Ekosistem Lamun KAJIAN PUSTAKA

banyak dipengaruhi oleh topografi daerah pedalaman. Ada hubungan yang erat antara kondisi air dengan vegetasi hutan mangrove. Di beberapa tempat, mangrove menunjukkan tingkatan zonasi yang nyata yang cenderung berubah dari tepi air menuju daratan. Namun kadang – kadang tergantung pada undulasi tinggi rendahnya lantai hutan atau anak sungai di dalam area yang skemanya khusus dan menggambarkan keadaan umum dari dataran pasang surut. Secara Ekologis ekosistem mangrove sangat penting dalam menyediakan tempat untuk bertelur, pemijahan dan pembesarkan serta tempat mencari makan berbagai macam ikan dan udang kecil, karena suplai makanannya tersedia dan terlindung dari ikan pemangsa. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat bagi jenis-jenis ikan, kepiting dan kerang-kerangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dilihat dari aspek fisik, hutan mangrove mempunyai peranan sebagai pelindung kawasan pesisir dari hempasan angin, arus dan ombak dari laut, serta berperan juga sebagai benteng dari pengaruh banjir dari daratan. Tipe perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove pneumatophore tersebut juga mampu mengendapkan lumpur, sehingga memungkinkan terjadinya perluasan areal hutan mangrove. Disamping itu, perakaran jenis tumbuhan mangrove juga mampu berperan sebagai perangkap sedimen dan sekaligusmengendapkan sedimen, yang berarti pula dapat melindungi ekosistem padang lamun dan terumbu karang dari bahaya pelumpuran.Terciptanya keutuhan dan kelestarian ketiga ekosistem dari bahaya kerusakan tersebut, dapat menciptakan suatu ekosistem yangsangat luas dan komplek serta dapat memelihara kesuburan, sehingga pada akhirnyadapat menciptakan dan memberikan kesuburan bagi perairan kawasan pantai dan sekitarnya Pramudji 2001.

