PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Sem
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS
DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Kartika II-2 T.P 2014/2015 pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan
Lingkungan) Oleh KARYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG 2015
(2)
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS
DAN HASIL BELAJAR SISWAPADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 pada Materi
Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan) Oleh
KARYANTI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain pretest-posttest
kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII B dan VII C berjumlah 44 siswa yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa rata-rata nilai keterampilan berkomunikasi tertulis siswa yang diperoleh dari tugas paper dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretest,
posttest dan gain, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji-t dan uji U pada taraf kepercayaan 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata siswa kelas eksperimen memiliki keterampilan berkomunikasi tertulis dengan kriteria “baik” (78,64 ± 0,1).
(3)
Keterampilan siswa memberikan tanggapan/komentar pada paper memiliki kriteria “baik” (82,39 ± 0,46) siswa mampu menuliskan tanggapan yang bersesuaian dengan masalah. Keterampilan memberikan tanggapan/komentar secara kritis dan logis memiliki kriteria “baik” (75,57 ± 0,26) siswa mampu menuliskan tanggapan yang dinyatakan secara kritis dan logis pada paper.
Keterampilan memberikan solusi yang tepat memiliki kriteria “baik” (82,39 ± 0,51) siswa mampu menuliskan solusi yang tepat untuk mengurangi pencemaran dan kerusakan yang ada dalam wacana. Keterampilan memberikan kesimpulan yang logis memiliki kriteria “baik” (76,14 ± 0,37) siswa mampu menuliskan kesimpulan yang logis serta berkaitan dengan tanggapan dan solusi, serta pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan memiliki kriteria “baik” (76,70 ± 0,45) yaitu dengan berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Keterampilan berkomunikasi yang baik ternyata diikuti oleh peningkatan hasil belajar siswa.
Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, dengan rata-rata nilai gain (74,55 ± 9,57). Serta rata-rata indikator kognitif C2 (16,13± 6,66), C3 (22,84± 9,44), dan C4 (8,34± 6,97). Dengan demikian, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : model pembelajaran PBL, keterampilan berkomunikasi tertulis, hasil belajar, pengelolaan lingkungan
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pringsewu pada tanggal 15 januari 1993, anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan bahagia Bapak Prayitno dengan Ibu Ponirah. Nomor telepon (082176594423) Alamat rumah (Jl. Hayam Wuruk/Putri Balau Gg.Mangga V No.91 Kedamaian Bandar Lampung).
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 2 Kedamaian yang
diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 diterima di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2008. Tahun 2008 diterima SMA Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2011 dan pada tahun yang sama penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi.
Penulis melaksanakan Kegiatan Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) tahun 2014 di desa Pantau Kecamatan Balik Bukit Kabupaten Lampung Barat, dan melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negri 2 Pantau Lampung Barat. Tahun 2015 peneliti melakukan penelitian di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
(8)
Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin,
segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala
kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini.
Teriring doa, rasa syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk
orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Ayahanda Prayitno dan ibunda Ponirah
Sosok mulia yang telah membesarkanku mendidik serta mendoakanku dengan
penuh kasih sayang yang tercurah tanpa batas, I Love U
Adikku tercinta Nurma Yunita
Terimakasih untuk segala cinta dan dukungan yang diberikan untukku
(9)
MOTO
Dan sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.
Sesudah kesulitan ada kemudahan.
(QS; Al-Insyirah. 5-6)
“Lakukanlah yang justru kamu takuti, karena yang kamu
takuti itu adalah hal yang akan membuat kamu berhasil”
(10)
xi
SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berkomunikasi Tertulis dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,
Pembimbing Akademik dan Pembimbing II yang telah memberikan saran, bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai;
5. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;
(11)
6. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala bantuan dan ilmu yang telah diberikan.
7. Bapak Drs. Mujeni, MM., selaku kepala SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, dan Ibu Umi Kalsum, S.Si, MP., selaku guru mitra, serta semua pihak di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, yang telah membimbing dan memberikan saran-saran untuk keberhasilan penelitian ini.
8. Keluarga kecilku di kampus, Chintia Monalia, Herlinda Oktarina, Winda Riana, Indah Surya Pertiwi, Zhakia El Shinta, Fadhilah Khairani, Qurota Aina, Tyas Kharimah, Lita Yudhitya, terimakasih atas kebersamaan, keceriaan, dukungan, semangat dan persaudaraan yang telah kita jalani selama ini, semoga Alloh kekalkan persaudaraan kita. Amien.
9. Rekan-rekanku di Pendidikan Biologi, teman se-angkatan 2011, yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk motivasi, dan bantuannya dalam membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amien.
Bandar Lampung, 30 Juni 2015 Penulis,
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintaks Pembelajaran PBL ... 17 2. Lembar obsevasi kemampuan keterampilan berkomunikasi tertulis ... 34 3. Indikator keterampilan komunikasi tertulis siswa ... 34 4. Kriteria tingkat keterampilan tertulis siswa ... 39 5. Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa ... 40 6. Hasil uji normalitas, homogenitas, uji kesamaan dan perbedaan dua
rata – rata nilai pretest, posttest dan N-gain oleh siswa pada kelas
eksperimen dan kontrol ... 41 7. Hasil analisis rata-rata N-gain setiap indikator hasil belajar siswa ... 42
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 9
2. Desain penelitian pretest dan posttest ... 27
3. Tulisan siswa dalam menuliskan tanggapan/komentar. ... 44
4. Tulisan siswa dalam menuliskan solusi ... 45
5. Tulisan siswa dalam menuliskan kesimpulan ... 46
6. Tulisan siswa dalam pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan dalam paper ... 47
7. Jawaban siswa pada soal indikator C2 ... 49
8. Jawaban siswa pada soal indikator C3 ... 50
9. Jawaban siswa pada soal indikator C4 ... 51
(14)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C.Tujuan Penelitian ... 6
D.Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Kerangka Pikir ... 8
G.Hipotesis ... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA A.Problem Based Learning ... 11
B. Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 18
C.Hasil Belajar ... 22
III. METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian ... 26
B. Populasi dan Sampel ... 26
C.Desain Penelitian ... 26
D.Prosedur penelitian ... 27
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 32
F. Teknik Pengumpulan Data ... 33
G.Teknik Analisis Data ... 35
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian Latar Belakang Masalah ... 40
(15)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A.Simpulan ... 53
B. Saran ... 53
DAFTAR PUSTAKA ... 55
LAMPIRAN 1. Silabus ... 59
2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 63
3. Lembar Kerja Siswa ... 74
4. Kunci Jawaban LKS ... 80
5. Rubrik LKS ... 84
6. Kisi-kisi pretest posttest ... 90
7. Soal pretest dan posttest ... 93
8. Kunci Jawaban pretest posttest ... 96
9. Rubrik pretest posttest ... 97
10. Lembar Observasi Keterampilan Tertulis ... 102
11. Paper Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 103
(16)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari memegang peranan yang penting, karena setiap saat semua orang atau kelompok melakukan interaksi. Bila tak ada komunikasi maka yang akan terjadi dalam kehidupan adalah ketidakharmonisan maupun
ketidakcocokkan. Selain itu, Cangara (2007: 59) mengatakan bahwa jika fungsi komunikasi dilihat dari aspek kesehatan, ternyata kalangan dokter jiwa menilai bahwa orang yang kurang berkomunikasi dengan masyarakat mudah terkena ganggguan jiwa (depresi) dan kanker sehingga memiliki kecenderungan cepat meninggal dibanding dengan orang yang senang berkomunikasi. Disinilah pentingnya membangun
komunikasi yang secara harfiah, komunikasi dapat diartikan sebagai kesamaan makna dalam menyampaikan suatu pesan.
