : Ayah dan Bunda tercinta maafkanlah Ananda. Kadang- kadang
Ananda benci tapi kadang-kadang rindu pada lelaki itu. Katanya dia tukang sapu, tapi penampilannya keren, necis,
intelektual, dan kebarat-baratan, pokoknya siplah. Dia telah membohongi Ananda, termakan bujuk rayunya. Dan dia tidak
pernah datang lagi. Antara rindu dan benci, Ananda telah bersumpah dan berniat, jodoh Ananda nanti harus seorang
pembohong. Jadi untuk kebahagiaan Ananda, sudilah Ayahanda mengadakan sayembara bohong. Siapa yang paling
pintar berbohong dialah yang menjadi suami saya. Permaisuri
: Ananda belahan hati Bunda, bagai disambar petir Bunda mendengarnya, atau Ananda yang salah ucap?
SB34
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur komisif bersumpah. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu Putri kepada Permaisuri. Tuturan ini
terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan Putri merasa sedih, kesal, dan
Universitas Sumatera Utara
rindu pada seorang pemuda. Tuan Putri juga mengatakan sumpah bahwa ia hanya akan menikah dengan seorang pembohong. Kata “bersumpah dan berniat” dalam tuturan Ananda
telah bersumpah dan berniat jodoh ananda nanti harus seorang pembohong merupakan
penanda lingual tindak tutur komisif bersumpah.
Bentuk tuturan
Sekuriti : Dengan suara yang keras dan lantang Lapor Mister
Presiden Rapat Tahunan Negara Krutak-Krutuk, 5 menit lagi akan dilaksanakan Laporan selesai.
Presiden : Terkejut dan marah Hei Borjong Lancang kuning kali kau.
Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu Sekretaris. Dan kalau ngomong tak usah pake toa. Kau piker kami pekak.
L123
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur ekspresif marah. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu Sekuriti kepada Presiden.
Tuturan ini terjadi di istana kepresidenan, dengan situasi psikologi pembicaraan Presiden merasa kesal dan marah pada sekuriti. Sekuriti menyampaikan kepada Presiden bahwa rapat
akan dilaksanakan 5 menit lagi dengan nada yang keras dan tiba-tiba. Sekuriti sontak membuat presiden marah dan tidak senang atas perlakuan Sekuriti. Kata “borjong ” dalam
tuturan hei Borjong Lancang kuning kali kau. Kalau mau masuk kau telepon dulu Ibu Sekretaris
merupakan penanda lingual tindak tutur ekspresif marah.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV PEMBAHASAN
Pada pembahasan penelitian ini, analisis yang digunakan meliputi tiga hal, yaitu bentuk tindak tutur direktif, komisif, dan elspresif dalam dialog kumpulan naskah drama Raja
Tebalek.
4.1 Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Direktif, Komisif, Dan Ekspresif Dalam Kumpulan Naskah Drama Raja Tebalek.
Seperti yang dikatakan oleh Searle dalam bukunya yang berjudul Speech Acts : An Easy in the Philosophy of Language
dalam F.X. Nadar, 2009:12 bahwa tindak tutur direktif adalah usaha si penutur untuk meminta si pendengar melakukan suatu hal. Hal tersebut dapat
berupa “usaha” seperti ajakan atau saran untuk melakukan suatu hal, bahkan usaha yang lebih keras misalnya bersikeras agar orang lain melakukan apa yang anda mau. Jenis tuturan
direktif antara lain tuturan mengajak, melarang, menentang, mendesak, menyuruh, menyarankan, menasehati, memohon, dan meminta. Komisif adalah jenis tindak tutur yang
dipahami oleh penutur untuk mengaitkan dirinya terhadap tindakan-tindakan di masa yang akan datang. Tindak tutur ini menyatakan apa saja yang dimaksudkan oleh penutur. Jenis
tuturan komisif antara lain tuturan berjanji, bersumpah, mengancaman, dan menyatakan kesanggupan. Ekspresif adalah jenis tindak tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan
oleh penutur dengan cara mengekspresikan. Jenis tuturan ekspresif antara lain tuturan memuji, mengucapkan terima kasih, mengeluh, menyalahkan, mengucapkan selamat,
menyatakan rasa takut, marah, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1 Bentuk-Bentuk Tindak Tutur Direktif dalam Kumpulan Naskah Drama Raja Tebalek
Pada penelitian tindak tutur direktif dalam kumpulan naskah drama Raja Tebalek ditemukan sembilan macam yang dapat dikategorikan ke dalam bentuk tindak tutur direktif,
yaitu mengajak, melarang, menentang, mendesak, menyuruh, menyarankan, menasehati, memohon, dan meminta.
