PENGARUH KONSEP DIRI, INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ), IKLIM SEKOLAH, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

ABSTRAK

PENGARUH KONSEP DIRI, INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ), IKLIM SEKOLAH, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI

GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh DWI LESTARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsep diri, Intelligence Quotient (IQ), iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah tahun pelajaran 2012/2013. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah semester genap tahun pelajaran 2012/2013 sebanyak 3 kelas dengan jumlah siswa keseluruhan 74 orang. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling dengan menggunakan rumus Taro Yamane didapat sampel sebanyak 62 orang siswa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survei. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, angket, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis regresi.

Untuk menguji hipotesis pertama, kedua, ketiga, dan keempat menggunakan regresi linier sederhana dengan uji t, sedangkan untuk menguji hipotesis kelima menggunakan regresi linier multiple dengan uji F.

Berdasarkan analisis data diperoleh hasil:

1. Ada pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai thitung > ttabel sebesar 5,691 > 2,000 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,592 dan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,351.

2. Ada pengaruh intelligence quotient terhadap hasil belajar ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai thitung > ttabel sebesar 6,306 > 2,000 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,140 dan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,402.


(2)

0,253.

4. Ada pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai thitung > ttabel sebesar 4,459 > 2,000 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,411 dan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,269.

5. Ada pengaruh konsep diri, intelligence quotient, iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar ekonomi yang ditunjukkan dengan nilai Fhitung > Ftabel sebesar 58,832 > 2,557 dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,622 dan koefisien determinasi (r2) sebesar 0,487.

Kata kunci : konsep diri (X1), intelligence quotient (X2), iklim sekolah (X3), dan persepsi siswa tentang kompetensi guru (X4), dan hasil belajar (Y).


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotagajah pada tanggal 26 April 1991, merupakan putri pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Paino, MS dan Ibu Siti Maysaroh.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal mulai dari TK Pertiwi (selesai pada tahun 1998), SD Negeri 7 Kotagajah (selesai pada tahun 2003), SMP Negeri 2 Kotagajah (selesai pada tahun 2006), dan SMA Negeri 1 Kotagajah (selesai pada tahun 2009).

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswi di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dengan Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Sebagai salah satu syarat mata kuliah wajib, penulis dituntut untuk dapat mengaplikasikan mata kuliah teori yang didapat selama diperkuliahan. Penulis telah mengikuti dan

melaksanakan program-program wajib perkuliahan antara lain:

1. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan studi banding dengan tujuan Lampung – Solo – Surabaya – Bali – Yogyakarta – Bandung yang dilaksanakan pada tanggal 23 Januari 2012 sampai tanggal 31 Januari 2012

2. Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik yang telah dilaksanakan di desa Mada Jaya, Kecamatan Kedondong, Kabupaten Pesawaran.


(8)

(9)

Moto

“Sesali masa lalu karena ada kekecewaan dan kesalahan –kesalahan, tetapi

jadikan penyesalan itu sebagai senjata untuk masa depan agar tidak terjadi

kesalahan lagi”

(Dwi Lestari)

“Katakanlah: Ini hidupku. Aku penentu kebesaran hidupku. It is my

decision and my action, or nothing at all!

(Mario Teguh)

“Tak semuanya berawal manis. Kesusahan dan kepahitan adalah pengantar

yang menuju indahnya kebahagian. Masa lalu adalah kenangan, esok adalah

tujuan, dan masa depan adalah harapan”

(Dwi Lestari)


(10)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang maha pengasih dan maha penyayang,

Atas karunia dan hidayah-Nyalah sehingga

hingga selesai sudah karya kecil dari peluh dan letihku.

Tidak lupa

shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada junjungan kita

Rasulullah Nabi Muhammad

SAW sebagai uswatun hasanah sertaSuri tauladan yang baik bagi umat manusia.

Kupersembahkan dengan tulus kepada

:

-

Ayahanda tersayang Paino MS dan Ibunda tercinta Siti Maysaroh

Yang selalu menjadi tauladan yang baik bagi anak-anaknya dan senantiasa menyayangi,

mendoakan atas semua keberhasilan anak-anaknya. Inilah hadiah kecil yang dapat

kupersembahkan.