Hal ini pun bisa terjadi dalam dunia pendidikan, dalam proses pembelajaran
komunikasi akan menjadi penentu keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Dalam proses belajar-mengajar, komunikasi bukan sekedar penting atau tidak, tetapi
komunikasi yang bagaimana yang memberikan pengaruh baik, bukan hanya pada efektivitas pengajaran, kemampuan anak didik untuk mengerti tetapi komunikasi yang akan berdampak baik pada sikap, perilaku, mental dan cara berpikir di masa depan anak-anak peserta didik (Ramly, 2014: 1). Salah satu komponen dalam
(17)
2
keterampilan proses sains yang sangat dibutuhkan dalam pembelajaran biologi adalah keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi dibagi menjadi dua yaitu berkomunikasi secara langsung dan berkomunikasi secara tidak langsung. Berkomunikasi secara langsung meliputi bertanya, menjawab, dan mendengarkan, sedangkan berkomunikasi tidak langsung adalah tulis. Keterampilan tertulis sangat dibutuhkan dalam
penyampaian informasi terutama dalam pembelajaran Biologi, sehingga untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis harus memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan perwajahan (Semi, 1990: 2).
Namun pada kenyataannya, komunikasi tertulis di dunia pendidikan masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya karya ilmiah indonesia yang diterima di ranah international. CIA Word Factbook 2004 mencatat bahwa Indonesia menempati urutan keempat dengan predikat kepadatan penduduk di dunia. Logikanya, Indonesia dapat memproduksi karya ilmiah lebih banyak dibandingkan dengan negara yang jumlah penduduknya lebih sedikit. Namun, hal itu ternyata tidak berlaku di negara kita ini, Malaysia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari Indonesia ternyata mampu menerbitkan karya ilmiah lebih banyak dari Indonesia. Jumlah karya ilmiah Indonesia hanya sekitar sepertujuh dari jumlah karya ilmiah Malaysia (Priangan, 2014: 1).
Hasil observasi dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, diketahui bahwa keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa dapat dikatakan masih rendah, hal ini dibuktikan dengan lemahnya
(18)
siswa dalam menuangkan ide, menuliskan gagasan, pendapat, atau jawaban atas tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini dikarenakan proses pembelajaran yang belum optimal, guru masih menggunakan metode ceramah, penggunaan metode ceramah akan membuat siswa bersikap pasif karena siswa hanya menyimak dan mendengarkan informasi yang diberikan oleh guru sehingga membuat siswa kurang terlatih untuk menyampaikan gagasan atau ide mengenai permasalahan nyata yang terjadi di lingkungan dalam bentuk laporan tertulis. Selain itu juga, guru lebih senang
memberikan latihan-latihan soal kepada siswa dengan alasan agar siswa dapat lebih memahami materi, namun pada kenyataanya siswa dalam menjawab soal hanya memindahkan jawaban dari buku cetak saja dan juga jawaban tidak sepenuhnya hasil pekerjaan sendiri melainkan melihat pekerjaan teman bahkan mencontek secara keseluruhan.
Pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan khususnya, selama ini guru juga belum menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif mengembangkan pengetahuannya secara mandiri, siswa kurang dilatih dalam pemecahan masalah terkait pengelolaan pencemaran lingkungan. Karena siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep melalui permasalah pencemaran yang terjadi di sekitar lingkungan, sehingga siswa tidak terbiasa belajar dengan diawali permasalahan-permasalahan, menyebabkan siswa kesulitan dalam menyampaikan gagasan atau ide untuk pemecahan masalahnya, hal ini akan
berdampak pada rendahnya keterampilan berkomunikasi tertulis dan juga hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil ulangan siswa kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014, diketahui bahwa rata-rata ketuntasan hasil
(19)
4
belajar siswa pada materi peran manusia dalam mengelola lingkungan hanya 34% dengan rata-rata nilai 59. Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan pada sekolah ini yaitu 70.
Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, diduga bahwa salah satu penyebab adanya kesulitan siswa dalam mengembangkan keterampilan komunikasi tertulis dan memahami konsep biologi adalah pemilihan dan penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang tepat. Oleh sebab itu, perlu model pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan berkomunikasi siswa. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkanketerampilan komunikasi tertulis siswa adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstuktur (ill structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berfikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru (Hosnan, 2014: 298).Ditinjau secara umum, model PBL terdiri dari menyajikan masalah kepada siswa situasi masalah yang
autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri, salah satu ciri khusus dari model PBL adalah penyelidikan autentik, siswa harus melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata (Trianto, 2007: 69). Melalui masalah dunia nyata tersebut, siswa akan tertantang untuk melakukan aktivitas pemecahan masalah sehingga dapat melatih keterampilan berkomunikasi tertulis siswa yang dituangkan dalam pemecahan masalahnya. Dengan demikian diharapkan aktivitas
(20)
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas akan lebih dominan dilakukan oleh siswa sehingga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar.
