Pengaruh Kualitas Data Terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Kota Bandung

(1)

The Influence Of Data Quality On The Implementation

Directorate General Taxation Information System

With Business Intelligence System Approach

At Bandung Small Taxpayers Office

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

NAMA : I KOMANG DENIE UDISUMERTHA NIM : 21107024

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

vi

Data yang berkualitas merupakan data yang dapat dipakai oleh penggunanya atau dapat dikatakan pula bahwa data tersebut akurat,relevan, lengkap, terpercaya dan tepat waktu. SIDJP merupakan sistem informasi dalam administrasi perpajakan di lingkungan kantor modern DJP dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di kantor pusat. Sedangkan Business Intelligence System merupakan sistem berbasis kecerdasan yang berfungsi mengubah data dalam suatu organisasi ke dalam bentuk pengetahuan dan kemudian menggunakan pengetahuan tersebut untuk mendukung pengambilan keputusan organisasi.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh Kualitas Data terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota

Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan

verifikatif. Untuk mengetahui pengaruh Kualitas Data terhadap Implementasi Sistem

Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System

digunakan pengujian statistik. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan

korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga

bantuan aplikasi SPSS 14.0 for windows.

Dari analisis data diperoleh hasil koefisien korelasi sebesar 0,696. Hal ini menunjukkan adanya hubungan korelasi positif yang cukup kuat antara kualitas data dengan Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di wilayah kota Bandung. Penelitian ini memberikan bukti empiris bahwa kualitas data berpengaruh signifikan terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan

pendekatan Business Intelligence System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di

wilayah kota Bandung.

Kata kunci: Kualitas Data, Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak, Business Intelligence System


(3)

v ABSTRACT

Data quality is that can be used by users or can be said also the data is accurate, relevant, complete, trust and timelines. Directorate General Taxation Information Systeman information system in the administration of taxation in modern Directorate General Taxation office by using hardware and software that is connected to network at headquarters. While Business Intelligence System is a system based on intelligence that serves to change the data within an organization into form knowledge and then use knowledge to support decision-making organization.

The purpose of this study to determine the influence Data Quality on the Implementation Directorate General Taxation Information System with Business Intelligence System Approach. The method used in this research is descriptive and verification method. To determine the influence of Data Quality on Implementation Directorate General Taxation Information System with Business Intelligence System Approach used statistical tests. The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation, coefficient of determination, hypothesis testing and also help of SPSS 14.0 for windows applications.

From at study it is found that the correlation coefficient is 0,696. It shows that there is positive strong enough correlation between data quality and Implementation Directorate General Taxation Information System with Business Intelligence System Approach at Bandung Small Tax Payers Office. The study shows empirical proof that data quality gives significant influence to Implementation Directorate General Taxation Information System with Business Intelligence System Approach at Bandung Small Tax Payers Office.

Key words: Data Quality, Directorate General Taxation Information Systems, Business Intelligence System


(4)

vii

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, serta senantiasa memberikan kesehatan, kemampuan, dan kekuatan sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.

Skripsi ini di maksudkan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam menempuh program studi Strata 1 pada program studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer Indonesia Bandung (UNIKOM). Dimana judul

yang diambil yaitu: “PENGARUH KUALITAS DATA TERHADAP

IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DENGAN PENDEKATAN BUSINESS INTELLIGENCE SYSTEM PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI WILAYAH KOTA BANDUNG”.

Penulis tidak bisa memungkiri bahwa dalam menyusun Skripsi ini, penulis menemukan hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan Ibu Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak. Selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu guna membimbing, mengarahkan, dan memberikan petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penyusunan skripsi ini, akhirnya dengan doa, semangat penulis mampu melewatinya.

Dalam kesempatan ini pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu:

1. Dr. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer


(5)

viii

4. Ely Suhayati, SE., M.Si. selaku Dosen Wali Kelas Akuntansi-1, sekaligus

penguji sidang.

5. Kedua orang tuaku yang selalu memberikan doa dengan penuh kasih sayang,

keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan yang tiada henti mendorong dan selalu memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Staff Dosen Pengajar UNIKOM yang telah membekali penulis

dengan pengetahuan.

7. Lukman Effendi selaku Kepala Kantor Bagian Umum Wilayah DJP Jawa

Barat I yang telah memberikan ijin penelitian di KPP Wilayah Kota Bandung.

8. Andri S. sebagai petugas seksi PDI di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Bandung Cicadas yang telah memberikan data dan informasi dalam penyusunan skripsi.

9. Seluruh kepala Sub Bagian Umum di Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Wilayah Kota Bandung.

10. Seluruh Staff Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung yang

telah bersedia menyediakan waktu dan tempat kepada penulis untuk melakukan pengumpulan data guna penyusunan skripsi.

11. Staff Kesekretariatan Program Studi Akuntansi atas pelayanan dan


(6)

ix

13. Semua teman-teman kelas AK-1 (2007) yang tidak penulis sebutkan.

14. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan ke depannya. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandung, Agustus 2011 Penulis

I Komang Denie Udisumertha NIM. 21107024


(7)

1

Pada era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi informasi sudah menjadi pilihan utama untuk menciptakan sistem informasi dalam suatu organisasi yang tangguh dan mampu melahirkan keunggulan kompetitif di tengah persaingan yang semakin ketat. Peranan teknologi informasi dalam berbagai aspek kegiatan bisnis dapat dipahami karena sebagai sebuah teknologi yang menitikberatkan pada pengaturan sistem informasi dengan penggunaan komputer. Sistem informasi dapat memenuhi kebutuhan informasi dunia bisnis dengan cepat, tepat, relavan dan akurat. Penyelesaian suatu pekerjaan akan lebih cepat dan menghasilkan output yang relevan dan akurat terutama dalam hal pemrosesan dan pengolahan data yang berhubungan dengan kegiatan organisasi (Wilkinson dan Cerullo, 1997).

Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi pemerintah yang sudah menerapkan modernisasi sistem perpajakan menerapkan suatu sistem informasi yang berbasis kecerdasan yang bertujuan untuk mengolah berbagai data yang ada di kantor pelayanan pajak untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang diharapkan. Sistem informasi ini berkaitan dengan masalah proses aktivitas suatu organisasi dikenal dengan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) yang merupakan bentuk dari business intelligence system.


(8)

Business Intelligence System (BIS) merupakan sistem dan aplikasi yang berfungsi untuk mengubah data-data dalam suatu perusahaan atau organisasi (data operasional, data transaksional, atau data lainnya) ke dalam bentuk pengetahuan. Aplikasi ini melakukan analisis data-data di masa lampau, menganalisisnya dan kemudian menggunakan pengetahuan tersebut untuk mendukung keputusan dan perencanaan organisasi. Lingkungan BIS meliputi semua perkembangan, pengolahan informasi, dan dukungan kegiatan yang dibutuhkan untuk memberikan informasi bisnis yang handal dan sangat relevan dan kemampuan analitis bisnis untuk bisnis.

Menurut DJ Power (2002) Business Intelligence merupakan konsep dan metode

bagaimana untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bisnis berdasarkan sistem yang berbasiskan data. BI seringkali dipersamakan sebagaimana briefing books, report and query tools, dan sistem informasi eksekutif. BI merupakan sistem

pendukung pengambilan keputusan yang berbasiskan data-data. Business intelligence

system merupakan suatu sistem penerapan sistem teknologi informasi. Business intelligence system merupakan sistem kecerdesan yang mampu memanajerial kumpulan data yang nantinya akan menghasilkan output informasi. Dalam Direktorat Jenderal Pajak, sistem business intelligence merupakan bentuk dari Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP). SIDJP mempunyai konsep sistem informasi modern dengan mengedepankan kemudahan akses secara terbuka, menyediakan informasi dan sebagai proses pengambilan keputusan dari suatu aktifitas.

SIDJP dibuat untuk mempermudah kerja para pegawai secara terintegrasi. SIDJP dibuat sebaik-baiknya agar mudah dipergunakan oleh para penggunanya.


(9)

Dibuatnya SIDJP adalah sebagai penunjang modernisasi di bidang business process yang mencakup penyempurnaan sistem dan prosedur perpajakan, sistem pengawasan, sistem pelayanan, serta sistem penyuluhan, Ditjen Pajak juga telah menyempurnakan program modernisasi melalui bidang teknologi informasi dengan SIDJP. Hal tersebut

mencakup peluncuran produk-produk e-system, yaitu e-registration (pendaftaran

NPWP secara online), MP3 (Monitoring Pelaporan Pembayaran Pajak), MPN (Modul

Penerimaan Negara), e-filing (pelaporan SPT secara online), dan pengembangan

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) lainnya. Selain itu juga tersedia

sistem informasi terpadu atau Integrated Information System yang dapat diakses

melalui situs www.pajak.go.id.