2.4. Ekosistem Lamun

Lamun seagrasses adalah tumbuhan berbunga Angiospermae yang tumbuh mencolok dan sering merupakan komponen utama yang dominan di lingkungan pesisir Kuo dan McComb 1989 dalam Tomascik et al. 1997. Tumbuhan ini mempunyai beberapa sifat yang memungkinkannya hidup di lingkungan laut, yaitu: 1. mampu hidup di media air asin, 2. mampu berfungsi normal dalam keadaan terbenam, 3. mempunyai sistem perakaran jangkar yang berkembang baik, dan 4. mampu melaksanakan penyerbukan dan daur generative dalam keadaan terbenam Den Hartog 1970 dalam Irawan 2003. Secara ekologis padang lamun mempunyai beberapa fungsi penting bagi wilayah pesisir dan laut Bengen 2001 dan Azkab 2006, yaitu: 1. Lamun berperan sebagai produsen primer yang mampu memfiksasi sejumlah karbon organik dan sebagian besar memasuki rantai makanan, baik melalui pemangsaan langsung oleh herbivora maupun melalui dekomposisi sebagai serasah. Lamun juga memberikan sumbangan terhadap produktivitas terumbu karang. Serasah yang diproduksi oleh lamun dapat membantu meningkatkan kelimpahan fitoplankton dan zooplankton di perairan terumbu karang sehingga energi yang diambil lamun akan dialihkan ke ekosistem terumbu karang. 2. Lamun sebagai penangkap sedimen yang dapat mengikat sedimen dan menstabilkan substrat lunak dengan system perakaran yang padat dan saling menyilang. Daun lamun yang lebat akan memperlambat aliran air yang disebabkan oleh arus dan ombak, sehingga perairan di sekitarnya menjadi tenang. Disamping itu, rizhome dan akar lamun dapat menahan serta mengikat sedimen, sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar perairan. 3. Lamun sebagai habitat biota yang berperan sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota laut. Beberapa organisme hanya menghabiskan sebagian dari siklus hidupnya di padang lamun dan beberapa dari mereka adalah ikan dan udang yang mempunyai nilai ekonomis penting. Lamun dapat dimakan langsung oleh organisme avertebrata seperti bulu babi serta berbagai jenis ikan dari famili Scaridae dan Acanthuridae. Selain itu lamun juga dapat dimakan oleh penyu dan duyung. 4. Lamun berperan sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari. 5. Lamun memegang peranan yang berarti dalam daur berbagai zat hara dan elemen-elemen langka di lingkungan bahari. 6. Lamun sebagai makanan dan kebutuhan lain. Selain peranan-peranan lamun yang telah dibahas di atas juga masih ada beberapa hal yang tidak kalah penting khususnya lamun sebagai makanan, baik makanan hewan maupun manusia, serta kegunaan lain seperti sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas. 7. Lamun dapat menjadi objek wisata bahari dan wisata pendidikan. Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan Asia tenggara, hanya 13 jenis lamun yang umum dijumpai di perairan Indonesia, yaitu Cymodocea serrulata, C. rotundata, Enhalus acoroides, Halodule uninervis, H. pinifolia, Halophila minor, H. ovalis, H. decipiens, H. spinulosa, H. beccari, Thalassia hemprichii, Syringodium isoetifolium, dan Thalassodendron ciliatum Kiswara 2009. Penyebaran lamun di Indonesia mencakup perairan Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Papua. Gambar jenis-jenis lamun yang telah disebutkan, dapat dilihat pada Lampiran 2. 2.5. Ekosistem Terumbu Karang Terumbu karang merupakan suatu ekosistem yang khas dan sangat produktif yang terdapat di perairan pesisir daerah tropis, dengan beragam tumbuhan dan hewan laut yang berasosiasi didalamnya. Terumbu terbentuk dari endapan-endapan masif kalsium karbonat CaCO 3 yang dihasilkan oleh organisme karang pembentuk terumbu dari filum Cnidaria, ordo Scleractinia yang hidup bersimbiosis dengan zooxantellae, dan sedikit tambahan dari algae berkapur serta organisme lain yang mengekskresi kalsium karbonat. Karang terdiri dari dua kelompok, yaitu karang hermatipik dan karang ahermatipik. Karang hermatipik dapat menghasilkan terumbu sedangkan karang ahermatipik tidak dapat menghasilkan terumbu. Karang hermatipik tersebar di seluruh dunia, tetapi karang ahermatipik hanya tersebar di perairan tropis. Perbedaan yang mencolok antara kedua tipe karang ini adalah bahwa di dalam jaringan karang hermatipik terdapat sel-sel tumbuhan yang bersimbiosis yang dinamakan zooxantellae. Sedangkan pada karang ahermatipik tidak terdapat zooxantellae di dalam jaringan karangnya Nybakken 1992. Bentuk pertumbuhan karang lifeform adalah penampilan organisme karang yang dihasilkan dari interaksi genetik dan faktor lingkungan. Karang memiliki variasi bentuk pertumbuhan koloni yang berkaitan dengan kondisi lingkungan perairan. Berdasarkan bentuk pertumbuhannya karang batu terbagi atas karang Acropora dengan non-Acropora English et al.1994. Menurut TERANGI 2007 perbedaan Acropora dengan non-Acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan non-acropora hanya memiliki radial koralit. Bentuk lifeform berdasarkan Acropora dan non-Acropora adalah sebagai berikut: 1. Bentuk pertumbuhan Acropora. a. Acropora Bercabang Acropora Branching ACB, karang berbentuk seperti ranting pohon. b. Acropora Berjari Acropora Digitate ACD, karang dengan bentuk percabangan rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan. c. Acropora meja Acropora Tabulate ACT, karang dengan bentuk bercabang dengan arah mendatar, rata seperti meja. d. Acropora Submasif Acropora Submassive ACS, karang dengan bentuk percabangan Berbentuk lempeng dan kokoh. e. Acropora Merayap Acropora Encrusting ACE, karang dengan bentuk merayap, biasanya terjadi pada Acropora yang belum sempurna. 2. Bentuk pertumbuhan non-Acropora. a. Karang Bercabang Coral Branching CB, karang dengan bentuk bercabang seperti ranting pohon. b. Karang Masif Coral Massive CM, karang dengan bentuk seperti batu besar yang padat. c. Karang Merayap Coral Encrusthing CE, karang dengan bentuk merayap, hampir seluruh bagian menempel pada substrat. d. Karang Submasif Coral Submassive CS, karang dengan bentuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau koloni-koloni kecil. e. Karang Lembaran Coral Foliose CF, karang dengan bentuk menyerupai lembaran daun. f. Karang api Coral Millepora CML, karang yang dapat dikenali dengan adanya warna kuning pada ujung koloni dan rasa panas seperti terbakar bila tersentuh. g. Karang Biru Coral Heliopora CHL, karang dengan bentuk karang berwarna biru pada skeletonnya. Berdasarkan struktur geomorfologi dan proses pembentukannya, terumbu karang terdiri atas 3 tiga tipe terumbu, yaitu : 1 terumbu karang tepi fringing reef; 2 terumbu karang penghalang barrier reef; dan 3 terumbu karang cincin attol Thamrin 2006.

2.6. Ikan Karang