Penentuan Kadar Amoniak (NH3) Pada Lateks Dalam Pengolahan Crumb Rubber Di PT. Bridgestone

(1)

DALAM PENGOLAHAN CRUMB RUBBER DI PT. BRIDGESTONE

KARYA ILMIAH

NITA ANGRIANI HARAHAP 052401071

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

DALAM PENGOLAHAN CRUMB RUBBER DI PT. BRIDGESTONE

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh Ahli Madya

NITA ANGRIANI HARAHAP 052401071

PROGRAM STUDI DIPLOMA-3 KIMIA ANALIS DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(3)

PERSETUJUAN

J u d u l : PENENTUANKADARAMONIAK (NH3) PADA

LATEKS DALAM PENGOLAHAN CRUMB RUBBER, DI PT. BRIEDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTADE DOLOK MERANGIR - SERBELAWAN

Katergori : KARYA ILMIAH

Nama : NITA ANGRIANI HRP

Nomor Induk Mahasiswa : 052401071

Program Studi : DIPLOMA — 3 KIMIA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan , Mei 2008

Diketahui/Disetujui Oleh

Departemen Kimia FMIPA USU Komisi Pembimbing :

Ketua, Pembimbing,

Dr. Rumondang Bulan MS. Drs. Darwin Yunus Nst, MS NIP. 131 459 466 NIP. 130 936 280


(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AMONIAK (NH3) PADA LETEKS DALAM PEN GE L O L H AN C R U M R U BB E R

DI PT. BRIEDGESTONE SUMATERA RUBBER ESTADE DOLOK MERANGIR – SERBELAWAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Mei 2008

NITA ANGRIANI HRP 052401071


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya ilmiah yang penulis sajikan berjudul " Penentuan kadar amoniak (NH3) pada latek

dalam pengolahan crumb rubber di PT. Briedgestone Sumatera Rubber Estade Dolok Merangir Serbelawan". Karya ilmiah ini disusun untuk melengkapi dan menyelesaikan program diploma-3 kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilinu Pengetahuan Alain.

1. Ayahanda Bilang Nauli Harahap dan Ibunda Rahmawati Pane yang telah memberikan doa dan dukunaan balk secara moril dan materil

2. Bapak Drs. Darwin yunus Nst, MS, selaku pembimbing pada penyelesaian karya ilmiah ini yang telah memberikan panduan dan penuh kepercayaan kepada penulis untuk menyempurnakan karya ilmiah ini.

3. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS selaku ketua Depatemen kimia F-MIPA USU 4. Kakanda Indra Maulizar yang telah banyak memberikan dorongan moril saat

penulisan karya ilmiah ini.

5. Kakakku Nudia Sri Rina Wati dan adik-adikku Mira, Lisa, Toaman, dan Taufik yang telah banyak memberikan dorongan saat penulisan karya ilmiah ini.

6. Sahabat-sahabat dekat penulis khususnya Cici, Fira, Siti, Ratih, Rina, Rahma dan icha vang telah banyak membantu saat penulisan karya ilmiah ini.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan didalam penulisan karya ilmiah ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga karya ilmiah ini dapat ben-nanfaat bagi pembaca dan khususnya penulis.


(6)

ABSTRAK

Latek s pekat meru paka n sa la h sa tu jenis ha sil perk ebu na n ka r et ya ng ber gu na ba gi kebutuhan manusia. Salah satu parameter yang menentukan untuk memperoleh lateks pekat yang bermutu tinggi adalah kadar amoniak (NH3).

Analisis kadar Amoniak lateks menggunakan metode titrasi. Dalam analisis ini zat peniter yang adalah HCI, 0,1 M dan Metil red sebagai indikator, Kadar NH3 yang diperoleh adalah 0,395 ml.


(7)

ABSTRACT

Concentrated latex is an important quality of plantation for human life. One of parameters of gaining best quality of concentrate latex is concetration of arnomak latex (NH3).

Ammoniak latex's analysis used titration methode. In this analysis the agent used HCL 0, 1 M and Methyl red as indikator. 0, 395 ml was gotten from the power of NH3.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Tabel ix

BAB I Pendahuluan 1

1.1Latar Belakang 1

1.2Permasalahan 2

1.3Tujuan 2

1.4Manfaat 2

BAB 2 Tinjauan Pustaka 3

2.1 Lateks 3

2.2 Pengolahan Lateks Pekat 4

2.3 Penyebab Terjadinya Prokoagulasi 5

2.4 Tindakan Pencegahan Prokoagulasi 8

2.5 Jenis – Jenis Karet dan Manfaatnya 9

2.5.1 Jenis – Jenis Karet Alam 9

2.5.2 Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintesis 10

2.5.3 Manfaat Karet 10

2.6 Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis Dari Lateks 11 (Crum rubber) atau karet lemah

