PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, B
ii ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI
TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN
LINGKUNGAN
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20142015)
Oleh
CHINTIA MONALIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain pretest -posttest kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII C berjumlah 21 siswa yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa rata-rata nilai keterampilan berkomunikasi tertulis siswa yang diperoleh dari tugas paper dan dianalisis melalui lembar observasi keterampilan tertulis, serta data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretest, posttest dan N-gain, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji-t.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata keterampilan berkomunikasi tertulis siswa kelas eksperimen untuk keseluruhan memperoleh kriteria “Baik” (81,19 ± 0,10) . Keterampilan menuliskan tanggapan/komentar bersesuaian dengan permasalahan
(2)
iii
memperoleh nilai 86,9 dengan kriteria “Sangat Baik”, siswa dapat menuliskan tanggapan/komentarnya berdasarkan wacana yang terdapat dalam paper.
Keterampilan menuliskantanggapan/komentar secara kritis dan logis memperoleh
nilai 77,38 dengan kriteria “Baik”, siswa dapat menuliskan
komentar/tanggapannya secara kritis dan logis terhadap wacana dalam paper. Keterampilan menuliskan solusi yang tepat memperoleh nilai 84,56 dengan
kriteria “Baik”, siswa dapat menuliskan solusi yang harus dilakukan oleh masyarakat untuk mengatasi pencemaran tanah dengan tepat. Keterampilan menuliskan kesimpulan yang logis memperoleh nilai 82,14 dengan kriteria
“Baik”, siswa dapat menuliskan keterkaitan antara tanggapan/komentar dan solusi mengenai peran manusia dalam mengatasi pencemaran tanah. Keterampilan menulis siswa juga diikuti dengan pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan memperoleh nilai 75 dengan kriteria “Baik”, siswa dapat menuliskan
tanggapan/komentar, solusi, dan kesimpulan menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).
Keterampilan berkomunikasi yang baik ternyata diikuti oleh peningkatan hasil belajar. Hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol dengan rata-rata nilai pretest 53,33, nilai posttest 90 dan N-gain 78,75. Serta rata-rata indikator kognitif C2 15,50; C3 18,17; dan C4 11,02. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci : model pembelajaran PBL, keterampilan berkomunikasi tertulis, hasil belajar, dan pengelolaan lingkungan.
(3)
PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN
(Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20142015)
Oleh
CHINTIA MONALIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG 2015
(4)
(5)
(6)
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 9 Januari 1993, merupakan anak kedua dari tiga
bersaudara, anak dari pasangan Bapak Yuza Bahril Fikri dengan Ibu Diana Sari. Penulis beralamat di Perumahan Tanjung Raya Permai Blok A No. 34, Tanjung Seneng Bandar Lampung. Nomer telepon 082306669691.
Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di TK Taruna Jaya Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1999. Tahun 1999 penulis bersekolah di SD Al-Azhar Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 diterima di SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di SMA Negeri 5 Bandar Lampung dan selesai pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi melalui jalur Ujian Mandiri (UM).
Pada tahun 2014, penulis melaksanakan program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Wonosobo dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Kabupaten Tanggamus. Tahun 2015 peneliti melakukan penelitian di SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
(8)
Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad, rezeki, dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa,
rasa syukur dan segala kerendahan hati.
Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang-orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:
Ayah (Yuza Bahril Fikrie) dan Ibu (Diana Sari)
Sosok ayah yang baik hati, peduli, pengertian dan bertanggung jawab serta motivasiku untuk terus majuTerimakasih untuk doa, ilmu, cinta dan kasih sayang yang
tiada terhingga untukku.
Kakak (Erick Yudista, S.H.)
Terimakasih untuk segala cinta, kasih sayang, motivasi, nasihat, dan segala bentuk dukungan yang kakak berikan untukku.
Adik (Ayu Marshella Sabina)
Terimakasih untuk segala cinta, motivasi, canda tawa, dan segala bentuk dukungan yang adik berikan untukku, semoga kita bisa membahagikan orang tua kita.
Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Pendidikan
Biologi 2011
Terimakasih untuk persahabatan, kekeluargaan, dan canda tawa kita selama ini semoga persahabatan kita kelakkan abadi sepanjang masa.
Para Pendidikku (Guru dan Dosen)
Terimakasih atas bimbingan yang diberikan padaku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu.
(9)
Moto
“Janganlah engkau berjalan dimuka bumi dengan sombong,
sesungguhnya engkau tiada dapat menembus bumi dan tak’kan
sampai engkau setinggi gunung ”
(Qs. Al-
Isra’: 37
)
“
Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan
kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang
mengajar kamu”
(HR. Al-Thabrani)
“
Don’t aim for success if you want it; just do what you love and
believe in, and it will come naturally”
(David Frost)
“Sukses itu datang di tempat dan waktu yang tepat”
(Dr.Tri Jalmo, M.Si)
”Work hard in silence let success make the noise”
(10)
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 Pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan)”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi,
Pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai
4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing 1 yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;
(11)
5. Drs. Arwin Achmad M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;
6. A. C Mursidi selaku kepala sekolah dan Nurlia, S.Pd selaku guru mitra SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang berharga, serta seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas VIIA dan VIIc SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung
atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;
7. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2011, kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan dan keceriaannya;
8. Sahabat-sahabat terbaikku ( Yuda Agi Pratama, Karyanti, Herlida Oktarina, Indah Surya Pertiwi, Winda Riana, Tyas Kharimah T, Yudhitya Lita, Fadhila Khairani, Zhakia El Shinta, Qurrota Aina, Rizki Afrizal Sandi, Ardi Nova Irawan) terimakasih untuk semangat, dukungan, bantuan dan kebersamaan kita selama ini dalam susah dan senang;
9. Rekan-rekan KKN dan PPL terbaikku (Yunita Fitriyanti, Sevi Karviyani, Tiara Indriani, Sulistiana, dan Dwi Satria Yuda) terimakasih atas semangat dan dukungannya;
10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis
(12)
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvii
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Pemelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7
F. Kerangka Pikir ... 8
G. Hipotesis ... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12
B. Probem Based Learning (PBL) ... 15
C. Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 21
D. Hasil Belajar ... 29
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36
C. Desain Penelitian ... 36
D. Prosedur Penelitian ... 37
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 43
F. Teknik Analisis Data ... 46
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50
B. Pembahasan ... 53
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 63
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA ... 65 LAMPIRAN
(13)
1. Silabus ... 70
2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 72
3. Lembar Observasi Keterampilan Tertulis ... 83
4. Lembar Kerja Siswa ... 84
5. Kunci Jawaban LKS ... 90
6. Rubrik LKS ... 94
7. Kisi-kisi Pretes Postes ... 99
8. Soal Pretes dan Postes ... 102
9. Kunci Jawaban Pretes Postes ... 105
10. Rubrik Pretes Postes ... 106
11. Paper Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 111
(14)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Sintak pembelajaran kooperatif ... 14
2. Sintak pembelajaran PBL ... 20
3. Lembar observasi keterampilan tertulis ... 45
4. Indikator keterampilan tertulis siswa ... 45
5. Kriteria tingkat keterampilan berkomunikasi tertulis ... 49
6. Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa ... 50
7. Hasil uji normalitas nilai pretes, postes, dan N-Gain pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol ... 51
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 11
2. Desain pretest posttest kelompok tak ekuivalen ... 37
3. Tanggapan/komentar siswa dalam paper... 54
4. Solusi siswa dalam paper... 55
5. Kesimpulan siswa dalam paper ... 56
6. Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan dalam paper ... 57
7. Jawaban indikator C2 eksperimen ... 59
8. Jawaban indikator C3 eksperimen ... 60
9. Jawaban indikator C3 kontrol ... 60
(16)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Komunikasi sangatlah penting bagi keberlangsungan hidup, hubungan, pekerjaan dan kesuksesan seseorang. Tanpa komunikasi kehidupan akan mati. Karena pentingnya komunikasi maka hampir 99% manusia menghabiskan aktivitasnya dengan komunikasi. Dalam proses
pembelajaran, komunikasi bukan sekedar penting atau tidak, tetapi komunikasi yang bagaimana (how to) yang memberikan pengaruh baik dan efektif (Ramly, 2014: 1). Secara umum komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang mampu menyampaikan ide dan gagasan atau makna yang ingin dikomunikasi dengan nilai yang sama antara si pemberi dan penerima pesan (Ramly, 2014: 2).
