Ukuran eksplan juga menentukan keberhasilan kultur jaringan. Eksplan yang berukuran besar sangat dikhawatirkan banyak mengandung kontaminan,
tetapi ukuran eksplan yang terlalu kecil dianggap kurang efektif karena kemampuan perkembangannya dalam media sangat lambat. Ukuran eksplan yang
paling baik adalah 0,5-1 cm, namun ukuran ini dapat bervariasi tergantung material tanaman yang dipakai dan jenis tanamannya Gunawan, 1995.
2.5 Arang Aktif
Arang aktif mempunyai sifat adsorptif yang kuat terhadap koloid, benda padat, gas dan uap air. Arang aktif cenderung mengadsorpsi zat aromatik seperti
fenol, auksin dan sitokinin. Zat terlarut dalam larutan atau media yang terkena kontak dengan arang aktif akan teradsorpsi. Adsorpsi akan terus berlanjut sampai
terjadi keseimbangan. Kapasitas daya serap arang aktif tergantung pada kepadatan media, kemurnian arang aktif dan pH serta dipengaruhi oleh spesies yang dikultur
Pan, 1998. Arang aktif pada kultur in vitro secara umum dapat menghalangi cahaya
pada permukaan media, sehingga cahaya tidak dapat tembus sampai dibawah media. Cahaya yang dihalangi oleh arang aktif tidak akan dapat menstimulasi
enzim yang dapat mengoksidasi fenol, zat yang dihasilkan oleh arang aktif dapat meningkatkan pertumbuhan dan menyebabkan media lebih asam Pan, 1998.
2.6 Zat Pengatur Tumbuh
Zat pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang penting dalam pembuatan media kultur in vitro tetapi pemberian zat pengatur
tumbuh perlu disesuaikan, tergantung pada jenis tanaman yang akan dikultur. Ada dua golongan zat pengatur tumbuh dalam kultur in vitro yang sangat penting yaitu
auksin dan sitokinin Gunawan, 1988. Auksin sintetik yang terdiri dari IAA, IBA, NAA, dan 2,4-D memiliki
peran yang penting dalam pertumbuhan kalus, suspense sel, dan pertumbuhan akar. Auksin berperan pada pertumbuhan dan perkembangan antara lain
pembelahan sel, pertumbuhan ujung akar, dan aktivitas pada kambium Wattimena, 1988.
Sitokinin adalah hormon yang berpengaruh terhadap fisiologis tanaman. Sitokinin berhubungan dengan pembelahan sel, modifikasi apikal dominan dan
pembentukan tunas. Dalam kultur jaringan, sitokinin sangat berperan dalam diferensiasi kalus menjadi bakal tunas. Pembelahan sel pada jaringan yang
ditumbuhkan pada media buatan juga dipengaruhi oleh sitokinin Rahardjo, 1989. Jenis sitokinin sintetik yang digunakan dalam kultur in vitro adalah zaetin,
Bensil Adenin BA, 2-iP, BAP dan kinetin Wattimena, 1991. Auksin dan sitokinin yang diaplikasikan pada waktu yang bersamaan akan
berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Media dasar perlu ditambahkan auksin dan sitokinin untuk mengatur tumbuh dan perkembangan
organ pada eksplan Wattimena, 1988.
Benzyl Amino Purine BAP adalah zat pengatur tumbuh sitokinin yang dapat mendorong pembelahan sel pada tumbuhan. Sitokinin dihasilkan pada
jaringan aktif pada akar, embrio dan buah. Selanjutnya akan diproduksi di akar yang akan diangkut oleh xilem menuju sel-sel pada batang. BAP ini
mempengaruhi segala proses fisiologis didalam tanaman, selain itu BAP berpengaruh dalam perkembangan embrio, menghambat proses penghancuran
butir-bitir klorofil pada daun-daun yang terlepas pada tanaman, serta memperlambat proses senescence pada daun, buah dan organ-organ lainnya
Wattimena. 1987. Naphthalene Acetic Acid NAA adalah zat pengatur tumbuh auksin yang
mendorong pemanjangan sel, diferensiasi jaringan xilem dan floem serta pembentukan akar. Penambahan NAA dalam kultur jaringan berfungsi untuk
merangsang pertumbuhan kalus, akar, pembelahan dan pemanjangan sel dan organ serta memacu dominansi apikal pada jaringan meristem Rukmana, 2009.
Pemakaian auksin dan sitokinin dalam media lebih banyak diperlukan untuk mengatur pertumbuhan dan pembentukan organ. Auksin dan sitokinin yang
diberikan pada waktu bersamaan akan menimbulkan pengaruh kerjasama yang berdampak terhadap pertumbuhan dan perkembangan jaringan. Namun belum
diketahui perbandingan antara auksin dan sitokinin yang bagaimana untuk merangsang atau menghambat pembelahan sel Wattimena, 1987.
Selain penambahan ZPT pada media kultur jaringan dapat juga di tambahkan arang aktif atau karbon yang berfungsi menyerap senyawa racun
dalam media atau menyerap senyawa inhibitor yang disekresikan oleh planlet, selain itu juga dapat mestabilkan pH media, merangsang pertumbuhan akar
dengan mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke dalam media, dan merangsang morfogenesis. Arang aktif dapat mengurangi terjadinya pencoklatan media akibat
pemanasan tinggi selama proses sterilisasi Madhusudhanan Rohiman, 2000.
2.7 Sterilisasi Eksplan