Sumberdaya Alam Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Ekosistem Mangrove

dioperasikan setiap hari Sabtu dan Minggu dengan tarif sewa Rp 290 ribu per orang. Dengan kapal milik Pemkab. Indramayu ini, pengunjung bisa menyeberang ke P. Biawak dengan waktu tempuh sekitar 1 sampai 1,5 jam. Iklim Kabupaten Indramayu termasuk tipe D iklim sedang dengan curah hujan rata-rata tahunan 1.428 mm.tahun -1 . Suhu harian berkisar 26 C - 27 C dengan suhu tertinggi 30 C - dan terendah 18 C, serta kelembaban udara berkisar antara 70 - 80. Angin barat dan timur bertiup seara bergantian kurang lebih setiap 6 bulan, angin barat bertiup bulan Desember sampai bulan April dan angin timur pada bulan Mei sampai bulan Oktober. Gelombang laut di P. Biawak dan sekitarnya dipengaruhi oleh gelombang musiman, yaitu musim barat dan timur serta musim peralihan dengan ketinggian mencapai 0,5 sampai 0,8 meter.

2.2. Sumberdaya Alam Laut, Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil

Dalam suatu wilayah pesisir khususnya di wilayah pulau-pulau kecil terdapat sistem lingkungan ekosistem dan sumberdaya. Ekosistem tersebut bersifat alamiah atau buatan. Ekosistem alami yang terdapat di pulau-pulau kecil, antara lain adalah : terumbu karang coral reef, mangrove, pantai berbatu rocky beach, estuaria, laguna, delta. Sedangkan ekosistem buatan antara lain berupa kawasan pariwisata, kawasan budidaya marine culture dan kawasan pemukiman Dahuri et al. 2001. Secara umum, sumberdaya alam di kawasan pesisir, laut dan pulau-pulau kecil terdiri dari sumberdaya alam yang dapat pulih renewable resources dan sumberdaya yang tidak dapat pulih non renewable resources, dan jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan environmental service. Sumberdaya dapat pulih, terdiri berbagai ikan, plankton, benthos, molusca, mamalia laut, rumput laut seaweeds, lamun seagrass, mangrove, terumbu karang dan krustasea. Sumberdaya tidak dapat pulih meliputi minyak bumi dan gas, biji besi, pasir, timah, bauksit, dan mineral serta bahan tambang lainnya. Jasa-jasa lingkungan pesisir dan lautan antara lain adalah pariwisata dan perhubungan laut. Selama ini potensi sumberdaya alam yang terdapat pada kawasan pesisir, laut dan pulau- pulau kecil belum banyak digarap secara optimal. Hal tersebut dikarenakan masyarakat dan pemerintah lebih banyak terkuras untuk mengelola sumberdaya yang ada di darat yang mempunyai luas hanya sepertiga dari luas negeri ini Kusumastanto 2000.

2.3. Ekosistem Mangrove

Secara umum, Sanger et al. 1986 memberikan pengertian bahwa hutan mangrove adalah sebagai suatu formasi hutan yang dipengaruhi oleh adanya pasang-surut air laut, dengan keadaan tanah yang anaerobik. Tumbuhan yang hidup di hutan ini memiliki daya adaptasi morfologi dan fisiologi yang baik terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut terdiri dari sekelompok tumbuhan dari berbagai macam jenis tumbuhan dari family seperti dari jenis Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa Sukardjo 1996; Sorianegara 1987. Tumbuhan mangrove mampu tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesisir yang berkadar garam sangat ekstrim, jenuh air, kondisi tanah yang kurang stabil dan anaerob. Dengan kondisi lingkungantersebut, beberapa jenis tumbuhan mangrove mampu mengembangkan mekanisme yang memungkinkan secara aktif untuk mengeluarkan garam dari jaringan. Sementara itu, organ yang lainnya memiliki daya adaptasi dengan cara mengembangkan sistem akar napas untuk memperoleh oksigen dari sistem perakaran yang hidup pada substrat yang anaerobik Pramudji 2001. Sebagian pohon mangrove dijumpai disepanjang pantai terlindung yang berlumpur, bebas dari angin yang kencang dan arus misalnya di mulut muara sungai besar. Mangrove juga dapat tumbuh diatas pantai berpasir dan berkarang , terumbu karang dan di pulau – pulau kecil. Sementara itu air payau bukanlah hal pokok untuk pertumbuhan mangrove, mereka juga dapat tumbuh dengan subur jika terdapat persediaan endapan yang baik dan pada air tawar yang berlimpah. Hutan mangrove dapat tersebar luas dan tumbuh rapat mulut sungai besar di daerah tropis, tetapi didaerah pesisir pantai pegunungan, hutan mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai yang terbatas dan sempit. Perluasan hutan mangrove banyak dipengaruhi oleh topografi daerah pedalaman. Ada hubungan yang erat antara kondisi air dengan vegetasi hutan mangrove. Di beberapa tempat, mangrove menunjukkan tingkatan zonasi yang nyata yang cenderung berubah dari tepi air menuju daratan. Namun kadang – kadang tergantung pada undulasi tinggi rendahnya lantai hutan atau anak sungai di dalam area yang skemanya khusus dan menggambarkan keadaan umum dari dataran pasang surut. Secara Ekologis ekosistem mangrove sangat penting dalam menyediakan tempat untuk bertelur, pemijahan dan pembesarkan serta tempat mencari makan berbagai macam ikan dan udang kecil, karena suplai makanannya tersedia dan terlindung dari ikan pemangsa. Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat bagi jenis-jenis ikan, kepiting dan kerang-kerangan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Dilihat dari aspek fisik, hutan mangrove mempunyai peranan sebagai pelindung kawasan pesisir dari hempasan angin, arus dan ombak dari laut, serta berperan juga sebagai benteng dari pengaruh banjir dari daratan. Tipe perakaran beberapa jenis tumbuhan mangrove pneumatophore tersebut juga mampu mengendapkan lumpur, sehingga memungkinkan terjadinya perluasan areal hutan mangrove. Disamping itu, perakaran jenis tumbuhan mangrove juga mampu berperan sebagai perangkap sedimen dan sekaligusmengendapkan sedimen, yang berarti pula dapat melindungi ekosistem padang lamun dan terumbu karang dari bahaya pelumpuran.Terciptanya keutuhan dan kelestarian ketiga ekosistem dari bahaya kerusakan tersebut, dapat menciptakan suatu ekosistem yangsangat luas dan komplek serta dapat memelihara kesuburan, sehingga pada akhirnyadapat menciptakan dan memberikan kesuburan bagi perairan kawasan pantai dan sekitarnya Pramudji 2001.

2.4. Ekosistem Lamun