Pada proses pembelajaran yang berlangsung, biasanya komunikasi menjadi bermasalah karena perbedaan dalam menginterpretasikan pesan pada komunikasi yang terjadi. Proses inilah yang kemudian berdampak pada efektif tidaknya komunikasi seseorang (Ramly, 2014: 5).
(17)
Ditinjau dari sifatnya kemampuan komunikasi dibedakan menjadi kemampuan berkomunikasi tertulis dan lisan (Rohaeni, 2013: 23). Menulis merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca sebagai proses penyampaian gagasan atau pesan yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca (Effendy, 2012: 3).
Kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang menjadi isi tulisan
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2011: 248). Menurut Trigan (2008: 4) bahwa keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak serta teratur.
Banyak sekali manfaat yang didapat dari menulis yaitu berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi, menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan sebagai sumber topik yang akan ditulis sehingga dapat dengan mudah menyusun gagasan secara tertib dan sistematis (Effendy, 2012: 5). Namun pada kenyataannya bahwa keterampilan tertulis masyarakat masih sangat rendah. Hal itu dibuktikan oleh sedikitnya karya ilmiah Indonesia yang diterima di ranah Internasional bila dibandingkan
(18)
dengan negara maju lain di dunia atau bahkan di Asia Tenggara. Berdasarkan data Indonesian Scientific Journal Database (ISJD) terdata sekitar 13.047 karya ilmiah di Indonesia yang berkategori masih aktif, sangat tertinggal jauh dari Malaysia yang sudah 55.211 dan Thailand 58.931 (Firdaus, 2012: 4). Hal tersebut disebabkan karena masih kurangnya kesadaran akan pentingnya menulis dan kurangnya pendidikan menulis sejak dini bagi peserta didik.
Hasil wawancara dengan guru yang telah dilakukan di SMP Pengudi Luhur, bahwa keterampilan berkomunikasi siswa masih sangat rendah khususnya komunikasi tertulis. Hal tersebut dibuktikan dengan
lemahnya siswa dalam menuliskan gagasan, pendapat, atau jawaban atas tugas yang diberikan oleh guru. Diketahui bahwa guru masih menggunakan metode ceramah dan diskusi. Metode ceramah tidak pernah melatih siswa untuk menyampaikan gagasan atau ide mengenai permasalahan nyata yang terjadi di lingkungan dalam bentuk
persentasi ataupun laporan tertulis. Secara tidak langsung hal tersebut berdampak terhadap keterampilan berkomunikasi siswa.
Selain penggunaan metode pembelajaran yang tidak sesuai, guru lebih senang memberikan latihan soal-soal kepada siswanya dengan alasan agar siswa dapat memahami sendiri isi materi, namun hal tersebut juga tidak membuahkan hasil yang begitu besar dikarenakan siswa dalam menjawab soal latihan masih kurang baik dan benar dalam menuliskan jawaban sesuai pertanyaan. Latihan-latihan yang diberikan guru
(19)
kepada siswa tersebut tidak juga meningkatkan keterampilan
berkomunikasi tertulis siswa dalam menjawab atau memcahkan suatu masalah. Karena siswa dalam menjawab soal atau pertanyaan bukan hasil pemikiran sendiri. Keadaan tersebut diduga berpengaruh terhadap hasil belajar pada aspek kognitif siswa.
Hasil ulangan siswa kelas VII SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014, diketahui bahwa rata-rata ketuntasan hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam mengelola lingkingan hanya 38% dengan rata-rata nilai 57,19. Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan
pada sekolah ini yaitu ≥ 65, . Hasil ulangan tersebut masih rendah
jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yitu 100% siswa memperoleh ≥ 65, .
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dibutuhkan solusi untuk menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan dapat menjadikan pembelajaran efektif dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa adalah model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), karena dengan model pembelajaran tersebut dapat melibatkan siswa secara langsung dalam permasalahan nyata yang terjadi disekitar mereka, serta dapat memicu siswa menjadi terampil dalam memecahkan suatu permasalahan. Dengan terampilnya siswa dalam memecahkan suatu masalah, maka
(20)
siswa dapat melaporkan hasil pemikirannya secara tertib dan sistematis. Ditegaskan oleh Delisle (dalam Abidin, 2014: 162), keunggulan PBL adalah berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna, mendorong siswa secara aktif dalam memecahkan suatu permasalahan yang kemudian melaporkan hasil pemecahan masalah tersebut berupa laporan, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana mempelajarinya.
Penelitian Prima dan Kaniawati (2014: 4) menunjukkan keberhasilan menggunakan model PBL terhadap peningkatan keterampilan
berkomunikasi tertulis, kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan kategori lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Penelitian Putera (2012: 10) menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) meningkatkan hasil belajar siswa dengan
menampilkan konteks nyata sebagai awal dari proses pembelajaran membuat siswa cenderung berminat mempelajari biologi dan didorong oleh motivasi sehingga hasil belajarnya dapat meningkat dibandingkan dengan model pembelajaran secara langsung yang menekankan kegiatan pembelajaran berpusat pada guru. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rukmana (2013: 44), menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran IPA dengan menggunakan PBL.
(21)
Berdasarkan latar belakang tersebut maka telah dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berkomunikasi Tertulis dan Hasil Beajar Siswa pada materi Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, rumusan masalah secara umum dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan komunikasi tertulis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?
2. Apakah penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan
2. Pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
(22)
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, menambah pengetahuan dan pengalaman dalam pembelajaran biologi dengan menggunakan model pembelajaran PBL
2. Bagi guru, dapat memberikan alternatif dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan 3. Bagi siswa, dapat memberikan pengalaman belajar yang berbeda
dalam mempelajarai materi pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan
4. Bagi sekolah, memberikan sumbang pemikiran untuk meningkatkan pembelajaran biologi di sekolah melalui model PBL
E. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari kesalahan penafsiran, maka perlu dikemukakan ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL. Adapun langkah kegiatan pembelajarannya adalah : (a) mengorientasikan siswa pada masalah; (b) mengorganisasikan siswa untuk belajar; (c) membimbing penyelidikan/inquiri individu maupun kelompok; (d) mengembangkan dan menyajikan hasil
(23)
karya; dan (e) mengevaluasi dan menganalisis hasil pemecahan masalah (Amri, 2013: 13).
2. Keterampilan berkomunikasi tertulis yang diamati dalam penelitian ini mencakup lima indikator yakni: (1) tanggapan/ komentar
bersesuaian dengan permasalahan; (2) tanggapan/ komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) Solusi yang tepat; (4) kesimpulan yang logis; (5) pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan (Anonim, 2013: 1).
3. Peningkatan hasil belajar yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretest, postes, dan N-gain.
4. Materi pokok yang diteliti yaitu Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan (KD 7.4 mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan)
5. Sampel penelitian adalah kelas VII C yang berjumlah 21 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A yang berjumlah 21 siswa sebagai kelas kontrol di SMP Pengudi Luhur Bandar lampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015.
F. Kerangka Pikir
Biologi bukan merupakan suatu proses pemindahan pengetahuan secara langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan merupakan mata pelajaran hapalan yang harus selalu dihapal, melainkan juga
(24)
membutuhkan konsep-konsep sains. Dalam pembelajaran Biologi siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, dan guru hanya sebagai fasilitator yang membantu dan membimbing siswa agar proses pencarian itu berjalan dengan baik.
