Bahan Senyawa Penggumpal Koagulan

2.3.5. Bahan Senyawa Penggumpal Koagulan

Proses penggumpalan koagulasi lateks terjadi karena penetralan muatan partikel karet, sehingga daya interaksi karet dengan pelindungnya menjadi hilang. Partikel karet yang sudah bebas akan bergabung sesamanya membentuk gumpalan. Penggumpalan karet di dalam lateks kebun dapat dilakukan dengan penambahan asam dengan menurunkan pH sehingga tercapai titik isolektriknya yaitu pH dimana muatan positif protein seimbang dengan muatan negatif sehingga elektrokinetik potensial sama dengan nol. Senyawa-senyawa penggumpal yang sering digunakan dalam proses koagulasi lateks antara lain: - Asam semut disebut juga asam formiat, CHOOH, berupa cairan yang jernih dan tidak berwarna, berbau merangsang dan mudah larut dalam air. - Asam cuka asam asetat, CH 3 COOH, berupa cairan jernih, tidak berwarna dan mudah larut dalam air. Asam formiat atau asam asetat banyak digunakan sebagai asam penggumpal karena karet yang dihasilkan bermutu baik. Sedangkan penggunaan asam kuat seperti asam sulfat atau nitrat dapat merusak mutu karet yang digumpalkan. Petani karet sering menggunakan tawas Al 3+ sebagai bahan penggumpal lateks. Sifat karet yang digumpalkan dengan tawas kurang baik, karena dapat mempertinggi kadar abu dan kotoran karet. Selain itu semakin tinggi konsentrasi logam akan mempercepat oksidasi karet oleh udara menyebabkan terjadi pengusangan karet dan PRI Plastisity Retention Index menjadi rendah Ompusunggu, 1987

2.4. Pemeriksaan Mutu Bahan Baku

Persyaratan mutu lateks kebun setibanya di pabrik untuk dapat diolah menjadi lateks adalah : Sumber PT Bridgestone. - Kadar karet kering DRC : maksimum 27,5 - Jumlah padatan TSC : maksimum 25 - Bilangan VFA : minimum 0,07 - Bilangan KOH : minimum 1,70 - Analisa amoniak : maksimum 0,35

2.5. Sifat Karet

Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastic rubberiness. Namun, bahan-bahan itu berbeda sifat bahan dasarnya misalnya, kekuatan tensil, daya ulur maksimum, daya lentur resilience dan terutama pada proses pengolahannya serta prestasinya sebagai barang jadi Spillane, 1989. Karet alam mengandung seratus persen cis 1,4-poliisoprena, yang terdiri dari rantai polimer lurus dan panjang dengan gugus isoprenik yang berulang Surya, 2006. Karet alam adalah suatu komoditi homogen yang cukup baik. Karet alam mempunyai daya lentur yang tinggi dan dapat dibentuk dengan panas yang rendah. Daya tahan karet terhadap benturan, goresan, dan koyakan sangat baik. Namun, karet alam tidak begitu tahan terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti oksidasi dan ozon. Karet alam juga mempunyai daya tahan yang rendah terhadap bahan