4.1.1.1 Mengajak
Mengajak berarti menyilakan, menyuruh, dan sebagainya supaya turut KBBI, 2008:23. Jadi, yang dimaksud tindak tutur direktif mengajak adalah suatu tindak pertuturan
yang menginginkan mitra tutur untuk bersama-sama melakukan sesuatu. Bentuk tuturan yang menunjukkan tindak tutur direktif “mengajak” adalah berikut ini:
1 Bentuk tuturan
Gadis 2 : Kak, kita lapor kepala gampong saja.
Gadis 3 : Sempat mati orang. Kita periksa dulu, mungkin dia butuh bantuan
kita sekarang. Ayo Gadis 1
: Aku disini saja. AA159
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif mengajak. Tuturan ini dututurkan oleh partisipan, yaitu gadis 2, gadis 3, dan gadis 1. Tuturan
ini terjadi di Tanah Rencong Aceh, dengan situasi psikologis pembicaraan gadis 2 panik
Universitas Sumatera Utara
melihat tubuh yang berlumuran darah tergeletak dihadapannya. Gadis 3 mengajak gadis 2 dan
gadis 1 segera memberikan pertolongan pada pemuda itu. Kata “Ayo” dalam tuturan kita
periksa dulu, mungkin dia butuh bantuan kita sekarang. Ayo merupakan penanda lingual
bentuk tindak tutur direktif mengajak.
2 Bentuk tuturan
Bu Lena : Lena
Lena : Keluar dengan muka suntuk, bertambah suntuk saat melihat Tamu
II Ada apa?
Bu Lena : Ayo, ada yang harus kita selesaikan. Menggiring Lena ke depan tv
LTP199
Anaisis tuturan
Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif mengajak. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu bu Lena kepada Lena. Tuturan ini
terjadi di rumah Lena, dengan situasi psikologis pembicaraan Lena merasa suntuk saat melihat tamu II datang ke rumahnya. Dari dalam kamar bu Lena mengajak Lena ke depan
ruangan tv. Kata “Ayo” dalam tuturan Ayo, ada yang harus kita selesaikan merupakan
penanda lingual bentuk tindak tutur direktif mengajak. Berdasarkan data di atas, bentuk tindak tutur direktif mengajak dalam kumpulan naskah
drama Raja Tebalek dapat ditandai dengan penggunaan kata ayo.
Universitas Sumatera Utara
4.1.1.2 Melarang
Melarang adalah memerintahkan supaya tidak melakukan sesuatu, tidak memperbolehkan berbuat sesuatu KBBI,2008:883. Jadi tindak tutur direktif melarang
dilakukan oleh penutur kepada mitra tutur untuk melarang mitra tutur agar tidak melakukan sesuatu.
Bentuk tuturan yang menunjukkan tindak tutur direktif “mengajak” adalah berikut ini:
3 Bentuk tuturan
Emak : Pokoknya aku nggak setuju Ngapai dia ke sana, dia itu masih kecil
Bang. Ayah
: Justru karena dia masih kecillah. Bak kata peribahasa, kecil menabung tua kaya raya. Tujuan sekolah kan bekerja, nah sekarang
ada pekerjaan, berarti buat apa sekolah. Ini kan namanya dapat mendapat durian runtuh. Repot kali cara berpikir kau.
