PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Nusantara

(1)

ii ABSTRAK

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS

DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Nusantara Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

HERLINDA OKTARINA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain pretest-posttest kelompok tak ekuivalen. Sampel penelitian adalah siswa kelas VII A dan VII C yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa rata-rata nilai

keterampilan berkomunikasi tertulis siswa yang diperoleh dari tugas paper dan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretest,

posttest dan gain, kemudian dianalisis secara statistik menggunakan uji U pada taraf kepercayaan 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan rata-rata siswa kelas eksperimen memiliki keterampilan berkomunikasi tertulis dengan kriteria “baik” (78,40 ± 0,1).


(2)

iii

Keterampilan memberikan tanggapan/komentar pada paper memiliki kriteria

“baik” (83,09 ± 0,47), siswa mampu menuliskan tanggapan yang bersesuaian dengan masalah. Keterampilan memberikan tanggapan/komentar secara kritis dan logis memiliki kriteria “baik” (83,09 ± 0,47), siswa mampu menuliskan tanggapan yang dinyatakan secara kritis dan logis pada paper. Keterampilan memberikan solusi yang tepat memiliki kriteria “sangat baik” (86,03 ±0,61), siswa mampu menuliskan solusi yang tepat untuk mengurangi pencemaran dan kerusakan yang ada dalam wacana. Keterampilan memberikan kesimpulan yang logis memiliki

kriteria “baik” (76,47 ± 0,65), siswa mampu menuliskan kesimpulan yang logis dan berkaitan dengan tanggapan dan solusi, serta pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan memiliki kriteria “baik” (84,31 ± 0,51) yaitu dengan berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD).

Keterampilan berkomunikasi tertulis yang baik ternyata diikuti oleh peningkatan hasil belajar.

Peningkatan hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol, dengan rata-rata nilai gain (86.6±13,3). Serta rata-rata indikator ranah kognitif C2 (11,5 ± 7,6), C3 (33,8 ± 8,9), dan C4 (12,5 ± 7,6). Dengan demikian, model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa. Kata kunci : Pembelajaran Problem Based Learning (PBL), komunikasi tertulis,


(3)

PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

(Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Nusantara Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

HERLINDA OKTARINA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar lampung pada tanggal 17 Oktober 1993, merupakan anak keempat dari empat bersaudara, buah hati dari pasangan bahagia Bapak Maryono M, SP dengan Ibu Haida HB. Penulis bertempat tinggal di Jln. Jati Gang Noor Muhammad No. 38 Tanjung Raya Kedamaian Bandar Lampung. Nomer Telepon/Hp: (0721) 257574 / 082307226994.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1998 di TK Pertiwi Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 1999. Tahun 1999 penulis bersekolah di SD Negeri 2 Rawa Laut (Teladan) Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2005. Tahun 2005 diterima di SMP Negeri 1 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di SMA Negeri 12 Bandar

Lampung dan selesai pada tahun 2011. Tahun 2011 penulis diterima di Universitas Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Pada tahun 2014, penulis melaksanakan program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Pematang Sawa dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Way Nipah Kecamatan Pematang Sawa Kabupaten Tanggamus. Tahun 2015


(8)

vii

peneliti melakukan penelitian di SMP Nusantara Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).


(9)

viii

Dengan menyebut nama Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi robbil ‘alamin, segala puji untuk Mu ya Rabb atas segala kemudahan, limpahan rahmad dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa, rasa syukur dan

segala kerendahan hati.

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya ini untuk orang- orang yang akan selalu berharga dalam hidupku:

Ayah (Maryono M., SP) dan Ibu (Haida HB)

Sosok ayah yang baik hati, bertanggung jawab serta selalu membimbing dan Sosok Ibu yang penuh kesabaran menjadi sebuah motivasiku untuk terus maju

Terimakasih untuk cinta dan kasih sayang yang tiada terhingga untukku,

Keluargaku Tercinta (Uwo, Odo, Ngah, Temudo, Kaka, Dongah, Keisha, dan

Alifa)

Terimakasih untuk segala cinta, motivasi dan segala bentuk dukungan yang kalian berikan untukku.

Sahabat-sahabatku tercinta seperjuangan Pendidikan Biologi 2011

Terimakasih untuk persahabatan kita selama ini semoga persahabatan kita kelak

kan abadi sepanjang masa.

Para Pendidikku (Guru-guruku)

Terimakasih atas bimbingan yang diberikan padaku hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu.


(10)

ix

Moto

Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, Niscaya akan

menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya

(Qs. Ath-Thalaq 65: 4)

Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi

dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan

itu untuk dirimu sendiri

(Qs. Al-

Isra’: 7

)

“Anyone who stops learning is old, whether at twenty or

eighty. Anyone who keeps learning stays young”

(Henry Ford)

Yakinlah setelah ada hujan pasti akan ada pelangi, setelah

kesulitan, pasti akan ada jalan keluarnya


(11)

xi

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan nikmat-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Terhadap

Keterampilan Berkomunikasi Tertulis dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Nusantara Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan motivasi hingga skripsi ini dapat selesai

4. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;


(12)

xii

5. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan motivasi dalam proses penyelesaian skripsi ini;

6. Drs. Arwin Achmad M.Si., selaku Pembahas atas saran-saran perbaikan dan motivasi yang sangat berharga;

7. Hi. Muhammad Yusri, S.Pd., MM., selaku Kepala SMP Nusantara Bandar Lampung; Liscia Hartati, S.Pd., selaku guru mitra, yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian serta motivasi yang berharga;

8. Rekan-rekan Pendidikan Biologi 2011, kakak dan adik tingkat Pendidikan Biologi FKIP UNILA atas persahabatan dan keceriaannya;

9. Sahabat-sahabat terbaikku (Karyanti, Chintia Monalia, Indah Surya P., Winda Riana, Fadhilah Khairani, Tyas Kharimah T., Lita Yudhitya, Zhakia El Shinta, Qurrota Aina, Megyan Pratama, Ardi Nova I., Ahmad Efendi, Ave Suakanila F., Janggan Asmoro, Rizki Aprizal, dan Junaidi) terimakasih untuk semangat, dukungan, bantuan, keceriaan dan kebersamaan selama ini dalam susah dan senang;

10.Sahabat-sahabat tercinta (Ayu Tia, Selvy Alviany, Triyana Malinda, dan Eva Triyani) terimakasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan; 11.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Akhir kata, sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, Juli 2015 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Pemelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Probem Based Learning (PBL) ... 12

B. Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 23

C. Hasil Belajar ... 29

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 36

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

C. Desain Penelitian ... 37

D. Prosedur Penelitian ... 37

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 44

G. Teknik Analisis Data ... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 51

B. Pembahasan ... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 66

B. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN


(14)

xiv

1. Silabus ... 74

2. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 80

3. Lembar Kerja Siswa ... 93

4. Kunci Jawaban LKS ... 105

5. Rubrik LKS ... 113

6. Kisi-kisi Pretest Posttest ... 122

7. Soal Pretest dan Posttest ... 125

8. Kunci Jawaban Pretest Posttest ... 128

9. Rubrik Pretest Posttest ... 129

10. Tugas Paper ... 134

11. Lembar Observasi Keterampilan Berkomunikasi Tertulis ... 136


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak pembelajaran berdasarkan masalah (PBL) ... 19 2. Ranah Kognitif Menurut Bloom ... 33 3. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Tertulis Siswa ... 45 4. Keterangan aspek penilaian keterampilan komunikasi tertulis siswa…... 45 5. Kriteria Tingkat Keterampilan Komunikasi Tertulis iswa………. 50 6. Keterampilan Berkomunikasi Terulis Siswa ... 51 7. Hasil uji normalitas nilai pretest, posttest, dan N-Gain pada siswa kelas

eksperimen dan kelas kontrol ... 53 8. Hasil belajar pada setiap indikator kelas eksperimen dan kontrol ... 54


(16)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusiawi, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar. Proses itu sendiri merupakan mata rantai yang menghubungkan antara guru dan siswa sehingga terbina komunikasi yang memiliki tujuan yaitu tujuan pembelajaran (Istanto, 2012: 1).

Komunikasi sangat penting bagi keberlangsungan hidup, hubungan, pekerjaan dan kesuksesan seseorang. Tanpa komunikasi kehidupan akan mati. Juga karena pentingnya komunikasi maka hampir 99 % manusia menghabiskan aktivitasnya dengan komunikasi. Dalam proses belajar-mengajar, komunikasi bukan sekedar penting atau tidak, tetapi komunikasi yang bagaimana (how to) memberikan pengaruh baik, bukan hanya pada efektivitas pengajaran,

kemampuan anak didik untuk mengerti tetapi komunikasi yang akan

berdampak baik pada sikap, perilaku, mental dan cara berpikir dimasa depan anak-anak peserta didik (Ramly, 2014: 2). Komunikasi menjadi sangat penting perannya karena peristiwa memindahkan pengetahuan dari guru kepada peserta didik, peristiwa membentuk perilaku dan moral yang baik. Dengan menguasai komunikasi yang tepat maka sang guru punya peluang lebih menguasai dan mengendalikan proses belajar mengajar dikelas (Ramly, 2014: 2).