Masalah yang muncul pada saat SIDJP diimplementasikan, salah satunya

adalah diterapkan e-registration yang dibuat untuk memudahkan wajib pajak dalam

mendaftarkan dirinya. Melalui sistem ini, wajib pajak dapat mendaftar dan

mengakses data perpajakannya tanpa batas waktu dan tempat. Sistem e-registration

hanya sistem pendaftaran dan perubahan data wajib pajak melalui internet yang terhubung langsung secara online dengan Ditjen Pajak. Wajib pajak hanya perlu membuka situs Ditjen Pajak dan mengisi kolom isian yang sudah disediakan. Setelah

semua isian terlengkapi, Ditjen Pajak akan melakukan validasi data. Fasilitas

e-registration ini juga didukung fasilitas e-SPT. Melalui e-SPT ini, wajib pajak akan terhindar dari duplikasi input transaksi. Data SPT wajib pajak juga lebih aman karena tersimpan dalam bentuk elektronik dan ter-enkripsi (memiliki kode kunci). (Muhammad Jufri, 2010)


(10)

Masalah yang ada dalam penerapan sistem online adalah koneksi data. sebagai contoh pada Kantor Pajak Pratama di wilayah Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang yaitu masalah terputusnya jaringan koneksi data ke kantor pusat DJP untuk pembuatan NPWP online yang dipicu transisi jaringan dari provider. Untuk sementara KPP hanya bisa melakukan perekaman secara offline akibatnya data NPWP baru tidak akan tersimpan di database kantor pusat, KPP harus menunggu sampai jaringan kembali normal. Jika koneksi data dalam keadaan normal bisa menyelesaikan 500 pembuatan kartu NPWP setiap harinya. Namun karena kejadian ini kerugiannya untuk kantor pajak hanya beban draft pendaftaran NPWP yang menumpuk karena data wajib pajak tidak bisa terekam di database kantor Pusat

DJP. (http://www.iserpong.com; 2010).

Selain itu sistem online juga diterapkan pada MPN, MPN merupakan sistem online antara DJP, Bank dan Depkeu yang saling terintegrasi. MPN merupakan analisis online antar pihak terkait dalam hal ini Ditjen Perbendaharaan, Ditjen Pajak dan Bank Persepsi. Kelemahan sistem ini yaitu belum mampu mengatasi jam sibuk (rush hour) seperti pada batas akhir pembayaran pajak. (Chandra Budi, 2011, Revitalisasi Sistem Pembayaran Pajak. http://www.pajak.go.id)

Sistem informasi penerimaan negara (MPN) memang banyak masalah, baik di sisi internal maupun eksternalnya. Dari sisi internal misalnya, tidak semua pihak yang terkait dengan MPN ini mempunyai kapasitas yang sama. Sementara itu dari sisi eksternal, sebagian besar bank persepsi-yaitu bank yang menerima setoran


(11)

pembayaran pajak-belum memenuhi syarat minimal yang ditentukan dalam kerja sama antara Depkeu dan bank. "Ada yang mengklaim semua kantor cabang sudah online, tapi nyatanya tidak. Tapi yang paling parah, kemampuan TI mereka tidak seandal yang kita bayangkan semula," katanya. Problem-problem semacam itulah yang membuat sistem MPN bermasalah, akibatnya nanti kualitas dari ouput MPN

bisa saja tidak akurat. (Sigit Pramudito: 2008 Shortfall pajak 2007 Rp14 triliun;

Tambal sulam perbaikan sistem MPN)

Selain itu masalah pada pengimplementasi sistem informasi tersebut secara internal antara lain adalah Sistem informasi belum terintegrasi. Pengembangan Sistem Informasi oleh vendor Jatis hanya fokus untuk menggantikan SIP, terdapat masalah pada migrasi data dari SIP/SIPMod ke SIDJP, Inefisiensi pemrosesan data

dan data redundancy, transfer of knowledge dan source code SIDJP tidak dilakukan

dengan baik oleh Jatis. (Dimas. B Putra, 2009, Perkembangan SI DJP,

http://dimasbesmaputra.blogspot.com)

Selain kelemahan-kelemahan yang telah dijelaskan diatas, SIDJP juga memiliki kelemahan lain yaitu ketika beban kerja tinggi maka kinerja SIDJP menjadi lamban

atau bahkan 'hang'. Padahal SIDJP baru diterapkan di beberapa KPP, apalagi jika

seluruh KPP dan unit vertikal lainnya menerapkan. Salah satu penyebabnya adalah SIDJP tersentralisasi di Kantor Pusat DJP. Selain itu terdapat masalah migrasi data atas perubahan sistem lama yaitu SIPMod ke SIDJP. Data pada SIDJP tidak dapat diakses oleh sistem baru. Setelah tanggal "cut-off", sistem informasi SIDJP hanya dapat mengolah data atas data yang telah di-entry pada SIDJP. SIDJP tidak dapat


(12)

melakukan data mining pada database sistem lama. Kesimpulan tentative, terdapat

kegagalan migrasi data. (Dimas. B Putra, 2009, Perkembangan SI DJP,

http://dimasbesmaputra.blogspot.com)

Dalam SIDJP terdapat dua penekanan, yaitu pembentukan profil wajib pajak

dan manajemen kasus. Profiling wajib pajak adalah kegiatan memuktakhirkan data

wajib pajak guna memudahkan proses pengawasan kewajiban perpajakan wajib

pajak. Sedangkan manajemen kasus merupakan cara penanganan,

mengorganisasikan, mengkoordinasikan kasus perpajakan yang terjadi. Dengan adanya penekanan manajemen kasus dalam SIDJP maka akan mempermudahkan tugas para aparat pajak karena dalam SIDJP telah terdapat acuan / standar yang digunakan dalam menangani sebuah kasus perpajakan.

Pembentukan profil melalui integrasi data yang terkumpul dari berbagai sumber dari berbagai daerah mengenai wajib pajak. Dengan adanya sentralisasi data maka akan dapat membentuk profil yang lebih komprehensif dan bermakna dibanding sistem sebelumnya yang belum tersentralisasi. Penekanan kedua adalah manajemen kasus. Dengan manajemen kasus melalui SIDJP maka terdapat standarisasi proses

pengerjaan atau penanganan suatu kasus, standarisasi dokumen keluaran / produk

hukum, sebagai panduan bagi user (pengguna) dalam menangani suatu kasus, memberikan notifikasi bila ada kasus yang harus dikerjakan, dan menyediakan kontrol dan pengawasan terhadap pengerjaan suatu kasus perpajakan. (Dimas. B Putra, 2009, Perkembangan SI DJP, http://dimasbesmaputra.blogspot.com)


(13)

Adanya kasus dapat dipicu oleh sistem atau dengan adanya permohonan dari wajib pajak seperti e-reg, e-spt, atau dari adanya alat keterangan. Pemacu dari sistem berupa surat paksa, surat teguran, surat sita, surat tagihan pajak, spmkp, spmib, pelaksanaan putusan banding, dan lain-lain. Dengan adanya manajemen kasus akan semakin meningkatkan kinerja operasional dari para pengguna sistem informasi untuk dapat melaksanakan tugas-tugasnya. Apabila terjadi input dalam sistem yang memicu adanya kasus tertentu maka sistem akan memberikan notifikasi pada pegawai maupun atasan yang berkepentingan untuk melakukan tugas-tugas yang bersangkutan. Dengan sistem yang terkomputerisasi maka pengerjaannya pun menjadi terstandarisasi, lebih mudah diawasi, dan akuntabilitasnya dapat terjaga. Tidak hanya digunakan sebagai sistem informasi dalam pelayanan perpajakan, SIDJP sebagai suatu sistem informasi ditujukan untuk dapat melayani seluruh kegiatan organisasi. Direktorat Jenderal Pajak sebagai suatu bagian pemerintahan memiliki fungsi-fungsi operasional, di bidang perpajakan, juga berkaitan dengan jalannya organisasi itu sendiri yakni kepegawaian, keuangan, perlengkapan, dan sekretariat. SIDJP diarahkan untuk dapat menunjang seluruh kegiatan tersebut, walaupun pada kenyataannya belum dapat sepenuhnya operasional dengan kendala kendala yang ada. (Dimas. B Putra, 2009, Perkembangan SI DJP, http://dimasbesmaputra.blogspot.com)

Beberapa masalah yang terjadi pada penerapan SIDJP di salah satu KPP wilayah Kota Bandung adalah kecepatan SIDJP masih dirasa lambat, selain itu integrasi SIDJP ke seluruh Indonesia belum secara maksimal dilakukan, biasanya masih digunakan di pulau Jawa sedangkan di luar Jawa masih memakai SIPMod.


(14)

Karena SIDJP mengandalkan jaringan, maka server itu sangat penting bagi SIDJP yang merupakan sistem yang terintegrasi ke seluruh Indonesia. Akibatnya KPP bisa terganggu masalah akses informasi dan kesulitan mendapat data yang sifatnya penting dan mendesak. (Andri,17 Maret 2011)

Implementasi Sistem Informasi DJP dalam era modernisasi perpajakan membutuhkan input data yang berkualitas agar hasil yang diperoleh dapat mengakomodir kepentingan pengambil keputusan dan sesuai dengan harapan

dibangunnya sistem informasi tersebut. Business Intelligence System harus

memperhatikan pada kualitas data dari sistem dengan penyajian data dengan cara tertentu. Jika data masukan tidak memenuhi tingkat kualitas tertentu itu tidak realistis untuk mengharapkan bahwa kegunaan dari proyek dan aplikasi dapat dilakukan secara teknis dengan sempurna menghasilkan informasi yang berkualitas. Dengan data berkualitas rendah, aplikasi yang digunakan akan sering ditinggalkan pengguna, karena user tidak berupaya meningkatkan kualitas padahal masalah kunci

keberhasilan sistem ada dalam fungsi dan keberhasilan Business Intelligence System.

Konsekuensi yang biasanya terwujud dari produktivitas sistem dengan input poor

data akan menghasilkan informasi yang lebih banyak kesalahan ketika tugas-tugas rutin yang menggunakan data dari sistem operasi. (Bozidar Kralj: 2008).