-

Adikku tersayang Hendra Setiawan

Yang selalu mendoakanku, memberi keceriaan, perhatian dan kasih sayang untukku

Tetaplah jadi adik yang baik untukku

-

My Ferry Ardiansyah

Seseorang yang selalu mendukung, memberikan nasehat yang baik dan selalu membantuku dalam

mengerjakan skripsi ini, Semoga ini menjadi langkah awal kita dalam mencapai ridho Allah

SWT, kelak cami akan menjadi yang terbaik untukmu, memberikan pengabdian dan kesetiaanku

untuk mu.

-

Sahabat-sahabat tercinta, kebersamaan yang selama ini terjalin yang begitu hangat menambah

keceriaan, tanpa kalian tidak ada rasa kebersamaan dalam suka dan duka

-

Para guru dan dosen serta semua tenaga pengajar yang kuhormati


(11)

SANWACANA

Assalammu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil „alamin, segala puji syukur kepada Allah SWT yang tidak pernah berhenti mencurahkan kasih sayang, limpahan nikmat, serta rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta umat

muslimin dan muslimat yang senantiasa mengikuti ajaran dan sunnah-Nya. Penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Konsep Diri, Intelligence Quotient, Iklim

Sekolah, dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2012/2013” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Ekonomi Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.

Penulis telah banyak menerima bantuan, bimbingan, motivasi, saran dan kritik dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, sebagai wujud terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila;

2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. Jaya, M.S., selaku pembantu Dekan I FKIP Unila; 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II FKIP Unila; 4. Bapak Drs. Iskandarsyah, M.H., selaku pembantu Dekan III FKIP Unila;

5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila;


(12)

yang berarti dengan penuh kesabaran yang amat berharga bagi penulis;

7. Bapak Drs. I Komang Winatha, M.Si., selaku Pembimbing Akademik sekaligus sebagai pembimbing I. Terima kasih telah banyak memberikan ilmu, motivasi, bimbingan, saran, serta nasihat yang sangat baik bagi penulis;

8. Ibu Dr. Erlina Rupaidah, M.Si., selaku Pembahas yang telah memberikan saran, arahan dan kritik yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Bapak dan ibu Dosen FKIP Universitas Lampung khususnya Program Studi Pendidikan Ekonomi bapak Raden Gunawan, bapak Edy Purnomo, ibu Pujiati, bapak Tedi Rusman, bapak Yon Rizal, bapak Samsi, bapak Darwin Bangun, ibu Vera Ony dan ibu Rahma Dianti Putri yang tidak pernah berhenti memberikan kasih sayangnya, mendoakan, memberikan petuah, memberikan ilmu yang bermanfaat dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

10. Bapak Drs. Mashudi, M. Pd., selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kotagajah. Terima kasih atas kesediaannya bagi penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut; 11. Ibu Eka Wahyuningsih, S. Pd., selaku guru mitra mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1

Kotagajah. Terima kasih atas kesediaan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian ini sehingga skripsi dapat terselesaikan dengan sangat baik;

12. Ayahanda tersayang Paino MS dan Ibunda tercinta Siti Maysaroh, yang selalu menjadi tauladan yang baik bagi anak-anaknya dan senantiasa menyayangi, mendukung serta mendoakanku atas semua keberhasilanku. Inilah kado kecil yang dapat anakmu persembahkan, terima kasih atas segalanya “my parents my everythings”;


(13)

serta mengingatkanku untuk penyelesaian skripsi ini;

14. Untuk Ferry Ardiansyah, seseorang yang selalu mendukung, memberikan nasehat yang baik untuk selalu membantuku dalam mengerjakan skripsi ini,dan selalu mendoakanku; 15. Untuk sahabat-sahabat terbaikku Ansita Septida Sari, Eka Yulistiana, mbak Fenty, Iin,

terima kasih telah menghabiskan sebagian waktu bersama, dukungan dan motivasi kalian; 16. Untuk teman-teman Economy Education 2009 ganjil ( Erawati, Putri, Erni, Yulia, Rita,

mbak Sulis, dll) dan genap ( Icut, Mella, Ayu, dll) terima kasih atas kebersamaan dan seperjuangannya selama di kampus tercinta kita;

