Setting Spasial Ruang Terbuka Publik

2.2 Konsep dan Kerangka Berpikir

2.2.1 Konsep

Konsep memberikan batasan atau peristilahan dalam penelitian ini, dan konsep memberikan batasan terhadap terminologi teknis yang merupakan komponen dari kerangka teori.

A. Setting Spasial

Menurut Rapoport 1982, setting merupakan tatanan ruang atau tata letak dari suatu interaksi antara manusia dengan lingkungannya dengan melihat dari beberapa komponen yaitu ruang, aktivitas, waktu dan civitas. Spasial lebih berhubungan dengan spasi yang bermakna jarak, selingan bidang atau daerah di antara benda-benda Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasia. Secara terminologis, Mulyati dalam Teguh Prihanto 2006, menyebutkan bahwa spasial adalah ruang fisik yang terbentuk pada lingkungan permukiman, rumah tinggal dan bentuk bangunan yang terjadi karena faktor yang berkembang di lingkungan masyarakat. Setting spasial yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu tatanan perilaku dalam ruang fisik yang menjadi tempat beraktivitas dan berinteraksi antar individu dan antara individu dengan lingkungannya. Aktivitas tersebut dilakukan di ruangspasial tertentu dan dalam rentang waktu tertentu, dengan melihat komponen-komponennya yang ada di dalam setting tersebut, yaitu ruang spasial, aktivitas, waktu, dan pelaku kegiatan.