Ketiadaan kualitas data akan menghambat kemampuan organisasi untuk mengakumulasi dan mengelola pengetahuan dengan efektif. Kualitas data bagi mailing list manager, data disebut berkualitas apabila e-mail memiliki alamat


(15)

manager, data disebut berkualitas apabila akurat mengumpulkan aktivitas pelanggan. Bagi industri medis, data disebut berkualitas apabila sanggup mencatat setiap riwayat kesehatan. Secara umum dapat disimpulkan bahwa data yang berkualitas adalah data

yang memenuhi kebutuhan pengguna. (Eduardus Primus Rosari, 2010, Mengukur

Kualitas Data, http://www.sharingvision.biz)

Direktorat Jenderal Pajak berkaitan dengan upaya pengimplementasi SIDJP yang baik adalah menjaga data, tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah agar data Master File Wajib Pajak/PKP terjaga validitas dan kualitasnya, selain dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, khususnya penyampaian informasi dan

bimbingan perpajakan melalui layanan interaktif (call center) secara

berkesinambungan sebagai pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan juga untuk tertib administrasi dan kemudahan pengawasan terhadap Wajib Pajak.

Sebagaimana diatur oleh UU KUP, Direktorat Jenderal Pajak berwenang untuk menghimpun data dan informasi dengan mewajibkan instansi, lembaga, asosiasi dan pihak lainnya baik pemerintah maupun swasta untuk memberikan data dan informasi kepada Direktorat Jenderal Pajak. Dengan demikian, Direktorat Jenderal Pajak dapat mengetahui data tentang Wajib Pajak dari instansi pemerintah, asosiasi, atau pihak lain baik pemerintah maupun swasta. Selain itu Direktorat Jenderal Pajak juga dapat mengetahui data tentang Wajib Pajak dari laporan Wajib Pajak sendiri atau Wajib Pajak lain, kegiatan pemeriksaan, pengaduan masyarakat, dan pertukaran informasi dengan negara lain. Walaupun berwenang mengenai data perpajakan, semua data dan keterangan yang disampaikan oleh Wajib Pajak dilindungi kerahasiaannya dalam


(16)

Pasal 34 Undang-undang KUP, bahkan bagi petugas pajak yang melanggarnya dikenakan sanksi pidana (Pasal 41 UU KUP). (Oki Hendrias Fajar, 2011 http://www.pajakonline.com/)

Kantor pelayanan pajak memiliki fungsi menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban

perpajakan para wajib pajak. (http://.staff.ui.ac.id/internal2011).. Data merupakan alat

ukur untuk menunjang suatu aktifitas, Kantor Pelayanan Pajak dalam hal ini berusaha mendapatkan data wajib pajak yang berkualitas, tapi dalam prakteknya tidak semudah itu. Data SPT contohnya, selama ini pengisian SPT secara manual seringkali menimbulkan masalah dan memakan waktu antara satu hingga tiga bulan. Sering pula terjadi kesalahan dari wajib pajak sehingga membuat data SPT tidak valid.(Robert Pakpahan, 2010; http://www.metrotvnews.com/)

Sejak tahun 2002 DJP telah mencoba sistem komputerisasi data perpajakan. Untuk mensukseskan program itu, kemudian ditugaskan kepada KPP untuk merekam data SPT. Tetapi karena data SPT yang harus dientri amat sangat banyak dibandingkan dengan petugas KPP. Kemudian kantor pajak melakukan perekaman supaya data tersebut masuk ke sistem. Inilah pekerjaan yang paling dikeluhkan oleh pegawai DJP. DJP sudah mengakui perekaman SPT memakan sumber daya yang cukup banyak. SPT yang menumpuk mengakibatkan proses perekaman SPT menjadi lama, apalagi bila di lihat dari jumah pegawai yang melakukan perekaman jumlahnya


(17)

sangat sedikit, alhasil perekaman SPT sangat membutuhkan waktu yang lama. (Andri, 2 Mei 2011).

Direktur Transformasi Proses Bisnis Direktorat Jenderal Pajak Robert Pakpahan mengatakan bahwa DJP membuat sistem yang nantinya juga dapat terintegrasi dengan lembaga lain dalam menciptakan keterbukaan administrasi perpajakan di Indonesia. DJP menginginkan adanya perbaikan sistem informasi, peningkatan kualitas data, maupun pembenahan sistem administrasi pajak. Tujuannya ialah

muncul peningkatan mutu pelayanan dan memunculkan data reliable yang dapat

memberikan rasa aman dan keadilan (Robert Pakpahan, 2010, http://bataviase.co.id/). Hal ini selaras dengan fungsi Kantor Pelayanan Pajak yang merupakan unit kerja yang memberikan pelayanan publik dan bertugas mengumpulan dan mengolah data, penyajian informasi perpajakan, penggalian potensi pajak, serta ekstensifikasi Wajib Pajak.

Walaupun ada peningkatan jumlah wajib pajak yang terdaftar, DJP juga menemui kendala lain yaitu hingga saat ini, belum adanya data wajib pajak akurat yang dimiliki DJP. DJP masih harus mengcross-check data dengan pihak ketiga seperti Badan Pusat Statistik atau pun pihak lainnya. (Robert Pakpahan, 2010, http://www.tempointeraktif.com)

Secara khusus fenomena yang ada di KPP Pratama Bandung Cicadas berkaitan dengan kualitas data adalah pelaporan SPT manual yang masuk ke KPP banyak yang tidak tepat waktu selain itu dalam pelaporan SPT baik yang melalui drop box ataupun pelaporan langsung sering ditemukan SPT yang tidak lengkap misal lampiran SPT


(18)

kurang, tidak menyertakan copy SSP apabila kurang bayar, sampai ada pula yang lupa menandatangani SPTnya sendiri saat di laporkan. Problem ini tentunya menjadi kendala pegawai pajak. Karena apabila SPT itu tidak benar atau tidak lengkap maka harus dipisahkan lebih dulu dan diteliti kembali apabila SPT sudah benar-benar lengkap. Akibatnya pegawai pajak bekerja dua kali untuk meneliti satu SPT, hal ini tentunya menjadi pemborosan waktu kerja karena kerja pegawai pajak menjadi tidak efektif dan efisien. (Andri,17 Maret 2011)

Andri juga menambahkan data yang masuk ke KPP tidak hanya dari wajib pajak bisa pula dari pihak ketiga seperti keterangan, data dari PPAT, hasil pemeriksaan dan sebagainya. Data yang diterima haruslah data valid, apabila ada sebuah data yang tidak valid atau kualitasnya jelek maka akan berpengaruh ke informasi yang dihasilkan. (Andri,17 Maret 2011)

Dari beberapa penjelasan tersebut maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul PENGARUH KUALITAS DATA TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

DENGAN PENDEKATAN BUSINESS INTELLIGENCE SYSTEM PADA

KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA DI WILAYAH KOTA BANDUNG.


(19)

I.2 Identifikasi Masalah

1. Data yang diterima oleh KPP masih ada yang tidak valid, tidak lengkap.

2. DJP masih belum punya data yang akurat.

3. Perekaman data SPT memerlukan waktu yang lama.

4. Di dalam SIDJP terdapat kendala yang ada dalam implementasinya yaitu seperti

sistem informasi belum terintegrasi, migrasi data dari SIPMod ke SIDJP.

5. Pegawai Pajak (user) menemui kendala masalah proses data menggunakan SIDJP

yang dirasa masih lambat..

6. Apabila beban kerja SIDJP tinggi maka cenderung menjadi lamban.

7. Sistem informasi penerimaan negara menemui masalah mengenai koneksi secara

online dengan pihak ketiga (bank).

8. Kualitas laporan penerimaan (MPN) kurang akurat

I.3 Rumusan Masalah

Adapun beberapa rumusan masalah dari penelitian penulis yang dilaksanakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Kualitas Data pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota

Bandung.

2. Bagaimana Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan

Pendekatan Business Intelligence System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.


(20)

3. Bagaimana Pengaruh Kualitas Data terhadap Implementasi Sistem Informasi

Direktorat Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business Intelligece System pada

Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung. 1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data mengenai kualitas data dan Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business Intelligece System.

1.4.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan permasalah yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Kualitas Data pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di

Wilayah Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak

sebagai bentuk Business Intelligence System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana Pengaruh Kualitas Data terhadap Implementasi

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business

Intelligece System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.


(21)

I.5 Kegunaan Penelitian

Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1.5.1 Kegunaan Akademis

1. Bagi peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Pengaruh Kualitas Data Terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat

Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business Intelligence System Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.

2. Bagi KPP Pratama di Wilayah Kota Bandung

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Pengaruh Kualitas Data Terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat

Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business Intelligence System Pada Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.

3. Bagi pihak lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Pengaruh Kualitas Data terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan

Pendekatan Business Intelligence System Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama


(22)

1.5.2 Kegunaan Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai Pengaruh Kualitas Data Terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business Intelligence System Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.

1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung. Adapun tanggal pelaksanaan penelitian yakni mulai tanggal 25 April. Dengan lokasi 5 KPP yang beralamat sebagai berikut:

Tabel 1.1 Lokasi Penelitian

No Nama KPP Alamat

1 KPP Pratama Bandung Cicadas Jalan Soekarno Hatta No. 781

2 KPP Pratama Bandung Karees Jalan Ibrahim Adjie No. 372

3 KPP Pratama Bandung Cibeunying Jalan Purnawarman No. 19-21

4 KPP Pratama Bandung Tegalega Jalan Soekarno Hatta No. 216


(23)

1.6.2 Waktu Penelitian

Tabel 1.2 Jadwal Penelitian

Tahap Prosedur

Bulan Maret

2010

April 2010

Mei 2010

Juni 2011

Juli 2011

Agustus 2011

I

Tahap Persiapan

1. Bimbingan dengan dosen pembimbing 2. Membuat outline dan proposal skripsi 3. Mengambil formulir penyusunan skripsi 4. Menentukan tempat penelitian

II

Tahap Pelaksanaan

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi 2. Meminta surat pengantar ke perusahaan 3. Penelitian di perusahaan

4. Penyusunan skripsi

III

Tahap Pelaporan 1. Menyiapkan draft skripsi 2. Sidang akhir skripsi

3. Penyempurnaan laporan skripsi 4. Penggandaan skripsi


(24)

18

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak

Terdapat bermacam-macam pengertian pajak yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya adalah pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro (2009:1) adalah :

“Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan

untuk membayar pengeluaran umum”.