2.6.1 Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis Dari Lateks 13 2.6.2 Pengolahan Karet Spesifikasi dari Karet Rakyat 13 Bermutu Rendah

2.7 Amoniak (NH3) 14

BAB 3 METODOLOGI 16

3.1 Alat – Alat 16

3.2 Bahan – Bahan 16

3.3 Prosedur 16

BAB 4 Data dan Pembahasan 17

4.1 Data Pencobaan 17

4.2 Perhitungan 17

4.2.1 Penentuan % NH3 17

4.3 Pembahasaan 18

BAB 5 Kesimpulan dan Saran 19

5.1 Kesimpulan 19

5.2 Saran 19

DAFTAR PUSTAKA Lampiran

Tabel 1 Standar Spesifikasi Mutu Lateks Menurut ISO 2004


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Standart Spesifikasi Mutu Lateks Menurut ISO 2004 Tabel 2 Data Percobaan


(10)

ABSTRAK

Latek s pekat meru paka n sa la h sa tu jenis ha sil perk ebu na n ka r et ya ng ber gu na ba gi kebutuhan manusia. Salah satu parameter yang menentukan untuk memperoleh lateks pekat yang bermutu tinggi adalah kadar amoniak (NH3).

Analisis kadar Amoniak lateks menggunakan metode titrasi. Dalam analisis ini zat peniter yang adalah HCI, 0,1 M dan Metil red sebagai indikator, Kadar NH3 yang diperoleh adalah 0,395 ml.


(11)

ABSTRACT

Concentrated latex is an important quality of plantation for human life. One of parameters of gaining best quality of concentrate latex is concetration of arnomak latex (NH3).

Ammoniak latex's analysis used titration methode. In this analysis the agent used HCL 0, 1 M and Methyl red as indikator. 0, 395 ml was gotten from the power of NH3.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Karet alam merupakan sala satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonornian negara yang dapat menghasilkan devisa yang cukup besar.

Tanaman karet mempunyai nama latin yaitu Havea Brasiliensis yang berasal dari negara Brazil. Cairan getah putih yang didapat dari bidang sadap pohon karet dikenal dengan lateks kebun, dimana komposisinya secara garis besar adalah karet clan yang bukan karet seperti protein, karbohidrat, lipid clan air. Oleh karena itu lateks ini tidak bisa disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa dibubuhi zat pengawet, misalnya seperti (NI-13).

Untuk memperoleh hasil karet yang bermutu tinggi, baik barang jadi maupun barang setengah jadi, pengumpulan lateks hasil penyedapan di kebun dan kebersihan harus diperhatikan. Apabila bahan baku dari produk tersebut tidak bagus, bagaimana mungkin produk yang dihasilkan akan memiliki mutu yang baik.

Salah satu pabrik industri karet di Indonesia adalah PT. BRIDGESTONE RUBBER ESTATE DOLOK MERANGIR - SERBELAWAN yang merupakan Badan Usaha Milik Swasta yang bergerak dalam bidang industri benang karet. Dimana perusahaan ini menggunakan baku lateks pekat. Mutu latek pekat ini


(13)

sangat mempengaruhi mutu dari cukup rubber yang dihasilkan. Salah satu parameter yang menentukan lateks pekat adalah analisis NH3 karena nilai NH3

lateks pekat dapat mempengaruhi mutu dan kualitas dari benang karet yang dihasilkan. Agar dapat dihasilkan benang karet yang bagus mutunya dan memenuhi standar, maka perlu diketahui kadar NH3 yang seharusnya ada pada

lateks pekat tersebut

Berdasarkan analisa dan uraian diatas maka penulis membahas masalah tersebut diatas dengan mangambil judul " PENENTUAN KADAR AMONIAK (NH3) PADA LATEKS DALAM PENGOLAHAN CRUMB RUBBER"

1.2 Permasalahan

Kadar amoniak (NH3) pada lateks dalam pengolahan crumb rubber dapat

berubah-ubah karena amoniak bersifat mudah menguap. Salah satu parameter yang harus dipenuhi dalam meningkatkan kualitas benang karet adalah (NH3) yang memiliki

standart 0,35-0,55%. Apabila kurang atau lebih dari itu maka akan dapat menurunkan mutu dari crumb rubber yang dihasilkan sehingga dapat merugikan pihak perusahaan.

Adapun pokok permasalahannya adalah bagaimana pengaruh kadar amoniak NH3) pada lateks dalam, pengolahan crumb rubber.

1.3 Tujuan

− Untuk mengetahui kadar (NH3) pada lateks yang digunakan sebagai bahan

baku Pembuatan crumb rubber. 1.4 Manfaat

- Untuk Memberikan pengetahuan terhadap pembaca mengenai penentuan kadar amoniak (NH3)pada lateks dalam pengolahan crumb rubber.