RT14
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu emak kepada ayah. Tuturan ini terjadi
di dalam rumah, dengan situasi psikologis pembicaraan emak merasa kesal dan menentang keputusan ayah untuk mempekerjakan Mona di luar negeri. Emak melarang Mona bekerja di
sana karena Mona masih kecil dan masih sekolah. Kata “nggak” dalam tuturan pokoknya aku nggak setuju
merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.
Universitas Sumatera Utara
4 Bentuk tuturan
Istri : Tidak Pokoknya kalau Kanda ikut Sayembara Bohong itu, Dinda
tidak mengizinkan dunia akhirat. Suami
: Dinda pikirkanlah baik-baik, ini demi masa depan kita, masa depan cinta kita, ini janji Kanda. Dari pada Kanda menjadi TKI ke
luar negeri yang belum pasti, kan lebih baik Kanda ikut sayembara bohong. Dinda meragukan kemampuan Kanda untuk berbohong?
SB37
Analisis Tuturan
Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu istri kepada suami. Tuturan ini terjadi
di dalam rumah rakyat Negeri Belantan Tak Bertakuk dengan situasi psikologis pembicaraan suami berniat mengikuti lomba Sayembara Bohong yang diadakan pihak kerajaan dengan
hadiah utama mempersunting putri kerajaan. Suami membujuk istri dengan kata-kata lembut dan halus, dengan segala bujuk rayu suami meyakinkan istri bahwa semuanya demi masa
depan bersama, namun istrinya tidak mengizinkannya. Kata “tidak dan tidak mengizinkan”
dalam tuturan Tidak Pokoknya kalau Kanda mengikuti Sayembara Bohong itu, Dinda tidak mengizinkan dunia akhirat
merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.
5 Bentuk tuturan
Suami 1 : Kau tidak bisa pergi tanpa seizin ku. Dan aku harus tahu ke
mana?
Universitas Sumatera Utara
Istri 1 : Masih mengerti bahasa Indonesia ? Aku bilang pinggir
GRGR50
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu suami 1 kepada istri 1. Tuturan ini
terjadi di dalam rumah dengan situasi psikologis pembicaraan suami marah pada istrinya karena istrinya ingin pergi tanpa pamit. Suami melarang istrinya pergi namun istri tetap
bersikeras ingin pergi, sehingga terjadilah pertengkaran. Kata “tidak bisa” dalam tuturan Kau tidak bisa pergi tanpa seizing ku
merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.
6 Bentuk tuturan
Preman Pinang Baris : Kalian jangan kotori istana, Ketua. Kalau kalian ingin bunuh- bunuhan bukan di sini tempatnya. Jangan sok jago lah, aku sudah
capek membunuh orang. Biar tahu kau ya. Preman Tembung
: Bukan begitu Preman Pinang Baris, aku kan hanya usul, kalau tidak disetujui ya nggak apa-apa, namanya juga saran, gimana sih. Aku
kan bilang bagus-bagus, macam mulut perempuan aja pun. HPJ86
Universitas Sumatera Utara
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu preman Pinang Baris kepada preman
Tembung. Tuturan ini terjadi di dalam istana, dengan situasi psikologis pembicaraan preman Pinang Baris terbawa emosi melihat pertengkaran antara preman Tembung dan preman
Amplas, ditandai dengan tuturan aku sudah capek membunuh orang. Biar tahu kau ya. Preman Pinang Baris melarang preman Tembung dan preman Amplas untuk berantam di
dalam istana. Kata “jangan” dalam tuturan Kalian jangan kotori istana, Ketua dan jangan sok
jago lah merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.
7 Bentuk tuturan
Raja Mafia : Ayah tidak pernah menolak permintaan mu. Tapi kali ini Ayah berat
mengabulkannya, mustahil ayah berbesan-besanan dengan Raja Preman itu, yang nyata-nyata adalah musuh besar Ayah.