Pengertian pajak menurut P.J.A. Andriani yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:22) adalah :

“Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang

oleh yang wajib membayarkan menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapatkan prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

berhubung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan”.

Sedangkan menurut Erly Suandy (2006:1) menyatakan bahwa definisi pajak adalah:

“Pajak merupakan pungutan berdasarkan undang-undang oleh pemerintah,

yang sebagian dipakai untuk penyediaan barang dan jasa publik”.

Dari pengertian pajak diatas dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada negara yang dapat dipaksakan berdasarkan Undang undang dengan tanpa mendapat jasa timbal balik (kontaprestasi) yang dapat ditunjukan secara langsung yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah.


(25)

2.1.2 Kualitas Data

Organisasi melakukan kegiatannya bergantung pada data, hampir semua organisasi modern tergantung pada data dan menciptakan banyak sekali data. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan organisasi akan data, manajemen atas program data yang komprehensif sangat penting.

Menurut Andi Supangat (2008:2) pengertian data adalah:

“Data adalah bentuk jamak dari datum, yang dapat diartikan sebagai informasi yang diterima yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata

atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainya”.

Sedangkan menurut Sigit Winaryo dan Sujana Ismaya (2003:139) data adalah:

“Data adalah bahan nyata yang dijadikan dasar kajian” Menurut Azhar Susanto (2008:38)

“Data adalah fakta atau apapun yang dapat digunakan sebagai input

dalam menghasilkan informasi. Data bisa berupa bahan untuk diskusi,

pengambilan keputusan, perhitungan, atau pengukuran”.

Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami bahwa data merupakan bahan nyata yang dijadikan dasar kajian yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainya yang digunakan sebagai input dalam menghasilkan informasi.

Klein dan Rossin (1999) menyebutkan bahwa tidak ada definisi tunggal mengenai kualitas data yang digunakan oleh peneliti, kualitas data merupakan


(26)

by researchers working in the discipline. Data quality is a multidimensional

concept as data itself is multidimensional”. Definisi modern kualitas data memiliki kerangka acuan yang lebih luas dan lebih banyak atribut dibanding karakteristik jelas atas akurasi data.

Joseph Redman dalam Karolyn Kerr (2004) :

“Data are of high quality if they are fit for their intended uses in

operations, decision making, and planning. Data are fit for use if they are free of defects and possess desired features”.

Data ini berkualitas tinggi jika mereka cocok untuk penggunaan dalam operasi, pembuatan keputusan, dan perencanaan. Data cocok untuk digunakan jika mereka bebas dari cacat dan mendukung fitur.

Selanjutnya Jack E. Olson (2008:234) memberikan ukuran mengenai kualitas data yaitu:

“The quality of data is measured againts a number of dimension; accuracy, relevan, timeliness, completeness, trust and accessibility. The accuracy dimension is the foundation measures of quality of data”.

Kualitas data diukur terhadap sejumlah dimensi; akurasi, relevan, ketepatan waktu, kelengkapan, kepercayaan dan aksesibilitas. Dimensi ketepatan mengukur pondasi dari kualitas data


(27)

“Data quality is multidimensional, and involves data management, modelling and analysis, quality control and assurance, storage and presentation”.

Kualitas Data adalah multidimensi, dan melibatkan manajemen data, pemodelan dan analisis, kontrol kualitas dan jaminan, penyimpanan dan penyajian Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas data merupakan suatu ukuran tertentu bahan nyata yang dijadikan dasar kajian yang bentuknya dapat berupa angka, kata-kata atau dalam bentuk lisan dan tulisan lainya. Data yang memiliki kualitas yang tinggi merupakan data yang dapat dipakai oleh penggunanya atau dapat dikatakan pula bahwa data tersebut dapat mensupport sistem yang digunakan serta dapat pula mengekspresikan kebijakan management. Data disebut berkualitas apabila data tersebut merupakan data yang pasti dan valid. Data sangat strategis, karena itu digunakan untuk baik internal maupun eksternal pengambilan keputusan

2.1.3 Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System

2.1.3.1 Pengertian Sistem Informasi

Sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Terdapat beberapa macam definisi mengenai Sistem


(28)

Informasi menurut para ahli, seperti: Menurut Nash dan Robert yang diterjemahkan oleh La Midjan dan Azhar Susanto (2003:8):

“Sistem informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat

teknologi, media prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan pemakai intern dan ekstern serta

menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat”.

Kemudian menurut Krismiaji (2005:16) :

“Sistem Informasi adalah cara yang diorganisir untuk mengumpulkan,

memasukan, mengelola, mengendalikan dan melaporkan informasi sedemikian rupa sehingga sebuah organisasi dapat mencapai tujuan yang

telah ditetapkan”.

Sedangkan menurut Walkinson (2000:8) adalah:

“A formal information system is framework by which coordinate recources collect, process control and manage data throught successive stage in order to finish information via a communication network to various user for one more purposes”.

Sebuah sistem informasi formal adalah kerangka di mana koordinasi kumpulan sumber daya, pengendalian proses dan mengelola data berpikir tahap berturut-turut dalam rangka untuk menyelesaikan informasi melalui jaringan komunikasi untuk berbagai pengguna untuk satu tujuan.

Berdasarkan definisi diatas, maka sistem informasi merupakan suatu kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat teknologi, yang bermaksud menata jaringan komunikasi yang mengkoordinasikan pengumpulan sumber-sumber, proses dan pengolahan data melalui berbagai tingkatan dengan tujuan menyediakan informasi melalui jaringan komunikasi kepada pemakai untuk satu atau lebih tujuan.


(29)

2.1.3.2 Komponen – Komponen Sistem Informasi

Berikut ini merupakan komponen - komponen sistem informasi adalah: 1. Hardware

Hardware merupakan peralatan phisik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan, memasukan, memproses, menyimpan dan mengeluarkan hasil pengolahan data dalam bentuk informasi. Sedangkan pada komponen hardware terdiri dari:

1) Bagian Input (Input Device)

Peralatan input merupakan alat-alat yang dapat digunakan untuk

memasukan data kedalam komputer. Ada beberapa contoh peralatan yang dapat digunakan untuk memasukan data, seperti:

a. Keyboard

Keyboard digunakan untuk memasukan data dalam bentuk teks (ASCII) ke komputer.

b. Mouse

Mouse marupakan alat yang dapat digunakan sebagai pointer. c. Scanner

Scanner merupakan alat yang dapat digunakan untuk memasukan data dalam bentuk image (gambar).

d. Kamera Digital (Digital Camera)

Kamera Digital (Digital Camera) merupakan alat yang dapat digunakan untuk menyimpan data gambar.


(30)

Kamera Video (Video Camera) digunakan untuk menyimpan data gambar yang dapat bergerak dan juga bersuara.

f. Optical Code Recognition (OCR)

Optical Code Recognition (OCR) digunakan untuk membaca barcode. g. Touch Screen

Touch Screen digunakan untuk menunjuk memilih sesuatu yang ada dilayar dengan menggunakan telunjuk.

h. Floppy Disk

Floppy Disk digunakan untuk memasukan dan menyimpan data backup dalam suatu sistem informasi akuntansi.

i. Hardisk

Hardisk digunakan untuk memasukan dan menyimpan data backup. j. Digitizer

Digitizer merupakan alat yang digunakan untuk menggambar langsung ke komputer.

2) Bagian Pengolahan Utama dan Memori

a. Prosesor (Processor/CPU)

Prosesor (Processor/CPU) merupakan jantungnya komputer.

b. Memori (Memory)


(31)

c. Bus

Bus merupakan kabel-kabel yang tersusun dengan rapi sekali dan

digunakan sebagai menghubungkan antara CPU dengan primary

storage. d. Cache Memory

Cache Memory berfungsi sebagai bufer (media penyesuai) antara CPU yang berkecepetan tinggi dan memory yang memiliki kecepaan lebih rendah.

e. Motherboard/Mainboard

Motherboard/Mainboard berfungsi sebagai tempat penampungan komponen-komponen pendukung suatu sistem komputer.

f. Driver Card

Driver Card berfungsi untuk memperluas kemampuan (ekspansion) suatu sistem komputer.

3) Bagian output

a. Printer

Printer merupakan peralatan-peralatan yang digunakan untuk mengeluarkan informasi hasil pengolahan data.

b. Layar monitor

Layar monitor merupakan alat yang digunakan untuk menayangkan hasil pengolahan data atau informasi dalam bentuk visual.


(32)

c. Head mount display (HMD)

Head mount display (HMD) merupakan alat yang digunakan untuk menanyangkan hasil pengolahan data atau informasi dlam bentuk visual pada monitor yang ditempelkan didepan mata.

d. LCD (Liquid Cristal Display Projector)

LCD (Liquid Cristal Display Projector) merupakan alat yang digunakan untuk menayangkan hasil pengolahan data atau informasi dengan cara memencarkanya atau memproyeksikan ke dinding atau bidang lainnya yang vertical.

e. Speaker

Merupakan alat yang digunakan untuk mengeluarkan hasi pengolahan data atau informasi dalam bentuk suara.