Beberapa penelitian yang menunjukkan keberhasilan penggunaan model PBL terhadap peningkatan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian Prima dan Kaniawati (2014: 4) menunjukkan bahwa setelah penerapan model PBL keterampilan berkomunikasi kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan kategori tinggi. Penelitian Wulandari (2013: 186) menunjukkan bahwa setelah penerapan model PBL hasil belajar siswa yang diajar dengan model PBL lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan metode
pembelajaran demonstrasi. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) terhadap Keterampilan Berkomunikasi Tertulis dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan.”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan model pembelajaran PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?
(21)
6
2. Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan
lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
2. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran PBL
2. Bagi guru, dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda dalam mempelajari materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
4. Bagi sekolah, memberikan sumbang pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran biologi di sekolah melalui model PBL
(22)
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu dikemukakan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL. Prosedur pembelajaran berbasis masalah yakni: (1) mengorientasikan siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (3) membimbing penyelidikan/inquiri individu maupun kelompok; (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan (5) mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan masalah (Amri, 2013: 13). 2. Keterampilan berkomunikasi tertulis yang diamati dalam penelitian ini mencakup
lima indikator yakni: (1) tanggapan/ komentar bersesuaian dengan permasalahan; (2) tanggapan/ komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) Solusi yang tepat; (4) kesimpulan yang logis; (5) pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan (Anonim, 2013: 2)
3. Peningkatan hasil belajar yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretest, posttest, dan N-Gain
4. Materi pokok yang diteliti yaitu Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan (KD 7.4 mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan)
5. Sampel penelitian adalah kelas VII B yang berjumlah 44 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII C yang berjumlah 44 siswa sebagai kelas kontrol di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015
(23)
8
F. Kerangka Pikir
Pembelajaran biologi merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan alam. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa biologi merupakan pelajaran yang cukup sulit dipahami, banyak hal yang masih dianggap abstrak untuk mereka pahami. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya penggunaan model
pembelajaran yang tepat. Guru masih sering menggunakan metode konvensional, siswa lebih banyak mengandalkan informasi yang datang dari guru. Sedangkan dalam pembelajaran Biologi siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, dan guru hanya sebagai fasilitator yang membantu dan membimbing siswa agar proses pencarian itu berjalan dengan baik.
Upaya meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan, siswa perlu didorong untuk secara aktif melakukan kegiatan agar dapat memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran sehingga siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang diduga dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa adalah model PBL. Pada model PBL tahap pertama yaitu Orientasi siswa pada masalah, pada tahap ini siswa diberikan masalah oleh guru yang harus diberikan solusi atau pemecahan masalahnya. Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, pada tahap ini siswa dilatih dalam menganalisis suatu masalah kemudian memberikan pemecahan
masalahnya. Pada tahapan ketiga siswa mengumpulkan informasi untuk mendapatkan pemecahan masalah, kemudian di tahapan keempat siswa menyajikan hasil karyanya.
(24)
Di tahap keempat ini siswa mulai terlatih dalam menuliskan gagasan, pendapat, atau tanggapan mengenai pemecahan masalah atau solusi yang harus dilakukan. Dalam tulisan tersebut siswa dapat menginformasikan atau membuat laporan yang akan dibaca oleh teman-temannya, sehingga secara tidak langsung hal ini mengasah keterampilan berkomunikasi tertulis yang berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Dimana variabel bebasnya adalah pengaruh model pembelajaran PBL, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.
Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat ditujukan pada tabel dibawah ini:
Keterangan :
X = Model Problem Based Learning (PBL) Y1 = Keterampilan Berkomunikasi Tertulis Y2 = Hasil Belajar
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. X
Y1
(25)
10
G. Hipotesis
“Dengan menerapkan model PBL dapat mempengaruhi keterampilan berkomunikasi
tertulis dan hasil belajar siswa pada kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung dalam pembelajaran materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan”.
(26)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Problem Based Learning (PBL)
PBL pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada (Rusman, 2014: 242). PBL adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran (Kunandar, 2009: 354). Hal ini sependapat dengan Hosnan (2014: 298) bahwa model ini bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah serta mendapatkan pengetahuan konsep-konsep penting, tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri.
Suryani dan Agung (2012: 112-113) mengatakan bahwa secara umum penerapan model pembelajaran berbasis masalah dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat
(27)
12
berasal dari peserta didik atau dari pendidik. Peserta didik akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam PBL harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian peserta didik belajar memecahkan masalah secara sistematis dan terencana.
Adapun ciri-ciri PBL menurut Hosnan (2014: 296) adalah : a. Pengajuan masalah atau pertanyaan
pengaturan pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu
masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu.
c. Penyelidikan yang autentik
penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisi informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan dan memamerkan hasil/karya
(28)
penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporan.
e. Kolaborasi
pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama antarsiswa dengan guru.
Menurut Hosnan ( 2014: 299) tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri. PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik. Hal ini sependapat dengan Kunandar (2009: 356), bahwa tujan dari PBL adalah : (a) Membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik. (b) Membantu peserta didik mengembangkan
kemampuan berpikir, pemcehan masalah, dan keterampilan intelektual. (c) Belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi. (d) Menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.
Model PBL memiliki berbagai potensi manfaat bagi siswa antara lain (1) siswa akan menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar, (2) siswa akan meningkatkan focus pada pengetahuan yang relevan, (3)
(29)
14
mendorong siswa untuk berfikir, (4) siswa akan membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan social, (5) dapat membangun kecakapan belajar (life-long learning skills), dan (6) memotivasi siswa (Amir, 2013: 27-29).
Pembelajaran dengan model PBL dapat memfasilitasi siswa untuk turut dalam pembelajaran sehingga pengalaman belajar siswa bertambah. Model PBL dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan
keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan pembagian kerja. Dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian (Sukmadinata, 2007: 179).