B. Ruang Terbuka Publik

Kamus Bahasa Indonesia mendefinisikan publik sebagai orang banyak umum. Dalam bahasa Inggris, publik diserap dari kata public artinya milik bangsa, negara atau komunitas dalam jumlah yang besar atau dipertahankan atau digunakan oleh masyarakatkomunitas secara keseluruhan. Publik juga berasal dari bahasa latin publicus yang artinya kedewasaan, dalam pengertian tentang pelajaran ini adalah membawa ide kepada masyarakat. Mayor Polak Sunarjo, 1984:19 memberikan definisi atau pengertian publik khalayak ramai adalah sejumlah orang yang mempunyai minat sama terhadap suatu persoalan tertentu. Publik adalah sejumlah orang yang berminat dan merasa tertarik terhadap suatu masalah dan berhasrat mencari suatu jalan keluar dengan mewujudkan tindakan yang nyata. Definisi publik menurut Soekanto 2004 adalah kelompok yang tidak merupakan kesatuan. Bogardus dalam Sumarmo 1990 mengatakan bahwa publik adalah sejumlah orang yang satu dengan lainnya tidak saling mengenal, akan tetapi semuanya mempunyai perhatian dan minat yang sama terhadap suatu masalah. Lebih lanjut Herbert Blumer dalam Sastropoetro, 1990:108 mengemukakan ciri- ciri publik, yaitu; dikonfrontasikan atau dihadapkan pada suatu isu; terlibat dalam diskusi mengenai isu tersebut; dan memiliki perbedaan pendapat tentang cara mengatur isu. Secara umum ruang publikpublic space dapat didefinisikan dengan cara membedakan arti katanya secara harfiah terlebih dahulu. Public merupakan sekumpulan orang-orang tak terbatas siapa saja dan spaceruang merupakan suatu bentuk tiga dimensi yang terjadi akibat adanya unsur-unsur yang membatasinya Ching, 1992. Mengacu pada beberapa pendapat para ahli tentang publik, maka dalam penelitian ini ruang terbuka publik yang dimaksud yaitu ruang yang berada di luar bangunan di kawasan Pesisir Seseh, yang bisa dimanfaatkan untuk melakukan berbagai aktivitas oleh seluruh masyarakat. Publik yang dimaksud adalah semua pelaku kegiatan yang memanfaatkan lahan terbuka di Pesisir Seseh, baik yang rutin maupun hanya kebetulan atau dalam waktu tertentu saja beraktivitas di sana. Carmona 2008 mengklasifikasikan ruang terbuka publik menjadi 3 jenis berdasarkan aksesibilitasnya, yaitu external public space, internal public space dan external and internal “quasi” public space. External public space ini didefinisikan sebagai lahan yang berada di antara kepemilikan privat, contohnya alun-alun, jalan, taman dan parkir. Internal public space, didefinisikan sebagai ruang pada fasilitas-fasilitas umum dimana warga memiliki kebebasan mengakses, yaitu perpustakaan umum, museum terminalstasiun kendaraan umum. Di Indonesia, internal public space ini lebih dikenal dengan fasilitas umum yang dimiliki dan dikelola pemerintah, dimana untuk memanfaatkannya ada suatu peraturan yang harus ditaati. Internal “quasi” public space ini adalah ruang terbuka publik dengan kepemilikan privat dimana pengelola berhak melakukan pengendalian akses dan perilaku penggunanya, contohnya fasilitas komersial dan kampus. Carmona menjabarkan jenis-jenis ruang terbuka publik berdasarkan sifatnya, yaitu positive space, negative space, ambiguous space, dan private space. Agar lebih jelas, penjabaran masing-masing karakteristik dan jenis public space menurut Carmona bisa dilihat pada Tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Space Characteristic No Space Characteristic Explanation Example “Positive” spaces 1. Naturalsemi natural urban space Natural and semi natural feature within urban areas, typically under state ownership River, natural feature, seafronts, canals 2. Civic space The traditional forms of urban space, open and available to all and catering for a wide variety function Streets, squares, promenades 3. Public open space Managed open space, typically green and available and open to all, even if temporary controlled Park, gardens, commons, urban forests, cemeteries “Negative” spaces 4. Movement space Space dominated by movement needs, largely for motorized transportation Main roads, motorways, railways, underpasses 5. Service space Space dominated by modern servicing requirements needs Car parks, service yards 6. Left-over space Space left over after development, often designed with function “SLOAP” space left over aver after planning, modernist open space 7. Undefined space Undeveloped space, either abandoned or awaiting redevelopment Redevelopment space, abandoned space, transient space “Ambiguous” spaces 8. Interchange space Transport stops and interchanges, whether internal maupun external Metros, bus interchanges, railway stations, bus stops 9. Public “private” space Seemingly public external space, in fact privately owned and to greater or lesser degrees controlled Privately owned “civic” space, business parks, church grounds 10. Conspicuous spaces Public spaces designed to make stranger feel conspicuous and, potentially, unwelcome Cul-de-sacs dummy gated enclaves 11. Internalized “public” space Formally public and external uses, internalized and, often privatized Shoppingleisure malls, introspective mega- structures 12. Retail space Privately owned but publicly accessible exchange spaces Shops, covered markets, petrol stations 13. Third place spaces Semi-public meeting and social place, Cafes, restaurant, library, No Space Characteristic Explanation Example public and private town halls, religious building 14. Private “public” spaces Publicly owned, but functionally and user determined spaces Institutional grounds, housing estate, university campuses 15. Visible private space Physically private, but visually public space Front gardens, allotments, gated squares 16. Interface space Physically demarked but publicly accessible interfaces between public and private space Street cafes, private pavement space 17. User selecting space Space for selected group, determined and sometimes controlled by age or activity Skate parks, playground, sport fieldgroundcourses Sumber: Public Space: The Management Dimension Carmona, 2008 Stephen Carr 2008 menambahkan ada 3 tiga standar kualitas yang harus dipenuhi oleh suatu ruang terbuka publik agar bisa dimanfaatkan dengan baik, yaitu meaningfull, democratic, dan responsive. Standar meaningfull yaitu ruang terbuka publik harus memungkinkan manusia sebagai pengguna ruang untuk membuat hubungan koneksi yang kuat antara ruangplace dengan kehidupan mereka dan dunia yang lebih luas. Standar democratic, ruang terbuka publik harus dapat diakses oleh siapa saja dan menjamin kebebasan dalam beraktivitas. Carmona menguraikan bahwa aksesibilitas antara lain mencakup kemudahan akses ke lokasi dan kemudahan pergerakan di dalam ruang. Standar responsive; dimana ruang terbuka publik harus tanggap atau mampu memenuhi kebutuhan warga yang terwujud dalam desain fisik dan pengelolaannya. Carmona juga mengidentifikasi adanya 5 lima kebutuhan dasar yang dapat memenuhi kepuasan pengguna ruang terbuka publik, yaitu kenyamanan, relaksasi, keterikatan pasif, keterikatan aktif, dan penemuan. Kenyamanan merupakan syarat mutlak untuk keberhasilan sebuah ruang terbuka publik. Relaksasi termasuk dalam kenyamanan secara psikologi, yang lebih berkaitan dengan tubuh dan pikiran. Keterikatan pasif dapat menimbulkan perasaan santai namun berbeda dengan pemenuhan kebutuhan yang dikaitkan dengan lokasi atau keadaan ruang terbuka publik tersebut. Keterikatan aktif meliputi pengalaman langsung dengan tempat dan orang-orang di tempat tersebut. Penemuan, mempresentasikan keinginan untuk mendapatkan pemandangan dan pengalaman baru yang menyenangkan ketika mereka berada di suatu ruang terbuka publik.

C. Fungsi dan Peran Ruang Terbuka Publik