4) Bagian komunikasi

Peralatan komunikasi adalah peralatan-peralatan yang harus digunakan agar komunikasi data bisa berjalan dengan baik.

2. Software

Software adalah kumpulan dari program-program yang digunakan

untuk menjalankan aplikasi tertentu pada komputer. Software

dikelompokkan menjadi 2 kelompok berdasarkan fungsinya yaitu perangkat lunak sistem (system software) dan perangkat lunak aplikasi (aplication software).


(33)

Perangkat lunak sistem merupakan kumpulan dari perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan sistem komputer yang meliputi sistem operasi (operating system), interpreter dan compiller (kompiler). 1. Operating system

Berfungsi untuk mengendalikan hubungan antra komponen-komponen yang terpasang dalam suatu sistem komputer misalnya antara keyboard dengan CPU, dengan layar monitor dan lain-lain.

Jenis-jenis program dalam sistem operasi: a. Bootstrap loader

b. Diagnostic test

c. Operating system exsecutive d. BIOS

e. Utility program f. File maintenance Fungsi sistem operasi

Sistem operasi memilki beberapa fungsi diantaranya:

a. Menjalankan komputer saat komputer pertama dinyalakan

b. Menjalankan program aplikasi

c. Menjalankan program utility

d. Mengelola file

e. Menjalankan mode batch (menumpuk data sebelum diolah).

f. Memberi layanan percetakan data dilayar dan ptrinter serta menyimpan


(34)

2. Interpreter dan compiller

Interpreter merupakan software yang berfungsi sebagai penterjemah bahasa yang dimengerti oleh manusia kedalam bahasa yang dimengerti oleh komputer (bahasa mesin) perintah per perintah.

Sedangkan kompiller berfungsi untuk menterjemahkan kedalam bahasa

yang dipahami oleh manusia kedalam bahasa yang dipahami oleh komputer secara langsung satu file.

3. Perangkat lunak aplikasi

Perangkat lunak aplikasi atau sering juga disebut sebagai (paket aplikasi)

merupakan software jadi yang siap untuk digunakan. Software ini dibuat

oleh perusahaan perangkat lunak tertentu (software house) baik dari dalam maupun dari luar negeri yang umumya berada di amerika. Perangkat lunak aplikasi dibuat untuk membantu masalah yang relatif umum karena itu

sangatlah wajar kalau software-software ini tidak dapat memenuhi

kebutuhan spesifik setiap pengguna komputer.

3. Brainware

Brainware merupakan sumber daya yang terlibat dalam pembuatan sistem informasi pengumpulan dan pengolahan data, pendistribusian dan pemanfaatan informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi tersebut.

1. Pemilik sistem informasi

Para pemilik sitem informasi merupakan sponsor terhadap


(35)

bertanggung jawab terhadap biaya dan waktu yang digunakan untuk pengembangan serta pemeliharaan sistem informasi, mereka juga berperan sebagai pihak penentu dalam menentukan diterima atau tidaknya sistem informasi.

2. Pemakai sistem informasi

Para pemakai sistem informasi sebagian besar merupakan orang-orang yang hanya akan menggunakan sistem informasi yang telah dikembangkan seperti operator dan menejer (end user). Para pemakai sistem informasi tersebut untuk menentukan:

a. Masalah yang harus dipecahkan

b. Kesempatan yang harus diambil

c. Kebutuhan yang harus dipenuhi, dan

d. Batasan-batasan bisnis yang harus termuat dalam sistem informasi.

Mereka juga cukup memperhatikan tayangan aplikasi dikomputer baik dalam bentuk form input maupun outputnya.

4. Prosedur

Prosedur merupakan rangkaian aktivitas atau kegiatan yang

dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Prosedur penting dimiliki bagi suatu organisasi agar segala sesuatu dapat dilakukan secara seragam. Pada akhirnya prosedur akan menjadi pedoman bagi suatu organisasi dalam menentukan aktivitas apa saja yang harus dilakukan untuk


(36)

menjalankan suatu fungsi tertentu. Dengan adanya prosedur yang memadai maka dapat dilakukan pengendalian terhadap aktivitas perusahaan. Pada saat suatu prosedur telah ditetapkan untuk diterapkan maka barang siapa yang tidak melakukannya dapat dianggap sebagai pelanggaran.

Aktivitas merupakan fungsi dari sistem informasi. Melakukan aktivitas pada dasarnya melakukan suatu kegiatan berdasarkan informasi yang masuk dan persepsi yang dimiliki tentang informasi tersebut.

Fungsi merupakan aktivitas yang mendukung operasi bisnis perusahaan. Pemilik sistem melihat bisnis mereka berdasarkan tujuan organisasi dan lebih spesifik kesasaran yang harus dicapai. Sasaran merupakan target yang lebih spesifik dengan kriteria yang jelas untuk membantu mencapai tujuan.

5. Database

Database merupakan fakta baik berupa angka maupun tulisan yang digunakan sebagai input informasi.

Sistem pengolahan database dilakukan secara Batch daan pengolahan online.

a. Pengolahan secara Batch

Merupakan sistem pengolahan data transaksi dengan cara mengumpulkan terlebih dahulu data yang terjadi kemudian pada waktu tertentu data itu diproses.


(37)

b. Pengolahan secara Online

Merupakan sistem pengolahan data transaksi dimana setiap data yang masuk secara langsung satu persatu diolah. Pada saat yang bersamaan biasanya juga dilakukan proses untuk memperbaharui file master. Pengolahan online dikembangkan untuk memperoleh informasi yang selalu mutakhir.

6. Teknologi Jaringan Komunikasi

Sisem telekomunikasi merupakan kumpulan hardware dan

software yang sesuai (compatible) yang disusun untuk

mengkomunikasikan berbagai macam informasi dari satu lokasi kelokasi yang lain. Sistem telekomunikasi saat ini dapat mengirimkan informasi baik dalam berntuk teks, image, suara, maupun bentuk video.

Komponen sistem telekomunikasi:

a. komputer (host) untuk mengolah informasi

b. terminal yang memantau peralatan input output untuk mengirim dan

menerima data

c. saluran komunikasi (kabel, telepon, udara)

d. pengolah komunikasi (comunication prosesor, modem, controller,

multiplexser, dan front end prosessor) yang membantu mengirimakan dan menerima data.

e. Software komunikasi yang mengontrol aktivitas input, output dan


(38)

Fungsi sistem telekomunikasi

Fungsi dari sistem telekomunisaksi adalah untuk mengirimkan dan menerima data dari suatu lokasi ke lokasi yang lain. Sitem telekomunikasi harus melakukan beberapa fungsi yang terpisah yang tidak kelihatan oleh orang yang menggunakannya. Sistem telekomunikasi mengirimkan informasi, membangun penghubung antara pengirim dan penerima, menyampikkan pesan dengan cara yang paling efisien, melakukan pengolahan awal untuk menjamin bahwa informasi akan sampai pada penerima yang tepat, melakukan pengecekan terhadapat data yang dikirim dan memperbaiki format yang salah, merubah format dari format yang satu ke format yang lain.

2.1.3.3 Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak

Di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Sistem Informasi ini disebut dengan nama Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak atau yang lebih dikenal dengan SIDJP. SIDJP merupakan sistem informasi dalam administrasi perpajakan di lingkungan kantor modern DJP dengan menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak yang dihubungkan dengan suatu jaringan kerja di kantor pusat yang memiliki tujuan utama untuk menghasilkan profile Wajib Pajak yang bisa menjadi alat pendukung terciptanya data Wajib Pajak yang akurat dengan mengerahkan partisipasi berbagai pihak dalam melakukan monitoring (Pegawai Pajak) terhadap data Wajib Pajak.

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) merupakan bentuk


(39)

(BIS) merupakan suatu sistem informasi berbasis kecerdasan. Basis kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan manusia dan teknologi yang dibangun dalam sistem tersebut. Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) sudah mengadop sistem berbasis kecerdasan tersebut, Business Intelligence System (BIS) maksudnya adalah sistem operasi bisnis suatu instansi/perusahaan yang berbasis kecerdasan baik kecerdasan yang membuat maupun output informasi yang dihasilkan.

2.1.3.4 Pengetian Business Intelligence System

Menurut DJ Power (2002) Business Intelligence adalah:

Business Intelligence describes a concept and method of how to improve the quality of business decision-making based on system-based data. BI is often equated as briefing books, report and query tools and executive information systems. BI is a decision support system based data”

Business Intelligence menjelaskan tentang suatu konsep dan metode bagaimana untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan bisnis berdasarkan sistem yang berbasiskan data. BI seringkali dipersamakan

sebagaimana briefing books, report and query tools, dan sistem informasi

eksekutif. BI merupakan sistem pendukung pengambilan keputusan yang berbasiskan data-data.

Sedangkan menurut Williams & Williams (2007) adalah:

“BI is a set of business information and business analyses within the

context of key business processes that lead to decisions and actions. In particular, BI means leveraging information assets within key business

processes to achieve improved business performance”.

Business Intelligence adalah seperangkat informasi bisnis dan analisis usaha di dalam konteks kunci proses bisnis yang mengarah pada keputusan dan


(40)

tindakan. Dalam hal tertentu, Business Intelligence berarti meningkatkan aset informasi dalam proses bisnis utama untuk mencapai peningkatan kinerja bisnis.

Menurut Arnotts dan Pervan (2005:71) mendefinisikan Business

Intelligence System yaitu:

“Business Intelligence System is a term that is defined in the industry

means that different software vendors and in accordance with the organizations that have been consulted before its design in accordance with their product. Business Intelligence System is also a review of

approaches to support decisions in the organization”

Business Intelligence System merupakan suatu istilah yang didefinisikan dalam industri berarti bahwa vendor perangkat lunak yang berbeda dan sesuai dengan organisasi yang telah dikonsultasikan sebelum perancangannya sesuai

dengan produk mereka. Business Intelligence System juga merupakan kajian

pendekatan untuk mendukung keputusan dalam organisasi.