Dalam pelaksanaannya, PBL tentunya memiliki keunggulan dan kelemahan. Menurut Sudrajat (2011: 2) pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) memiliki beberapa keunggulan, diantaranya: (1) siswa lebih memahami konsep yang diajarkan sebab mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut; (2) melibatkan secara aktif memecahkan masalah dan menuntut keterampilan berpikir siswa yang lebih tinggi; (3) pengetahuan tertanam berdasarkan skemata yang dimiliki siswa sehingga pembelajaran lebih bermakna; (4) siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran sebab masalah-masalah yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata, hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap bahan yang dipelajari; (5) menjadikan siswa lebih mandiri dan dewasa,
(30)
mampu memberi aspirasi dan menerima pendapat orang lain, menanamkan sikap sosial yang positif diantara siswa; dan (6) pengkondisian siswa dalam belajar kelompok yang saling berinteraksi terhadap pembelajar dan temannya sehingga pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diharapkan. Selain itu, pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) diyakini pula dapat menumbuhkan-kembangkan kemampuan kreatifitas siswa, baik secara individual maupun secara kelompok karena hampir di setiap langkah menuntut adanya keaktifan siswa.
Sedangkan kelemahan PBL antara lain: (1) Pembelajaran tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembelajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah. (2) dalam suatu kelas yang memiki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan terjadi kesulitan dalam pembagian tugas. (3) PBL kurang cocok untuk
diterapkan di sekolah dasar karena masalah kemampuan bekerja dalam kelompok. PBL sangat cocok untuk mahasiswa perguruan tinggi atau paling tidak sekolah menengah. (4) PBL biasanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit sehingga dikhawatirkan tidak dapat menjangkau seluruh konten yang diharapkan walapun PBL berfokus pada masalah bukan konten materi. (5) membutuhkan kemampuan guru yang mampu mendorong kerja siswa dalam kelompok secara efektif, artinya guru harus memilki kemampuan memotivasi siswa dengan baik. (6) adakalanya sumber yang dibutuhkan tidak tersedia dengan lengkap (Lidinillah, 2009: 5-6).
(31)
16
Menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinarhayu (2005: 88) model PBL memiliki 5 asumsi utama yaitu:
1. Permasalahan sebagai pemandu.
Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan yang diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas.
2. Permasalahan sebagai kesatuan.
Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannnya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan masalah.
3. Permasalahan sebagai contoh.
Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok.
4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses. Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpikir kritis.
5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktifitas belajar.
Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui aktifitas pemecahan masalah. Keterampilan dimaksudkan meliputi keterampilan
(32)
fisik. Keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan, dan keterampilan meta kognitif.
Suryani dan Agung (2012: 112) menyatakan bahwa ada beberapa cara menerapkan pembelajaran berbasis masalah (PBM) dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Masalah tersebut dapat berasal dari peserta didik atau dari pendidik. Peserta didik akan memusatkan
pembelajaran di sekitar masalah tersebutu, dengan arti lain, peserta didik belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.
Hosnan (2014: 300) menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah terdiri atas lima langkah utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa, 5 tahap utama dalam model PBL yaitu:
Tabel 1. Sintak Pembelajaran berdasarkan Masalah (PBL)
Tahap Tingkah laku guru Tahap- 1
Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah antar disiplin Tahap- 2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap- 3
Membimbing penyelidikan individual maupun
kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap- 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa untuk merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk memberi tugas dengan temannya
(33)
18
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Sumber: (Amri, 2013: 13).
Lloyd-jones, Margeston and Bligh (dalam Barret, 2005: 14) menyatakan bahwa tiga unsur yang menonjol dalam pembelajaran dengan model PBL yaitu adanya pemicu masalah, identifikasi isu-isu oleh siswa dan penggunaan pengetahuan untuk memajukan pemahaman terhadap masalah. Penelitian yang dilakukan Sariadi, Ketut dan Syahruddin (2014: 11) bahwa dengan penggunaan model PBL dalam pembelajaran IPA di kelas dapat
menghadirkan situasi nyata di dalam kelas, yang digunakannya sebuah masalah sebagai stimulus dalam pembelajaran, dan menuntut siswa untuk memecahkan masalah tersebut secara sistematis menurut prosedur ilmiah, yang dilakukan secara berkelompok. Dengan model pembelajaran berbasis masalah, siswa dengan bekerja secara kelompok dapat mengkonstruksi pengetahuan, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Jadi penggunaan model PBL dalam
pembelajaran IPA, dapat meningkatkan prestasi belajar IPA.
B. Keterampilan Bekomunikasi (Tertulis)
Menurut Sanjaya (2014: 79) Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima dengan maksud untuk memengaruhi penerima pesan. Menurut Amri (2013: 127) komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih sehingga informasi yang diperoleh bisa dimengerti atau dipahami. Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 143) Komunikasi dapat diartikan sebagai
(34)
menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Hal ini didasarkan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan dan kebutuhan orang lain pada diri kita.
Ditunjau dari sifatnya kemampuan komunikasi dibedakan menjadi
kemampuan berkomunikasi tertulis dan komunikasi lisan. Menurut Dalman (2014: 1) Komunikasi yang dilakukan secara lisan bearti seseorang itu dapat langsung menyampaikan pesan kepada lawan bicaranya sehingga pesan sampai kepada yang dituju, sedangkan secara tulisan lebih cenderung
terstruktur dan teratur karena pesan yang akan disampaikan kepada penerima pesan dan waktunya pun cenderung lebih lama, namun isi pesan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat luas
Tarigan (2008: 3) Mengatakan bahwa menulis merupakan keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Nurjamal dan Sumirat (2011: 4) mengatakan keterampilan tertulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Menulis tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan
menyebarluaskan informasi dan ilmu pengetahuan. Sedangkan menurut Marwoto, Suyatmi, dan Suyitno (1987: 12) menulis merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan ide-ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan
pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas, runtun, gagasan, ekspresif, enak dibaca dan dipahami orang lain
(35)
20
Dalman (2014: 12) mengatakan bahwa proses menulis merupakan
serangkaian aktivitas yang terjadi. Dalam kenyataannya, pengungkapan suatu tujuan dalam sebuah tulisan tidak dapat secara ketat, melainkan sering
bersinggungan dengan tujuan-tujuan yang lain. Akan tetapi, biasanya dapat diusahakan ada satu tujuan yang domain dalam sebuah tulisan yang memberi nama keseluruhan tulisan atau karangan tersebut. Ditinjau dari sudut
kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan, yaitu sebagai berikut.
a. Tujuan Penugasan
Pada umumnya para pelajar, menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisan ini biasanya berupa makalah, laporan, ataupun karangan bebas.
b. Tujuan Estetis
Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. c. Tujuan Penerangan
Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu media yang berisi tulisan dengan tujuan penerangan. Tujuan utama penulis membuat tulisan adalah untuk memberi informasi kepada pembaca.
d. Tujuan Pernyataan diri
Bentuk tulisan ini misalnya surat perjanjian maupun surat pernyataan. Jadi, penulisan surat, baik surat pernyataan maupun surat perjanjian seperti ini merupakan tulisan yang bertujuan untuk pernyataan diri.