Dalam upaya meningkatkan peningkatan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa pada materi Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan, siswa perlu didorong untuk secara aktif melakukan proses kegiatan belajar dengan memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Diharapkan dengan pembelajaran seperti ini keterampilan berkomunikasi tertulis serta hasil belajar siswa dapat meningkat. Salah satu faktor yang dapat
menyebabkan berhasil atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah Model pembelajaran.
Keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa harus selalu ditingkatkan, salah satunya dengan menggunakan model dalam proses pembelajaran. Salah satu model yang diduga dapat
meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran PBL. Model pembelajaran PBL ini siswa dapat menganalisis atau memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi Peran Manusia dalam Pengelolaan
Lingkungan, agar keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa dapat bertambah, dengan demikian telah terjadi proses belajar dalam diri siswa.
(25)
Pada model PBL tahap pertama yaitu Orientasi siswa pada masalah, pada tahap ini siswa diberikan masalah oleh guru yang harus diberikan solusi atau pemecahan masalahnya. Tahap kedua yaitu
Mengorganisasikan siswa untuk belajar, pada tahap ini siswa dilatih dalam menganalisis suatu masalah kemudian memberikan pemecahan masalahnya. Pada tahapan ketiga siswa mengumpulkan informasi untuk mendapatkan pemecahan masalah, kemudian di tahapan keempat siswa menyajikan hasil karyanya berupa laporan yang dipersentasikan. Di tahap keempat ini siswa mulai terlatih dalam menuliskan gagasan, pendapat, atau tanggapan mengenai pemecahan masalah atau solusi yang harus dilakukan. Dalam tulisan tersebut siswa dapat
menginformasikan atau membuat laporan yang akan dibaca oleh teman-temannya, sehingga secara tidak langsung hal ini mengasah
keterampilan berkomunikasi tertulis yang akan berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pengaruh model
pembelajaran PBL, sedangkan variabel terikatnya adalah peningkatan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat ditujukan pada tabel di bawah ini:
(26)
Keterangan: X : Model PBL
Y1 : Peningkatan keterampilan berkomunikasi tertulis
Y2 :Peningkatan hasil belajar siswa
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
G. Hipotesis
“Dengan menerapkan model PBL dapat mempengaruhi keterampilan
berkomunikasi tertulis dan hasil belajar sisa kelas VII SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung dalam pembelajaran materi pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.
X
Y1
(27)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran terdapat beberapa jenis salah satunya adalah pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen (Rusman,2012: 202). Model pembelajaran kooperatif seperti yang dinyatakan Amri dan Ahmadi (2010: 90) merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur.
Terdapat tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif menurut Nur (2005: 3) adalah sebagai berikut: (1)
Penghargaan kelompok; pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapi kriteria yang telah ditentukan oleh penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung,
(28)
saling membantu, dan saling peduli, (2) Pertanggungjawaban individu; keberhasilan kelompok tergantung dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan seiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugastugas lainnya tanpa bantuan teman sekelompoknya, dan (3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan; pembelajaran kooperatif metode skoring yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini baik yang berprestasi rendah, sedang atau tinggi sama-sama
memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik pada kelompoknya.
Menurut Abidin (2014: 242), Pembelajaran kooperatif (kelompok) mempunyai bebarapa ciri umum, diantaranya sebagai berikut: 1. Tujuan kelompok
Tujuan kelompk ialah tujuan yang akan dicapai melalui proses kerja sama dalam menguasain sesuatu konsep yang dipelajari. Tujuan ini dicapai melalui usaha bersama semua anggota
kelompok. Dengan demikian, setiap anggota mempunyai peranan tertentu yang jelas dalam usaha kelompok mencapai tujuan yang ditetapkan.
2. Interaksi sosial
(29)
kelopok. Interaksi ini dimaksdukan agar setiap anggota kelompok dapat berhubungan, saling membantu, toleran, dan berkomunikasi secara efektif dan etis.
3. Ketergantungan positif
Keberhasilan kelompok bergantung kepada keberhasilan individu sebagai anggota kelompok. Setiap anggota mempunyai tanggung jawab untuk mencapai keberhasilan kelompok. Prinsip ini dikenal sebagai ketergantungan positif. Untuk mencapai keberhasilan dalam prinsip ini, perlu ada pembagian tugas kepada semua
anggota kelompok sehingga mereka akan berpartisipasi secara aktif terhadap kelompoknya.
Menurut Amri (2013: 8), pembelajaran kooperatif memiliki sintaks/langkah-langkah sebagai berikut:
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Langkah-langkah Peran Guru
1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif
2. Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan cara demonstrasi atau lewat bahan bacaan
3. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien
4. Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas-tugas
5. Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang dipelajari dan juga terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok 6. Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu maupun kelompok
(30)
B. Model Problem Based Learning (PBL)
Model PBL merupakan model pembelajaran yang menyediakan pengalaman otentik yang mendorong siswa untuk belajar aktif, mengonstruksi pengatahuan, dan mengintegrasikan konteks belajar di sekolah dan belajar di kehidupan nyata secara alamiah. Model ini menempatkan situasi bermasalah sebagai pusat pembelajaran, menarik, dan mempertahankan minat siswa, yang keduanya digunakan agar siswa mampu mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu secara multi perspektif. Dalam praktiknya, siswa terlibat secara langsung dalam memcahkan masalah, mengidentifikasi akar masalah dan kondisi yang diperlukan untuk menghasilkan solusi yang baik, mengejar makna dan pemahaman, dan menjadi pembelajar mandiri (Abidin, 2014: 160).
Menurut penelitian Putera (2012: 9) dengan model PBL, siswa dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui
pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam biologi dengan pemasalahan nyata dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaik mereka. Siswa terlatih untuk mengemban suatu tanggung jawab, mempertajam keahlian berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi melalui identifikasi masalah, analisis masalah, dan menciptakan solusi. Melatih siswa melakukan evaluasi diri terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya, dan untuk selanjutnya melakukan
(31)
perbaikan-perbaikan terhadap kesalahan-kesalahan yang dilakukannya sehingga dengan demikian siswa tidak akan melakukan kesalahan yang sama dengan sebelumnya. Hal ini akan mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Lloyd-Jones, Margeston dan Bligh (dalam Barret, 2015:14)
menyatakan bahwa tiga unsur yang menonjol dalam pembelajaran PBL yaitu adanya pemicu masalah, identifikasi isu-isu oleh siswa dan penggunaan pengatahuan untuk memajukan pemahaman terhadap masalah.
Model PBL menawarkan kebebasan kepada siswa dalam proses pembelajaran. Melalui model PBL siswa diharapkan terlibat dalam proses pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah. Model PBL sering kali merupakan aktifitas individu siswa, namun tidak jarang juga merupakan aktifitas kelompok siswa. Bila pembelajaran dilakukan sekelompok siswa, maka proses kontruksi pengetahuan dilakukan secara bersama (Trianto, 2009: 5).
Adapun ciri-ciri PBL menurut Hosnan (2014: 230) adalah:
a. Pengajuan masalah atau pertanyaan
pengaturan pembelajaran berkisar pada masalah atau pertanyaan yang penting bagi siswa maupun masyarakat. Pertanyaan dan
(32)
masalah yang diajukan itu haruslah memenuhi kriteria autentik, jelas, mudah dipahami, luas, dan bermanfaat.
b. Keterkaitan dengan berbagai masalah disiplin ilmu
masalah yang diajukan dalam pembelajaran berbasis masalah hendaknya mengaitkan atau melibatkan berbagai disiplin ilmu. c. Penyelidikan yang autentik
penyelidikan yang diperlukan dalam pembelajaran berbasis
masalah bersifat autentik. Selain itu penyelidikan diperlukan untuk mencari penyelesaian masalah yang bersifat nyata. Siswa
menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melaksanakan eksperimen, menarik kesimpulan, dan
menggambarkan hasil akhir.
d. Menghasilkan dan memamerkan hasil/karya
pada pembelajaran berbasis masalah, siswa bertugas menyusun hasil penelitiannya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanya. Artinya, hasil penyelesaian masalah siswa ditampilkan atau dibuatkan laporan.
e. Kolaborasi
pada pembelajaran masalah, tugas-tugas belajar berupa masalah harus diselesaikan bersama-sama antarsiswa dengan siswa, baik dalam kelompok kecil maupun besar, dan bersama-sama
(33)
Menurut Pannen, Mustafa dan Sekarwinahayu (2005: 88) model PBL memiliki 5 asumsi utama yaitu:
1. Permasalahan sebagai pemandu.
Permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa. Bacaan yang diberikan sejalan dengan permasalahan. Siswa ditugaskan untuk membaca dengan selalu mengacu pada permasalahan. Permasalahan menjadi kerangka pikir dalam mengerjakan tugas.
