Mangrove HASIL DAN PEMBAHASAN

20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan survei selama melakukan penelitian menghasilkan beberapa gambaran tentang sumberdaya kelautan yang ada di P. Biawak dan perairan sekitarnya Lampiran 5. Pengamatan tentang ekosistem mangrove dan lamun dilakukan di P. Biawak, sementara untuk pengamatan ekosistem terumbu karang di lakukan di P. Gosong dan Candikian, karena di kedua pulau ini masih minim informasi tentang kondisi terumbu karang termasuk di dalamnya asosiasi dengan ikan karang dan biota bentik. Secara umum, tergambar bahwa kondisi ekosistem di P. Biawak dan perairan sekitarnya sudah mengalami degradasi, baik ekosistem maupun biota yang berasosiasi dengannya. Aktifitas penangkapan ikan yang tinggi sehingga terjadi over fishing, penangkapan ikan dengan alat dan cara yang merusak serta limbah dari aktifitas manusia merupakan hal-hal yang menyebabkan terjadinya penurunan kuantitas dan kualitas dari sumberdaya kelautan yang di wilayah ini. Ancaman ini sejalan dengan kekhawatiran yang disampaikan oleh Reid at al. 2009 yang menyatakan bahwa eksploitasi di wilayah pesisir dan laut yang besar telah mengakibatkan degradasi sumberdaya yang ada dengan hilangnya lebih dari 40 terumbu karang, 50 tutupan mangrove serta 60 dari area lamun diseluruh dunia. Hal ini semakin parah karena terjadinya konflik atas daerah penangkapan ikan dan lemahnya sistem pengelolaan sumberdaya yang ada sehingga mengarah kepada cara-cara yang merusak .

4.1. Mangrove

Hasil pengamatan lapangan pada tiga stasiun yang berada di P. Biawak memiliki kerapatan tegakan pohon mangrove bervariasi mulai dari rendah hingga tinggi dengan kisaran 6 hingga 18 tegakan.100m -2 Tabel 4 dengan rata-rata tinggi pohon sekitar 4 hingga 5 m. Hal ini seperti yang ditentukan oleh Kemenhut 2005 bahwa kerapatan tegakan mangrove tinggi apabila jumlah tegakan  1.500 pohon.ha -1 , sedang apabila jumlah tegakan 1.000 - 1.500 pohon.ha -1 , dan rendah apabila jumlah tegakan 1.000 pohon.ha-1. Di lokasi pengamatan hanya dijumpai dua jenis mangrove yaitu Rhizophora sp. dan Avicenia sp. Gambar 3. Tabel 4. Jenis, Lebar Rata-Rata Badan Pohon dan Jumlah Tegakan Mangrove Stasiun Jenis Lebar Rata-Rata Badan Pohon cm Jumlah Pohon Tegakan 1 Rhizophora sp. 30 6 2 Avicennia sp. 50 18 3 Rhizophora sp. 25 11 a Avicenia sp. b Rhizophora sp. Gambar 3. Jenis-Jenis Mangrove yang ditemukan di P. Biawak Mangrove di kawasan ini harus terus dijaga karena keberadaannya sangat di perlukan dalam menjaga keutuhan ekosistem yang ada di kawasan ini. Mangrove menjadi tipe vegetasi yang khas karena ekosistem ini menjadi penghubung antara ekosistem darat dengan ekosistem pantai bahkan dengan ekosistem lepas pantai. Pentingnya kawasan mangrove bukan hanya sebagai sumberdaya hutan, namun lebih penting dari pada itu merupakan kawasan ekosistem sebagai sumber makanan utama bagi organesme perairan dalam bentuk bahan organic detritus yang dihasilkan dari dekomposisi serasah ataupun sebagai tempat pemijahan bagi hewan-hewan akuatik Nontji 2002. Namun demikian, dari hasil observasi di lapangan ditemukan dibanyak tempat bahwa sampah banyak tersangkut di akar-akar mangrove dimana materi sampah tersebut didominasi oleh limbah yang sulit terurai yaitu bekas peralatan penangkapan ikan nelayan berupa jaring, tali tambang, plastik dan pelampung baik yang terbuat dari bahan plastik maupun steroform Gambar 4. Hal ini tentunya akan mengganggu pertumbuhan dari mangrove dan juga biota-biota yang hidup di ekosistem tersebut. Gambar 4. Sampah yang Berserakan di Akar Mengrove

4.2. Lamun