Penelitian Sunaryo tentang Perubahan Setting Ruang dan Pola

mempunyai lokasi yang strategis dan aksesibilitas yang tinggi dengan beragam multifungsi; di antaranya sebagai taman paru-paru kota, tempat upacara kenegaraan, melakukan orasi dan kampanye politik, tempat ibadah jemaat secara massal, pusat rekreasi dan hiburan, simpul pergerakan, wadah aktivitas sosial- budaya, dan wadah aktivitas ekonomi. Bagi penelitian terhadap ruang terbuka publik Pesisir Seseh, penelitian Haryanti ini dapat memberikan masukan tentang hal apa saja yang mempengaruhi pemanfaatan ruang terbuka publik, serta bagaimana para pelaku memanfaatkan ruang terbuka publik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif deskriptif dan metode kualitatif rasionalistik juga dapat diterapkan pada penelitian ruang terbuka publik Pesisir Seseh, karena beberapa variabel yang berpengaruh pada studi ini adalah variabel kualitatif.

2.1.2 Penelitian Sunaryo tentang Perubahan Setting Ruang dan Pola

Aktivitas Publik di Ruang Terbuka Kampus Universitas Gadjah Mada Penelitian Sunaryo tentang perubahan setting ruang dan pola aktivitas publik di ruang terbuka kampus Universitas Gadjah Mada, yang fokus kepada faktor-faktor yang mendorong publik beraktivitas dengan memanfaatkan ruang terbuka kawasan Kampus Bulaksumur. Pembentukan Kawasan Bulaksumur sebagai bagian dari proses transformasi spasial Kota Yogyakarta. Pada perkembangannya, Kawasan Bulaksumur berkembang menjadi kawasan pendidikan. Jalur Jalan Kaliurang yang pada masa itu masih merupakan akses menuju kawasan kampus dan Kawasan Rekreasi Kaliurang, berkembang menjadi akses utama menuju wilayah perkembangan area hunian baru dengan tingkat pertumbuhan penduduk tertinggi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada periode 90-an. Tiga tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yaitu; untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mendorong publik memanfaatkan ruang terbuka kawasan Kampus Bulaksumur untuk aktivitasnya; untuk mengetahui mengapa terjadi perubahan setting yang cepat dalam beberapa tahun terakhir; untuk mengetahui bagaimana perubahan setting tersebut mempengaruhi pola aktivitas publik di dalamnya. Hasilnya yang didapatkan dari penelitian tersebut yaitu penggunaan ruang terbuka kampus Universitas Gadjah Mada oleh publik dipengaruhi oleh faktor- faktor antara lain aksesibilitas, pendukung aktivitas dan peraturankontrol. Aksesibilitas menjadi faktor penentu dalam pemanfaatan ruang oleh publik pada studi kasus Kampus UGM. Ruang-ruang dengan aksesibilitas tinggi juga memiliki intensitas penggunaan publik yang tinggi. Ruang-ruang terbuka berbentuk koridor jalan menempati intensitas penggunaan tertinggi, meskipun didominasi oleh sirkulasi kendaraan. Aksesibilitas tidak terbatas pada akses fisik kepada ruang dimaksud, akan tetapi termasuk akses visual. Pendukung aktivitas yang mendorong penggunaan ruang oleh publik adalah ketersediaan PKL makanan, ketersediaan area parkir, peneduhan dan hot spot wifi. Selain itu perkerasan dan fasilitas lapangan olahraga juga mendukung penggunaan ruang untuk aktivitas aktif olahraga. Pada kasus ruang terbuka berbentuk ruang antar bangunan dan halaman gedung, kualitas penerangan pencahayaan buatan tidak banyak mempengaruhi tingkat penggunaan ruang oleh publik. Aspek ini disediakan oleh kampus lebih untuk pertimbangan keamanan daripada untuk penggunaan ruang. Pada kurun waktu pengamatan penelitian, tidak terdapat perubahan berarti pada aspek penerangan di area Kampus UGM. Intervensi peraturan dan kontrol cukup dominan mempengaruhi tingkat penggunaan ruang oleh publik. Ruang-ruang yang aksesnya harus melewati pos penjagaan Satuan Keamanan dan Keselamatan Kampus SKKK. memiliki intensitas penggunaan publik yang lebih rendah dibanding yang tidak diberi penjagaan atau jauhterhalang visual dari pos penjagaan.

2.1.3 Penelitian Adhitama tentang Faktor Penentu Setting Fisik dalam