17. Untuk adek-adek tingkatku Novia, Nuhay, Lela, Desti, terima kasih atas segala bantuannya. 18. Om Herdi dan kak Wardani terima kasih atas semua masukan dan informasi yang telah

kalian berikan;

19. Teman-teman KKN dan PPL Bahrudin, Kusuma Wardany, Fera, Nelly, Cece‟, kak Ujang, Berly, Mardiani, Rahman, Bambang, Paska. Terima kasih atas segala kebersamaan kita, dan bantuannya;

20. Guru-guru SMP Negeri 2 Kedondong, dan anak muridku yang kusayangi kelas X 1, X 4, X 6, XI IPS 1, XI IPS 2. Terima kasih atas bantuannya selama penulis PPL di sekolah tersebut;

21. Ibu Rahayu Kartika Sari, S.Pd., selaku guru pamong PPL, terima kasih telah membimbing, dan menyediakan kesempatan untuk penulis melakukan PPL;

22. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, atas dukungan dan bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(14)

dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan terbuka, hati yang lapang dan ucapan terima kasih. Namun, penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Bandar Lampung, Juli 2014 Penulis


(15)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN RIWAYAT HIDUP

PERSEMBAHAN MOTTO

SANWACANA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

DAFTAR RUMUS DAN RUJUKAN DAFTAR LAMPIRAN

Halaman I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

G. Ruang Lingkup Penelitian... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Pengertian Belajar dan Teori belajar ... 12

1.1 Pengertian Belajar ... 13

1.2 Teori Belajar ... 14

2. Hasil Belajar ... 18

3. Pengertian Konsep Diri ... 20

4. Pengertian Intellegence Quotient ... 22

5. Iklim Sekolah ... 24

6. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru ... 26


(16)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian ... 37

B. Populasi dan Sampel ... 38

1. Populasi ... 38

2. Sampel ... 38

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 39

C. Variabel Penelitian ... 40

1. Variabel Bebas ... 40

2. Variabel Terikat ... 40

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 40

1. Definisi Konseptual dan Operasional Konsep Diri ... 40

2. Definisi Konseptual dan Operasional Intelligence Quotient ... 41

3. Definisi Konseptual dan Operasional Iklim Sekolah ... 41

4. Definisi Konseptual dan Operasional Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru ... 42

5. Definisi Konseptual dan Operasional Hasil Belajar ... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ... 46

F. Uji Persyaratan Instrumen... 48

1. Uji Validitas Angket ... 48

2. Uji Realibilitas Angket ... 52

G. Uji Persyaratan Analisis Data ... 54

1. Uji Normalitas ... 54

2. Uji Homogenitas ... 56

H. Uji Asumsi Klasik Untuk Regresi Ganda ... 56

1. Uji Kelinieran Regresi ... 57

2. Uji Multikolinieritas ... 59

3. Uji Autokorelasi ... 60

4. Uji Heteroskedastisitas ... 61

I. Uji Hipotesis ... 63

1. Regresi Linier Sederhana ... 63

2. Regresi Linier Multipel ... 64

IV. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 66

1. Sejarah Berdirinya SMA Negeri 1 Kotagajah ... 66

2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Kotagajah ... 69

3. Tujuan Sekolah ... 68

4. Keadaan Sekolah ... 71

B. Gambaran Umum Responden ... 75

C. Deskripsi Data ... 75

1. Data Konsep Diri Siswa (X1) ... 76

2. Data Intelligence Quotient (X2) ... 79

3. Data Iklim Sekolah (X3) ... 82

4. Data Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru (X4) ... 84


(17)