(36)
e. Tujuan Kreatif
Menulis sebenarnya selalu berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam menulis karya sastra, baik itu berbentuk puisi maupun prosa. f. Tujuan Konsumtif
Ada kalanya sebuah tulisan diselesaikan untuk dijual dan dikonsumsi oleh pembaca
Menurut Tarigan (2008: 97) komunikasi tulis cendrung lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa, dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Sang penulis biasanya telah memikiri dalam-dalam setiap kalimat sebelum dia menulis naskahnya, dia sering memeriksa memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan tulisannya. Dalman (2014: 6) mengemukakan bahwa menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini,
diantaranya yakni: (1) peningkatan kecerdasan; (2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; (3) penumbuhan keberanian; dan (4) pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.
Anonim (2013: 2) mengemukakan bahwa mengajarkan berkomunikasi merupakan hal yang penting di dunia pendidikan, yang tertulis di dalam jurnal yaitu mengajarkan komunikasi menurut ahli merupakan hal yang penting untuk mempersiapkan siswa berkomunikasi lebih baik dengan teman sebaya dan akademis, merumuskan pertanyaan untuk belajar. Hal ini tidak terpisahkan untuk mempersiapkan mereka ke lingkungan yang profesional
(37)
22
dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi sebagai lulusan yang siap di dunia pekerjaan.
C. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar (Dimyati dan Mujiono, 2002: 3). Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses
pembelajaran. Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan
-kemapuan siswa setelah aktifitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar. Dengan demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami pembelajaran (Sudjana, 2005: 3).
Selain itu hasil belajar merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut. Hasil belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi hasil belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 201) evaluasi hasil belajar adalah sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.
(38)
Menurut Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002: 10) berakhirnya suatu proses pembelajaran, maka siswa memperoleh hasil belajar. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses pembelajaran antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperanan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektualadalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip.
3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5. Sikapadalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan
(39)
24
Slameto (1991: 131) mengatakan bahwa hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas.
Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 23-28) aspek kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut :
1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan.
2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari.
3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa
hal berdasarkan kriteria tertentu.
(40)
Menurut Arikunto (2008: 253) beberapa tes yang dilakukan guru untuk menilai keberhasilan siswa, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar jawaban soal ulangan dan karya atau benda. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
Selain diukur dalam bentuk nilai, hasil belajar juga dapat diamati dan diukur dari perubaha tingkah laku diri siswa. Sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 155) bahwa hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan terjadinya pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sehingga dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan berpikir dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.
(41)
26
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015, yaitu pada bulan Maret bertempat di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari empat kelas. Dari seluruh populasi yang ada diambil dua kelas sebagai sampel penelitian dengan cara purposive sampling (gambar 2) (Sukardi, 2008: 64). Terpilih kelas VII B dengan jumlah siswa 44 sebagai kelas kontrol dan kelas VII C dengan jumlah siswa 44 siswa sebagai kelas eksperimen.
C. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest
kelompok non ekuivalen. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model PBL, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi. Kedua kelas diberi
pretest dan posttest yang sama kemudian hasil pretest dan posttest pada kedua kelompok subjek dibandingkan.
(42)
Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Paper
I O1 X O2 O3
II O1 C O2 O3
Keterangan :
I = Kelas eksperimen II = Kelas control O1 = Pretest O2 = Posttest O3 = Paper
X = Perlakuan menggunakan model PBL C = Perlakuan menggunakan metode diskusi
Gambar 2. Desain penelitian pretest-posttest kelompok non ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah tahap tersebut adalah sebagai berikut:
1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut:
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke SMP Kartika II-2 Bandar Lampung, tempat diadakannya penelitian.
b. Mengadakan observasi dan wawancara di SMP Kartika II-2 Bandar Lampung untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian.
c. Melakukan sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d.Mengambil data yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.
(43)
28
e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan.
f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest, posttest, dan paper
yang berisikan tanggapan/komentar, solusi, dan kesimpulan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model
pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
2.1 Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran PBL)
A. Kegiatan Awal
1. Siswa mengerjakan soal pretest dalam bentuk uraian untuk materi pokok pencemaran dan kerusakan lingkungan.
2. Apersepsi:
a. Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan banyak sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang ditimbulkan dari pemandangan yang terlihat pada gambar? Apakah yang kalian lakukan jika hal tersebut terjadi disekitar kalian?”
b. Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang
(44)
melakukan penanaman pohon. Kemudian guru memberikan pertanyaan. “Apakah manfaat dari penanaman pohon tersebut?”
3. Motivasi :
a. Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga lingkungan di sekitar kita.
b. Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan
B. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan secara acak, setiap kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin berbeda (heterogen) 2. Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar yang
berhubungan dengan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
3. Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi
permasalahan kepada setiap kelompok dan didiskusikan bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing (Orientasi siswa terhadap masalah)
(45)
30
5. Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang ada dalam LKS dan dibantu dalam menyimpulkan hasil diskusi yang tertera dalam LKS (Mengorganisasikan siswa untuk belajar, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
6. Siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan.
7. Perwakilan dari salah satu kelompok maju mempresentasikan hasil pengamatannya, kelompok lainnya memperhatikan untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan.
C. Kegiatan Penutup
1. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi (Mengevaluasi proses pemecahan masalah)
2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai materi yang telah dibahas.
