Pengumpulan Lateks di Kebun

Kulit batang karet pada batang pohon yang telah matang sadap dari luar menuju kedalam kearah kambium tersusun dengan urutan sebagai berikut : Setyamidjaja, 1993. - Kulit gabus, yang merupakan lapisan paling luar dari batang, - Kulit keras yang terdiri atas sel-sel batu parensim, pembuluh tapis, dan saluran lateks yang tidak teratur, - Kulit lembut dimana terdapat saluran-saluran lateks dan - Kambium.

2.3.2. Pengumpulan Lateks di Kebun

Untuk mendapatkan hasil olah karet yang bermutu baik, syarat yang harus dipenuhi adalah tingkat kebersihan lateks dan penanganan pengumpulan lateks hasil penyadapan di kebun Cahyono, 2010 Selain dari kemungkinan terjadinya pengotoran lateks oleh kotoran-kotoran yang kelak sukar dihilangkan, kotoran-kotoran tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya prakoagulasi dan terbentuknya lump sebelum lateks sampai di pabrik untuk diolah. Pengumpulan lateks dilaksanakan 3-4 jam setelah penyadapan dilakukan. Tetapi pada pohon-pohon yang aliran lateksnya lambat berhenti late drops dapat dilakukan pengumpulan kedua. Sedapat mungkin harus diusahakan semua lateks dapat diangkut ke pabrik pusat, agar dapat dilakukan pencampuran lateks dari semua bagian kebun dalam satu atau beberapa bak pencampur di pabrik, sehingga dapat diharapkan hasil yang seragam. Jika keadaan tempat memaksa untuk dilakukan koagulasi dikebun, jumlah lateks yang dikoagulasi sedapat mungkin harus dibatasi. Cara terakhir ini dilaksanakan kalau lateks akan diolah menjadi crepe atau karet remah, sedangkan kalau akan diolah menjadi sheet, proses koagulasi harus dilaksanakan di pabrik Setyamidjaja, 1993. Mikroba mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri pada lingkungan hidupnya, sehingga pada lateks kebun walaupun telah diberi bahan pengawet amonia bila tertunda terlalu lama di TPH Tempat Pengumpulan Hasil kebun, mutunya dapat menurun. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan memperlihatkan bahwa dengan dosis ammonia 0,30 di TPH kebun setelah penyimpanan 5 jam jumlah mikroba masih sekitar 2 x 10 3 selml lateks dan setelah 15 jam terjadi peningkatan jumlah mikroba menjadi 2 x 10 7 selml lateks dan kemudian setelah penyimpanan 25 jam lateks kebun tersebut telah mengalami prakoagulasi. Oleh karena itu diharapkan lateks kebun telah terkumpul di tangki penerima pabrik paling lambat 10 jam setelah penyadapan Ompusunggu, 1991. Sarana transportasi, baik jalan atau kendaraan, yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang-guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok-kocok secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. Jarak yang jauh yang menyebabkan lateks baru tiba di tempat pengolahan pada siang hari dan sempat terkena terik matahari di perjalanan juga dapat menyebabkan terjadinya prakoagulasi Anonim, 1999.

2.3.3. Prakoagulasi