(17)

Pemahaman dari arti komunikasi masih kurang dimiliki oleh siswa dan guru. Guru misalnya masih berpikir sempit, hanya mengartikan komunikasi adalah interaksi dua arah dari si pembicara dan si pendengar (siswa) yang bersifat lisan (Suratno, 2011: 2). Komunikasi yang sebenarnya adalah adanya

komunikasi yang luas selain aksi lisan tersebut. Komunikasi bisa tulisan, gerak, serta perilaku, dan semuanya itu memiliki makna yang ada korelasinya dengan konsep yang sedang digarap sehingga diharapkan ada pemahaman baru yang akan lebih bijaksana dalam menyikapi aksi-aksi yang terjadi di kelas (Suratno, 2011: 2).

Jika ditinjau dari sifatnya, komunikasi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi lisan dan komunikasi tertulis (Purnamawati, 2010: 3). Dalam komunikasi tertulis, penulis terikat dengan konsep atau aturan ejaan tertentu untuk memenuhi syarat sebagai komunikasi tertulis yang baik. Penulis harus

memperhatikan struktur kalimat yang rumit agar bisa dipahami oleh pembaca (Niam, 2008: 4). Menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini, diantaranya meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas, mendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi (Dalman, 2014: 6).

Namun pada kenyataannya, keterampilan komunikasi tertulis di dunia pendidikan masih sangat rendah. Hal ini dibuktikan dengan sedikitnya karya ilmiah Indonesia yang diterima di ranah Internasional. CIA Word Factbook 2004 mencatat bahwa Indonesia menempati urutan keempat dengan predikat kepadatan penduduk di dunia. Logikanya, Indonesia dapat memproduksi karya


(18)

ilmiah lebih banyak dibandingkan dengan Negara yang jumlah penduduknya lebih sedikit. Namun, hal itu ternyata tidak berlaku di Indonesia. Malaysia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari Indonesia ternyata mampu menerbitkan karya ilmiah lebih banyak dari Indonesia. Jumlah karya ilmiah Indonesia hanya sekitar sepertujuh dari jumlah karya ilmiah Malaysia (Priangan, 2014: 1). Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di SMP Nusantara Bandar Lampung menunjukkan bahwa proses pembelajaran IPA yang dilaksanakan di sekolah tersebut belum mengembangkan keterampilan berkomunikasi tertulis siswa secara optimal. Hal tersebut dapat dilihat dari laporan, tugas, maupun jawaban siswa dalam menuliskan jawaban, ide dan gagasan yang masih rendah, tulisan siswa belum memenuhi kriteria menulis yang baik.

Menurut guru IPA di SMP Nusantara, siswa belum memahami bagaimana menulis yang baik dan benar, dilihat dari hasil tugas menulis siswa antara judul dengan isi kurang sesuai dan masih banyak pengulangan kata serta jawaban yang diberikan siswa kurang relevan dengan soal yang diberikan guru. Karena keterampilan menulis yang masih terbilang rendah, hal ini juga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang juga rendah. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA pada tiap tahunnya rendah, sekitar 40% siswa memperoleh hasil belajar kognitif pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan

lingkungan, dengan rata-rata 54,5. Nilai rata-rata tersebut belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 64. Hasil ulangan tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu 100% siswa memperoleh nilai ≥64.


(19)

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa proses pembelajaran yang dilakukan umumnya hanya menggunakan metode diskusi kelompok. Pembelajaran dengan metode diskusi kelompok yang dilakukan di sekolah tidak meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis siswa dan hasil belajar siswa karena guru hanya memberikan soal untuk didiskusikan dan persoalan yang didiskusikan tidak bercirikan masalah dan jawaban dari persoalan tersebut telah tersedia dalam buku teks yang dimiliki siswa. Sehingga siswa kurang menguasai materi yang diberikan guru. Selain itu selama pelaksanaan observasi diketahui bahwa beberapa siswa terkadang merasa bosan dan bermain-main di dalam kelas selama proses pembelajaran saat luput dari perhatian guru dan terlihat kurang fokus terhadap pelajaran yang sedang berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas maka dibutuhkan solusi untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa di SMP Nusantara Bandar Lampung. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat

meningkatkan keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa adalah model Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar (Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2014: 241). Melalui masalah dunia nyata tersebut, siswa akan tertantang untuk melakukan aktivitas pemecahan masalah sehingga dapat melatih keterampilan berkomunikasi tertulis dituangkan dalam


(20)

yang berlangsung di dalam kelas akan lebih dominan dilakukan oleh siswa dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Keunggulan dari model pembelajaran PBL adalah dengan PBL terjadi pembelajaran bermakna, siswa yang belajar memcahkan suatu masalah akan menerapkan pengatahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui

pengetahuan diperlukan. Serta PBL juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan intrapersonal dalam bekerja kelompok (Kemendikbud, 2013: 2).

Penelitian yang dilakukan oleh Prima dan Kaniawati (2014: 4) menunjukkan bahwa keterampilan berkomunikasi pada kelas eksperimen mengalami peningkatan dengan kategori tinggi dengan menggunakan model PBL dibandingkan dengan kelas kontrol yang mengalami peningkatan dengan kategori sedang dengan menggunakan model demonstrasi. Penelitian yang dilakukakan Rukmana (2013: 44) menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran IPA dengan menggunakan model PBL. Penelitian yang lain dilakukan Rica (2012: 52) yang menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA melalui model PBLmengalami peningkatan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Berkomunikasi Tertulis dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Peran Manusia dalam Pengelolaan Lingkungan”.


(21)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh penggunaan model PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis pada materi pokok peran manusia dalam

pengelolaan lingkungan?

2. Apakah penggunaan model PBL berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Pengaruh dari penggunaan model PBL terhadap keterampilan berkomunikasi tertulis pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran dengan materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan menggunakan model PBL.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman yang nyata bagi peneliti sebagai calon pendidik di masa depan sehingga peneliti dapat merancang dan melaksanakan


(22)

pembelajaran untuk model PBL dengan benar sebagai salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk mengembangkan keterampilan

berkomunikasi tertulis serta meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Bagi siswa

Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dengan penerapan model PBL sehingga keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa menjadi meningkat.

3. Bagi Guru

Merupakan alternatif bagi guru untuk menerapkan model PBL sebagai salah satu model yang dapat digunakan di kelas sehingga kualitas pendidikan menjadi meningkat.

4. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan ditingkat SMP.

E.Ruang Lingkup Penelitian

Agar tujuan penelitian ini tercapai sesuai dengan rumusan masalah maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut :

a. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah PBL. Langkah-langkah PBL, yakni: (1) mengorientasikan siswa pada masalah, (2) mengorganisasikan siswa untuk belajar, (3) membimbing penyelidikan individu maupun kelompok, (4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan (5) menganalisis dan mengevaluasi hasil pemecahan masalah (Hamdayama, 2014: 212).


(23)

b. Keterampilan berkomunikasi tertulis yang diamati dalam penelitian ini mencakup tujuh indikator, yakni: (1) tanggapan/komentar bersesuaian dengan permasalahan; (2) tanggapan/komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) solusi yang tepat; (4) kesimpulan yang logis; (5) pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan (Anonim, 2013: 2).

c. Peningkatan hasil belajar yang diamati pada penelitian ini diukur berdasarkan nilai yang diperoleh dari hasil pretest, posttest dan N-Gain. d. Subjek penelitiannya adalah siswa-siswi kelas VII semester genap di SMP

Nusantara Bandar Lampung tahun Pelajaran 2014/2015. Sampel penelitian adalah kelas VII C yang berjumlah 34 siswa sebagai kelas eksperimen dan kelas VII A yang berjumlah 34 siswa sebagai kelas kontrol.

e. Materi dalam penelitian ini adalah materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan yang terdapat pada KD. 7.4 ”Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan”.

F.Kerangka Pikir

Biologi bukan merupakan suatu proses pemindahan pengetahuan secara langsung dari guru ke siswa. Biologi juga bukan merupakan mata pelajaran hapalan yang harus selalu dihapal, melainkan juga membutuhkan konsep-konsep sains. Dalam pembelajaran Biologi siswa harus aktif mencari tahu dengan membentuk pengetahuannya, dan guru hanya sebagai fasilitator yang membantu dan membimbing siswa agar proses pencarian itu berjalan dengan baik. Keterampilan berkomunikasi tertulis sangat dibutuhkan dalam


(24)

menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis harus memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan perwajahan.

Keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa harus selalu ditingkatkan, salah satunya dengan menggunakan model dalam proses pembelajaran. Mengingat pentingnya keterampilan tersebut maka harus di terapkan suatu model yang dapat memfasilitasi pengembangan keterampilan tersebut. Salah satu model yang dapat mengembangkan keterampilan

berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa terutama pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan adalah model PBL.

Melalui model pembelajaran PBL ini siswa dapat menganalisis atau memecahkan suatu masalah yang berkaitan dengan materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan, agar keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa dapat bertambah, dengan demikian telah terjadi proses belajar dalam diri siswa.Pada model PBL tahap pertama yaitu

Orientasi siswa pada masalah, pada tahap ini siswa diberikan masalah oleh guru yang harus diberikan solusi atau pemecahan masalahnya. Tahap kedua yaitu mengorganisasikan siswa untuk belajar, pada tahap ini siswa dilatih dalam menganalisis suatu masalah kemudian memberikan pemecahan masalahnya. Pada tahapan ketiga siswa mengumpulkan informasi untuk mendapatkan pemecahan masalah, kemudian di tahapan keempat siswa menyajikan hasil karyanya berupa laporan hasil dikusi. Di tahap keempat ini siswa mulai terlatih dalam menuliskan gagasan, pendapat, atau tanggapan


(25)

mengenai pemecahan masalah atau solusi yang harus dilakukan. Dalam tulisan tersebut siswa dapat menginformasikan atau membuat laporan yang akan dibaca oleh teman-temannya, sehingga secara tidak langsung hal ini dapat mengasah keterampilan berkomunikasi tertulis yang berdampak terhadap peningkatan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang menggunakan dua kelas. Pada penelitian ini dilakukan pengujian untuk membandingkan

keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa menggunakan model PBL pada kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol

menggunakan metode diskusi. Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu variabel bebas (x) dan variabel terikat (y), variabel bebasnya adalah model pembelajaran PBL dan variabel terikatnya adalah keterampilan berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa.

Hubungan antara variabel tersebut di gambarkan dalam diagram berikut ini:

Keterangan : X = Model PBL

Y1 = Keterampilan Berkomunikasi Tertulis

Y2 = Hasil Belajar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat

Y1

X


(26)

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

“Dengan menerapkan model PBL dapat mempengaruhi keterampilan

berkomunikasi tertulis dan hasil belajar siswa pada kelas VII SMP Nusantara Bandar Lampung dalam pembelajaran materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan”.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Model Problem Based Learning (PBL)

Problem Based Learning pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1970-an di Universitas Mc Master Fakultas Kedokteran Kanada, sebagai satu upaya menemukan solusi dalam diagnosis dengan membuat pertanyaan-pertanyaan sesuai situasi yang ada (Rusman, 2014: 242). Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar (Ibrahim dan Nur dalam Rusman, 2014: 241).

PBL adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstuktur (ill structured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berfikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru (Hosnan, 2014: 298).Hal

tersebut serupa dengan pernyataan Daryanto (2014: 29) bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang

menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang siswa untuk belajar. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada kerangka kerja teoritik konstruktivisme yang fokus


(28)

pembelajarannya ada pada masalah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa tidak saja harus memahami konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian, teteapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan

keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah (Hamdayama, 2014: 210).

Menurut Tan (dalam Rusman, 2014: 229) bahwa pembelajaran berbasis masalah mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa melalui bekerja sama dalam kelompok sehingga siswa mampu memberdayakan, mengasah, dan menguji kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Lloyd-Jones, Margeston dan Bligh (dalam Barret, 2005: 14) menyatakan bahwa tiga unsur yang menonjol dalam pembelajaran dengan model PBL yaitu adanya pemicu masalah, identifikasi isu-isu oleh siswa dan penggunaan pengetahuan untuk memajukan pemahaman terhadap masalah.

Tujuan utama PBL bukanlah penyampaian sejumlah besar pengetahuan kepada siswa, melainkan pada pengembangan kemampuan berfikir kritis dan

kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan siswa untuk secara aktif membangun pengetahuan sendiri, serta PBL juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial siswa (Hosnan, 2014: 299). Hal tersebut juga serupa mengenai tujuan PBL yang dinyatakan oleh Rusman (2014: 238) bahwa tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah penguasaan materi belajar dan pengembangan


(29)

keterampilan pemecahan masalah. Siswa dalam PBL belajar memaknai hubungan dalam kehidupan yang lebih luas, keterampilan menilai informasi, bekerja sama, serta keterampilan berpikir reflektif dan evaluatif.

Model PBL dimulai dengan masalah yang tidak terstruktur–sesuatu yang kacau. Dari kekacauan ini siswa menggunakan berbagai kecerdasannya melalui diskusi dan penelitian untuk menentukan isu nyata yang ada. Model PBL memiliki berbagai potensi manfaat bagi siswa antara lain (1) siswa akan menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi ajar, (2) siswa akan meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, (3) mendorong siswa untuk berfikir, (4) siswa akan membangun kerja tim, kepemimpinan, dan keterampilan sosial, (5) dapat membangun kecakapan belajar (life-long learning skills), dan (6) memotivasi siswa (Amir, 2013: 27-29).

Siswa dalam model PBL mampu memahami konsep dan prinsip dari suatu materi dimulai dari bekerja dan belajar terhadap situasi atau masalah yang diberikan melalui investigasi, inquiry, dan pemecahan masalah. Siswa membangun konsep atau prinsip dengan kemampuannya sendiri yang mengintegrasikan keterampilan dan pengetahuan yang sudah dipahami

sebelumnya. Model PBL melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu (Rusman, 2014: 242-243).Dalam model PBL bahan belajar siswa berupa masalah-masalah yang harus dipecahkan. Belajar pemecahan masalah-masalah pada dasarnya


(30)

adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan (Syah, 2004: 127).

Kemendikbud (2013: 2) memaparkan bahwa keunggulan dari model pembelajaran PBL adalah:

a. Dengan PBL terjadi pembelajaran bermakna. Siswa yang belajar

memcahkan suatu masalah akan menerapkan pengatahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan keadaan situasi tempat konsep diterapkan.

b. Dalam situasi PBL, siswa mengintegrasikan pengatahuan dan keterampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. c. PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan

inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan intrapersonal dalam bekerja kelompok. PBL dikembangkan dengan harapan memberikan dampak intruksional berupa (1) penigkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran, (2) pengembangan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah otentik, dan (3) peningkatan kemampuan siswa dalam berpikir kritis, kreatif, dan inovatif. Dampak penyertanya adalah dalam hal (1) mengembangkan karakter siswa


(31)

antara lain disiplin, cermat, kerja keras, tanggung jawab, toleran, santun, berani, dann kritis, serta etis, dan (2) membentuk kecakapan hidup dalam diri siswa, (3) meningkatkan sikap ilmiah, (4) meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi, berargumentasi, dan berkolaborasi/kerja sama (Abidin, 2014: 166). Kelemahan PBL adalah sebagai berikut: (a) apabila siswa

mengalami kegagalan atau kurang percaya diri dengan minat yang rendah maka siswa enggan untuk mencoba lagi; (b) PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan; dan (c) pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang dipecahkan maka siswa kurang termotivasi untuk belajar (Sanjaya, 2008: 221).

Pembelajaran dengan model PBL dapat memfasilitasi siswa untuk turut dalam pembelajaran sehingga pengalaman belajar siswa bertambah. Model PBL dapat membantu siswa mencapai tujuan belajar. Hasil belajar bukan hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan pembagian kerja. Dengan demikian aktivitas dan produk yang dihasilkan dari aktivitas belajar ini mendapatkan penilaian (Sukmadinata, 2007: 179).

Karakteristik pembelajaran berbasis masalah menurut Rusman (2014: 233-234) adalah (1) masalah digunakan sebagai starting point dalam belajar; (2)

permasalahan bersifat real dengan dunia nyata yang tidak terstruktur; (3) permasalahan membutuhkan perspektif ganda; (4) permasalahan, menantang pengetahuan yang dimilki oleh siswa, sikap, kompetensi, yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;


(32)

(5) belajar pengarahan diri menjadi hal utama; (6) pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya dan evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam pembelajaran berbasis masalah; (7) proses pembelajaran berlangsung secara kolaboratif, komunikasi, dan

kooperatif; (8) pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan; (9) keterbukaan proses dalam pembelajaran berbasis masalah meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar; (10) pembelajaran berbasis masalah melibatkan evaluasi dan

review pengalaman dan proses belajar.

Hal ini serupa dengan karakeristik model PBL yang dikemukakan oleh Hamdayama (2014: 209-210) yaitu: (1) belajar dimulai dengan satu masalah; (2) memastikan bahwa masalah tersebut berhubungan dengan dunia nyata siswa; (3) mengorganisasikan pelajaran seputar masalah, bukan seputar disiplin ilmu; (4) memberikan tanggung jawab yang besar kepada siswa dalam

membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri; (5) menggunakan kelompok kecil; (6) menuntut siswa untuk

mendemostrasikan yang telah mereka pelajari dalam bentuk produk atau kinerja.

