Fungsi dan Peran Ruang Terbuka Publik

Relaksasi termasuk dalam kenyamanan secara psikologi, yang lebih berkaitan dengan tubuh dan pikiran. Keterikatan pasif dapat menimbulkan perasaan santai namun berbeda dengan pemenuhan kebutuhan yang dikaitkan dengan lokasi atau keadaan ruang terbuka publik tersebut. Keterikatan aktif meliputi pengalaman langsung dengan tempat dan orang-orang di tempat tersebut. Penemuan, mempresentasikan keinginan untuk mendapatkan pemandangan dan pengalaman baru yang menyenangkan ketika mereka berada di suatu ruang terbuka publik.

C. Fungsi dan Peran Ruang Terbuka Publik

Ruang terbuka publik sebagai salah satu elemen perancangan kota mempunyai fungsi pelayanan kebutuhan sosial masyarakat kota dan memberikan pengetahuan kepada pengunjungnya. Pemanfaatan ruang terbuka publik oleh masyarakat sebagai tempat untuk bersantai, bermain dan berjalan-jalan dan membaca Nazarudin, 1994. Ruang terbuka publik adalah simpul dan sarana komunikasi pengikat sosial untuk menciptakan interaksi antar kelompok masyarakat. Jika sebuah ruang terbuka publik dimanfaatkan, dijaga dan diatur secara kreatif sesungguhnya dapat menjadi bisnis yang menguntungkan. Karena ruang terbuka publik yang berhasil dapat mendorong harga sewa bangunan, dan ruang publik yang aktif dan berhasil telah terbukti menaikkan nilai properti bagi bangunan di sekitarnya serta menciptakan efek positif untuk jangka waktu yang panjang. Carmona dalam bukunya “Public Places Urban Space” 2003, menyebutkan ruang terbuka publik memiliki beberapa peranan, di antaranya peran ekonomi, kesehatan, sosial dan lingkungan. Dalam aspek ekonomi ruang terbuka publik berperan dalam memberikan pengaruh yang positif pada nilai properti, serta mendorong pertumbuhan ekonomi regional. Ruang terbuka publik juga berperan dalam menyediakan ruang formal dan informal bagi kegiatan penting dalam serta mendorong masyarakat untuk aktif melakukan gerakan fisikolahraga. Bagi aspek sosial, ruang terbuka publik mampu menyediakan ruang bagi interaksi dan pembelajaran sosial pada segala usia, mengurangi dominasi kendaraan bermotor sehingga angka kecelakaan dapat berkurang, serta mendorong dan meningkatkan kehidupan berkomunitas. Terakhir yakni adanya ruang publik akan meningkatkan kualitas udara, mengurangi efek heat island dan polusi. Peranan ruang terbuka publik sebagai salah satu elemen kota dapat memberikan karakter tersendiri, dan pada umumnya memiliki fungsi interaksi sosial bagi masyarakat, kegiatan ekonomi rakyat dan tempat apresiasi budaya. Secara rinci dipertegas dalam Undang-Undang No 26 Tahun 2007 mengenai Penataan Ruang, khususnya dalam pasal 29 yang menyebutkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 dari luas wilayah kota, dan proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 20. Sependapat dengan peraturan perundang-undangan di atas, Eddy Darmawan 2003 mengungkapkan pentingnya fungsi ruang terbuka publik dalam perencanaan kota. Di antaranya sebagai pusat interaksi, sebagai ruang terbuka, sebagai tempat pedagang kaki lima dan sebagai paru-paru kota. Sebagai pusat interaksi dan komunikasi masyarakat baik formal maupun informal, ruang terbuka publik sering dimanfaatkan saat upacara bendera, dan peringatan-peringatan yang lain. Untuk kegiatan informal seperti pertemuan-pertemuan individual, kelompok masyarakat dalam acara santai dan rekreatif. Tidak jarang juga dimanfaatkan untuk kegiatan penyampaian aspirasi atau demonstrasi dan protes oleh mahasiswa atau buruh terhadap keputusan-keputusan pihak penguasa, lembaga pemerintah maupun swasta lainnya. Peranan lainnya, yaitu ruang terbuka publik sebagai ruang terbuka yang menampung koridor-koridor, serta ruang untuk transit bagi masyarakat yang akan pindah ke arah tujuan lain. Ruang terbuka publik juga berperan sebagai tempat pedagang kaki lima yang menjajakan makanan dan minuman, pakaian, souvenir, dan jasa entertainment seperti tukang sulap, dan sebagainya. Ruang terbuka publik berperan pula sebagai paru-paru kota yang dapat menyegarkan kawasan tersebut, sekaligus sebagai ruang evakuasi untuk menyelamatkan masyarakat apabila terjadi bencana gempa atau yang lain. Graham Murdock dalam J. Gripsrud 1999 mengemukakan sebuah teori dan mengidentifikasi apa yang dilihat sebagai 4 empat hak yang timbul dari kehadiran sebuah ruang publik, yaitu; hak mendapatkan informasi; hak mendapatkan pengalaman; hak mendapatkan pengetahuan; hak untuk berpartisipasi. Hak mendapatkan informasi, yaitu hak untuk menciptakan kemampuan untuk mengakses informasi seluas-luasnya mengenai aktivitas akan meluaskan pilihan dalam berkegiatan, mendapatkan motivasi, dan strategi dalam hidup kita. Hak mendapatkan pengalaman, yaitu hak dalam menyampaikan representasi individual maupun pengalaman sosial, mendengarkan dan berbagi cerita. Selanjutnya, hak mendapatkan pengetahuan yaitu dibutuhkan lebih banyak informasi untuk dapat mengenali latar belakang suatu masalah. Terakhir, hak untuk berpartisipasi; mencakup kemampuan berbicara tentang hidup dan aspirasi dan didengar oleh orang lain.

D. Karakteristik Ruang Publik