Menurut Lonnqvist dan Pirttimaki (2006:32) Business Intelligence System

adalah:

An organized and systematic process by which organizations acquire, analyze, and disseminate information from both internal and external information sources significant for their business activities and for decision-making”.

Pengorganisasian dan proses sistematis yang diselenggarakan oleh organisasi, dan menyebarkan informasi penting dari internal maupun eksternal untuk kegiatan bisnis mereka dan untuk pengambilan keputusan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem berbasis Business Intelligence (BI) merupakan sistem dan aplikasi yang berfungsi untuk mengubah data-data dalam suatu perusahaan atau organisasi (data operasional, data transaksional, atau data lainnya) ke dalam bentuk pengetahuan. Aplikasi ini


(41)

melakukan analisis data-data di masa lampau, menganalisisnya dan kemudian menggunakan pengetahuan tersebut untuk mendukung keputusan dan perencanaan organisasi. Lingkungan Business Intelligence System meliputi semua perkembangan, pengolahan informasi, dan dukungan kegiatan yang dibutuhkan untuk memberikan informasi bisnis yang handal dan sangat relevan dan kemampuan analitis bisnis untuk kegiatan bisnis organisasi dan untuk pengambilan keputusan.

2.1.3.5 Elemen-Elemen dalam Business Intelligence System 1. Data Warehouse

Data warehouse diwajibkan untuk mengekstrak informasi untuk

pengambilan keputusan. Proyek Data warehouse yang berhasil dirancang untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan bisnis yang diajukan oleh pengguna. Stakeholder kunci yang diwawancarai dalam serangkaian pertemuan kelompok fokus dan

diminta untuk memberikan informasi sebagai berikut:

• Masalah dengan data / laporan

• Data elemen (dimensi kandidat) yang diperlukan untuk mendukung informasi

perusahaan di seluruh kebutuhan

• Laporan frekuensi dan metode distribusi yang diinginkan (elektronik, berbasis

web, kertas)

• Jumlah data historis yang dibutuhkan

• Data hirarki

• Pengguna informasi


(42)

• Kunci tolak ukur kinerja

• Sukses kriteria (untuk mengukur kiriman proyek)

Data warehouse merupakan tempat penyimpanan untuk ringkasan dari data historis yang diambil dari basis data-basis data yang tersebar di suatu organisasi. Data warehouse mengumpulkan semua data perusahaan dalam satu tempat agar dapat diperoleh pandangan yang lebih baik dari suatu proses bisnis/kerja dan meningkatkan

kinerja organisasi. Data warehouse mendukung proses pembuatan keputusan

manajemen.

Adapun karakteristik Data warehouse adalah sebagai berikut:

a. Subject Oriented atau berorientasi pada subyek.

Sebuah data warehouse dikatakan berorientasi pada subyek karena data

disusun sedemikian rupa sehingga semua elemen data yang terkait dengan event/objek yang sama dihubungkan

b. Time-variant, artinya bahwa perubahan data ditelusuri dan dicatat sehingga laporan dapat dibuat dengan menunjukkan waktu perubahannya

c. Non Volatile berarti bahwa data yang telah disimpan tidak dapat berubah.

Sekali committed, data tidak pernah ditimpa/dihapus. Data akan bersifat

static, hanya dapat dibaca dan disimpan untuk kebutuhan pelaporan d. Integrated, artinya data warehouse akan mencakup semua data operasional

organisasi yang disimpan secara konsisten.

Ke-empat karakteristik di atas saling terkait dan kesemuanya harus

diimplementasikan agar suatu data warehouse bisa efektif memiliki data untuk


(43)

membutuhkan struktur data dari data warehouse yang berbeda dengan database sistem operasional biasa.

2. Data Mining

Data Mining seringkali diartikan dengan “menulis banyak laporan dan query”. Namun pada kenyataannya kegiatan data mining tidak melakukan pembuatan

laporan dan query sama sekali. Data mining dilakukan dengan tool khusus, yang

mengeksekusi operasi data yang telah didefinisikan berdasarkan model analisis. Data mining adalah ekstraksi informasi atau pola yang penting atau menarik dari data yang berada pada basis data yang besar yang selama ini tidak diketahui tetapi mempunyai potensi informasi yang bermanfaat.

Konsep data mining muncul dikarenakan timbulnya data explosion akibat

dari penumpukan data oleh sistem pengolahan basis data terpadu di suatu organisasi.

Proses data mining menggunakan berbagai perangkat analisis data untuk menemukan

pola dan hubungan dalam data yang mungkin dapat digunakan untuk membuat

prediksi yang valid. Data mining menganalisis data untuk menemukan informasi

yang tersembunyi pada sejumlah besar data yang disimpan. Data mining merupakan

proses yang berbeda dengan analisis statistik biasa.

Hasil dari operasi data mining berupa tabel-tabel dan file-file yang berisi

data analisis yang dapat diakses dengan query dan reporting tools. Terdapat empat

operasi umum data mining yaitu:

a. Predictive and Classification Modeling, yang biasa digunakan untuk memperkirakan suatu kejadian khusus. Diasumsikan bahwa seorang analis mempunyai pertanyaan khusus untuk ditanyakan.


(44)

b. Link Analysis, yang digunakan untuk mencari hubungan antara record-record pada basis data.

c. Database Segmentation, yang digunakan untuk mengelompokkan record-record yang berhubungan ke dalam segmen-segmen. Pengelompokkan ini merupakan langkah pertama dari pemilihan data, sebelum operasi data mining lainnya dilakukan.

d. Deviation Detection, yang digunakan untuk mencari record-record yang dipandang tidak normal dan memberikan alasan untuk anomali tersebut.

3. OLAP (Online Analytical Processing)

OLAP merupakan kunci dari BI, yang digunakan untuk menganalisisis

data dan informasi yang pada akhirnya akan menjadi dasar basis Decision Support

System (DSS) dan Expert Infotmation System (EIS). Beberapa aktivitas yang dapat

dilakukan melalui OLAP antara lain seperti : melakukan query, meminta laporan

yang ad hoc, mendukung analisis statistik, analisis interaktif, serta membangun

aplikasi multimedia.

OLAP merupakan proses komputer yang memungkinkan pengguna dapat dengan mudah dan selektif memilih dan melihat data dari sudut pandang yang berbeda-beda. Data pada OLAP disimpan dalam basis data multidimensi. Jika pada basis data relasional terdiri dari dua dimensi, maka pada basis data multidimensi terdiri dari banyak dimensi yang dapat dipisahkan oleh OLAP menjadi beberapa sub atribut.

OLAP dapat digunakan untuk data mining atau menemukan hubungan

antara suatu item yang belum ditemukan. Pada basis data OLAP tidak perlu


(45)

membutuhkan analisis tren. Dengan menggunakan open database connectivity (ODBC), data dapat diimpor dari basis data relasional menjadi suatu basis data multidimensi untuk OLAP.

Berdasarkan struktur basis datanya OLAP dibedakan menjadi 3 kategori utama :

a. Multidimensional Online Analytical Processing (MOLAP)

Multidimensional Online Analytical Processing (MOLAP) adalah OLAP yang secara langsung mengarah pada basis data multidimensi. MOLAP memproses data yang telah disimpan dalam array multidimensional di mana semua kombinasi data yang mungkin dicerminkan, masing-masing di dalam suatu sel yang dapat diakses secara langsung.

b. Relational Online Analytical Processing (ROLAP)

Relational Online Analytical Processing (ROLAP) adalah suatu format pengolahan OLAP yang melakukan analisis data secara dinamis yang disimpan dalam basis data relasioanal bukan pada basis data multidimensi. ROLAP merupakan bentuk teknologi dari OLAP yang paling berkembang. c. Hybrid Online Analytical Processing (HOLAP)

Hybrid Online Analytical Processing (HOLAP) merupakan kombinasi antara ROLAP dengan MOLAP. HOLAP dikembangkan untuk mengkombinasikan antara kapasitas data pada ROLAP yang besar dengan kemampuan proses pada MOLAP.


(46)

4. Manfaat Business Intelligence System

Business Intelligence System mengacu pada komputer berbasis-teknik yang digunakan dalam menggali, dan menganalisis data bisnis. Teknologi BIS memberikan pandangan historis, saat ini, dan prediksi operasi bisnis. Fungsi

umum dari teknologi intelijen bisnis melaporkan, pengolahan analisis online,

analisis data mining, kinerja manajemen bisnis, benchmarking, pertambangan

teks, dan analisis prediktif. Bisnis intelijen bertujuan untuk dukungan yang lebih baik pengambilan keputusan bisnis. Jadi sistem BI bisa disebut sebagai sistem

pendukung keputusan (DSS). Meskipun istilah business intelligence sering

digunakan sebagai sinonim untuk intelijen kompetitif, karena keduanya pengambilan keputusan dukungan, BIS menggunakan teknologi, proses, dan aplikasi untuk menganalisis kebanyakan internal data terstruktur dan proses bisnis sementara intelijen kompetitif yang dilakukan dengan mengumpulkan, menganalisis dan menyebarkan informasi dengan atau tanpa dukungan dari teknologi dan aplikasi, dan berfokus pada semua sumber informasi dan data (tidak terstruktur atau terstruktur), sebagian besar eksternal, tetapi juga internal untuk perusahaan, untuk mendukung pengambilan keputusan.