Alur proses pembelajaran berbasis masalah, dapat dilihat pada gambar berikut (Rusman, 2014: 233).


(33)

Gambar 2. Keberagaman Pendekatan PBL

Proses pembelajaran berbasis masalah menfasilitasi siswa belajar dalam kelompok/tim dan berkolaborasi untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis informasi/data yang relevan, dan mengelaborasi solusi (Rusman, 2014: 235). Langkah-langkah PBL menurut Kunandar (2011: 64) merumuskan seperti pada Tabel 1.

Menentukan Masalah

Analisis Masalah dan Isu Belajar

Pertemuan dan Laporan

Penyajian Solusi dan Refleksi

Kesimpulan, Integrasi, dan Evaluasi

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri

Belajar Pengarahan Diri


(34)

Tabel 1. Langkah-langkah PBL

Secara khusus tiap fase dalam model tersebut dijelaskan secara lebih mendetail dan terperinci oleh Dasna dan Sutrisna (2010: 6) yakni sebagai berikut:

Fase 1: Orientasi Siswa pada Masalah

Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting karena guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. Di samping proses yang akan berlangsung, sangat penting juga dijelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini sangat penting untuk memberikan motivasi agar siswa dapat engage dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah

2 Mengorganisasi siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisika dan

mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing pengalaman individual/kelompok

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya

5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.


(35)

Fase 2: Mengorganisasi Siswa untuk Belajar

Selain mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, PBL juga mendorong siswa untuk berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok siswa. Guru sangat penting

memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua siswa aktif terlibat dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut.

Fase 3: Membimbing Pengalaman Individual/Kelompok

Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun setiap situasi

permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, tetapi pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik yakni

pengumpulan data dan eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pada tahap ini, guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Guru membantu siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, dan ia seharusnya


(36)

dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan. Setelah siswa mengumpulkan cukup data dan memberikan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, selanjutnya mereka mulai menawarkan penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan, dan pemecahan.

Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis, tetapi bisa suatu videotape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Langkah selanjutnya adalah memamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pameran ini melibatkan siswa-siswa lainnya, guru-guru, orangtua yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.

Fase 5: Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Kapan mereka pertama kali memperoleh pemahaman yang jelas tentang situasi masalah? Mengapa mereka dapat menerima penjelasan lebih siap dibanding yang lain? Mengapa mereka menolak beberapa penjelasan? Mengapa


(37)

mereka mengadopsi pemecahan akhir dari mereka? Tentunya masih banyak lagi pertanyaan yang dapat diajukan untuk memberikan umpan balik dan menginvestigasi kelemahan dan kekuatan PBL untuk

pengajaran.

Sintaks strategi pembelajaran berbasis masalah terdiri dari memberikan orientasi permasalahan kepada siswa, mendiagnosis masalah, pendidik membimbing proses pengumpulan data individu maupun kelompok,

mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil. Strategi pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan melalui kegiatan individu maupun kegiatan kelompok. Penerapan tersebut tergantung pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan materi yang akan diajarkan. Apabila materi yang akan diajarkan dirasa membutuhkan pemikiran yang dalam, maka sebaiknya pembelajaran dilakukan melalui kegiatan

kelompok, begitu pula sebaliknya (Suryani dan Agung, 2012: 115).

Penelitian yang dilakukan Wulandari (2013: 11-12) bahwa dengan model PBL siswa dapat lebih menekankan pada pertukaran pendapat dan berbagi

pengalaman dalam pemecahan masalah. Siswa yang memiliki motivasi tinggi akan lebih tertarik untuk meng-explor pengetahuan dan berkeinginan untuk mengetahui suatu hal baru guna memecahkan masalah yang berhubungan dengan dunia nyata. Sehinnga siswa yang memiliki motivasi rendah yang diajar dengan metode PBL lebih termotivasi untuk menelusuri pengetahuan sendiri daripada siswa yang diajar dengan metode pembelajaran demonstrasi. Hal ini juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan.


(38)

B.Keterampilan Komunikasi Tertulis

Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang berarti “bersama”. Sedangkan menurut kamus, definisi komunikasi dapat meliputi ungkapan-ungkapan seperti berbagai informasi atau pengetahuan, memberi gagasan atau bertukar pemikiran, informasi, atau yang sejenisnya dengan tulisan atau ucapan (Hutagalung. 2007: 65).

Salah satu dari keterampilan proses yang dikembangkan dalam diri siswa adalah keterampilan berkomunikasi (Firman, 2000: 1). Menurut Santrock (2011: 14) keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang perlu diperhatikan dan penting dalam dunia pendidikan. Keterampilan

komunikasi tidak hanya penting dalam kegiatan belajar dan mengajar tetapi juga dalam berinteraksi dengan orang tua. Guru yang efektif juga berusaha untuk meningkatkan keterampilan komunikasi para siswa. Keterampilan komunikasi juga sangat penting karena dinilai sebagai keterampilan yang paling dicari oleh para pemberi kerja pada saat ini.

Komunikasi adalah proses yang terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan dua orang atau lebih baik secara verbal dan non verbal (Effendy, 2006: 9). Dimyati dan Mudjiono (2002: 143) mengatakan komunikasi dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Hal ini didasarkan bahwa semua orang mempunyai kebutuhan untuk mengemukakan ide, perasaan, dan kebutuhan


(39)

orang lain pada diri kita. Komunikasi merupakan cara berbagi ide dan memperjelas pemahaman. Melalui komunikasi ide dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan.

Ditinjau dari prosesnya, pendidikan adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri atas manusia, yakni pengajar sebagai komunikator dan pelajar sebagai komunikan (Effendy, 2006: 101). Pada umumnya pendidikan berlangsung secara berencana di dalam kelas secara tatap muka (face to face). Komunikasi yang terjadi antara pengajar dan pelajar merupakan komunikasi dua arah atau dialog dimana si pelajar menjadi komunikan dan komunikator, dengan demikian si pengajar. Terjadinya

komunikasi dua arah apabila para pelajar bersifat responsive, mengetengahkan pendapat atau mengajukan pertanyaan, diminta atau tidak diminta. Apabila pelajar hanya pasif saja, hanya mendengarkan tanpa ada suatu pernyataan atau pertanyaan maka komunikasi tersebut berlangsung satu arah, dan komunikasi itu tidak efektif (Effendy, 2006: 101-102).

Anonim (2013: 2) mengemukakan bahwa mengajarkan berkomunikasi

merupakan hal yang penting di dunia pendidikan, yang tertulis di dalam jurnal yaitu mengajarkan komunikasi menurut ahli merupakan hal yang penting untuk mempersiapkan siswa berkomunikasi lebih baik dengan teman sebaya dan akademis, merumuskan pertanyaan untuk belajar. Hal ini tidak terpisahkan untuk mempersiapkan mereka ke lingkungan yang profesional dan

mengembangkan keterampilan berkomunikasi sebagai lulusan yang siap di dunia pekerjaan.


(40)

Ditunjau dari sifatnya kemampuan komunikasi dibedakan menjadi kemampuan berkomunikasi tulisan dan komunikasi lisan (Effendi dalam Rohaeni, 2013: 23).

A. Kemampuan komunikasi tulisan

Kemampuan komunikasi tulisan merupakan bagian dari Keterampilan Proses Sains (KPS), dimana komunikasi ini dilakukan melalui gambar, grafik, tabel dan bagan (Dewi dalam Rohaeni, 2013: 23).

B. Kemampuan komunikasi lisan

Kemampuan komunikasi lisan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap orang. Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan.

Kemampuan mendengarkan akan membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan bicara merasa diperhatikan dan dihargai (Dewi dalam Rohaeni, 2013: 23).

Hal tersebut serupa dengan yang dikemukakan oleh Suranto (2011: 6) bahwa penyampaian pesan atau komunikasi dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis. Pada komunikasi secara tertulis keuntungannya adalah bahwa pesan bersifat permanen, karena pesan-pesan yang disampaikan dilakukan secara tertulis. Selain itu catatan-catatan tertulis juga mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan (distorsi) terhadap gagasan-gagasan yang ingin disampaikan, disebabkan tersedianya waktu yang cukup untuk memikirkan rumusan yang tepat ke dalam bentuk tulisan.


(41)

Komunikasi tulis cendrung lebih unggul dalam isi pikiran maupun struktur kalimat, lebih formal dalam gaya bahasa, dan jauh lebih teratur dalam

pengertian ide-ide. Sang penulis biasanya telah memikiri dalam-dalam setiap kalimat sebelum dia menulis naskahnya, dia sering memeriksa memperbaiki kalimat-kalimatnya beberapa kali sebelum dia menyelesaikan tulisannya (Tarigan, 1996: 97).