E. Uji Persyaratan Regresi Linier Ganda ... 94

1. Uji Linier Garis Regresi ... 94

2. Uji Multikolinieritas ... 100

3. Uji Autokorelasi ... 102

4. Uji Heteroskedastisitas ... 104

F. Uji Hipotesis ... 106

1. Regresi Linier Sederhana ... 106

2. Regresi Linier Multiple ... 114

G. Pembahasan ... 117

1. Pengaruh Konsep Diri (X1) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 117

2. Pengaruh Intelligence Quotient (X2) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 120

3. Pengaruh Iklim Sekolah (X3) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi(Y) ... 122

4. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru (X4) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (Y) ... 125

5. Pengaruh Konsep Diri (X1), Intelligence Quotient (X2), Iklim Sekolah (X3), dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru (X4) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa (Y) ... 128

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 136

B. Saran ... 137 DAFTAR PUSTAKA


(18)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai Mid Semester Mata Pelajaran Ekonomi Siswa

Kelas X Semester Ganjil di SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun

Pelajaran 2012/2013 ... 6

2. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 28

3. Jumlah Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013 ... 38

4. Pengambilan Sampel Pada Masing-masing Kelas ... 39

5. Kisi-kisi instrumen ... 44

6. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel Konsep Diri (X1) .... 49

7. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel Iklim Sekolah (X3) ... 50

8. Hasil Analisis Uji Validitas Angket untuk Variabel Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru (X4) ... 51

9. Analisis Varians Untuk Uji Regresi Linier ... 58

10.Jumlah Guru per mata Pelajaran ... 74

11.Distribusi Frekuensi Variabel Konsep Diri Siswa (X1) ... 77

12.Kategori Konsep Diri Siswa (X1) ... 78

13.Distribusi Frekuensi Intellegence Quotient (X2) ... 79

14.Kategori Intellegence Quotient (X2) ... 81

15.Distribusi Frekuensi Variabel Iklim Sekolah (X3) ... 82

16.Kategori Iklim Sekolah (X3) ... 84

17.Distribusi Frekuensi Variabel Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru (X4) ... 85

18.Kategori Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru (X4) ... 86

19.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa (Y) ... 88

20.Kategori Hasil Belajar Siswa (Y)... 89

21.Hasil Uji Normalitas Konsep Diri Siswa (X1) ... 90

22.Hasil Uji Normalitas Intelligence Quotient (X2) ... 91

23.Hasil Uji Normalitas Iklim Sekolah (X3) ... 91

24.Hasil Uji Normalitas Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru (X4) ... 92

25.Hasil Uji Homogenitas Data ... 93

26.Hasil Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel Konsep Diri(X1) ... 94

27.Hasil Uji Kelinieran Regresi untuk Variabel Intelligence Quotient (X2) ... 96


(19)

31.Hasil Uji Autokorelasi ... 103 32.Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 105 33.Korelasi Konsep Diri Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (X1) ... 106 34.Koefisien Regresi Konsep Diri Terhadap Hasil Belajar

Ekonomi (X1) ... 107 35.Korelasi Intellegence Quotient (IQ) Terhadap Hasil Belajar

Ekonomi (X2) ... 108 36.Koefisien Regresi Intellegence Quotient (IQ) Terhadap Hasil Belajar

Ekonomi (X2) ... 109 37.Korelasi Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (X3) ... 110 38.Koefisien Regresi Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar

Ekonomi (X3) ... 110 39.Korelasi Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru Terhadap Hasil

Belajar Ekonomi (X4) ... 112 40.Koefisien Regresi Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru

Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (X4) ... 112 41.Koefisien Regresi Konsep Diri (X1), Intellegence Quotient (X2),

Iklim Sekolah (X3), dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi

Guru (X4) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (Y)... 114 42.ANOVA Untuk Konsep Diri (X1), Intellegence Quotient (X2),

Iklim Sekolah (X3), dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi

Guru (X4) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi (Y)... 116 43.Korelasi Regresi Konsep Diri (X1), Intellegence Quotient (X2),