Beberapa manfaat mengimplementasikan BI dikemukakan oleh Mike Stedman yang dikutip dari Djoni Darmawikarta (2003:105) adalah sebagai berikut:

“Meningkatkan nilai data dan informasi organisasi melalui pembangunan BI,

memudahkan pemantauan kinerja organisasi, meningkatkan nilai investasi TI yang sudah ada, menciptakan pegawai yang memiliki akses informasi yang baik (well-informed workers), meningkatkan efisiensi biaya. BI dapat meningkatkan efisiensi karena mempermudah seseorang dalam melakukan


(47)

Business Intelligence System dapat diterapkan untuk tujuan bisnis berikut dalam rangka mendorong nilai bisnis:

1. Measurement, program yang menciptakan hirarki metrik kinerja dan benchmarking yang menginformasikan pemimpin bisnis tentang kemajuan ke arah tujuan bisnis.

2. Analytics, program yang membangun proses kuantitatif untuk sebuah bisnis untuk sampai pada keputusan optimal dan untuk melakukan Bisnis Knowledge Discovery. Sering meliputi data mining, analisis statistik, analisis prediktif, pemodelan prediktif, pemodelan proses bisnis

3. Reporting/Enterprise Reporting, program yang membangun infrastruktur Strategis Pelaporan untuk melayani pengelolaan strategis bisnis, bukan Operasional Pelaporan. Sering melibatkan Data visualisasi, Eksekutif sistem informasi, OLAP.

4. Collaboration/Collaboration platform, program yang mendapat area yang berbeda (baik di dalam dan di luar bisnis) untuk bekerja bersama melalui berbagi data dan Electronic Data Interchange.

5. Knowledge Management, program untuk membuat data perusahaan didorong melalui strategi dan praktek untuk mengidentifikasi, menciptakan, menampilkan, mendistribusikan, dan memungkinkan adopsi wawasan dan pengalaman yang benar pengetahuan bisnis. Compliance Manajemen Pengetahuan mengarah ke Learning Management dan Peraturan Kepatuhan.


(48)

2.1.4 Konsep Penghubung

Adapun beberapa konsep penghubung yang penulis pakai dalam penelitian ini diantaranya Witarto (2004:8) yang mengatakan bahwa:

“Sistem informasi dapat disebut baik, jika usernya rajin memasukan dan

memeriksa data dari waktu ke waktu, jika operatornya rajin memeriksa kebenaran proses-proses pengolahan data yang ada didalamnya, serta jika pimpinan organisasinya mudah mengakses informasi tentang kinerja

sistem, serta didasarkan pada data yang akurat dan mutakhir”.

Gorgan Vasile dan Oancea Mirela (2008) mengatakan bahwa:

“In order to make decisions that support the strategy of a business, the

decision makers must confide in data they analyze. Business intelligence system projects improve with rich quality of data in the phase of data warehouse's feeding. In order to increase the quality of data a series of

steps must be followed”.

Dalam rangka untuk membuat keputusan yang mendukung strategi bisnis, para pembuat keputusan harus menceritakan data yang mereka analisis. Proyek sistem intelijen Bisnis meningkat dengan kualitas kaya akan data dalam fase pemberian gudang data. Dalam rangka meningkatkan kualitas data serangkaian langkah harus diikuti.

Demikian pula Naveen K. Vodapalli (2009) yang mengatakan bahwa:

“Although there could be many factors that could affect the implementation process of a BI system, the result shows that the following are the critical success factors for business intelligence implementation: Business-driven methodology and project management Clear vision and planning, Committment management support and sponsorship, Data management and data quality”.

Walaupun mungkin ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses implementasi sistem BI, hasilnya menunjukkan bahwa berikut ini adalah faktor penentu keberhasilan pelaksanaan bisnis inteligen: Bisnis-disebabkan metodologi


(49)

dan manajemen proyek visi yang jelas dan perencanaan, dukungan komitmen manajemen dan sponsor, manajemen data dan kualitas data.

Jennifer Hubley (2001) mengatakan bahwa:

“Information and data quality is fundamental to Business Intelligence System. Information quality is the level of accuracy, completeness, auditability and consistency of data (you may refer what is data quality for some more perspective)”.

Informasi dan kualitas data merupakan dasar untuk Business Intelligence

System. Kualitas informasi adalah tingkat akurasi, kemampuan untuk diaudit kelengkapan, dan konsistensi data.

2.2 Kerangka Pemikiran

Untuk menunjang reformasi dibidang perpajakan Direktorat Jenderal Pajak mengadakan kegiatan modernisasi perpajakan yang bertujuan meningkatkan kualitas pelayanan administrasi perpajakan. Salah satu modernisasi yang dilakukan adalah dibidang teknologi informasi yaitu dengan dibuatnya Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP).

Dalam lingkungan perpajakan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) merupakan aplikasi Business Intellgence System (BIS) yang dibuat untuk mendukung kegiatan modernisasi perpajakan, sistem ini sengaja dibuat terintegrasi untuk menghasilkan informasi yang baik dan berkualitas. SIDJP sangat penting mengadop sistem berbasis kecerdasan, hal ini untuk menunjang kegiatan administrasi perpajakan selain itu SIDJP juga mendukung kinerja aparat pajak sehingga menjadi efektif.


(50)

Business intelligence system (BIS) merupakan sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan.

Business Inteligence adalah istilah umum untuk aplikasi, platform, peralatan, dan teknologi yang mendukung proses eksplorasi data bisnis, hubungan

data, dan tren. Business Inteligence menyediakan seorang eksekutif dengan tepat

waktu dan informasi akurat untuk lebih memahami bisnisnya dan untuk membuat lebih informatif, waktu keputusan bisnis.

Dalam sebuah sistem bisnis inteligen ini banyak faktor yang mempengaruhi implementasinya, salah satunya adalah kualitas data. Kualitas data merupakan dasar untuk Business Intelligence System. Kualitas data menjadi faktor

penentu agar informasi yang dihasilkan lewat Bussiness Intelligence system dapat

berkualitas.

Organisasi mengembangkan dan mengadopsi serangkaian proses teknologi yang konsisten, yang melembagakan kualitas data sebagai aset strategis, dan

proses bisnis untuk membuat competitive advantage yang konsisten. Terdapat

banyak faktor yang dapat mempengaruhi proses implementasi sistem Business

Intelligence, kualitas data merupakan salah satu faktornya.

Kualitas data merupakan sebuah konsep yang multidimensi. Kualitas data

merupakan hasil dari proses scrubbing data, standardisasi data, dan de-duplikasi


(51)

satu-satunya aset yang benar-benar unik dalam sebuah perusahaan. Data sangat strategis, karena itu digunakan untuk baik internal maupun eksternal pengambilan keputusan.

Melihat kebutuhan organisasi atas manajemen data, karena data yang berasal dari sumber yang berbeda memerlukan teknik manajemen yang berbeda pula. Faktor yang menjadi kontribusi hal tersebut tidak sederhana dalam menempatkan nilai ekonomi terhadap sumber daya dari data tersebut secara komprehensif adalah organisasi yang memiliki strategi kualitas data dan dapat mengatasi banyak masalah mengenai data yang berkualitas dalam organisasi.

Dengan demikian kualitas data mempunyai pengaruh dalam proses implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) sebagai bentuk Business Intelligence System. SIDJP yang mengadopsi sitem berbasis kecerdasan membutuhkan data yang berkualitas agar nantinya dapat mengeluarkan output yang berkualitas pula. Dengan adanya kualitas data yang baik diharapkan

implementasi SIDJP sebagai bentuk Business Intelligence System juga akan

berjalan dengan baik sesuai yang rencanakan Direktorat Jenderal Pajak sebelumnya

Dalam Direktorat Jenderal Pajak data menjadi alat pendukung kerja dari organisasi secara menyeluruh. Data berkualitas adalah data yang memenuhi kategori akurat, relevan, tepat waktu, lengkap, mudah diakses, dan dapat dipercaya. Data yang terkumpul nantinya akan diinput kedalam sistem informasi (SIDJP) yang outputnya merupakan informasi.


(52)

Berdasarkan penjelasan pada kerangka pemikiran di atas maka skema kerangka pemikiran adalah sebagai berikut :

Gambar 2.1

Skema Kerangka Pemikiran

Teknologi Informasi

Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak

(SIDJP) Kualitas Data

 Akurat

 Mensupport sistem

 Mengekspresikan kebijakan management

 Simple

 Sah

 Valid

 Tepat waktu

 Lengkap

 Dapat dipercaya

 Kemudahan Akses

- Hardware

-Software -Brainware -Prosedur -Jaringan Komunikasi -Database

-Data Warehouse

-Data Mining

-OLAP

-Manfaat BIS

Business Intelligence

System

KUALITAS DATA BERPENGARUH TERHADAP IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK (SIDJP) DENGAN

PENDEKATAN BUSINESS INTELLIGENCE SYSTEM

1. Business intelligence system projects improve with rich quality of data (Gorgan Vasile dan Oancea Mirela:2008)

2. Many factors that could affect the implementation process of a BI system, the result shows that the following are the critical success factors for business intelligence implementation: data quality (Naveen K. Vodapalli:2009)

3. Data quality is fundamental to Business Intelligence System (Jennifer Hubley:2001)

4. The way to a better quality of Business Intelligence Relatively little attention during the various BI (Business intelligence) projects is payed on data quality from production systems (Bozidar Kralj:2009)


(53)

2.3 Hipotesis

Hipotesis menurut Sugiyono (2010:93) adalah:

“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data”.

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris. Berdasarkan uraian kerangka pemikiran diatas, maka yang dapat disajikan oleh penulis adalah berhipotesis bahwa Kualitas Data Berpengaruh Terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System.