(14)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lateks

Lateks adalah suatu cairan putih yang menyerupai susu yang mengandung (20%-30%) butiran karet yang dikelilingi oleh lapisan protein dan pospolipid. Sifat rnekanik dari semua muatan partikel karet, secara alarm sangat dipengaruhi oleh zat-zat rang bukan karet yang terdapat pada lateks, selalu berubah-ubah konsentrasinva. Zat-zat yang bukan karet ini terdiri dari senyawa-senyawa protein, lipid, karbohidrat, dan ion-ion bukan logam. Apabila lateks Heave segar dipusingkan pada kecepatan 32000 putaran permenit (rpm) selama 1 jam, akan berbentuk empat fraksi :

1. Fraksi karet terdiri dari partikel-partikel karet yang berbentuk bulat dengan diameter 0,05-3 mikron. Partikel karet diselubungi oleh lapisan pelindung yang terdiri dari protein dan lipida dan berfungsi sebagai pemantap.

2. Fraksi Wessling yang terdiri dari partikel-partikel Frey Wessling yang ditemukan FREY WESSLING. Fraksi ini berwarna kuning karena mengandung karotenida.

3. Fraksi serum, juga disebut fraksi C (Centrifuge serum) mengandung sebahagian besar komponen bukan karet yaitu air, karbohidrat, protein dan ion-ion logam.

4. Fraksi bawah, terdiri dari partikel-partikel koloid yang bersifat gelatin, mengandung senyawa nitrogen dan ion-ion kalsium Berta magnesium. (Ompussunggu, 1987)


(15)

Lateks pekat merupakan jenis bahan olah yang memiliki tingkat komersial tinggi dengan pangsa pasar tersendiri yang cukup terjamin, karena posisinya yang khas untuk pembuatan barang-barang tertentu seperti kondom, sarung tangan medis, lem karet, selang transparan, karet busa dan barang jadi lateks lainnya.

(Sumaarmadji,2003)

2.2 Pengolahan Lateks Pekat

Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis anatara partikel karet dengan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar dari pada partikel karet, berat jenis serum 1,024 g, sedangkan partikel karet hanya 0,904 g. akibatnya partikel karena akan naik kepermukaan danserum akan terkumpul di lapisan bawah dalam proses pembuatan lateks pekat.

Bila menginginkan lateks pekat yang dibuat bermutu tinggi, maka syaratnya harus menggunakan bahan lateks yang masih segar clan baik. Pengawasan mulai dari penyadapan samapai pengumpalan di kebun clan dilanjutkan dengan pengiriman lateks segar ke tempat pengolahan mutlak dibutuhkan.

Zat antikoagulan ditambahkan pada mangkuk penyadapan dan tempat pengumpulan lateks di kebun. Hal ini penting sekali untuk mempertahankan kesegaran lateks yang akan dibuat lateks pekat. Bila terjadi prakoagulasi pada lateks, maka bahan ini sudah tidak baik untuk diolah menjadi lateks pekat. Untuk maksud ini dapat digunakan ammonia. Dosisi pemakaiannya adalah 10 ml ammonia 7,5 % untuk setiap liter lateks. Biasanya pada mangkuk lateks diberi 3-5 tetes ammonia, sisanya ditambahkan dalam tempat penampungan lateks yang ada dikebun. (Tim Penulis,2007).


(16)

2.3 Penyebab Terjadinya Prakoagulasi

Prakoagulasi merupakan pembekuan pendahuluan yang menghasilkan lumps atau gumpalangumpalan pada cairan getah sadapan. Kejadian ini Bering terjadi di -areal perkebunan karet sebelum karet sampai ke pabrik atau tempat pengelolahan. Bila hat ini terjadi akan timbul kerugian yang tidak sedikit. Hasil sadapan yang mengalami prakoagulasi hanya dapat diolah karet yang bukan jenis baku dan kualitasnya pun rendah.

Prakoagulasi terjadi karena kemantapan bagian koloidal yang terkandung dalam lateks berkurang. Bagian-bagian dari kolodal ini kemudian mengumpal menjadi satu dan membentuk komponen yang, berukuran yang lebih besar. Komponen koloidal yang, lebih besar ini akan membeku, inilah yang menyebabkan terjadinya prakoagulasi.

Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemmikian kecualli dan halusnya sehingga dapat menembus saringan.

Penyebab terjadinya prakoagulasi antara lain sebagai berikut: 1. Jenis pohon yang di tanam

Perbedaan antara jenis yang ditanam akan menghasilkan lateks yang berbeda-beda pula. Otomatis kestabilan atau kemampuan berbeda. Klon-klon tertentu ada ang rendaha kadar kestabilannya. Namun, banyak kestabilan koloidal ini sedikit banyak berpengaruh terhadap faktor lain juga mampu menyebabkan terjadinya prakoagulasi.