Ira : Yang mau kawin Ayah atau Ira, mau idiot, mau IQ jongkok, yang
pentingkan cinta… Raja Mafia
: Ayah tidak mengizinkannya… HPJ94
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur di atas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu raja mafia kepada Ira. Tuturan ini
terjadi di istana raja mafia, dengan situasi psikologis pembicaraan ayah Ira yang menjabat
Universitas Sumatera Utara
sebagai raja mafia menolak permintaan Ira untuk menikah dengan Todak. Hal ini dikarenakan ayah ira menyimpan dendam pada ayah Todak, raja preman. Raja preman adalah
musuh besar raja mafia. Ayah Ira melarang hubungan mereka. Kata “tidak mengizinkannya” dalam tuturan Ayah tidak mengizinkannya merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur
direktif melarang.
8 Bentuk tuturan
Sekur iti : Kepada PUU Anda dilarang masuk lalu menunjuk papan
pengumuman di dinding pos monyet yang berbunyi: Yang tidak membawa upeti dilarang masuk
PUU : Maaf saya lupa Kemudian memberikan beberapa lembar uang
kepada sekuriti L125
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu sekuriti kepada PUU. Tuturan ini
terjadi di istana keprisidenan, dengan situasi psikologis pembicaraan sekuriti bersikap tegas melarang PUU masuk ke dalam ruangan karena sekuriti melihat PUU tidak membawa upeti
seperti yang telah disyaratkan. Kata “dilarang” dalam tuturan Anda dilarang masuk
merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.
9 Bentuk tuturan
Universitas Sumatera Utara
Bu Lena : Mendekat dan langsung duduk di samping Lena Makanlah yang
banyak, tentunya kau lapar. Pak Lena
: Mendekat dan langsung duduk di samping Lena Dari mana saja? Bu Lena
: Jangan ditanyakan dulu, biarkan dia makan dengan tenang. Sudah hampir lima hari dia berada di luar, rindu dengan rumah ini tentunya.
LTP196
Analisis tuturan
Bentuk tindak tutur diatas menggunakan bahasa tulis yang menunjukkan tindak tutur direktif melarang. Tuturan ini dituturkan oleh partisipan, yaitu bu Lena kepada pak Lena. Tuturan ini
terjadi di rumah Lena, dengan situasi psikologis pembicaraan pak Lena merasa penasaran perihal kepergian Lena selama ini. Pak Lena segera duduk disamping Lena yang sedang
makan, dan menanyakan perihal kepergian Lena selama ini. Saat pak Lena menanyakan
keberadaan Lena, Bu Lena melarang untuk menanyakan itu. Kata “jangan” dalam tuturan jangan ditanyakan dulu
merupakan penanda lingual bentuk tindak tutur direktif melarang.
10 Bentuk tuturan
Sekur iti : Tapi itukan Sangkot, adiknya ibu Negara, yang notabene adik ipar
mister presiden. Presiden
: Adik ipar taik Pokoknya saya tidak mau tahu, mau Sangkot, mau Lokot, mau ibu negara, semua dilarang masuk Ini perintah presiden.
Perintah negara, jadi tidak ada KKN. Paham L142
Analisis tuturan
Universitas Sumatera Utara
gambaran teori bagaimana mengembangkan penulisan dengan tetap berpijak pada teori yang ada.
Dari beberapa studi terdahulu, dapat diketahui bahwa penelitian tindak tutur dalam kumpulan naskah drama “Raja Tebalek” belum pernah diteliti. Selain itu dari beberapa
penelitian yang sudah pernah dilakukan dalam tinjauan sebelumnya, penulis membuat analisis lebih fokus hanya mengambil tiga bentuk tindak tutur ilokusi, yaitu tindak tutur
direktif, komisif, dan ekspresif. Objek dalam penelitian ini adalah kumpulan naskah drama “Raja Tebalek”
karya Yusrianto Nasution, Yulhasni, Mukhlis Win Aryoga, dan M. Ramadhan Batubara.
BAB III METODE PENELITIAN