dan megabentos. Lokasi titik koordinat stasiun pengamatan dan pengumpulan
data ekosistem pesisir tertera pada Tabel 2 dan Lampiran 3. Tabel 2. Posisi Koordinat Stasiun Pengamatan Ekosistem
Stasiun Pengamatan
Koordinat Pengamatan Ekosistem Mangrove
Lamun Terumbu Karang
1
05 ˚55’54.5”LS
108 ˚23’14.2”BT
05 ˚56’05.5’’LS
108 ˚23’05.1’’BT
05° 52’ 07.0” LS 108° 24’ 18.8” BT
2
05 ˚55’31.5”LS
108 ˚22’45.1”BT
05 ˚55’59.3’’LS
108 ˚23’11.0’’BT
05° 52’ 07.0” LS 108° 24’ 19.3” BT
3
05 ˚56’07.0”LS
108 ˚22’30.4”BT
- 05° 48’ 12.69” LS
108° 22’ 53.0” BT
4
- -
05° 48’ 12.6” LS 108° 25’ 20.9” BT
3.3.1. Pengamatan Mangrove
Pengamatan dan pengumpulan data mangrove dilakukan di tiga stasiun yang berada di P. Biawak. dengan cara menghitung jumlah pohon mangrove,
lebar batang pohonnya dan juga memperkirakan tinggi pohon. Pengambilan sampel dilakukan pada daerah yang berada pada plot berukuran 10 x10 m. Selain
menghitung kerapatan tegakan mangrove, juga dicatat jenis-jenis mangrove yang ditemukan dilokasi survei. Kerapatan tegakan mangrove merupakan penting untuk
menentukan tingkat kekritisan kawasan mangrove. Menurut KEMENHUT 2005 bahwa ada 3 klasifikasi tingkat kerapatan tegakan mangrove yaitu:
Tinggi apabila jumlah tegakan
1.500 pohon.ha
-1
Sedang apabila julah tegakan 1.000 - 1.500 pohon.ha
-1
, dan Rendah apabila jumlah tegakan 1.000 pohon.ha
-1
3.3.2. Pengamatan Lamun
Pengamatan dan
pengumpulan data
lamun dilakukan
dengan menggunakan transek kuadrat dengan ukuran transek 1 x 1 m yang ditempatkan di
2 stasiun. Parameter yang diamati dan dicatat adalah persentase tutupan, tipe substrat dan jenis lamun. Menurut KemenLH 2004 bahwa kriteria kondisi
padang lamun dibagi menjadi 3 kategorikan berdasarkan persentase tutupannya yaitu:
Kategori kayasehat apabila tutupan 60 Kurang KayaKurang sehat apabila tutupan 30-59,9, dan
Miskin apabila tutupan
29,9 Persamaan untuk mengetahui persentase tutupan lamun dapat dilihat pada
persamaan berikut Fachrul 2007: =
100
3.3.3. Pengamatan Terumbu Karang
Pengamatan dan pengumpulan data pada ekosistem terumbu karang meliputi pengamatan karang, ikan karang dan megabentos. Pengamatan ini
dilakukan di 4 stasiun, masing-masing 2 stasiun di P. Gosong dan 2 stasiun lainnya berada di P. Candikian.
Pengamatan karang dilakukan dengan penggunakan metode PIT Point Intercept Transect yaitu dengan menggunakan tali transek berskala roll meter
yang diletakkan di dasar perairan dan dimulai dari titik nol. Tali transek
dibentangkan sejajar garis pantai pada kedalaman antara 3 hingga 10 meter sepanjang 50 meter. Tiap koloni karang lifeform dan jenis substrat dasar
abiotik yang berada di bawah tali transek di setiap jarak 0,5 meter dicatat, dimulai dari titik ke-1 yang berada di 0,5 meter hingga titik yang ke-100 yang
berada di 50 meter. Kategori lifeform dan abiotik yang dicatat adalah karang batu karang Acropora dan karang Non-Acropora, karang lunak, karang mati, makro
alga dan abiotik Manuputty dan Djuwariah 2009 Tabel 3 dan Lampiran 4. Tabel 3. Kategori Lifeform dan Substrat serta Kode Pencatatan pada Metode PIT.
No. Kode
Pencatatan Kategori Lifeform
dan Substrat Keterangan
1. AC
Acropora Karang dari jenis Acropora
2. NA
Non-Acropora Karang dari jenis Non-Acropora
3. DC
Dead Coral Karang mati, biasanya berwarna
putih. 4.
DCA Dead Coral Alga
Karang mati yang warnanya berubah
karena ditumbuhi alga filamen
5. SC
Soft Coral Jenis-jenis Karang Lunak
6. FS
Fleshy Seaweed Jenis-jenis makro alga : Sargassum,
Turbinaria, Halimeda dll. 7.
R Rubble
Patahan karang, biasanya dari jenis karang bercabang dan sudah mati
8. RK
Rock Substrat dasar yang keras cadas
9. S
Sand Pasir
10. SI
Silt Pasir lumpuran yang halus
Sumber: Manuputty dan Djuwariah 2009 Jumlah masing-masing kategori dikelompokkan berdasarkan jumlah titik
PIT yang terdapat koloni karang atau substrat untuk dihitung persentase tutupannya , Persentase tutupan dari masing-masing kategori dapat dihitung
dengan rumus modifikasi Manuputty dan Djuwariah 2009: =
ℎ 100
Kondisi ekosistem terumbu karang ditentukan berdasarkan persen tutupan karang batu hidup dengan kriteria CRITC-COREMAP LIPI berdasarkan Gomez
Yap 1988 sebagai berikut:
rusak bila persen tutupan karang hidup antara 0-24,9. sedang bila persen tutupan karang hidup antara 25-49,9
baik bila persen tutupan karang hidup antara 50-74,9, dan sangat baik apabila persen tutupan karang batu hidup 75-100
Selain tutupan karang hidup yang digunakan untuk melihat kondisi terumbu karang, indeks kematian karangmortality index MI juga dapat
digunakan untuk menduga kondisi dari ekosistem terumbu karang terkait dengan besarnya perubahan karang hidup menjadi karang mati. Indeks ini menggunakan
persamaan: =
+ ℎ
Nilai MI mempunyai kisaran antara 0-1, apabila nilai MI mendekati 0, berarti kondisi terumbu karang dikatakan memiliki rasio kematian karang yang
kecil atau tingkat kesehatan karang tinggi, namun bila nilai MI mendekati 1 berarti kondisi terumbu karang dikatakan memiliki rasio kematian yang besar atau
memiliki kesehatan yang rendah Fachrul 2008.
3.3.4. Pengamatan Ikan Karang