2. Permasalahan sebagai kesatuan.
Permasalahan diberikan kepada siswa setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannnya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dalam pemecahan masalah.
3. Permasalahan sebagai contoh.
Permasalahan merupakan salah satu contoh dan bagian dari bahan pelajaran siswa. Permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, atau prinsip dan dibahas dalam diskusi kelompok. 4. Permasalahan sebagai sarana yang memfasilitasi terjadinya proses.
Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berpikir kritis.
5. Permasalahan sebagai stimulus dalam aktifitas belajar.
Fokusnya pada pengembangan keterampilan pemecahan masalah dari kasus-kasus serupa. Keterampilan tidak diajarkan oleh guru, tetapi ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui
(34)
aktifitas pemecahan masalah. Keterampilan dimaksudkan meliputi keterampilan fisik. Keterampilan data dan menganalisis data yang berkaitan dengan permasalahan, dan keterampilan meta kognitif.
Menurut Duch, dkk (dalam Abidin, 2014: 160), model PBL diorientasikan agar siswa mampu, (1) Berpikir kritis, menganalisis, serta memecahkan masalah kehidupan yang kompleks; (2)
Menemukan, mengevaluasi, dan menggunakan berbagai sumber belajar; (3) Bekerja secara kooperatif dalam tim; (4)
Mendemonstrasikan keterampilan berkomunikasi secara efektif baik komunikasi lisan ataupun tulisan; (5) Menggunakan materi pelajaran dan keterampilan intelektual yang diperoleh selama proses
pembelajaran sebagai bekal belajar sepanjang hayat.
Menurut Kunandar (2009: 356), tujan dari PBL adalah membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada peserta didik; membantu peserta didik mengembangkan kemampuan berpikir, pemcehan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam
pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar yang mandiri dan otonom.
(35)
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran berdasarkan Masalah (PBL)
Tahap Tingkah laku guru
Tahap- 1 Orientasi siswa pada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi siswa terlibat aktif dan kreatif dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya
Tahap- 2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk
mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Tahap- 3 Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap- 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa untuk
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video dan model serta membantu mereka untuk memberi tugas dengan temannya Tahap- 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan
Sumber: (Amri, 2013: 13).
PBL dikembangkan dengan harapan memberikan dampak intruksional berupa (1) penigkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran, (2) pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah otentik, dan (3) peningkatan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dampak penyertanya adalah dalam hal (1) mengembangkan karakter siswa antara lain disiplin, cermat, kerja keras, tanggung jawab, toleran, santun, berani, dann kritis, serta etis, dan (2) membentuk kecakapan hidup dalam diri siswa, (3)
(36)
dalam berkomunikasi, berargumenmtasi, dan berkolaborasi/kerja sama (Abidin, 2014: 166)
Menurut Delisle (dalam Abidin, 2014: 162), beberapa keunggulan PBL adalah PBL berhubungan dengan situasi kehidupan nyata sehingga pembelajaran menjadi bermakna, PBL mendorong siswa secara aktif, PBL mendorong lahirnya berbagai pendekatan belajar secara interdisipliner, PBL memberikan kesempatan kepada siswa untuk memlilih apa yang akan dipelajari dan bagaimana
mempelajarinya, PBL mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif, dan PBL diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidkan.
Adapun kelemahan PBL adalah sebagai berikut: (a) apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah maka siswa enggan untuk mencoba lagi; (b) PBL
membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan; dan (c) pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang dipecahkan maka siswa kurang termotivasi untuk belajar (Sanjaya, 2008: 221).
C. Keterampilan Berkomunikasi Tertulis
Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Kata komunikasi berasal dari bahasa
latin “communis” yang berarti bersama. Sedangkan menurut kamus,
(37)
berbagai informasi atau pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar pemikiran, informasi, atau yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan (Hutagalung, 2007: 65). Sedangkan menurut Amri (2013: 127),
komunikasi adalah pertukaran informasi antara dua orang atau lebih sehingga informasi yang diperoleh bisa dimengerti atau dipahami.
Anonim (2013: 2) mengemukakan bahwa mengajarkan berkomunikasi merupakan hal yang penting di dunia pendidikan, yang tertulis di dalam jurnal yaitu mengajarkan komunikasi menurut ahli merupakan hal yang pentinguntuk mempersiapkan siswa berkomunikasi lebih baik dengan teman sebaya dan akademis, merumuskan pertanyaan untuk belajar. Hal ini tidak terpisahkan untuk mempersiapkan mereka ke lingkungan yang profesional dan mengembangkan keterampilan berkomunikasi sebagai lulusan yang siap di dunia pekerjaan.
Salah satu dari keterampilan yang dikembangkan dalam diri siswa adalah keterampilan berkomunikasi (Firman, 2000). Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan untuk menyampaikan hasil penemuannya kepada orang lain baik secara lisan maupun tulisan dapat berupa penyusunan laporan, pembuatan paper, penyusunan karangan, pembuatan gambar, tabel, diagram, grafik (Semiawan, 1992: 20). Keterampilan berkomunikasi secara tertulis merupakan salah satu kecakapan hidup yaitu kecakapan sosial yang perlu dimiliki siswa (Depdiknas, 2007: 11).
(38)
Komunikasi adalah proses berbagi makna melalui prilaku verbal dan non verbal. Segala prilaku dapat disebut komunikasi jika
melibatkan dua orang atau lebih (Mulyana, 2008: 3). Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2010: 143) mengatakan komunikasi dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Hal ini didasarkan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan dan kebutuhan orang lain pada diri kita.
Menurut Effendy (2006: 64), komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar berlangsung amat efektif, baik antara pengajar dengan pelajar maupun diantara pelajar sendiri sebab mekanismenya memungkinkan si pelajar terbiasa menggunakan pendapat secara argumentative dan mengkaji dirinya, apakah yang diketahuinya itu benar atau tidak. Dengan lain perkataan, pentingnya komunikasi dalam bentuk diskusi dalam proses belajar mengajar itu disebabkan oleh dua hal: a) Materi yang didiskusikan meningkatkan intelektualitas; b) Komunikasi dalam diskusi bersifat intracommunication dan intercommunication.
Salah satu unsur komunikasi menurut Wisnuwardhani dan Mashoedi (2012: 38-90) adalah konteks. Konteks dalam komunikasi adalah lingkungan dimana komunikasi terjadi. Lingkungan itu dapat berupa lingkungtan fisik, seperti ruang kelas, ruang rapat dan ruang tunggu dokter yang tentunya akan mempengaruhi topik ataupun cara berbicara
(39)
orang-orang yang berkomunikasi disana. Pengirim dan penerima pesan merupakan unsur komunikasi berikutnya yang sangat penting dalam kominukasi. Adanya keinginan dari pengirim untuk menyampaikan pesan kepada seseorang (dalam hal ini penerima) memungkinkan terjadinya komunikasi. Lebih lanjut unsur berikutnya adalah pesan yang akan disampaikan. Pesan dapat berupa pesan verbal atau nonverbal. Pesan yang merupakan tanggapan dari penerima kepada pengirim disebut umpan balik (feedback). Saluran merupakan unsur komunikasi, yaitu berupa media yang digunakan dalam komunikasi. Masing-masing media yang digunakan tentunya akan menimbulkan efek yang berbeda pada penerima antara lain efek dapat berupa penambahan informasi baru bagi seseorang (aspek kognitif), menimbulkan perasaan suka atau tidak suka (aspek afektif), atau membuat seseorang mampu melakukan kegiatan tertentu (aspek psikomotor).