3. Siswa mengerjakan soal posttest
4. Guru menyampaikan tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya..
2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) A. Kegiatan Awal
1. Siswa mengerjakan soal pretest dalam bentuk uraian untuk materi pokok pencemaran lingkungan.
(46)
a. Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan banyak sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang
ditmbulkan dari sungai yang tercemar sampah? Apakah yang kalian lakukan jika masalah tersebut terjadi di lingkungan sekitar kalian?”
b. Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang menanam pohon. Kemudian guru memberikan pertanyaan. “Apakah manfaat dari menanam pohon?” 3. Motivasi
a. Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya manusia dalam pengelolaan untuk mengatasi pencemaran lingkungan
b. Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui upaya manusia dalam pengelolaan
lingkungan dalam mengatasi kerusakan lingkungan
B. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan secara acak, setiap kelompok terdiri dari enam sampai tujuh orang yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin berbeda (heterogen)
(47)
32
2. Setiap kelompok memperoleh LKS yang harus dikerjakan bersama.
3. Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi, mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS serta mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal dalam LKS dengan sumber buku pelajaran biologi
4. Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan. 5. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan siswa
lainnya.
6. Siswa memperoleh evaluasi dari guru mengenai hasil diskusi LKS yang telah dikerjakan.
C. Kegiatan Penutup
1. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.
2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai materi yang telah dibahas.
3. Siswa mengerjakan soal posttest.
4. Guru menyampaikan tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data
(48)
Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar yang berasal dari pretest dan postest hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Kemudian dihitung selisih antara nilai
pretest dengan posttest dalam bentuk N-gain.
b. Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data keterampilan tertulis yang diperoleh dari hasil observasi melalui tugas karangan (paper) yang diberikan kepada siswa tentang materi pokok peran manusia dalam pengelolaan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan model PBL setelah proses pembelajaran berlangsung.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut:
a. Pretest dan Posttest
Data penugasan berupa nilai pretestdanpostest. Nilai pretest yang diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai posttest diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian sejumlah 4 soal.
b. Lembar Observasi Keterampilan Tertulis
Lembar observasi keterampilan tertulis siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran berakhir yaitu pada saat siswa mengumpulkan tugas yang diberikan. Aspek yang diamati yaitu: : (1)
(49)
34
tanggapan/ komentar bersesuaian dengan permasalahan; (2) tanggapan/ komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) solusi yang tepat; (4) kesimpulan yang logis; (5) pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan. Setiap paper akan diamati point keterampilan tertulisnya yang dilakukan dengan cara memberi skor nilai pada lembar observasi sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
Tabel 2 Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Tertulis Siswa
No Nama Siswa Aspek yang di amati
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 Dst Jumlah Skor Skor Maksimum Presentase Kriteria
Catatan: Berilah skor pada setiap item sesuai dengan aspek penilaian. Sumber: Darojah (2011: 48)
Tabel 3. Keterangan aspek penilaian keterampilan komunikasi tertulis siswa
Aspek Skor Deskripsi
a) Tanggapan/ komentar
bersesuaian dengan masalah
1 Tanggapan/ komentar tidak
bersesuaian dengan masalah
2 Tanggapan/ komentar kurang
bersesuaian dengan masalah
3 Tanggapan/ komentar bersesuaian
dengan masalah
4 Tanggapan/ komentar sangat
bersesuaian dengan masalah
b) Taggapan/komentar
dinyatakan secara kritis dan logis
1 Taggapan/komentar dinyatakan tidak
kritis dan logis
2 Taggapan/komentar dinyatakan
kurang kritis dan logis
3 Taggapan/komentar dinyatakan kritis
dan logis
4 Taggapan/komentar dinyatakan
(50)
c) Solusi yang tepat 1 Memberikan solusi yang tidak tepat
2 Memberikan solusi yang kurang tepat
3 Memberikan solusi yang tepat
4 Memberikan solusi yang sangat tepat
d) Kesimpulan yang logis 1 Kesimpulan tidak logis
2 Kesimpulan kurang logis
3 Kesimpulan logis
4 Kesimpulan sangat logis
e) Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan
1 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan
tulisan tidak baik
2 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan
tulisan kurang baik
3 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan
tulisan baik
4 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan
tulisan sangat baik
Sumber: (Anonim, 2013: 2)
G. Teknik Analisis data 1. Data Kuantitatif
Nilai pretest, posttest, dan Gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:
Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :
Keterangan :
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
Untuk mendapatkan N- Gain pada setiap pertemuan, menggunakan formula Hake (dalam Loranz, 2008:3) sebagai berikut:
N- X100
X Z X Y Gain Keterangan : X = nilai tes awal
(51)
36
Y = nilai tes akhir Z = skor maksimum
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.
1. Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal H1 = Sampel tidak berdistribusi normal 2. Kriteria Pengujian
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).
b. Uji Kesamaan Dua Varians
Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.
1. Hipotesis
H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda
2. Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:71).
c. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan
(52)
menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.
1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
H0 = Rata-rata Gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata Gain kedua sampel tidak sama b) Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).
2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
a) Hipotesis
H0 = rata-rata Gain pada kelompok eksperimen lebih rendah atau sama dengan kelompok kontrol.
H1 = rata-rata Gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.
b) Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).
d. Uji Mann-Whitney U
Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji U
(53)
38
1) Hipotesis
H0 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama
H1 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama
2) Kriteria Uji
H0 ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya H0 diterima
2. Data Kualitatif
a. Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa
Data keterampilan berkomunikasi tertulis siswa diambil setelah proses pembelajaran berlangsung yang diambil melalui tugas paper. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks keterampilan berkomunikasi tertulis siswa. Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1) Menghitung rata–rata skor keterampilan berkomunikasi tertulis
siswa menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NA = Skor keterampilan berkomunikasi tertulis siswa siswa per aspek
R = Jumlah skor yang diperoleh
SM = Jumlah skor maksimum (Iqma, 2009: 88).
2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 4.
(54)
Tabel 4. Kriteria tingkat keterampilan tertulis siswa
Sumber: Iqma (2009: 80).
Skor Kriteria
85 – 100 75 - 84 66 - 74 55 - 65 < 55
Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang
(55)
53
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis siswa pada materi Peran Manusia dalam
Pengelolaan Lingkungan dengan berkriteria “Baik”.