Keterampilan menulis sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap siswa sebagai hasil belajar. Dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan ide/gagasan dalam bentuk karangan secara leluasa (Dalman, 2014: 1).

Menulis adalah proses penyampaian pikiran, angan-angan, perasaan dalam bentuk lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna. Dalam kegiatan menulis terdapat suatu tanda/tulisan berupa kumpulan huruf yang membentuk kata, kumpulan kata membentuk kelompok kata atau kalimat, kumpulan kalimat membentuk paragraf, dan kumpulan paragraf membentuk wacana/karangan yang utuh dan bermakna (Dalman, 2014: 4). Sedangkan Tarigan (dalam Suriamiharja, 1996 : 1) menyatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipakai seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran tersebut.

Menurut Dalman (2014: 3) menulis merupakan suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan (informasi) secara tertulis kepada pihak lain dengan


(42)

menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur.

Keterampilan menulis untuk membangun makna dan berekspresi sebagai salah satu kompetensi multiliterasi merupakan keterampilan untuk menghasilkan gagasan kritis kreatif atas pengatahuan yang sudah dimiliki. Menulis untuk membangun makna berarti bahwa kegiatan menulis yang dilakukan tidak hanya sekedar berfungsi sebagai sarana menyalurkan ide orang lain melainkan sarana untuk menyalurkan ide siswa sendiri sehingga pemahamannya atas sesuatu hal akan semakin meningkat. Lebih jauh melalui kegiatan menulis ini, siswa akan mampu mengkomunikasikan ide-ide tersebut pada orang lain sehingga akan terbina pula kemampuannya dalam berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain tersebut (Abidin, 2014: 185).

Menulis dalam prosesnya akan menggunakan kedua belahan otak. Menulis adalah sebuah proses mengait-ngaitkan antara kata, kalimat, paragraph maupun antara bab secara logis agar dapat dipahami. Proses ini mendorong seorang penulis harus berpikir secara sistematis dan logis sekaligus kreatif. Sebagai proses kreatif yang berlangsung secara kognitif, dalam komunikasi tulis terdapat empat unsur yang terlibat, yaitu (1) penulis sebagai penyampai pesan; (2) pesan atau isi tulisan; (3) saluran atau media berupa tulisan; dan (4) pembaca sebagai penerima pesan (Dalman, 2014: 5-6).

Ditinjau dari sudut kepentingan pengarang, menulis memiliki beberapa tujuan yang dikemukakan oleh Dalman (2014: 13-14) antara lain:


(43)

a. Tujuan Penugasan

Pada umumnya para pelajar, menulis sebuah karangan dengan tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru atau sebuah lembaga. Bentuk tulisannya berupa makalah, laporan ataupun karangan bebas.

b. Tujuan Estesis

Para sastrawan pada umumnya menulis dengan tujuan untuk menciptakan sebuah keindahan (estesis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. c. Tujuan Penerangan

Surat kabar maupun majalah merupakan salah satu media yang berisi tulisan dengan tujuan penerangan.

d. Tujuan Pernyataan Diri

Bentuk tulisan ini biasanya bertujuan sebagai surat perjanjian maupun surat pernyataan.

e. Tujuan Kreatif

Bentuk tulisan ini biasanya berhubungan dengan proses kreatif, terutama dalam menulis karya satra.

f. Tujuan Konsumtif

Salah satu bentuk tulisan ini adalah novel yang mana penulisnya lebih berorientasi pada bisnis dan novelnya dapat di konsumsi oleh para pembaca.

Tulisan yang baik memiliki beberapa ciri, yaitu signifikan, jelas, mempunyai kesatuan dan organisasi yang baik, ekonomis, mempunyai pengembangan yang memadai, menggunakan bahasa yang diterima, mempunyai kekuatan memadai, menggunakan bahasa yang diterima.


(44)

Berdasarkan penjelasan tersebut, Tarigan (2008: 7) menyimpulkan bahwa terdapat empat ciri tulisan yang baik sebagai berikut:

1) jelas

pembaca dapat membaca teks dengan cara tetap dan pembaca tidak boleh bingung dan harus mampu menangkap maknanya tanpa harus membaca ulang dari awal untuk menemukan makna yang dikatakan oleh penulis.

2) kesatuan dan organisasi

pembaca dapat mengikutinya dengan mudah karena bagian-bagiannya saling behubungan dan runtut.

3) ekonomis

penulis tidak akan menggunakan kata atau bahasa yang berlebihan sehingga waktu yang digunakan pembaca tidak terbuang percuma dan, 4) pemakaian bahasa dapat diterima

penulis menggunakan bahasa yang baik dan benar karena bahasa yang dipakai masyarakat kebanyakan terutama berpendidikan lebih mengutamakan bahasa formal sehingga mudah diterima.

Menulis memiliki banyak manfaat yang dapat dipetik dalam kehidupan ini, diantaranya: (1) peningkatan kecerdasan; (2) pengembangan daya inisiatif dan kreativitas; (3) penumbuhan keberanian; dan (4) pendorongan kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi (Dalman, 2014: 6).

C.Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh


(45)

seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk

penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik (Sukmadinata 2007: 102). Sementara itu,Mustofa (2012: 45-46) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Hasil belajar berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan tingkah laku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan (Fadly, 2012: 11). Taksonomi (pengelompokan) tujuan pendidikan harus senantiasa mengacu pada 3 jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu: (1) ranah proses berfikir (cognitive domain), (2) ranah nilai sikap (affective domain), dan (3) ranah keterampilan motorik (psikomotor). Sehingga taksonomi ini dapat membantu bagaimana kurikulum dirancang yang sesuai dengan keadaan peserta didik, apa ciri keberhasilannya, bagian-bagian mana yang seharusnya diukur ketika pendidik ingin mengetahui keberhasilan belajar peserta didik (Bloom, dalam Thoha, 1996: 27). Sedangkan menurut Uno (2012: 210) bahwa hasil belajar yang nampak dari kemampuan yang diperoleh siswa dapat dilihat dari lima kategori, yaitu keterampilan intelektual (intellectual skills), informasi verbal (verbal information), strategi kognitif (cognitive strategies), keterampilan motorik (motor skills), dan sikap (attitudes). Dalam


(46)

kegiatan belajar mengajar, keterampilan intelektual dapat dilihat ketika siswa menggunakan simbol untuk berinteraksi dengan lingkungan. Informasi verbal dapat dilihat ketika siswa menyatakan suatu konsep atau pengertian. Strategi kognitif digunakan ketika memecahkan suatu masalah dengan menggunakan cara-cara tertentu. Keterampilan motorik digunakan ketika menggunakan perkakas atau alat tertentu. Kemudian sikap digunakan untuk memilih perbuatan atau perilaku tertentu.

Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila

seluruhnya atau sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, selain menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Sedangkan dari segi hasil proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada peserta didik seluruhnya atau sebagian besar (75%). Lebih lanjut proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila masukan merata, menghasilkan

output yang banyak dan bermutu tinggi, serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat dan pembangunan (Mulyasa, 2009: 218). Hasil belajar kognitif menjadi cerminan tingkat keberhasilan siswa, seperti yang dikatakan oleh Eggen dan Kauchak (1997: 441) bahwa sebagian besar tujuan dan hasil belajar yang muncul dalam panduan kurikulum sekolah di beberapa negara bagian adalah dalam ranah kognitif, yang fokus pada


(47)

pengetahuan dan pemahaman pada suatu fakta, konsep, prinsip, aturan, keterampilan, dan pemecahan masalah.