(17)

2. Ezim-enzim

Enzim dikenal sebagai biokatalis yang mampu mempercepat berlangsungnya suatu reaksi walaupun hanya terdapat dalam jumlah kecil. Cara kerjanya adalah dengan mengubah susunan protein yang melapisi bahan-bahan karet. Akibatnya, kemantapan lateks berkurang dan terjadilah prakoagulasi. Biasanya enzim-enzim mulai aktif setelah lateks keluar dari batang karet yang disadap.

3. Mikroorganisme atau jasad-jasad renik

Mikroorganisme banyak terdapat dilingkungan perkebunan karet. Jasad ini dapt berada di pepohonan, udara, tanah, air, atau menempel pada alat-alat yang digunakan. Lateks yang berasal dari pohon karet yang sehat dan baru disadap dapat dikatakan stern atau bersih sama sekali dari mikroorganisme. Apabila mikroorganisme masuk ke dalam getah yang baru disadap, dan melakukan yang aktivitas hidup didalamnya, maka akan terjadi reaksi dengan senyawa-senyawa yang terkandung di dalam lateks, maka senyawa asam yang dihasilkan mungkin akan menyebabkan terjadinya prakoagulasi.

4. Faktor cuaca atau musim

Faktor cuaca atau musim sering menyebabkan timbulnya prakoagulasi. Pada saat tanaman karet menggugurkan daunnya (musim gugur daun) prakoagulasi terjadi lebih sering, begitu juga pada saat musim hujan. Itulah sebabnya penyadapan pada saat banyak turun hujan sering tidak dilakukan di perkebunan-perkebunan, karena kestabialan koloidnya rusak oleh panas yang terjadi.

5. Kondisi tanaman

Tanaman karet yang sedang sakit, masih mudah atau telah tua bisa mempengaruhi prakoagulasi. Penyadapan pada tanaman yang belum siap sadap akan


(18)

menghasilkan lateks yang kurang mantap, mudah mengumpal. Hasil sadapan dari tanaman yang menderita penyakit sering membeku di dalam mengkok yang sadah membeku di atas bidang sadap.

6. Air sadah

Air sadah air memiliki reaksi kimia, biasanya bereaksi asam. Apabila air ini bercampur kedalam lateks, maka prakoagulasl akan terjadi dengan cepat.

7. Cara penganakut

Sarana transportasi, baik jalan matipun kendaraan, yang buruk akan menambah frekuensi terjadinya prakoagulasi. Jalan yang buruk atau angkutan yang berguncang – guncang mengakibatkan lateks yang diangkut terkocok-kocok

secara kuat sehingga merusak kestabilan koloidal. Jarak yang jauh yang

menyebabkan lateks yang baru tiba di tempat pengelolahan pada Siang hari dan tempat terkena terik matahari di perjalanan juga dapat menyebabkan terjadinya prokoagulasi.

8. Kotoran atau bahan-bahan lain yang bercampur

Prakoagulasi sering terjadi karena tercampurnya kotoran atau bahan lain yang mengandung kapur atau asam. Air yang kotor juga berpengaruh sama. Lateks dari kebun karet rakyat biasanya lebih banyak tercampur kotoran atau bahan-bahan lain daripada lateks hasil perkebunan besar swasta atau milik pemerintah.

2.4 Tindakan Pencegahan Prokoagulasi dan Zat Antikoagulasi

Beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya prokoagulasi antara lain sebagai berikut


(19)

• Menceah pengeceran lateks dari kebun dengan air kotor, misalnya air sungai, air saluran, atau air got.

• Memulai penyadapan pada pagi hari sebelummatahari terbit untuk membantu agar lateks dapat samapai ke pabrik atau tempat pengolahan sebelum udara menjadi panas.

Beberapa antikoagulasi yang banyak dipakai di perusahaan atau tempat-tempat pengolahan lateks :

1. Soda atau natrium karbonat

Pemakan soda aman untuk karet yang akan diolah menjadi crepe. Dosisi soda yang digunakan adalah 5-10 ml laruran soda tanpa air kristal (soda ash) 10% setiap liter lateks. Berarti, dalam 5-10 ml larutan soda tersebut terdapat 0,5-1 g soda ash.

2. Amonia

Dosis ammonia yang dipakai untuk mencegah terjadinya prakoagulasi adalah5-10 ml larutan ammonia 2,5 % untuk setiap liter lateks. Misalkan yang digunakan berkadar 20%, maka jumlah ammonia yang dibutuhkan adalah 0,6-1,2 ml.