Iklim Sekolah (X3), dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu dari sekian banyak negara berkembang di benua Asia yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah, terutama dalam bidang pendidikan. Menurut Education For All Global Monitoring Report 2012 yang dikeluarkan oleh UNESCO setiap tahunnya, pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 untuk pendidikan di seluruh dunia dari 120 negara. Data Education Development Index (EDI) Indonesia, pada 2011 Indonesia berada di peringkat ke-69 dari 127 negara. Sedangkan di Asia Indonesia menepati urutan ke-65 atau masih dalam kategori pencapaian medium. (http://www.iaincirebon. ac.id/blog/2013/03/09/393.htm). Hal tersebut menunjukkan bahwa mutu pendidikan di Indonesia masih rendah.

Pendidikan merupakan hal yang penting bagi suatu negara. Pendidikan merupakan standar kemajuan suatu bangsa, dengan standar pendidikan yang tinggi dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk memajukan bangsa di kancah dunia. Pendidikan telah menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting, karena pada hakekatnya merupakan usaha untuk membimbing kemampuan individu untuk mengembangkan minat dan bakatnya secara utuh . Baik yang ditempuh dalam jalur formal maupun non formal.


(21)

Sekolah merupakan salah satu pendidikan formal yang dapat ditempuh untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang berperan penting dalam mengembangkan dan membina kemampuan peserta didik seoptimal mungkin. Salah satu langkah positif untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional adalah dengan mengadakan penyempurnaan dalam setiap aspek pendidikan. Melalui sekolah, kemampuan individu dapat dikembangkan, dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak bisa menjadi bisa. Berkaitan dengan tujuan mencerdaskan bangsa tersebut fungsi sekolah sangatlah penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik yaitu dengan meningkatkan mutu lulusan anak didik. Sebagai upaya Peningkatkan mutu Sumber Daya Manusia (SDM), harus dilaksanakan proses pembelajaran yang efisien. Efektif tidaknya proses pembelajaran di sekolah tercermin dari pencapaian hasil belajar sebagai tolak ukurnya. Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan salah satu indikator dalam menilai mutu sekolah.

Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama. Sekolah menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas 12. Pada tingkatan pendidikan dasar dan menengah pertama, mata pelajaran ekonomi diberikan sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sedangkan pada tingkat pendidikan menengah atas, mata pelajaran ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.

Kabupaten Lampung Tengah (Lamteng) di Provinsi Lampung terdiri dari 134 Sekolah Menengah Atas (SMA) Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah


(22)

Kejuruan (SMK) baik negeri maupun swasta. SMA Negeri 1 Kotagajah merupakan salah satu Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional yang berada di Kabupaten Lampung Tengah. Dimana setiap tahun ajaran baru diadakan penerimaan siswa/siswi baru melalui ujian seleksi baik ujian tertulis maupun wawancara. Siswa/siswi yang terseleksi tersebut kemudian dilakukan tes Intelelligence Quotient (IQ) untuk mengetahui tingkat kecerdasan masing-masing siswa sebelum akhirnya ditempatkan dimasing-masing kelas.

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah konsep diri. Pandangan konsep diri dibagi menjadi 3, yaitu brain, beauty, dan behaviour. Brain (Intelegensia) yaitu memiliki kecerdasan, memiliki ilmu pengetahuan dan mandiri. Beauty meliputi pandai merawat diri, bersih, cantik dan berpenampilan rapi. Sedangkan behaviour yaitu percaya kepada Tuhan YME, berkepribadian luhur, memiliki hidup dan kepedulian terhadap sesama. (journal.amikom.ac. id/index.php/Koma/article/download/2877/667). Dilihat dari pandangan konsep diri

Brain, konsep diri siswa masih terbilang cukup rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang dapat meningkatkan kecerdasan seperti KIR (Karya Ilmiah Remaja) dan EC (English Club) hanya sebanyak 25 siswa atau 33,78%. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila seorang siswa cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat siswa tersebut menuju kesuksesan. Sebaliknya jika ia berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya yang akan berdampak pada hasil belajarnya kelak. Konsep diri dapat mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang dan berdampak pada hasil belajar.