Menurut Uno (2012: 139-140) ranah kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Ranah kognitif terdiri dari enam tingkatan yang secara hirarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi). Tingkatan tersebut antara lain: (1) tingkat pengetahuan (knowledge), yaitu kemampuan seseorang dalam menghafal, mengingat kembali, atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya; (2) tingkat pemahaman (comprehension), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan,

menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya; (3) tingkat penerapan (application), diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan untuk memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari; (4) tingkat analisis (analysis), yaitu sebagai kemampuan seseorang dalam merinci dan membandingkan data yang rumit serta mengklasifikasikan menjadi beberapa kategori dengan tujuan agar dapat menghubungkan dengan data-data yang lain; (5) tingkat sisntesis (synthesis), yakni sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh; (6) tingkat evaluasi (evaluation), yakni sebagai kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimiliki. Hal tersebut serupa dengan yang dinyatakan oleh Bloom (dalam


(48)

Jufri, 2013: 60-64) yakni kategori hasil belajar kognitif dan implikasinya yang dijelaskan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Ranah Kognitif menurut Bloom

Kategori hasil belajar Implikasi

1. Knowledge - Memilih, menyeleksi, menyebutkan - Kemampuan mengingat fakta-fakta

- Kemampuan menghafal rumus, definisi, prinsip, prosedur

- Dapat mendeskripsikan

2. Comprehension - Mampu menerjemahkan (pemahaman terjemahan)

- Mampu menafsirkan, mendeskripsikan secara verbal

- Pemahaman ekstrapolasi - Mampu membuat estimasi

3. Application - Kemampuan menerapkan materi pelajaran dalamsituasi baru

- Kemampuan menetapkan prinsip atau generalisasi pada situasi baru

- Dapat menyusun problema-problema sehingga dapat menetapkan generalisasi

- Dapat mengenali hal-hal yang menyimpang dari prinsip dan generalisasi

- Dapat mengenali fenomena baru dari prinsip dan generalisasi

- Dapat menentukan tindakan tertentu berdasarkan prinsip dan generalisasi

4. Analysis - Dapat memisah-misahkan suatu integritas menjadi unsur-unsur, menghubungkan antarunsur, dan mengorganisasikan prinsip-prinsip

- Dapat mengklasifikasikan prinsip-prinsip - Dapat meramalkan sifat-sifat khusus tertentu - Meramalkan kualitas/kondisi

- Mengetengahkan pola tata hubungan, atau sebab-akibat

- Mengenal pola dan prinsip-prinsip organisasi materi yang dihadapi

- Meramalkan dasar sudut pandangan atau rangka acuan dari materi

5. Synthesis - Menyatukan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi satu keseluruhan

- Dapat menemukan hubungan yang unik - Dapat merencanakan langkah yang kongkrit - Dapat mengabstraksikan suatu gejala, hipotesa,


(49)

hasil penelitian, dan sebagainya

6. Evaluation - Mendeterminasi

- Evaluasi tentang ketetapan suatu karya/dokumen (kriteria internal)

- Menentukan nilai/sudut pandang yang dipakai dalam mengambil keputusan (kritria internal) - Membandingkan karya-karya yang relevan

(eksternal)

- Mengevaluasi suatu karya denga kriteria eksternal

- Membandingkan dengan sejumlah karya dengan sejumlah kriteria eksternal

Tinggi rendahnya hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Djamarah (2008: 176-177) menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi proses serta hasil belajar. Faktor utamanya adalah faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhi proses serta hasil belajar meliputi lingkungan serta instrumental. Lingkungan yang dimaksud disini adalah lingkungan alami serta lingkungan sosial budaya. Faktor instrumental antara lain kurikulum, program, sarana dan fasilitas, serta guru. Sedangkan untuk faktor dalam yang mempengaruhi proses dan hasil belajar antara lain fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis meliputi kondisi fisiologis dan kondisi pancaindra. Sedangkan faktor psikologis antara lain minat, kecerdasan, bakat, motivasi serta kemampuan kognitif.

Sesuai dengan tujuannya penilaian yang digunakan dikelas bias dikategorikan menjadi dua, yaitu penilaian formatif dan penilaian sumatif. Penilaian formatif merupakan bagian integral dari proses pembelajaran peserta didik yang

digunakan untuk memperoleh umpan balik dari peserta didik untuk memperkuat proses pembelajaran dan untuk membantu tenaga pendidik menentukan strategi pembelajaran yang lebih tepat. Penilaian formatif dapat


(50)

dilakukan melalui tugas-tugas, ulangan singkat (kuis), ulangan harian, dan atau tugas kegiatan praktik. Penilaian ini bertujuan untuk memperbaiki strategi pembelajaran. Penilaian sumatif dilakukan pada akhir blok pelajaran untuk member indikasi tingkat pencapaian belajar peserta didik atau kompetensi dasar yang dicapai peserta didik. Bentuk soal ulangan sumatif bias berupa pilihan ganda, uraian objektif, uraian bebas, dan tes praktik (Kunandar, 2011: 386).

Beberapa tes yang dilakukan guru untuk menilai keberhasilan siswa,

diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar jawaban soal ulangan dan karya atau benda. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut (Arikunto, 2008: 253).


(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015, yaitu pada bulan Maret bertempat di SMP Nusantara Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII semester genap SMP Nusantara Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari lima kelas. Dari seluruh populasi yang ada diambil dua kelas sebagai sampel penelitian dengan cara purposive sampling (Sukardi, 2008: 64). Terpilih kelas VII C dengan jumlah siswa 34 siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan menggunakan model PBL dan kelas VII A dengan jumlah siswa 34 siswa

yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan sebagai kelas kontrol yang diberi perlakuan menggunakan metode diskusi.


(52)

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest dan posttest

kelompok non ekuivalen. Baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan menggunakan model PBL, sedangkan kelas kontrol dengan menggunakan metode diskusi. Kedua kelas diberi

pretest dan posttest yang sama kemudian hasil pretest dan posttestpada kedua kelompok subjek dibandingkan.

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

Keterangan:

I = Kelas eksperimen (kelas VII C) II = Kelas kontrol (kelas VII A)

X = Perlakuan di kelas eksperimen dengan model PBL C = Perlakuan di kelas kontrol dengan metode diskusi O1 = Pretest

O2 = Posttest

O3 = Paper

Gambar 3. Desain penelitian pretest-posttest kelompok non ekuivalen

D. Prosedur penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah tahap tersebut adalah sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah sebagai berikut: Kelompok Pretest Perlakuan Posttest Paper

I O1 X O2 O3 II O1 C O2 O3


(53)

a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan (observasi) ke SMP Nusantara Bandar Lampung, tempat diadakannya penelitian. b. Mengadakan observasi dan wawancara di SMP Nusantara Bandar

Lampung untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian.

c. Mengambil dua kelas sebagai sampel secara acak.

d. Mengambil data yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretest dan posttest.

g. Membuat instrumen penelitian berupa lembar observasi keterampilan berkomunikasi tertulis siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menggunakan model

pembelajaran PBL untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.

1) Kelas Eksperimen (Pembelajaran dengan model pembelajaran PBL)

a. Kegiatan Awal

1. Siswa mengerjakan pretest dalam bentuk uraian untuk materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan, untuk


(54)

mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sebelum menerima materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Apersepsi:

a) Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan banyak sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan

pertanyaan “Apakah dampak yang ditimbulkan dari

pemandangan yang terlihat pada gambar?”

b) Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar.

Kemudian guru memberikan pertanyaan. “Apakah manfaat

dari kegiatan yang terlihat pada gambar?” 3. Motivasi :

a) Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai macam pencemaran lingkungan, dampak yang ditimbulkan dari pencemaran lingkungan tersebut, sehingga kita dapat berusaha untuk menjaga lingkungan di sekitar kita.

b) Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai macam upaya agar dapat menjaga lingkungan tetap bersih, sehingga lingkungan tidak


(55)

tercemar.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 6 orang. 2. Siswa duduk dalam kelompok, setiap kelompok terdiri dari

enam orang yang terdiri dari kelompok heterogen dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademiknya.

3. Guru menunjukan atau memperlihatkan gambar-gambar yang berhubungan dengan materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

4. Siswa dibagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi permasalahan kepada setiap kelompok dan didiskusikan bersama dengan anggota kelompoknya masing-masing. 5. Guru meminta siswa untuk berdiskusi mengerjakan LKS. 6. Siswa dibimbing dalam menemukan jawaban dari

permasalahan yang ada dalam LKS dan dibantu dalam menyimpulkan hasil diskusi yang tertera dalam LKS. 7. Siswa mengumpulkan LKS yang telah dikerjakan. 8. Perwakilan dari kelompok maju mempresentasikan hasil

diskusinya, setiap kelompok yang melakukan presentasi hasil diskusi mereka, kelompok lain dipersilahkan memberikan tanggapan.


(56)

c. Kegiatan Penutup

1. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.

2. Guru bersama dengan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

3. Siswa mengerjakan posttest.

4. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

2) Kelas Kontrol (Pembelajaran dengan metode diskusi) a. Kegiatan Awal

1. Siswa mengerjakan pretest dalam bentuk uraian untuk materi pokok peran manusia dalam mengelola lingkungan, untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan siswa sebelum menerima materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan.

2. Apersepsi

a) Pertemuan 1 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar sungai yang kotor dan banyak sampah menumpuk. Kemudian guru memberikan

pertanyaan “Apakah dampak yang ditmbulkan dari sungai yang tercemar sampah?”


(57)

b) Pertemuan 2 : Guru menggali pengetahuan awal siswa dengan menyajikan gambar orang-orang yang sedang melakukan kerja bakti membersihkan lingkungan sekitar.

Kemudian guru memberikan pertanyaan. “Apakah manfaat dari kegiatan kerja bakti?”.