3. Formaldehida

Dosis yang dapat dipakai adalah 5 – 10 mil larutan dengan kadar 5% untuk setiap, liter lateks yang akan dicegah prakoagulasinya. Misalkan menggunakan formalin 40%, maka jumlah yang dibutuhkan adalah 0,6 -1,3 ml.

4. Natrium sulfit

Dosis yang digunakan adalah 5 – 10 ml larutan berkadar 10% untuk setiap, liter latek. Untuk membuat larutan seperti itu dibutuhkan natrium sulfit tanpa air kristal sebanyak 0,5 – 1 g. (Tim Penulis, 2007)


(20)

2. 5. Jenis – Jenis karet dan manfaatnya 2.5.1. Jenis- jenis karet alam

Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang yan etengah jadi atau sudah jadi. Ada juga karet yang diolah kembali berdasarkan bahan karet yang sudah jadi. Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah

• Bahan olahan karet (lateks kebun, sheet angina, slab tipis, dan lump segar) - Karet konvensional

• Lateks pekat

• Karet bongkah atau block rubber - Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber

• Karet siap olah atau tyre rubber dan - Karet reklim atau reclaimed rubber

2.5.2. Perbedaan karet alam dan karet sintetis

Walapun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis atau karet buatan pabrik, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun, keunggulan yang dimiliki karet alai sulit ditandingi oleh karet sintetis.

Adapun k-elebihan - kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah

• Memiliki daya elastis atau daya Tenting yang sempurna

• Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah • Mempunyai daya arus yang tinggi


(21)

• Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resisttnce)

Walapun demikian, karet sintetis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil.

2.5.3. Manfaat karet 1.Manfaat karet alam

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umunya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri seperti mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan (dari sepeda motor, mobil, traktor, hingga pesawat terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.

Manfaat karet sintetis

Karena memiliki beberapa kelabihan yang tidak dimiliki oleh karet alam, maka dalam pembuatan beberapa jenis barang banyak digunakan bahan baku karet sintetis.

2.Kegunaaan lain tanaman karet sintetis

Selain dapat diambil lateksnya untuk bahan baku pembuatan aneka barang keperluan manusia, sebenarnya karet masih memiliki manfaat lain. Manfaat ini walapun sekedar sampingan, tetapi memberi keuntungan yang tidak sedikit bagi para pemilik perkebunan karet.


(22)

adalah kayu atau batang pohon karet.

Biasanya tanaman keret yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari kon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.

Masa produktif tanaman karet biasanya berkurangnya sesudah berumur 25 tahun. Pada masa inilah karet bisa ditebang dan diremajakan. Karena banyaknya tanaman karet yang sudah cukup umur di Indonesia, maka jumlah kayu karet yang diperoleh tidak sedikit. Bahkan pada tahun 1985/ 1986 bisnis kayu karet pernall berjaya di Indonesia.

(Tim Penulis, 2007)

2.6. Pengolahan karet spesifikasi teknis (crumb rubber) atau karet remah Tujuan dari peremahan adalah untuk mempercepat pengeringan karet mentah. Pengeringan karet remah dapat dipercepat, dari waktu 4 sampai 5 hari untuk pengeringan sheet, atau kira-kira 2 minggu untuk pengeringan crepe bahkan untuk karet rakyat adakalanya sampai satu bulan lebih, maka untuk pengeringan karet remah dibutuhkan hanya 4 sampai 6 jam saja.

Peremahan karet memungkinkan pembersihan karet dengan lebih sempurna dan memungkinkan tercapainya hasil yang lebih seragam.

(Walujono, 1970)

Pada intinya pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah cara-cara pengolahan yang konvensional. Prinsipnya adalah usaha menghasilkan karet yang dapat diketahui dan terjamin mutu teknisnya.


(23)

Hasil sampingan lain dari tanaman karet yang memberikan keuntungan adalah kayu atau batang pohon karet.

Biasanya tanaman keret yang tua perlu diremajakan dan diganti dengan tanaman muda yang masih segar dan berasal dari kon yang lebih produktif. Tanaman tua yang ditebang dapat dimanfaatkan batangnya atau diambil kayunya.

Masa produktif tanaman karet biasanya berkurangnya sesudah berumur 25 tahun. Pada masa inilah karet bisa ditebang dan diremajakan. Karena banyaknya tanaman karet yang sudah cukup umur di Indonesia, maka jumlah kayu karet yang diperoleh tidak sedikit. Bahkan pada tahun 1985/1986 bisnis kayu karet pernall berjaya di Indonesia.

(Tim Penulis, 2007)

Pada intinya pengolahan karet spesifikasi teknis dimaksudkan untuk mengubah cara-cara pengolahan yang konvensional. Prinsipnya adalah usaha menghasilkan karet yang dapat diketahui dan terjamin mutu teknisnya.