Ditunjau dari sifatnya kemampuan komunikasi dibedakan menjadi kemampuan berkomunikasi tertulis dan komunikasi lisan (Rohaeni, 2013: 23).
a. Kemampuan komunikasi tertulis
Kemampuan komunikasi tertulis merupakan bagian dari Keterampilan Proses Sains (KPS), dimana komunikasi ini dilakukan melalui gambar, grafik, tabel dan bagan
(40)
b. Kemampuan komunikasi lisan
Kemampuan komunikasi lisan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap orang. Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan. Kemampuan mendengarkan akan membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan bicara merasa diperhatikan dan dihargai.
Menurut Tarigan (1987: 97) Komunikasi tertulis cendrung lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa, dan jauh lebih teratur dalam pengertian ide-ide. Sang penulis biasanya telah memikiri dalam-dalam setiap kalimat sebelum dia menulis naskahnya, dia sering memeriksa memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan tulisannya.
Keterampilan tertulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa, mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia. Menulis tulisan juga merupakan media untuk melestarikan dan menyebarluaskan informasi dan ilmu pengathuan (Nurjamal, dkk, 2011: 4). Menulis merupakan kemampuan seseorang mengungkapkan ide-ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman-pengalaman hidupnya dalam bahasa tulis yang jelas,runtun, gagasan, ekspresif, enak dibaca dandipahami orang lain (Marwoto, Suyatmi, dan Suyitno 1987: 12).
(41)
Menulis adalah menyampaikan ide atau gagasan dan pesan dengan menggunakan lambang grafik atau tulisan. Tulisan adalah suatu sistem komunikasi manusia yang menggunakan tanda-tanda yang dapat dibaca atau dilihat dengan nyata. Sedangkan Tarigan (1996 : 1), menyatakan: “ Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran
tersebut”. Dengan demikian dapat disimpulkan, menulis merupakan
kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang-lambang grafik untuk menyampaikan ide atau gagasan yang dapat dimengerti oleh orang lain. Terampil menyusun kata-kata dalam kalimat yang runtut dan jelas (Arundati, 2010: 14).
Keterampilan tertulis untuk membangun makna dan berekspresi sebagai salah satu kompetensi multiliterasi merupkan keterampilan untuk menghasilkan gagasan kritis kreatif atas pengatahuan yang sudah dimiliki. Menulis untuk membangun makna berarti bahwa kegiatan menulis yang dilakukan tidak hanya sekdar berfungsi sebagai sarana menyalurkan ide orang lain melainkan sarana untuk
menyalurkan ide siswa sendiri sehingga pemahamannya atas sesuatu hal akan semakin meningkat. Lebih jauh melalui kegiatan menulis ini, siswa akan mampu mengkomunikasikan ide-ide tersebut pada orang lain sehingga akan terbina pula kemampuannya dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain tersebut (Abidin, 2014: 185).
(42)
Menurut Nurjamal, dkk (2011: 10), penulis pasti memiliki tujuan tertentu dengan tulisannya. Dengan mengacu pada tujuan yang hendak dikemukakan penulis melalui tulisannya, fungsi tulisan dapat
diidentifikasi antara lain sebagai alat untuk : (1) menginformasikan sesuatu kepada pembaca, (2) meyakinkan pembaca, (3) mengajak pembaca, (4) menghibur pembaca, (5) melarang atau memerintah pembaca, (6) mendukung pendapat orang lain, dan (7) menolak atau menyanggah pendapat orang lain.
Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari aktifitas menulis, seperti yang dijabarkan oleh Komaidi (2011: 9) yaitu pertama, kalau kita ingin menulis pasti menimbulkan rasa ingin tahu (curiosity) dan melatih kepekaan dalam melihat realitas sekitar. Kepekaan dalam melihat suatu realitas lingkungan itulah yang kadang tidak dimiliki oleh seorang yang bukan penulis. Kedua, dengan kegiatan menulis mendorong kita untuk mencari referensi seperti buku, majalah, koran, jurnal, dan sejenisnya. Dengan membaca referensi-referensi tersebut tentu kita akan semakin bertambah wawasan dan pengatahuan kita tentang apa yang akan kita tulis. Ketiga, dengan aktifitas menulis, kita terlatih untuk menyusun pikiran dengan argument kita secara runtut, sistematis, dan logis,. Dengan keteraturan tersebut membantu kita untuk menyampaikan pendapat atau pemikiran kita pada orang lain. Pendek kata kita menjadi semakin cerdas.
(43)
Menurut Nurjamal, dkk (2011: 12), suatu tulisan dapat dikatakan terbentuk secara sistematis antara lain apabila:
1. Terdapat relevansi yang baik antara judul dengan bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup tulisan
2. Terdapat relevansi yang baik antara bagian awal/ pendahuluan denganbagian isi dengan bagian akhir/ penutup tulisan, atau sebaliknya.
3. Terdapat relevansi antara kalimat/ klausa yang satu denhan kalimat/ kluasa yang lain dalam tiap alinea; dan
4. Terdapat relevansi yang pas antara isi tulisan dengan tujuannya.
Tarigan (2008:7) menyimpulkan bahwa terdapat empat ciri tulisan yang baik sebagai berikut: (1) Jelas. Pembaca dapat membaca teks dengan cara tetap dan pembaca tidak boleh bingung dan harus mampu menangkap maknanya tanpa harus membaca ulang dari awal untuk menemukan makna yang dikatakan oleh penulis; (2) Kesatuan dan Organisasi. Pembaca dapat mengikutinya dengan mudah karena bagian-bagiannya saling behubungan dan runtut; (3) Ekonomis.penulis tidak akan menggunakan kata atau bahasa yang berlebihan sehingga waktu yang digunakan pembaca tidak terbuang percuma; (4) Pemakaian bahasa dapat diterima. Penulis menggunakan bahasa yang baik dan benar karena bahasa yang dipakai masyarakat kebanyakan terutama berpendidikan lebih mengutamakan bahasa formal sehingga mudah diterima.
(44)
D. Hasil Belajar Ranah Kognitif
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 3), Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindakan mengajar diakhiri dengan proses evaluasi belajar, sedangkan dari sisi siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil pembelajaran dapat dibedakan atas:
pengetahuan, keterampilan intelektual, keterampilan motorik dan sikap. Sedangkan Bloom (dalam Sudijono, 2005: 49) berpendapat bahwa taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus senantiasa mengacu pada 3 jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) ranah proses berfikir (cognitive domain), (2) ranah nilai sikap (affective domain), dan (3) ranah keterampilan motorik (psikomotor). Sehingga secara keseluruhan peserta didik dapat memahami, menghayati dan mengamalkan pelajaran yang telah diberikan.
Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan. Dengan kata lain, hasil belajar merupakan bukti adanya proses belajar-mengajar antara guru dan siswa. Hasil belajar yang bisa diperoleh siswa setelah pembelajaran dapat berupa informasi verbal. Keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan strategi
(45)
kognitif. Gagne (dalam Dimyati dan Mujiono, 2002:10) menyatakan kelima hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:
1. Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Pemilihan informasi verbal memungkinkan individu berperan dalam kehidupan.
2. Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelek ini terdiri dari diskriminasi jamak, konsep konkret dan definisi, dan prinsip. 3. Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut.
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk kedalam ranah kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang terendah sampai
(46)
dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang yang dimaksud adalah : (1) pengatahuan/hafalan/ingatan (knowledge), (2) pemahaman (comprehension), (3) penerapan (application), (4) analisis (analysis), (5) sintesis (synthesis), dan (6) penilaian (evaluation) (Sudijono, 2001: 50).
Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan
pengetahuan verbal dikenal mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip. Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).
Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Djamarah (2008: 176-177) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar. Faktor utamanya adalah faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi proses serta hasil belajar meliputi lingkungan serta instrumental. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan alami serta lingkungan sosial budaya. Faktor instrumental antara lain kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta guru. Sedangkan untuk faktor
(47)
dalam yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisiologis dan kondisi pancaindra. Sedangkan faktor psikologis antara lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi serta kemampuan kognitif.
Kualitas hasil pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil danberkualitas apabila seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secra aktif, baik fisik, mental, maupun social dalam proses pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri.
Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan prilaku yang positif pada diri peserta didik seluruhnya atau setidaknya sebagian besar (75%). Lebih lanjut, proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan, masyarakat dan
pembangunan (Mulyasa, 2008: 218).
Menurut Arikunto (2008: 253) beberapa tes yang dilakukan guru untuk menilai keberhasilan siswa, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap
(48)
kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar jawaban soal ulangan dan karya atau benda. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.
Menurut Sudijono (2001: 73-74) tes hasil belajar, yang sering dikenal dengan istilah tes pencapaian (achievment test), yakni tes yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar. Tes hasil belajar atau tes prestasi belajar dapat didefinisikan sebagai cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang dapat ditempuh) dalam rangka pengukuran dan hasil belajar, yang berbentuk tugas dan serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan-pertanyaan atau soal-soal) yang harus dijawab, atau perintah-perintah yang harus dikerjakan sehingga (berdasarkan data yang diperoleh dari kegiatan pengukuran itu) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi belajar.
Tes hasil belajar yang dapat dilakukan dengan tes tertulis berupa pretest dan postest. Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pretest. Pretest ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu, pretest memegang pranan yang cukup penting dalam proses
pembelajaran. Fungsi pretest antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut :
(49)
1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena dengan pretest maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawab/ kerjakan.
2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini daoat dilakukan dengan membandingkan hasil pretest dan postest.
3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki peserta didik mengenain bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran.
4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik, dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan perhatian khusus (Mulyasa, 2008: 217).
Sedangkan pada pelaksanaan pembelajaran diakhiri dengan postest. Sama halnya dengan pretest, postest juga memiliki banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi postest menurut Mulyasa (2008: 218-219) antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap kompetensi dasar yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini dapat diketahui dengan
(50)
2) Untuk mengetahui kompetensi dasar dan tujuan yang dapat
dikuasai oleh peserta didik, serta kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasainya. Sehubungan dengan kompetensi dasar dan tujuan yang belum dikuasai ini, apabila sebagian besar belum menguasainya maka perlu dilakukan pembelajaran kembali (remedial teaching).
3) Untik mengetahui peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan, serta untuk mengetahui tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan belajar).
4) Sebagai bahan acuan untuk melakukan perbaikan terhadap komponen-komponen pembelajaran (modul) dan proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian.
(51)
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan pada semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015, yaitu pada bulan Maret bertempat di SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung.
B. Populasi dan Sampel penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung tahun ajaran 2014/2015. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VII C yang berjumlah 21 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A yang berjumlah 21 siswa sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dipilih dengan teknik purposive sampling, dapat dilihat pada Gambar 2 (Sukardi, 2008: 64).
C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan eksperimental semu (quasi eksperiment) dengan desain pretest-postest kelompok non ekuivalen. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan model PBL, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi. Hasil pretest dan postest pada kedua kelompok subjek
(52)
kemudian dibandingkan. Kemudian setelah selesai pembelajaran berlangsung, siswa diberikakan tugas paper untuk mengetahui kterampilan berkomunikasi tertulis siswa
Struktur desain penelitian ini sebagai berikut:
Keterangan :
I = Kelas eksperimen II = Kelas kontrol O1 = Pretest
O2 = Postest
O3 = Paper
X = Perlakuan menggunakan model PBL C = Perlakuan menggunakan metode diskusi
Gambar 2. Desain pretest-postest kelompok non ekuivalen
D. Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah tahap tersebut sebagai berikut: 1. Prapenelitian
Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut: a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke SMP
Pengudi Luhur Bandar Lampung, tempat diadakannya penelitian.
Kelompok Pretest Perlakuan Postest Paper I O1 X O2 O3 II O1 C O2 O3
(53)
b. Mengadakan observasi dan wawancara di SMP Pengudi Luhur Bandar Lampung untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian.
c. Melakukan sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
d. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan.
e. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest, postest, dan paper yang berisikan tanggapan/komentar, solusi, dan
kesimpulan.
2. Pelaksanaan Penelitian
Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
2.1Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran PBL)
a. Kegiatan Awal
1. Siswa mengerjakan pretest dalam bentuk uraian untuk materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
2. Apersepsi:
a) Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan
(54)
banyak sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang ditimbulkan dari pemandangan yang terlihat pada gambar? Apakah yang kalian lakukan jika hal tersebut terjadi disekitar kalian?”
b) Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang melakukan penanaman pohon. Kemudian guru memberikan pertanyaan. “Apakah manfaat dari penanaman pohon tersebut?”
3. Motivasi :
a) Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran lingkungan sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga
lingkungan di sekitar kita.
b) Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi kerusakan lingkungan b. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat orang yang memiliki kemampuan dan jenis kelamin berbeda (heterogen)
(55)
2. Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berhubungan dengan peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan
3. Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok dan didiskusikan bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing (Orientasi siswa terhadap amsalah)
4. Guru meminta siswa untuk berdiskusi mengerjakan LKS 5. Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari
permasalahan yang ada dalam LKS dan dibantu dalam menyimpulkan hasil diskusi yang tertera dalam LKS (Mengorganisasikan siswa untuk belajar, Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok,
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 6. Siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan. 7. Perwakilan dari salah satu kelompok maju
mempresentasikan hasil pengamatannya, kelompok lainya memperhatikan untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan.
c. Kegiatan Penutup
1. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi (Mengevaluasi proses pemecahan masalah)
(56)
2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai materi yang telah dibahas.
3. Siswa mengerjakan postest
4. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
2.2 Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) a. Kegiatan Awal
1. Siswa mengerjakan pretest dalam bentuk uraian untuk materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
2. Apersepsi
a) Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan banyak sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan pertanyaan “Apakah dampak yang ditmbulkan dari sungai yang tercemar
sampah? Apakah yang kalian lakukan jika masalah tersebut terjadi di lingkungan sekitar kalian?” b) Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal
siswa dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang menanam pohon. Kemudian guru memberikan pertanyaan. “Apakah manfaat dari menanam pohon?”
(57)
3. Motivasi
a) Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam
pengelolaan untuk mengatasi pencemaran lingkungan
b) Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui peran manusia dalam
pengelolaan lingkungan dalam mnegatasi kerusakan lingkungan
b. Kegiatan Inti
1. Siswa duduk dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat yang memiliki kemampuan dan jernis kelamin berbeda (heterogen)
2. Setiap kelompok memperoleh LKS yang harus dikerjakan bersama.
3. Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi, mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS serta mencari informasi yang sesuai untuk
menjawab soal dalam LKS dengan sumber buku pelajaran biologi
4. Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan. 5. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya didepan
(58)
c. Kegiatan Penutup
1. Guru memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.
2. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan mengenai materi yang telah dibahas.
3. Siswa mengerjakan postest
4. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya
E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari peningkatan hasil belajar yang berasal dari pretest dan postest hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest dengan postest dalam bentuk N-gain.
b.Data Kualitatif
Data kualitatif berupa data keterampilan berkomunikasi tertulis yang diperoleh dari paper melalui model pembelajaran PBL setelah kegiatan pembelajaran.