(23)

Intelligence Quotient (IQ) ialah istilah kecerdasan manusia dalam kemampuan untuk menalar, perencanaan sesuatu, kemampuan memecahkan masalah, belajar, memahaman gagasan, berfikir, penggunaan bahasa dan lainnya.. Anggapan awal bahwa IQ adalah kemampuan bawaan lahir yang mutlak dan tak dapat berubah adalah salah, karena penelitian modern membuktikan bahwa kemampuan IQ dapat meningkat dari proses belajar. Skor normal Intelligence Quotient (IQ) adalah 90 – 109 dan sebanyak 25,68 % siswa di SMA Negeri 1 Kotagajah ini masih di bawah skor normal. Sehubungan dengan belajar, IQ juga merupakan komponen yang dapat membedakan kemampuan siswa. Siswa yang memiliki IQ tinggi biasanya akan mudah menerima materi pelajaran sehingga peluang untuk mendapat hasil belajar yang lebih baik akan lebih mudah.

Styron dan Nyman (2008:2) menjelaskan iklim sekolah adalah komponen penting untuk mewujudkan sekolah menengah yang efektif. Keseluruhan iklim sekolah dapat ditingkatkan oleh sikap dan perilaku positif dari para siswa dan guru. Iklim sekolah berkaitan dengan lingkungan yang produktif dan kondusif untuk belajar siswa dengan suasana yang mengutamakan kerjasama, kepercayaan, kesetiaan, keterbukaan, bangga, dan komitmen. Iklim sekolah juga berkaitan dengan prestasi akademik, moral fakultas, dan perilaku siswa. Iklim sekolah menengah yang optimal adalah iklim sekolah yang responsif terhadap perkembangan kebutuhan setiap siswa, merangsang pertumbuhan pribadi dan akademik. Dilihat dari suasana kelas, kurang lebih 67% siswa yang tidak fokus terhadap penjelasan dari guru. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya siswa yang sering membuat keributan di dalam kelas sehingga proses belajar mengajar kurang optimal. Iklim sekolah yang dimaksud disini adalah terjadinya keseimbangan yang optimal dalam kondisi


(24)

belajar mengajar (KBM) sehingga proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan maksimal. Iklim sekolah yang kurang nyaman akan berdampak terutama pada guru dan siswa. Guru akan menjadi kurang semangat untuk datang memberikan pelajaran, begitupun dengan siswa. Oleh sebab itu, harus diciptakan iklim sekolah yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan optimal.

Kompetensi guru yang mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Persepsi siswa akan muncul setelah mengamati, melihat, dan merasakan kompetensi yang dimiliki guru yang mengajarnya. Untuk menjadi seorang guru yang professional maka guru tersebut hendaknya menguasai kompetensi yang menjadi dasar dalam melaksanakan tugasnya. Guru yang memiliki kompetensi mengajar akan lebih mampu menciptakan lingkungan kelas yang tenang dan guru juga akan mampu mengelola kelasnya sehingga terciptanya suasana yang kondusif. Secara koqnitif, guru harus memiliki pengetahuan yang optimal. Secara afektif, guru harus professional agar siswa tidak terbebani dalam proses belajar mengajar. Secara psikomotorik, guru hendaknya memiliki keterampilan mengajar yang banyak dan menguasai metode mengajar agar siswa tidak jenuh belajar. Misalnya dengan menerapkan Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif dan Menyenangkan (PAIKEM). Berdasarkan penelitian kurang lebih 33% guru di SMA Negeri 1 Kotagajah sudah menerapkan pembelajaran ini sementara sisanya 67% masih belum menerapakannya.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah peneliti lakukan di SMA Negeri 1 Kotagajah tahun pelajaran 2012/2013 dan keterangan dari guru bidang studi


(25)

Ekonomi mengenai hasil ujian MID Semester yang diperoleh siswa kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah umumnya kurang optimal. Sebagai bukti berikut disajikan hasil ujian MID Semester Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Kotagajah tahun pelajaran 2012/2013.