Diberi Hama karet spesifikasi teknis karena penetapan jenis-jenis mutunya didasarkan pada sifat-sifat teknis. Warna atau penilaian visual yang, menjadi dasar penentuan golongan mute pada jenis karet sheet, crepe, maupun lateks pekat tidak berlaku untuk jenis yang satu ini.

2.6.1. Pengolahan karet spesikasi teknis dari lateks

Ada beberapa proses dasar yang dilalui dalam pengolahan karet spesifikasi teknis dengan bahan baku lateks, yaitu penerimaan dan penyaringan lateks, pengumpulan atau koagulasi. pembutiran atau granulasi, pengeringan dan pembunakusan.


(24)

Mula-mula lateks yang dikirim ke tempat pengolahan disaring dan dikumpulkan dalam bak atau tangki. Kemudian dilakukan pengumpulan dalam bakatau tangki-tangki tersebut sehingga menghasilkan bongkahan-bongkahan atau koagulum.

Pemotongan koagulum merupakan langkah yang harus dilalui sebelum dilakukan proses pembutiran. Mesijn pembutiran yang biasa digunakan adalah mesin pelletiser yang mempunyai banyak pisau berputar. Hasil yang diporeh dicuci hingga bersih kemudian dimasukkan dalam mesin pengering, biasanya pengringan manggunakan mesin dan ban berjalan.

2.6.2. Pengolahan karet spesifikasi teknis dari karet rakyat bermutu Rendah Ada pabrik yang membuat karet spesifikasi teknis dengan bahan koagulum lateks yang telah mengalami proses koagulasi. Biasanya koagulum lateks yang telah mengalami proses koagulasi. Biasanya koagulum lateks yang diolah ini bermutu rendah, contohnya slabs karet rakyat, tub kebun, lump mangkok, scraps dan lain – lain.

Bahan koagulum lateks yang bermutu rendah ini terlebih dahulu disortir. Setelah itu bahan ini dimasukkan kedalam tangki – tangki air pembersih. Selanjutnya dimasukkan kedalam mesin, pada mesin ini pencucian diikuti dengan pemotongan lalu digiling dengan mesin penggiling crepe. Hasil yang keluar dari mesin penggiling crepe dimasukkan kemesin pelletiser atau mesin dengan pisau berputar. Disini bahan dengan mengalami proses pembutiran.


(25)

2.7 Amonik (NH3)

Amoniak bersifat senyawa antikogulum dan juga sebagai desinfektan 0,7% NH3 biasanya digunakan untuk pengawetan lateks pusingan (centrifuge late). Tiap liter lateks membutuhkan 5-10 cc larutan amoniak 2-2,5%.

Amoniak berfungsi mengawetkan lateks karena mampu menekan aktifitas bakteri dengan menaikkan Ph lateks, menetralkan asam yang dibentuk oleh bakteri dan mengikat kation. Dari seberapa bahan antikoagulun yang paling, banyak digunakan adalah amoniak dengan pertimbangan sebagai berikut :

• Mudah didapat ditokoh-tokoh bahan kimia, obat dan alas pertaniaan.

• Harganya relative murah dibandingkan dengan bahan antikoagulan lainnya.

• Tidak menimbulkan pengaruh sampingan terhadap mutu produksi akhir karena mudah dihilangkan dari lateks.

• Bisa digunakan hampir semua jenis produksi karet.

• Untuk pengawetan jangka panjang bisa dicampur dengan bahan pengawet sekunder

Kelemahan penggunaan amoniak sebagai antikoahulan adalah

• Amoniak mudah menguap, sehingga jika dibiarkan terbuka akan cepat menurun kadarnya.

• Dalam proses pengumpulan diperlukan asam yang lebih banyak. Sifat-sifat amoniak (NTH3)

• Mudah menguap • Baunya menyengat. • Bersifat korosif.

• Mempunyai BM = 17,03061 (Solichin, 1998)


(26)

BAB 3

METHODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat-Alat

• Neraca analitik. • Gelas Beaker 350 ml • Gelas ukur akuades • Botol akuades • Buret 25 ml

3.2 Bahan-Bahan • Lateks pekat • Akuades

• Idikator Metil red • HCI 0, 1 M

3.3 Prosedur

• Ditimbang 5 gr lateks pekat.