(59)
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Pretest dan Postest
Data penguasaan berupa nilai pretest dan postest. Nilai pretest yang diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postest diambil diakhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.
b. Lembar Observasi Keterampilan Tertulis
Lembar observasi keterampilan berkomuniaksi tertulis siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran berakhir yaitu pada saat siswa mengumpulkan tugas yang diberikan berupa paper. Indikator yang diamati yaitu: (1) tanggapan/ komentar bersesuaian dengan
permasalahan; (2) tanggapan/ komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) solusi yang tepat; (4) kesimpulan yang logis; (5) pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan. Setiap paper akan diamati point keterampilan tertulisnya yang dilakukan dengan cara memberi skor nilai pada lembar observasi sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.
(60)
Tabel 3. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Tertulis Siswa
No Nama Siswa Aspek yang di amati
1 2 3 4 5
1 2 3 Dst Jumlah Skor Skor Maksimum Presentase Kriteria
Catatan:Berilah skor pada setiap item sesuai dengan aspek penilaian (Darojah, 2011: 48).
Tabel 4. Keterangan aspek penilaian keterampilan menulis siswa
Aspek Skor Deskripsi
a) Tanggapan/
komentar
bersesuaian dengan masalah
1 Tanggapan/ komentar tidak
bersesuaian dengan masalah
2 Tanggapan/ komentar kurang
bersesuaian dengan masalah
3 Tanggapan/ komentar bersesuaian
dengan masalah
4 Tanggapan/ komentar sangat
bersesuaian dengan masalah
b) Taggapan/komentar
dinyatakan secara kritis dan logis
1 Taggapan/komentar dinyatakan tidak
kritis dan logis
2 Taggapan/komentar dinyatakan
kurang kritis dan logis
3 Taggapan/komentar dinyatakan kritis
dan logis
4 Taggapan/komentar dinyatakan
sangat kritis dan logis
c) Solusi yang tepat 1 Memberikan solusi yang tidak tepat
2 Memberikan solusi yang kurang tepat
3 Memberikan solusi yang tepat
4 Memberikan solusi yang sangat tepat
d) Kesimpulan yang
logis
1 Kesimpulan tidak logis
2 Kesimpulan kurang logis
3 Kesimpulan logis
4 Kesimpulan sangat logis
e) Pengejaan, tata
bahasa, dan kerapihan tulisan
1 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan
tulisan tidak baik
2 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan
tulisan kurang baik
3 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan
tulisan baik
4 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan
(61)
F. Teknik Analisis data 1. Data Kuantitatif
Nilai pretest, postest, dan Gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17. yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa uji normalitas data, uji kesamaan dua varians, dan pengujian hipotesis.
Teknik penskoran nilai pretest dan postest yaitu:
Keterangan :
S = nilai yang diharapkan (dicari)
R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar
N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).
Untuk mendapatkan N- Gain pada setiap pertemuan, menggunakan formula Hake (dalam Loranz, 2008: 3) sebagai berikut:
N-
X100Y Z Y X Gain Keterangan : X = nilai postest Y = nilai pretest Z = skor maksimum a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.
1. Hipotesis
H0 = Sampel berdistribusi normal
(62)
2. Kriteria Pengujian
Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0
untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5). b. Uji Kesamaan Dua Varians
Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.
1. Hipotesis
H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama
H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda
2. Kriteria Pengujian
Dengan kriteria uji yaitu jika Fhitung < Ftabel atau
probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung >
Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak (Pratisto,
2004: 71).
c. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.
1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata a. Hipotesis
(63)
H1 = Rata-rata Gain kedua sampel tidak sama
b. Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho
ditolak (Pratisto, 2004: 13). 2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
a. Hipotesis
H0 = rata-rata Gain pada kelas eksperimen lebih
rendah atau sama dengan kelas kontrol.
H1 = rata-rata Gain pada kelas eksperimen lebih tinggi
dari kelas kontrol. b. Kriteria Pengujian
Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.
Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004:10).
3) Uji Mann-Whitney U
Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji U
a. Hipotesis
H0 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol sama
H1 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas
(64)
b. Kriteria Uji :
H0 ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya H0
diterima (Pratisto, 2004:20).
2. Data Kualitatif
a. Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa
Data keterampilan berkomunikasi tertulis siswa diambil setelah proses pembelajaran berlangsung yang diambil melalui tugas paper. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks keterampilan berkomunikasi tertulis siswa. Langkah-langkahnya sebagai berikut:
1) Menghitung rata–rata skor keterampilan berkomunikasi tertulis siswa menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
̅ = Skor keterampilan berkomunikasi tertulis siswa siswa per aspek
Σxi = Jumlah skor yang diperoleh
n = Jumlah skor maksimum (Iqma, 2009: 88). 2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks
Keterampilan berkomunikasi tertulis siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 5.
Tabel 5. Kriteria tingkat keterampilan tertulis siswa
Sumber: Iqma (2009: 80).
Skor Kriteria
85 - 100 75 - 84 66 - 74 55 - 65 < 55 Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang ̅ ∑ X 100
(65)
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Penggunaan model pembelajaran PBL berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan dengan kriteria “Baik”
2. Pengaruh model pembelajaran PBL berpengaruh secara signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada materi peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian di atas saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi siswa, untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran sebaiknya setiap siswa memiliki buku penunjang agar semua siswa memiliki tanggung jawab terhadap tugasnya dan aktif dalam proses pembelajaran
(66)
2. Bagi guru, dapat menerapkan model pembelajaran PBL untuk menjadikan kegiatan pembelajaran menjadi aktif, menarik, dan meningkatkan
kemampuan kognitif, afektif, serta psikomotorik siswa.
3. Bagi sekolah, dengan menerapkan model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kualitas pembelajaran biologi di sekolah.
4. Sebelum melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran PBL di kelas, sebaiknya diterapkan terlebih dahulu model tersebut sebelum pengambilan data agar siswa sudah mengetahui langkah-langkah pada model ini sehingga data yang diperoleh lebih baik.
5. Bagi penelitian selanjutnya yang akan menggunakan model pembelajaran PBL hendaknya lebih ditingkatkan lagi kreativitasnya dalam merancang instrumen pembelajaran agar kegiatan pembelajaran dapat lebih menarik.
(67)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Communication skils: Writing. (online). Diakses
dari http://www.kent.ac.uk/careers/sk/written-communication.htm. (24 Oktober 2014: 13.13 WIB). 14 Halaman.
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Kependidikan. Bina Aksara. Jakarta. 252 Halaman.
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung. 336 Halaman.
Amir, M. T. 2009. Inovasi pendidikan melalui problem based learning. Bagaimana pendidik memberdayakan pemelajar di era pengetahuan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 379 Halaman.
Amri, S, dan I.K. Ahmadi. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 256 Halaman.
Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 282 Halaman. Barret, Deborah J. (2015). Problem Based Learning. (online). Diakses
dari http://bahasa.kompasiana.com/2015/01/17/Problem-Based-Learning.349101.html. (Selasa, 5 Februari 2015: 19.30 WIB). 9 Halaman.
Darojah, R.U. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Dengan Media Film Animasi Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 172 Halaman. Delisle, R. 1997. How to Use Problem-Based Learning in The Classroom. Alexanderia. ASCD. 300 Halaman.
Depdiknas. 2007. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. Depdiknas. Jakarta. 37 Halaman.
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Communication skils: Writing. (online). Diakses
dari http://www.kent.ac.uk/careers/sk/written-communication.htm. (24 Oktober 2014: 13.13 WIB). 14 Halaman.
Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Kependidikan. Bina Aksara. Jakarta. 252 Halaman.
Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung. 336 Halaman.
Amir, M. T. 2009. Inovasi pendidikan melalui problem based learning. Bagaimana pendidik memberdayakan pemelajar di era pengetahuan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 379 Halaman.
Amri, S, dan I.K. Ahmadi. 2010. Kontruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 256 Halaman.
Amri, S. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum 2013. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 282 Halaman. Barret, Deborah J. (2015). Problem Based Learning. (online). Diakses
dari http://bahasa.kompasiana.com/2015/01/17/Problem-Based-Learning.349101.html. (Selasa, 5 Februari 2015: 19.30 WIB). 9 Halaman.