3. Motivasi

a) Pertemuan 1 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat mengetahui berbagai macam aktivitas manusia yang dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan lingkungan. b) Pertemuan 2 : Dengan mempelajari materi ini kita dapat

mengetahui berbagai macam upaya agar dapat menjaga lingkungan tetap bersih, sehingga lingkungan tidak tercemar.

b. Kegiatan Inti

1. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok yang terdiri dari 6 orang. 2. Siswa duduk dalam kelompok yang sudah dibagikan, setiap

kelompok terdiri dari enam orang yang terdiri dari kelompok heterogen dalam hal jenis kelamin dan kemampuan

akademiknya.

3. Setiap kelompok memperoleh LKS yang harus dikerjakan bersama.

4. Siswa berdiskusi, bekerja sama untuk mengobservasi, mengklasifikasi, menginterpretasi data yang ada dalam LKS


(58)

serta mencari informasi yang sesuai untuk menjawab soal dalam LKS.

5. Siswa mengumpulkan LKS yang sudah dikerjakan. 6. Siswa mempresentasikan hasil diskusinya.

7. Siswa memperoleh evaluasi dari guru mengenai hasil diskusi LKS yang telah dikerjakan.

c. Kegiatan Penutup

1. Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami ketika guru memberikan konfirmasi.

2. Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dibahas.

3. Siswa mengerjakan posttest.

4. Siswa memperhatikan penyampaian guru tentang rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif dalam penelitian ini diperoleh dari peningkatan hasil belajar yang berasal dari pretest dan posttest hasil belajar siswa pada materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan. Kemudian dihitung selisih antara nilai pretest


(59)

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data keterampilan berkomunikasi tertulis yang diperoleh dari tugas paper yang berisikan komentar, solusi dan kesimpulan yang diberikan kepada siswa tentang materi pokok peran manusia dalam pengelolaan lingkungan dengan melalui model PBL setelah proses pembelajaran berlangsung.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut: a. Pretest dan Posttest

Data penguasaan berupa nilai pretest dan posttest. Nilai pretest yang diambil pada pertemuan pertama setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai posttest diambil diakhir pembelajaran pada pertemuan kedua setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.

b. Lembar Observasi Keterampilan Menulis

Lembar observasi keterampilan berkomuniaksi tertulis siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran berakhir yaitu pada saat siswa mengumpulkan tugas yang diberikan berupa paper yang berisikan komentar, solusi dan kesimpulan. Indikator yang diamati yaitu: (1) tanggapan/ komentar bersesuaian dengan permasalahan; (2) tanggapan/ komentar dinyatakan secara kritis dan logis; (3) solusi yang tepat; (4) kesimpulan yang logis; (5)


(60)

pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan. Setiap paper akan diamati point keterampilan tertulisnya yang dilakukan dengan cara memberi skor nilai pada lembar observasi sesuai dengan indikator yang telah ditentukan.

Tabel 3. Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Tertulis Siswa No Nama Siswa Aspek yang di amati

A B C D dst

1 2 3 4 5 Dst Jumlah Skor Skor Maksimum Presentase Kriteria

Catatan: Berilah skor pada setiap item sesuai dengan aspek penilaian. Sumber: Darojah (2011: 48)

Tabel 4. Keterangan aspek penilaian keterampilan komunikasi tertulis siswa

Aspek Skor Deskripsi

A. Tanggapan/ komentar bersesuaian dengan masalah

1 Tanggapan/ komentar tidak bersesuaian dengan masalah 2 Tanggapan/ komentar kurang

bersesuaian dengan masalah 3 Tanggapan/ komentar bersesuaian

dengan masalah

4 Tanggapan/ komentar sangat bersesuaian dengan masalah B. Taggapan/komentar

dinyatakan secara kritis dan logis

1 Taggapan/komentar dinyatakan tidak kritis dan logis

2 Taggapan/komentar dinyatakan kurang kritis dan logis

3 Taggapan/komentar dinyatakan kritis dan logis

4 Taggapan/komentar dinyatakan sangat kritis dan logis

C. Solusi yang tepat 1 Memberikan solusi yang tidak tepat 2 Memberikan solusi yang kurang tepat 3 Memberikan solusi yang tepat 4 Memberikan solusi yang sangat tepat D. Kesimpulan yang logis 1 Kesimpulan tidak logis


(61)

2 Kesimpulan kurang logis 3 Kesimpulan logis 4 Kesimpulan sangat logis E. Pengejaan, tata bahasa, dan

kerapihan tulisan

1 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan tidak baik

2 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan kurang baik

3 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan baik

4 Pengejaan, tata bahasa, dan kerapihan tulisan sangat baik

G. Teknik Analisis data 1. Data Kuantitatif

Nilai pretest, posttest, dan Gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17 Teknik penskoran nilai pretest dan posttest yaitu :

Keterangan :

S = nilai yang diharapkan (dicari)

R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar

N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112). Untuk mendapatkan N- Gain pada setiap pertemuan, menggunakan formula Hake (dalam Loranz, 2008: 3) sebagai berikut:

N- X100

Y Z Y X Gain    Keterangan : X = nilai tes akhir Y = nilai tes awal Z = skor maksimum

Nilai pretest, posttest, dan Gain akan didapatkan, akan tetapi sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:


(62)

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0 = Sampel berdistribusi normal

H1 = Sampel tidak berdistribusi normal

b) Kriteria Pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk

harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 5).

b. Uji Kesamaan Dua Varians

Masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.

1) Hipotesis

H0 = Kedua sampel mempunyai varians sama

H1 = Kedua sampel mempunyai varians berbeda

2)Kriteria Pengujian

Dengan kriteria uji yaitu jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya >

0,05 maka H0 diterima, jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya <


(63)

c. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis data yang berdistribusi normal digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan

menggunakan program SPSS 17, namun untuk data yang tidak berdistribusi normal pengujian hipotesis di lakukan dengan uji Mann-Whitney U.

1) Uji Kesamaan Dua Rata-rata a) Hipotesis

H0 = Rata-rata Gain kedua sampel sama

H1 = Rata-rata Gain kedua sampel tidak sama

b) Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka Ho diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka Ho ditolak

(Pratisto, 2004: 13). 2) Uji Perbedaan Dua Rata-rata

a) Hipotesis

H0 = rata-rata Gain pada kelompok eksperimen lebih rendah

atau sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata Gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi

dari kelompok kontrol. b) Kriteria Pengujian

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima.

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 10).


(64)

d. Uji Mann-Whitney U

Jika salah satu atau kedua kelas tidak berdistribusi normal, maka dilakukan uji hipotesis dengan uji U

1) Hipotesis

H0 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

sama

H1 = Rata-rata nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak

sama 2) Kriteria Uji

H0 ditolak jika sig < 0,05 Dalam hal lainnya H0 diterima

(Pratisto, 2004: 13). 2. Data Kualitatif

a. Keterampilan Komunikasi Tertulis siswa

Data keterampilan komunikasi tertulis siswa didapatkan setelah pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui tugas berupa paper siswa yang berisikan komentar, solusi, dan kesimpulan. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan indeks keterampilan komunikasi tertulis siswa. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1) Menghitung rata–rata skor keterampilan komunikasi tertulis siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: ̅= Skor keterampilan komunikasi tertulis siswa

siswa per aspek; Σxi = Jumlah skor yang diperoleh; n = Jumlah ̅ ∑ X 100


(65)

skor maksimum (Iqma, 2009: 80).

2) Menafsirkan atau menentukan kategori Indeks Keterampilan Komunikasi Tertulis Siswa sesuai klasifikasi pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria tingkat keterampilan komunikasi tertulis siswa

Sumber: Iqma (2009: 67).

Skor Kriteria

85 - 100 75 - 84 66 - 74 55 - 65 < 55

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sangat kurang


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Communication Skills. Online (Jurnal). Diakses dari

http://www.deakin.edu.au/current-students/services/careers/mycoursemycareer/ scitech/ engineering/communication.php. (Minggu, 26 Oktober 2014: 18.47 WIB). 14 hlm.

Abidin, Y. 2014. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Refika Aditama. Bandung. 336 hlm.

Amir, M. T. 2013. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning: Bagaimana

Pendidik Memberdayakan Pemelajar di Era Pengetahuan. Kencana Prenada

Media Group. Jakarta.136 hlm.

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Kependidikan. Bina Aksara. Jakarta. 228 hlm.

Barret, T. 2005. Handbook of Enquiry & Problem Based Learning.Online (Jurnal). Diakses dari http://www.aishe.org/readings/2005-2/chapter2.pdf. (Selasa, 10 Februari 2015: 19.44 WIB). 9 hlm.

Dalman, H. 2014. Keterampilan Menulis. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 314 hlm. Danim, S. 2008. Media Komunikasi Pendidikan: Pelayanan Profesional

pembelajaran dan Mutu Hasil Belajar. Bumi Aksara. Jakarta. 150 hlm.