• Masukkan kedalam gelas beaker 350 ml • Tambahkan akuades sebanyak 250 ml

• Tambahkan indikator metal red sebanyak 3 tetes

• Titrasi dengan HC10,1 M sampai berubah warm menjadi merah rose • Dicatat volume HCI 0,1 M yang terpakai


(27)

BAB 4

DATA DAN PEMABAHASAN 4.1 Data

4.1.1 Tabel Analisis Kadar NH3 Dari Beberapa Sampel

No Tanggal Analisa Berat Sampel (g) V.HCL 0,1 M (ml) NH3

1 18 – 01 - 08 4,9 13,5 0,46

2 19 – 01- 08 4,9 10,5 0,36

3 20 – 01 - 08 4,9 11,1 0,38

4 21 – 01- 08 4,9 13,2 0,45

5 22 – 01 - 08 4,9 10,7 0,37

6 23 – 01- 08 4,9 10,2 0,35

4.2 Perhitungan

4.2.1 Penentuan % NH3 % NH3 =

W M V. .1,7

Dimana : V = ml HCL 0,1 M

M = Molaritas HCL 0,1 M W = Berat Sampel

% NH3 1 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 5 ,

13 x x

= 0,46

% NH3 2 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 5 ,

10 x x

= 0,36

% NH3 3 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 1 ,

11 x x

= 0,45

% NH3 4 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 2 ,

13 x x


(28)

% NH3 5 = 9 , 4 7 , 1 1 , 0 7 ,

10 x x

= 0,37

% NH3 2 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 2 ,

10 x x

= 0,35

4.3 Pembahasan

Mutu merupakan kekuatan yang dimiliki suatu produk untuk memenuhi keinginan dari konsumen. Dalam meningkatkan mutu dari crumb rubber, salah satu parameter yang harus dipenuhi adalah kandungan dari NH3nya.

Nilai dari NH3 akan semakin menurun apabila lateks pekat disimpan dalam waktu yang lama dan juga akan berpengaruh dalam pengolahan crumb rubber. Hal ini disebabkan karena adanya bakteri yang dapat berkembang baik dalam lateks pekat. Bakteri ini dapat berkembang baik didalam lateks karena amoniak sebagai anti koagulan akan menguap. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penggumpalan dan pembusukan pada lateks yang dapat berpengaruh pada pengolahan crumb rubber.

Apbila NH3 tidak sesuai dengan standart maka akan mengakibatkan kerugian

ekonomis bagi perusahaan, Pori data yang diperoleh nilai NH3 dari perusahaan ini


(29)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran kadar amoniak (NH3) yang dilakukan diperoleh nilai

% NH3 0,35 – 0,46%. Hasil ini telah memenuhi standart kadar NH3 untuk PT.

Briedgestone. Dinama menurut standartnya kadar NH3 untuk lateks pekat 0,35 –

0,55%. Jika kadar NH3, kurang dari 0,35 maka koagulan crumb rubber yang

dihasilkan akan kurang baik. Jika kadar NH3 lebih dari 0,55 maka koagulan crumb

rubber yang dihasilkan akan semakin terlalu masak sehingga mempengaruhi mute dari crumb rubber tersebut.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kadar amoniak pada lateks pekat, agar memperoleh hasil yang lebih baik yaitu mute benang karet yang sesuai dengan standart.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahan .Yogyakarta : Penerbit Kanisus.

Ompussunggu, M. 1987. Pengetahuan Mengenai Lateks Havea. Sungai Putih: Balai Penelitian Sungai Putih.

Solichin, M. 1988. Lateks. III. Sembawa : Balai Penelitian Perkebunan Sembawa Sumarmadji. 2003). Konferensi Agribisnis Karet Menunjang Industri Lateks dan Kayll. Medan : Pusat Penelitian Karet Medan.

WalUjono, K. 1970. Kemungkinan Pengolahan Karet Remah Di Indonesia. Jakarta PT. Soerangan Jakarta.


(31)

(32)

(ISO) 2004

No Bahan Terkandung

Lateks Pusingan Lateks Dadih

HA LA XA HA LA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11

Total Solid Content (TSC) % ( min) Dry Rubber Content (DRC), % (min) Kadar bahan bukan karet, % (maks)

Amonia. %

Kemantapan mekanik Kadar koagulan, % (maks) Kadar tembaga, ppm (maks)** Kadar mangan, pprn. (maks)** Kadar endapan, % (maks) Bilangan VFA, maks * Bilangan KOH,maks *

61,5 60 2,0 1,6 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 61,5 60 2,0 0,8 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 61,5 60 2,0 0,8 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 66,0 64 2,0 1,6 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 66.0 64 2,0 1,0 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 12. 13 Warna Aroma

Tidak menunjukkan kebiru-biruan atau abu – abu

Tidak berbau besi atau pun pembusukan


(1)