Darojah, R.U. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Dengan Media Film Animasi Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta (Skripsi). Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 172 Halaman. Delisle, R. 1997. How to Use Problem-Based Learning in The Classroom. Alexanderia. ASCD. 300 Halaman.
Depdiknas. 2007. Permendiknas No. 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses. Depdiknas. Jakarta. 37 Halaman.
(2)
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 Halaman.
Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 160 Halaman.
Duch, B.J., Groh, S.E., dan Allen, D.E. 2001. The Power of Problem Based Learning: a Practical “How To” for Teaching Undergraduated Courses in Any Discipline. Virginia. 244 Halaman.
Effendy, A. 2012. Hakikat Keterampilan Menulis. (online). Diakses dari http://bahasa.kompasiana.com/2012/03/25/hakikat-keterampilan-
menulis-449101.html. (Selasa, 3 Februari 2015: 11.30 WIB). 12 Halaman.
Effendy, O.U. 2006. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung. 160 Halaman.
Firdaus, I. 2012. Rendahnya Komunikasi Menulis Mahasiswa
Indonesia. (online). Diakses dari http://firdalebahmadu.blogspot. com/2012/02/rendahnya-kemampuan-menulis-mahasiswa.html.
(Selasa, 3 Februari 2015: 11. 35 WIB). 5 Halaman.
Firman. 2000. Analisis Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMK Pada Sub Pokok Bahasan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Laju Reaksi Melalui Metode Praktikum.(online). Diakses dari (http://repository .upi.Edu/ operator/upload/sd0451_0603506_chapter1 pdf. (Minggu,12 Oktober 2014: 11.25 WIB).120 Halaman.
Hake, R.R. 1998. Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey of Mechanics Test Data for
Introductory Physics Course. Am. J. Phys., Vol. 66, No. 1 (online) http://web.mit.edu/rsi/www/2005/misc/ minipaper/papers/Hake.pdf (Jumat, 21 November 2014: 13.35 WIB). 34 Halaman.
Hamalik, O. 2004. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara. Jakarta. 325 Halaman.
Hidayati, A. N. N. Rustaman, S. Redjeki dan Munandar. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skill dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru. (Prosiding Seminar nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung. 125 Halaman.
(3)
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Jakarta. 456 Halaman. Hutagalung,I. 2007. Pengembangan Kepribadian. PT Indeks. Bekasi. 140 Halaman
Iqma, N. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Model Think Pair Share dengan Media Komik
Bermuatan Cinta lingkungan pada Peserta Didik. (skripsi). (online). Diakses dari http://www.academia. Edu/3506243/ Keterampilan_ Menulis_Teks_Berita_Menggunakan_Model_Think_Pair_Share_ Dengan_Media_Komik_Bermuatan_Cinta_lingkungan_pada_Peserta Didik. (Sabtu, 07 Maret 2015: 14.20 WIB). 170 Halaman.
Iskandarwassid dan D. Sunendar. 2011. Strategi Pembelajaran Bahasa. Remaja Rosdakarya. Bandung. 322 Halaman.
Jauhar, M. 2011. Implementasi PAIKEM: dari Behavioristik Sampai Kontruktivistik. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta. 196 Halaman. Kemendikbud. 2013b. Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta. 112 Halaman.
Komaidi, D. 2011. Menulis Kreatif. Sabda Media. Yogyakarta. 232 Halaman.
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 321 Halaman.
Loranz, D. 2008. TMCC Program and Discipline Report. (online). Diakses dari http://www.gbcnv.edu (Rabu, 19 November 2014: 11.37 WIB). 7 Halaman.
Marwoto, Suyatmi dan Suyitno. 1987. Komposisi Praktis. Penerbit Handinita. Yogyakarta. 220 Halaman.
Mulyana, D. 2008. Metodelogi Penelitian Komunikasi. Remaja Pasta Karya. Bandung. 166 Halaman.
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingat Satuan Pendidikan Kemandiria Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta. 648
(4)
Halaman.
Nur, M. 2005. Pembelajaran Kooperatif. DEPDIKNAS. Jawa Timur. 122 Halaman.
Nurjamal, D. 2011. Terampil Berbahasa. Alfabeta. Bandung. 268 Halaman.
Pannen, P.D., Mustafa, dan M. Sekarwinahayu. 2005. Konstruktivisme dalam pembelajaran. PAU. PPAI. Direktorat jenderal pendidikan tinggi. DEPDIKNAS. Jakarta. 397 Halaman.
Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan
Rancangan Percobaan dengan SPSS 17. Bumi Aksara. Jakarta. 271 Halaman.
Prima, E. C., dan Kaniawati. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan Pendekatan Inkuiri untuk
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Elastisitas pada Siswa SMA. (jurnal). (online). Diakses dari
http://www.academia. Edu/3606343/ Penerapan_ Model_ Pembelajaran_Problem_Based Learning_denga_ Pendekatan_ Inkuiri_untuk_Meningkatkan_ Keterampilan_ Proses_Sains_
dan_Penguasaan_Konsep_Elastisitas_ pada_Siswa_SMA. (Selasa, 3 Februari 2015: 12.00 WIB). 12 Halaman.
Putera, I. B. S. 2012. Implementasi Problem Based Learning
(PBL) Terhada Hasil Belajar Biologi SMA Ditinjau dari Intelligence Quotien ( IQ) [Tesis]. (online). Diakses dari http://pasca.undiksha. ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/download/479/271. (Rabu, 19 November 2014: 15.20 WIB). 157 Halaman.
Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung. 165 Halaman.
Ramly, A. T. 2014. Pentingnya Komunikasi dalam Proses
Belajar-Mengajar. (online). Diakses dari http://pumpingpublisher. com/blog/pentingnya-komunikasi-dalam-proses-belajar-mengajar/. (Selasa, 3 Februari 2015: 11.20 WIB). 10 Halaman.
Rohaeni, M.A. 2013. Penerapan Peer Assessment Pada Model
Pembelajaran Jigsaw Untuk Menilai Kemampuan Berkomunikasi Lisan Siswa SMP Materi Pencemaran Lingkungan [Skripsi].
(5)
20/20BAB/20V,/20DP.pdf . (Minggu,12 Oktober 2014:13.00 WIB). 173 Halaman.
Roestiyah, N. K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bina Aksara. Jakarta. 169 Halaman.
Rukmana, M. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Keanekaragaman Hayati. [Skripsi]. Universitas lampung. Bandar Lampung. 189 Halaman.
Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 418 Halaman.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta. 379 Halaman. Semiawan, C. R. 1989. Pendekatan Keterampilan Proses. Gramedia. Jakarta. 965 Halaman.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi Aksara. Jakarta. 195 Halaman.
Soekamto, T., dan U. S. Wiknataputra. 1992. Prinsip Belajar
dan Pembelajaran. Universitas Terbuka. Jakarta. 310 Halaman. Sudijono, A. 2005. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 344 Halaman.
Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta. 244 Halaman.
Suriamiharja, A. 1996/1997. Petunjuk Praktis Penulis. Depdikbud. Jakarta.201 Halaman.
Tarigan, D. 1996. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangan. Angkasa. Bandung. 256 Halaman.
Tarigan, H. G. (2008). Membaca Sebagai Suatu keterampilan Berbahasa. Angkasa. Bandung. 204 Halaman.
(6)
Konsep, Landasan dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana. Jakarta. 456 Halaman. Wisnuwardhani, D dan S.F. Mashoedi. 2012. Hubungan Interpersonal. Salemba Humanika. Jakarta. 162 Halaman.
Wulan, A. R. 2013. Penilaian Kinerja dan Portofolio pada
Pembelajaran Biologi. (online). Diakses dari http:// Ratnawulan. Wordpress. com/2013/04/17/penilaian-kinerja-dan-potrofolio/pdf. (Selasa, 3 Februari 2015: 11.45 WIB). 45 Halaman.