2. Penggunaan model pembelajaranPBLberpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Bagi siswa, untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran sebaiknya setiap siswa mendapatkan buku penunjang agar semua siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya dan aktif dalam proses pembelajaran
2. Bagi guru, dapat menerapkan model pembelajaran PBL untuk menjadikan kegiatan pembelajaran lebih aktif, menarik, dan meningkatkan
(56)
3. Guru diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu dalam setiap sintaks pembelajaran PBL, karena penerapan model
pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan agar pembentukan kelompok dilakukan pada waktu sebelum jam
dimulainya proses pembelajaran, agar lebih mengefisienkan waktu. 4. Bagi sekolah, dengan menerapkan model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
5. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan model PBL, sebelum melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran PBL di kelas, sebaiknya diterapkan terlebih dahulu model tersebut sebelum pengambilan data agar siswa sudah mengetahui langkah-langkah pada model ini
(57)
55
DAFTAR PUSTAKA
.
Anonim. 2013. Comunication Skills. Online (Jurnal). Diakses dari
http://www.deakin.edu.au/currentstudents/services/careers/mycoursemycareer/sciet h/enginering/communication.php. (Rabu, 10 Februari 2015: 22.15 WIB) 14 hlm Amir, M. T. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning : Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 136 hlm
Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 282 hlm
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Kependidikan. Bina Aksara. Jakarta. 228 hlm Baret, T. 2005. Handbook of Enquiry & Problem Based Learning. Online (Jurnal).
Diakses dari http://www.aishe.org/readings/2005-2/chapter2.pdf. (Selasa, 10 Februari 2015: 20:00 WIB) 9 hlm
Cangara, H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 207 hlm Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Raja Grafindo Persada. Jakarta.314 hlm Darojah, R.U. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Dengan Media
Film Animasi Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 172 hlm
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta 298 hlm Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara.
Jakarta. 325 hlm
Hosnan, M. 2014. Pembelajaran Saitifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor. 486 hlm
Iqma, N. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Model Think Pair Share dengan Media Komik Bermuatan Cinta Lingkungan pada Peserta Didik (Skripsi). (Online). Diakses dari http://www.academia.Edu/3506243/
(58)
Keterampilan_Menulis_Teks_Berita_Menggunakan_Model_Think_Pair_Share dengan_Media_Komik_Bermuatan_Cinta_Lingkungan_pada_Peserta_Didik (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 170 hlm
Juju, M. 2013. Category Archives: global warming. Online (Gambar). Diakses dari https://jujubandung.wordpress.com/category/global-warming/page/2/. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 15 hlm
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 321 hlm
Lidinillah, D.A.M. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Online [jurnal] http://file.upi.edu/Direktori/KDTASIKMALAYA/DIND
IN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_%28KD-TASIKMALAYA%29-19790113 2005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Problem %20Based%20Learning.pdf. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014. Pukul 22.51 WIB. 8 hlm
Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.
http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/archives/di scipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. (kamis, 11 Desember 2014: 19.44). 7 hlm
Manuel, F. Pencemaran Air, Udara dan Tanah. Online (Gambar). Diakses dari http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/10/artikel-pencemaran-air-udara-dan-tanah.html. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 7 hlm
Marwoto. Suyatmi dan Suyitno. 1987. Komposisi Praktis. Handinita. Yogyakarta. 220 hlm
Nurjamal, D dan W, Sumirat. 2011. Terampil Berbahasa. Alfabeta. Bandung. 268 hlm Pannen, P.D., Mustafa, dan M. Sekarwinahayu. 2005. Konstruktivisme dalam
pembelajaran. PAU. PPAI. Direktorat jenderal pendidikan tinggi.
DEPDIKNAS.Jakarta. 397 hlm
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta. 254 hlm
Priangan, A. 2014. Budaya Menulis di Zona Perguruan Tinggi. Online. Diakses dari http://prianganaulia.blogspot.com/2014/02/budaya-menulis-di-zona-perguruan-tinggi.html. (Selasa, 10 Februari 2015: 20.40 WIB). 6 hlm
(59)
57
Prima, E. C dan Kaniawati. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Elastisitas Pada Siswa Sma. Online (Jurnal). Diakses dari https://www.academia.edu/ 3606343/PenerapanModelPembelajaranProblemBasedLearningdenganPendekatanI nkuiriuntukMeningkatkanKeterampilanProsesSainsdanPenguasaanKonsepElastisita spadaSiswaSMA. (3 Februari 2015, 12:48 WIB). 12 hlm
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung. 165 hlm
Ramly, A. T. 2014. Pentingnya Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar. Online. Diakses dari http://pumpingpublisher.com/blog/pentingnya-komunikasi-dalam-proses-belajar-mengajar/. (Selasa, 10 Februari 2015: 22.30 WIB). 4 hlm
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru.
Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 418 hlm
Sanjaya, W. 2014. Media Komunikasi Pembelajaran. Kencana Prenada Media. Jakarta. 276 hlm
Sariadi, K.N, Ketut, P. dan Syahruddin. 2014. Penerapan Model pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPA Kelas V SD. Online (Jurnal) Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article145755&val= 1342&title=PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS% 20MASALAH%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20HASIL%20BELAJAR%2 0IPA%20KELAS%20V%20SD (Selasa, 10 Februari 2015: 23.00 WIB) 12 hlm Semi, A. 1990. Menulis Efektif. Angkasa Raya. Padang. 145 hlm
Slameto, 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta. 195 hlm
Sudjana. 2002. Metoda Stastitika. Tarsito. Bandung. 430 hlm
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 168 hlm
Sudrajat, A. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. https://akhmadsud
rajat.wordpress.com/2011/09/28/pembelajaran-berdasarkan-masalah/. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014. Pukul 22.20 WIB. 2 hlm
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta. 244 hlm
Sukmadinata, N.S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 325 hlm
(60)
Suryani, N dan L Agung, 2012. Strategi Belajar Mengajar. Ombak. Yogyakarta. 273 hlm Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa Bandung.
Bandung. 204 hlm
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Surabaya. 209 hlm
Wulandari, B. 2013. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Online (Jurnal).Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138040&val=438. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.56 WIB).
(1)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis siswa pada materi Peran Manusia dalam
Pengelolaan Lingkungan dengan berkriteria “Baik”.
2. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan.
B. Saran
Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan sebagai berikut.