(54)

48

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban maupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Adapun pendapat Sugiyono (2006:13) menjelaskan pengertian objek penelitian adalah sebagai berikut;

“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable

tentang suatu hal (variabel tertentu)”.

Maka yang akan diteliti dalam penyusunan skripsi ini adalah Kualitas Data dan Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business Intelligence System.. Penelitian ini dilakukan oleh peneliti di Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan verifikatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan diambil kesimpulannya. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui


(1)

Bab V Kesimpulan dan Saran

136

3. Kualitas data berpengaruh signifikan terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwa kualitas data telah terbukti membawa pengaruh yang positif terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak dengan pendekatan Business Intelligence System, maka peneliti memberikan saran yang dapat dijadikan masukkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung sebagai berikut :

1. Pihak DJP melalui KPP Pratama dalam hal ini sebaiknya memberikan sosialisasi dan penyuluhan kepada wajib pajak mengenai pentingnya data yang berkualitas agar data yang diterima nantinya memiliki nilai akurasi, validitas dan kelengkapan yang tinggi sehingga dapat menciptakan profil wajib pajak yang baik . Sedangkan untuk ketepatan waktu perekaman data sebaiknya pihak DJP menambahkan pegawai di seksi Pengolahan Data dan Informasi pada tiap-tiap KPP agar proses penginputan / perekaman data bisa dikerjakan lebih cepat.

2. Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business Intelligence System pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung sudah dapat dikatakan baik. Namun alangkah baiknya jika pihak DJP dapat memperbaiki dalam hal jaringan komunikasinya dengan menambah kapasitas jaringan (bandwith) sehingga nantinya sistem informasi


(2)

Bab V Kesimpulan dan Saran

137

yang ada dapat terintegrasi dengan baik dan tidak lambat dalam menjalankan SIDJP tersebut, begitu pula mengenai sistem pergudangan data warehouse sebaiknya diperbaiki kembali agar data dalam SIDJP dapat menciptakan gudang data yang terintegrasi dengan baik, data mining juga sebaiknya diperbaiki dengan baik guna meningkatkan proses migrasi data agar kinerja tidak terganggu karena membutuhkan waktu yang lama, dan dalam hal OLAP (Online Analytical Processing), alangkah baiknya jika SIDJP dapat memberikan informasi yang dapat langsung membuat keputsan tanpa harus menganalisis terlebih dahulu dengan durasi waktu yang lebih singkat. Semua masalah atau kendala tersebut jika sudah diatasi atau diperbaiki dapat memberika pengaruh yang sangat baik sehingga tujuan dari DJP tercapai dengan baik.

3. Karena kualitas data memiliki peranan yang cukup tinggi dalam implementasi sistem informasi direktorat jenderal pajak maka diharapkan bagi kelima Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Kota Bandung agar meningkatkan kualitas data dari segi keakuratan, validitas, kelengkapan data wajib pajak dan perekaman data yang dilakukan secara tepat waktu. Hal ini perlu dilakukan sehingga diharapkan untuk kemudian hari data yang lebih akurat, valid, lengkap dan direkam tepat waktu dapat lebih meningkatkan Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dengan Pendekatan Business Intelligence System.


(3)

138

DAFTAR PUSTAKA

Andi Supangat. 2008. Statistika Dalam Kajian Deskriptif, Inferensi dan Parametrik. Jakarta: Kencana Prenada

Arthur D. Chapman. 2005. Principle Data Quality. Global Biodiversity Information Facility, Copenhagen.

Bozidar Kralj. 2008. Improvement of Data Quality = Better Business Intelligence D J. Power 2002. A Brief History of Decision Support Systems, DSS Resources. 2002 Data Warehouse, wikipedia.org

Dimas. B Putra. 2009. Perkembangan SI DJP, http://dimasbesmaputra.blogspot.com

Djoni Darmawikarta. 2003. Mengenal Data Warehouse, Ilmu Komputer

Eduardus Primus de Rosari, 2010, Mengukur Kualitas Data,

http://www.sharingvision.biz

Efraim Turban and Jay E. Aronson. 2001. Decision Support System and Intelligent System. Prentice-Hall International Edition

Gorgan Vasile and Oancea Mirela. 2008. steconomice.uoradea.ro/anale /volume/2008 /v4.../250 Data Quality in Business Intelligence Applications Jack E. Olson. 2008. Data Quality. Morgan Kaufmann

Jennifer Hubley, 11 Jul 2001 Data quality: The foundation for business intelligence,

www.executionmih.com/business-intelligence/performance-information-data-quality.php

Jonathan Sarwono. 2006. SPSS Teori dan Latihan SPSS Teori dan Latihan, Bandung: Andi Yogyakarta.

Karolyn Kerr. 2008. The Development of a Data Quality Framework and Strategy for the New Zealand Ministry of Health Department of Information Systems and Operations Management, University of Auckland, Private Bag 92 019, Auckland, New Zealand Karolyn_kerr@moh.govt.nz


(4)

139

Keputusan Menteri Keuangan No.64/KMK.01/1994 Tanggal 20 Maret 2009, Tentang Pembentukan Struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor Kep-48/KMK.01/1988 tanggal 19 Januari 1988, Tentang Pembentukan Kantor Inspeksi Bandung Tengah.

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia tanggal 23 Maret 1988 Nomor Kep-276/KMK/.01/1988, Tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Pajak.

Krismiaji. 2005. Sistem Informasi Akuntansi, edisi kedua; Yogyakarta: Akademi Manajemen Perusahaan YKPN

La Midjan dan Azhar Susanto. 2003. Sistem Informasi Akuntasi II, edisi 8, Bandung: PT Lingga Jaya

Lonnqvist, A., & Pirttimaki, V. (2004). The Roles of Internal and External

Information in Business Intelligence. Frontiers of E-Business Research 2004 Mike Steadman. 2003. The Value of BI for Association Executives, Association

Xpertise Inc.

Naveen K. Vodapalli (2009-11-02) IT University of Copenhagen, Critical Success Factors of BI Implementation 20 Report-New.pdf?file _id=871821

Oki Hendrias. 2011. Fajar http://www.pajakonline.com/

Rahayu, Siti Kurnia. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep & Aspek Formal, Bandung:Graha Ilmu

Ramsh Behl. 2009. Information Technology for Management. Mc GrawHill

Riduwan, Adun Rusyan dan Enas. 2011. Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi Statistik Penelitian. Bandung: Alfabeta

Robert Pakpahan. 2010. http://www.metrotvnews.com/

Robert Pakpahan.2010. http://bataviase.co.id/


(5)

140

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif . Bandung:Alfabeta Surat Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP.112/PJ/2007, Tentang

Penerapan Organisasi, Tata Cara dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Janderal Pajak Banten, Kanwil Jawa Barat I dan II.

Azhar Susanto. 2007.Sistem Informasi Akuntansi. Bandung: Lingga Jaya.

Taufik. 2010, Koneksi Data NPWP Seputar Tangerang Kembali Normal:

http://www.iserpong.com

Umi Narimawati, Sri Dewi Anggadini dan Linna Ismawati. 2010. Penulisan Karya Ilmiah. Bekasi: Genesis

Umi Narimawati. 2007. Riset Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Agung Media.

Williams, S., & Williams, N. 2007. The Profit Impact of Business Intelligence: Morgan Kaufmann.


(6)

206

RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi :

Nama : I Komang Denie Udisumertha

Tempat Tanggal Lahir : Pontianak, 3 Februari 1989

Agama : Hindu

Jenis Kelamin : Laki-laki

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat di Bandung : Jln. Wartawan IV No. 20A Rt.05Rw.05 Turangga Bandung 40264.

Email : pandacina55@yahoo.com

ikomang.denieu@yahoo.co.id Riwayat Pendidikan :

TAHUN PENDIDIKAN TEMPAT

1995 – 1996 TK. Putra Berdhikari I DKI. Jakarta

1996 – 2001 SDN Cilandak Barat 04 DKI. Jakarta

2001 – 2002 SLTP N 13 Jakarta DKI. Jakarta

2003 – 2004 SLTPN 34 Bandung Bandung, Jawa Barat

2004 – 2007 SMAN 11 Bandung Bandung, Jawa Barat


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Sistem Teknologi Informasi Dalam Peningkatan Pelayanan Pada Direktorat Jenderal Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

1 102 44

Pengaruh Penerapan Sistem e-SPT Terhadap Kualitas Informasi Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees

0 4 1

Pengaruh Sistem Informasi Terhadap Pemeriksaan Pajak Dan Implikasinya Terhadap Kepatuhan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung

0 6 1

Pelaksanaan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak PPH Pasal 23/26 Di kantor Pelayanan Pajak Pratama Purwakarta

4 45 56

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan dan Kepuasan Pengguna Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Terhadap Kinerja Fiskus Di Kantor Pelayanan Pajak (Studi Kasus pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Bojonagara)

1 12 53

Pengaruh Komitmen Manajemen Terhadap Implementasi Sistem Informasi Direktorat Jendral Pajak (SIDJP) Dengan Pendekatan Business Intelligence System Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Di Wilayah Kota Bandung

1 19 126

Pengaruh Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan Penerapan E-Spt Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Penelitian pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya Bandung)

3 31 67

Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Pelayanan Pajak (Survei Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Majalaya)

0 8 48

Pengaruh Penerapan Sistem Informasi Direktorat jenderal Pajak Dan Kepuasaan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (Studi Kasus Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega)

2 16 62

Analisis Penerapan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Dengan Pendekatan Business Intelligence System Terhadap Kualitas Informasi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Wilayah Kota Bandung

1 24 156