Kultur In vitro TINJAUAN PUSTAKA

tua dan daun rusak yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit. Pemangkasan umumnya dilakukan pada bunga pertama dan stadium pentil yang tumbuh berlebihan. Pemangkasan bunga pertama bertujuan untuk mendewasakan tanaman ke fase generatif dan tumbuh kuat, sedangkan tujuan dari pemangkasan bunga stadium pentil yaitu pada tanaman yang telah berumur 3-4 hari sejak berbunga, dimaksudkan agar dapat memperoleh buah stroberi yang berukuran besar dan memiliki kualitas bagus Rukmana, 1998.

2.2 Kultur In vitro

Kultur in vitro merupakan budidaya tanaman dalam botol di suatu lingkungan yang terkendali dan dalam keadaan aseptik Santoso dan Nursandi, 2003. Kultur in vitro sangat efektif untuk menghasilkan bibit stroberi dalam jumlah banyak, seragam, dan dapat menghasilkan tanaman yang bersifat sama dengan induknya serta bebas dari virus dan bakteri. Menurut Yusnita 2003 kultur jaringan in vitro merupakan teknik menumbuhkan bagian tanaman seperti sel, jaringan dan organ. Semua alat dan media yang di gunakan harus dalam kondisi steril. Dalam teknik kultur in vitro lingkungan harus terkendali, menggunakan media modifikasi dengan kandungan nutrisi, zat pengatur tumbuh, dan suhu yang terkontrol. Teknik ini memberikan keuntungan yang lebih dari pada perbanyakan secara konvensional karena waktu yang digunakan lebih singkat, pengerjaannya di labolatorium tidak memerlukan tempat yang luas, dan perbanyakan tidak tergantung musim. Santoso dan Nursandi 2003 mengungkapkan tentang keuntungan dalam penggunaan teknik kultur jaringan in vitro adalah 1 Tanaman yang perkecambahannya rendah bisa dengan mudah diperbanyak; 2 Dapat memperbanyak tanaman yang sulit membentuk biji; 3 Mempersingkat waktu perbanyakan; 4 Memperbanyak tanaman hibrida unik atau steril; 5 Mendapatkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya dan bebas dari virus dan bakteri. Kelemahan dari perbanyakan dengan kultur jaringan in vitro menurut Yusnita 2003 adalah 1 Memerlukan biaya awal yang tinggi untuk labolatorium, peralatan dan bahan kimia; 2 Pengerjaannya memerlukan orang yang ahli di bidang kultur jaringan in vitro; 3 Menghasilkan tanaman yang berukuran kecil dan terbiasa pada lingkungan yang aseptik sehingga perlu aklimatisasi untuk menyesuaikan diri di lingkungan eksternal. Lingkungan tumbuh padat mempengaruhi regenerasi tanaman secara in vitro meliputi suhu, pH media dan kelembaban ruangan. Hendrayono dan Wijayani 2001 menyatakan sel tanaman yang telah melewati masa kultur in vitro mempunyai tolerani pH yang relatif sempit antara pH 5,0 – 6,0. Sterilisasi dapat merubah nilai pH media. Perubahan nilai pH mempengaruhi kemampuan sel untuk menyerap nutrisi dalam media.

2.3 Media Dasar Muarashige dan Skoog MS