Darojah, R. U. 2011. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melaporkan Dengan

Media Film Animasi Siswa Kelas VIII SMPN 12 Yogyakarta (Skripsi).

Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. 172 hlm.

Daryanto. 2014. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Gaya Media. Yogyakarta. 136 hlm.

Dasna, I. W. dan Sutrisna. 2010. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based


(2)

Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Djamarah. 2008. Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta. 160 hlm.

Effendy, O. U. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Remaja Rosdakarya. Bandung. 160 hlm.

Eggen, P. dan D. Kauchak. 1997. Educational Psychology. Prentice-Hall Inc. New Jersey. 423 hlm.

Fadly, A. 2012. Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Online (Jurnal). Diakses dari

http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2012/08/JURNAL1.pdf. (Selasa, 21 Oktober 2014: 07.25 WIB). 17 hlm.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 325 hlm. Hamdayama, J. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter.

Ghalia Indonesia. Bogor. 240 hlm.

Hosnan, M. 2014. Pembelajaran Saitifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor. 486 hlm.

Hutagalung, I. 2007. Pengembangan Kepribadian. Indeks . Bekasi. 140 hlm. Istanto, D. 2012. Pentingnya Komunikasi Guru dan Murid. Online. Diakses dari

http://dwi-istanto.blogspot.com/2012/11/pentingnya-komunikasi-guru-dan-murid.html. (Rabu, 4 Februari 2015: 13.25 WIB). 8 hlm.

Iqma, N. 2009. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Berita Menggunakan Model Think Pair Share dengan Media Komik Bermuatan Cinta Lingkungan pada

Peserta Didik. Online (Skripsi). Diakses dari

http://www.academia.Edu/3506243/ Keterampilan_Menulis_Teks_Berita_ Menggunakan_Model_Think_Pair_Share_dengan_Media_Komik_Bermuatan_ Cinta_Lingkungan_pada_Peserta_Didik. (Sabtu, 07 Maret 2015: 14.20 WIB). 170 hlm.

Jufri, W. 2013. Belajar dan Pembelajaran Sains. Pustaka Reka Cipta. Bandung. 179 hlm.


(3)

Juju, M. 2013. Category Archives: global warming. Online (Gambar). Diakses dari https://jujubandung.wordpress.com/category/global-warming/page/2/. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 15 hlm.

Kemendikbud. 2013b. Materi pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. Kemendikbud. Jakarta. 220 hlm.

Kunandar. 2011. Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Raja Grafindo Persada.

Jakarta. 321 hlm.

Loranz, D. 2008. Gain Score. Google. Diakses dari

http://www.tmcc.edu./vp/acstu/assesment/downloads/documents/reports/archive s/discipline/0708/SLOAPHYSDisiciplineRep0708.pdf. (kamis, 11 Desember 2014: 19.44 WIB). 7 hlm.

Manuel, F. Pencemaran Air, Udara dan Tanah. Online (Gambar). Diakses dari http://makalahtugasku.blogspot.com/2013/10/artikel-pencemaran-air-udara-dan-tanah.html. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 7 hlm.

Mulyasa, E. 2009. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan:Kemandirian

Guru dan Kepala Sekolah. Bumi Aksara. Jakarta. 648 hlm.

Mustofa, M. B. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Number Headtogether (NHT) Pada Siswa Kelas Iv Mi

Roudlotul Mustashlihin Sukodono. Online (Jurnal). PGMI Fakultas Tarbiyah

IAIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya. Diakses dari

http://madrasatuna.uinsby.ac.id/index.php/madrasatuna/article/view/3/3. (Senin, 20 Oktober 2014: 11.50 WIB). 18 hlm.

Niam, M. 2008. Komunikasi Tertulis : Sebuah Keterampilan Intelektual. Online. Diakses dari https://maulinniam.wordpress.com/2008/09/15/komunikasi-tertulis-sebuah-keterampilan-intelektual/. (3 Februari 2015: 08.38 WIB). 7 hlm. Nurjamal, D dan W. Sumirat. 2011. Terampil Berbahasa. Alfabeta. Bandung. 268

hlm.

Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan


(4)

Priangan, A. 2014. Budaya Menulis di Zona Perguruan Tinggi. Online. Diakses dari http://prianganaulia.blogspot.com/2014/02/budaya-menulis-di-zona-perguruan-tinggi.html. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.40 WIB). 6 hlm.

Prima, E. C dan Kaniawati. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains

Dan Penguasaan Konsep Elastisitas Pada Siswa Sma. Online (Jurnal). Diakses dari

https://www.academia.edu/3606343/PenerapanModelPembelajaranProblemBase dLearningdenganPendekatanInkuiriuntukMeningkatkanKeterampilanProsesSain sdanPenguasaanKonsepElastisitaspadaSiswaSMA. (3 Februari 2015, 12:48 WIB). 12 hlm.

Purnamawati, E. 2010. Jenis-jenis Komunikasi. Online. Diakses dari http://belajarkomunikasi2009.blogspot.com/2010/03/jenis-jenis-komunikasi.html. (Rabu, 4 Februari 2015: 13.40 WIB). 5 hlm.

Purwanto, N. 2008. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosda Karya. Bandung. 169 hlm.

Ramly, A. T. 2014. Pentingnya Komunikasi Dalam Proses Belajar Mengajar. Online. Diakses dari http://pumpingpublisher.com/blog/pentingnya-komunikasi-dalam-proses-belajar-mengajar/. (Rabu, 4 Februari 2015: 13.30 WIB). 4 hlm.

Rukmana, M. 2013. Pengaruh Model Problem Based Learning (PBL) Terhadap Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Keanekaragaman

Hayati. (Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 189 hlm.

Rica, M. H. 2012. Perbandingan Hasil Belajar IPA Siswa antara Model

Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing.

(Skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. 158 hlm.

Rohaeni, M. A. 2013. Penerapan Peer Assessment Pada Model Pembelajaran Jigsaw Untuk Menilai Kemampuan Berkomunikasi Lisan Siswa SMP Materi

Pencemaran Lingkungan. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia.

Bandung. 172 hlm.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Edisi Kedua. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 418 hlm.


(5)

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana Prenada Media. Jakarta. 284 hlm.

.

Syah, M. 2004. Psikologi Belajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 342 hlm. Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Tarsito. Bandung. 430 hlm.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetisi dan Praktiknya. Bumi Aksara. Jakarta. 323 hlm.

Sukmadinata, N.S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 325 hlm.

Sumarno, E. 2014. Motivasi Mindset: Keuntungan dan Kelemahan Metode Diskusi. Online. Diakses dari http://motivasi-mindset.blogspot.com/2014/06/k.html. (Sabtu, 11 April 2015: 10.04 WIB). 8 hlm.

Suranto, A. 2011. Komunikasi Interpersonal. Graha Ilmu. Yogyakarta. 178 hlm. Suratno. 2011. Pentingnya Komunikasi dengan Siswa. Online. Diakses dari

http://suratnomath.blogspot.com/2011/04/pentingnya-komunikasi-dengan-siswa.html. (Rabu, 4 Februari 2015: 13.35 WIB). 5 hlm.

Suriamiharja, A. 1996. Petunjuk Praktis Penulis. Depdikbud. Jakarta. 210 hlm. Suryani, N. dan Leo Agung. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Ombak. Yogyakarta.

273 hlm.

Tarigan, D. 1996. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan Pengembangan. Angkasa. Bandung. 256 hlm.

Tarigan, H. G. 2008. Membaca Sebagai Suatu keterampilanBerbahasa. Angkasa. Bandung. 204 hlm.

Thoha, M. C. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 139 hlm.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Prestasi Pustaka. Surabaya. 209 hlm.

______. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana. Jakarta. 217 hlm.


(6)

Uno, H. B. 2012. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang

Kreatif dan Efektif. Bumi Aksara. Jakarta. 267 hlm.

Wulandari, B. 2013. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Hasil Belajar

Ditinjau dari Motivasi Belajar PLC di SMK. Online (Jurnal).Diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=138040&val=438. (Rabu, 4 Februari 2015: 15.56 WIB). 14 hlm.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI POKOK EKOSISTEM TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII SMPN 13 Bandar Lampung Semester Genap T.P 2011/2012)

0 3 53

EFEKTIVITAS LKS BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 52

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DALAM TULISAN ARGUMENTATIF SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Ekperimen pada Siswa Kelas VII SMP Satya Dharma

2 29 64

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PBL (PROBLEM BASED LEARNING) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Pengudi Luhur, B

3 59 72

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Perintis 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran

2 26 71

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

0 7 59

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Nusantara

1 14 73

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA MATERI POKOK PENGARUH KEPADATAN POPULASI MANUSIA TERHADAP LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Jati Agung Semester Genap TP. 2014/2015)

3 20 65

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TERTULIS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Kartika II-2 Bandar Lampung Sem

0 7 60

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Padjajaran Bandar Lampun

12 104 63