1. Bagi siswa, untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran sebaiknya setiap siswa mendapatkan buku penunjang agar semua siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya dan aktif dalam proses pembelajaran
2. Bagi guru, dapat menerapkan model pembelajaran PBL untuk menjadikan kegiatan pembelajaran lebih aktif, menarik, dan meningkatkan
(2)
3. Guru diharapkan lebih cermat dan tepat dalam mempertimbangkan waktu dalam setiap sintaks pembelajaran PBL, karena penerapan model
pembelajaran PBL membutuhkan waktu yang cukup lama dan disarankan agar pembentukan kelompok dilakukan pada waktu sebelum jam
dimulainya proses pembelajaran, agar lebih mengefisienkan waktu. 4. Bagi sekolah, dengan menerapkan model pembelajaran PBL dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
5. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan model PBL, sebelum melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran PBL di kelas, sebaiknya diterapkan terlebih dahulu model tersebut sebelum pengambilan data agar siswa sudah mengetahui langkah-langkah pada model ini
(3)
DAFTAR PUSTAKA
.
Anonim. 2013. Comunication Skills. Online (Jurnal). Diakses dari
http://www.deakin.edu.au/currentstudents/services/careers/mycoursemycareer/sciet h/enginering/communication.php. (Rabu, 10 Februari 2015: 22.15 WIB) 14 hlm Amir, M. T. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning : Bagaimana
Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 136 hlm
Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 282 hlm
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Kependidikan. Bina Aksara. Jakarta. 228 hlm Baret, T. 2005. Handbook of Enquiry & Problem Based Learning. Online (Jurnal).
Diakses dari http://www.aishe.org/readings/2005-2/chapter2.pdf. (Selasa, 10 Februari 2015: 20:00 WIB) 9 hlm
Cangara, H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 207 hlm Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Raja Grafindo Persada. Jakarta.314 hlm Darojah, R.U. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Dengan Media
Film Animasi Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 172 hlm
Dimyati dan Mujiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta 298 hlm Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara.
Jakarta. 325 hlm
Hosnan, M. 2014. Pembelajaran Saitifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor. 486 hlm
Iqma, N. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Model Think Pair Share dengan Media Komik Bermuatan Cinta Lingkungan pada Peserta Didik (Skripsi). (Online). Diakses dari http://www.academia.Edu/3506243/
(4)
Keterampilan_Menulis_Teks_Berita_Menggunakan_Model_Think_Pair_Share dengan_Media_Komik_Bermuatan_Cinta_Lingkungan_pada_Peserta_Didik (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 170 hlm
Juju, M. 2013. Category Archives: global warming. Online (Gambar). Diakses dari https://jujubandung.wordpress.com/category/global-warming/page/2/. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 15 hlm
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 321 hlm
Lidinillah, D.A.M. 2009. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Online [jurnal] http://file.upi.edu/Direktori/KDTASIKMALAYA/DIND
IN_ABDUL_MUIZ_LIDINILLAH_%28KD-TASIKMALAYA%29-19790113 2005011003/132313548%20-%20dindin%20abdul%20muiz%20lidinillah/Problem %20Based%20Learning.pdf. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014. Pukul 22.51 WIB. 8 hlm
Loranz, D. 2008. Gain Score. Google.
http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/archives/di scipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. (kamis, 11 Desember 2014: 19.44). 7 hlm
Manuel, F. Pencemaran Air, Udara dan Tanah. Online (Gambar). Diakses dari http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/10/artikel-pencemaran-air-udara-dan-tanah.html. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 7 hlm
Marwoto. Suyatmi dan Suyitno. 1987. Komposisi Praktis. Handinita. Yogyakarta. 220 hlm
Nurjamal, D dan W, Sumirat. 2011. Terampil Berbahasa. Alfabeta. Bandung. 268 hlm Pannen, P.D., Mustafa, dan M. Sekarwinahayu. 2005. Konstruktivisme dalam
pembelajaran. PAU. PPAI. Direktorat jenderal pendidikan tinggi. DEPDIKNAS. Jakarta. 397 hlm
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta. 254 hlm
Priangan, A. 2014. Budaya Menulis di Zona Perguruan Tinggi. Online. Diakses dari http://prianganaulia.blogspot.com/2014/02/budaya-menulis-di-zona-perguruan-tinggi.html. (Selasa, 10 Februari 2015: 20.40 WIB). 6 hlm
(5)
Prima, E. C dan Kaniawati. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Elastisitas Pada Siswa Sma. Online (Jurnal). Diakses dari https://www.academia.edu/ 3606343/PenerapanModelPembelajaranProblemBasedLearningdenganPendekatanI nkuiriuntukMeningkatkanKeterampilanProsesSainsdanPenguasaanKonsepElastisita spadaSiswaSMA. (3 Februari 2015, 12:48 WIB). 12 hlm
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung. 165 hlm
Ramly, A. T. 2014. Pentingnya Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar. Online. Diakses dari http://pumpingpublisher.com/blog/pentingnya-komunikasi-dalam-proses-belajar-mengajar/. (Selasa, 10 Februari 2015: 22.30 WIB). 4 hlm
Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 418 hlm
Sanjaya, W. 2014. Media Komunikasi Pembelajaran. Kencana Prenada Media. Jakarta. 276 hlm
Sariadi, K.N, Ketut, P. dan Syahruddin. 2014. Penerapan Model pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa IPA Kelas V SD. Online (Jurnal) Diakses dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article145755&val= 1342&title=PENERAPAN%20MODEL%20PEMBELAJARAN%20BERBASIS% 20MASALAH%20UNTUK%20MENINGKATKAN%20HASIL%20BELAJAR%2 0IPA%20KELAS%20V%20SD (Selasa, 10 Februari 2015: 23.00 WIB) 12 hlm Semi, A. 1990. Menulis Efektif. Angkasa Raya. Padang. 145 hlm
Slameto, 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta. 195 hlm
Sudjana. 2002. Metoda Stastitika. Tarsito. Bandung. 430 hlm
Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. 168 hlm
Sudrajat, A. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. https://akhmadsud
rajat.wordpress.com/2011/09/28/pembelajaran-berdasarkan-masalah/. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014. Pukul 22.20 WIB. 2 hlm
Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta. 244 hlm
Sukmadinata, N.S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 325 hlm
(6)
Suryani, N dan L Agung, 2012. Strategi Belajar Mengajar. Ombak. Yogyakarta. 273 hlm Tarigan, H.G. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Angkasa Bandung.
Bandung. 204 hlm
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Surabaya. 209 hlm
Wulandari, B. 2013. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Online (Jurnal).Diakses dari
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138040&val=438. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.56 WIB).