BAB 4

DATA DAN PEMABAHASAN 4.1 Data

4.1.1 Tabel Analisis Kadar NH3 Dari Beberapa Sampel

No Tanggal Analisa Berat Sampel (g) V.HCL 0,1 M (ml) NH3

1 18 – 01 - 08 4,9 13,5 0,46

2 19 – 01- 08 4,9 10,5 0,36

3 20 – 01 - 08 4,9 11,1 0,38

4 21 – 01- 08 4,9 13,2 0,45

5 22 – 01 - 08 4,9 10,7 0,37

6 23 – 01- 08 4,9 10,2 0,35

4.2 Perhitungan

4.2.1 Penentuan % NH3 % NH3 =

W M V. .1,7

Dimana : V = ml HCL 0,1 M

M = Molaritas HCL 0,1 M W = Berat Sampel

% NH3 1 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 5 ,

13 x x

= 0,46

% NH3 2 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 5 ,

10 x x

= 0,36

% NH3 3 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 1 ,

11 x x

= 0,45

% NH3 4 =

9 , 4 7 , 1 1 , 0 2 ,

13 x x


(2)

% NH3 5 =

9 , 4

7 , 1 1 , 0 7 ,

10 x x

= 0,37

% NH3 2 =

9 , 4

7 , 1 1 , 0 2 ,

10 x x

= 0,35

4.3 Pembahasan

Mutu merupakan kekuatan yang dimiliki suatu produk untuk memenuhi keinginan dari konsumen. Dalam meningkatkan mutu dari crumb rubber, salah satu parameter yang harus dipenuhi adalah kandungan dari NH3nya.

Nilai dari NH3 akan semakin menurun apabila lateks pekat disimpan dalam waktu yang lama dan juga akan berpengaruh dalam pengolahan crumb rubber. Hal ini disebabkan karena adanya bakteri yang dapat berkembang baik dalam lateks pekat. Bakteri ini dapat berkembang baik didalam lateks karena amoniak sebagai anti koagulan akan menguap. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penggumpalan dan pembusukan pada lateks yang dapat berpengaruh pada pengolahan crumb rubber.

Apbila NH3 tidak sesuai dengan standart maka akan mengakibatkan kerugian

ekonomis bagi perusahaan, Pori data yang diperoleh nilai NH3 dari perusahaan ini

telah memenuhi standart.


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pengukuran kadar amoniak (NH3) yang dilakukan diperoleh nilai

% NH3 0,35 – 0,46%. Hasil ini telah memenuhi standart kadar NH3 untuk PT.

Briedgestone. Dinama menurut standartnya kadar NH3 untuk lateks pekat 0,35 –

0,55%. Jika kadar NH3, kurang dari 0,35 maka koagulan crumb rubber yang

dihasilkan akan kurang baik. Jika kadar NH3 lebih dari 0,55 maka koagulan crumb

rubber yang dihasilkan akan semakin terlalu masak sehingga mempengaruhi mute dari crumb rubber tersebut.

5.2. Saran

Sebaiknya dilakukan pengontrolan terhadap kadar amoniak pada lateks pekat, agar memperoleh hasil yang lebih baik yaitu mute benang karet yang sesuai dengan standart.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Setyamidjaja, D. 1993. Karet Budidaya Dan Pengolahan .Yogyakarta : Penerbit Kanisus.

Ompussunggu, M. 1987. Pengetahuan Mengenai Lateks Havea. Sungai Putih: Balai Penelitian Sungai Putih.

Solichin, M. 1988. Lateks. III. Sembawa : Balai Penelitian Perkebunan Sembawa Sumarmadji. 2003). Konferensi Agribisnis Karet Menunjang Industri Lateks dan Kayll. Medan : Pusat Penelitian Karet Medan.

WalUjono, K. 1970. Kemungkinan Pengolahan Karet Remah Di Indonesia. Jakarta PT. Soerangan Jakarta.

Tim Penulis. 2007. Karet. Jakarta : Penerbit Swadaya.


(5)

(6)

Tabel 1 Standar mutu lateks pekat menurut Internasional Standart Organization (ISO) 2004

No Bahan Terkandung

Lateks Pusingan Lateks Dadih

HA LA XA HA LA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11

Total Solid Content (TSC) % ( min) Dry Rubber Content (DRC), % (min) Kadar bahan bukan karet, % (maks)

Amonia. %

Kemantapan mekanik Kadar koagulan, % (maks) Kadar tembaga, ppm (maks)** Kadar mangan, pprn. (maks)** Kadar endapan, % (maks) Bilangan VFA, maks * Bilangan KOH,maks *

61,5 60 2,0 1,6 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 61,5 60 2,0 0,8 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 61,5 60 2,0 0,8 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 66,0 64 2,0 1,6 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 66.0 64 2,0 1,0 650 0,08 8 8 0,1 2,0 1,0 12. 13 Warna Aroma

Tidak menunjukkan kebiru-biruan atau abu – abu

Tidak berbau besi atau pun pembusukan