Tabel 1. Nilai Mid Semester Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Semester Ganjil di SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2012/2013

Kelas Nilai Jumlah Siswa Keterangan

<75 ≥ 75 X IPS 1

X IPS 2 X IPS 3

15 18 16 10 6 11 25 24 25 Kriteria Ketuntasan Minimum yang ditetapkan sekolah adalah 75

Jumlah 49 27 74

Persentase (%) 66,22 36,49 100 Sumber : Guru Bidang Studi Ekonomi Kelas X

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui jumlah siswa yang memperoleh nilai hasil MID semester siswa pada mata pelajaran Ekonomi yang sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75 sebanyak 27 siswa dari 74 siswa atau sebanyak 36,49% artinya hanya sebesar 39,58% siswa yang dapat mencapai daya serap materi. Sedangkan sebanyak 49 siswa dari 74 siswa atau sebanyak 66,22% yang belum mencapai daya serap materi. Kenyataan tersebut dapat menunjukkan bahwa hasil belajar ekonomi siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun 2012/2013 sangat rendah.

M. Surya dalam http://m-miftah-arief.blogspot.com mengemukakan pandangan nya dalam menyikapi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, antara lain terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis atau jasmani individu, baik yang bersifat bawaan/hereditas maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan, pendengaran, struktur badan dan sebagainya. Faktor


(26)

internal lain yaitu faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang terdiri dari faktor intelektif (faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat serta faktor actual yaitu kecakapan yang nyata, seperti prestasi). Faktor psikologis lain yaitu faktor non intelektif yaitu komponen kepribadian tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal meliputi sosial, lingkungan keluarga, sekolah, teman, masyarakat, budaya, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, faktor lingkungan fisik contohnya fasilitas belajar di rumah, di sekolah, iklim dan faktor spiritual serta lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah ”PENGARUH KONSEP DIRI, INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ), IKLIM SEKOLAH, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Sebagian besar hasil belajar siswa belum mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM).

2. Konsep diri yang masih rendah terlihat dari banyaknya siswa yang kurang percaya diri sehingga timbulnya budaya mencontek.

3. Aktivitas belajar di kelas masih belum optimal.


(27)

5. Masih negatif persepsi siswa tentang kompetensi guru sehingga hasil belajar kurang maksimal.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian sangatlah penting, hal ini dikarenakan agar masalah yang diteliti menjadi lebih terarah sehingga kesalahan yang terjadi dapat diminimalisir. Penelitian yang dilakukan hanya membahas pengaruh konsep diri, pada hasil belajar, Intelligence Quotient (IQ), iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah ada pengaruh yang positif konsep diri terhadap hasil belajar Ekonomi

siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?

2. Apakah ada pengaruh yang positif Intelligence Quetiont (IQ) terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?

3. Apakah ada pengaruh yang positif iklim sekolah terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?


(28)

4. Apakah ada pengaruh yang positif persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?

5. Apakah ada pengaruh yang positif konsep diri, Intelligence Quetiont (IQ), iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?

E. Tujuan Penelitian

Melakukan penelitian perlu adanya tujuan agar penelitian tersebut lebih terarah. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah;

1. Untuk mengetahui pengaruh yang positif konsep diri terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?

2. Untuk mengetahui pengaruh yang positif Intelligence Quetiont (IQ) terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?

3. Untuk mengetahui pengaruh yang positif iklim sekolah terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?

4. Untuk mengetahui pengaruh yang positif persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?


(29)

5. Untuk mengetahui pengaruh yang positif konsep diri, Intelligence Quetiont (IQ), iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Lampung Tengah tahun pelajaran 2012/2013?

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis sebagai berikut:

1. Secara teoritis

a. Sangat penting bagi siswa dalam membentuk pribadi yang mandiri berkaitan dengan konsep diri, Intelligence Quotient, iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru sehingga menjadi manusia yang berkarakter.

b. Sangat penting bagi guru dalam menambah wawasan tentang kajian konsep diri, Intelligence Quotient (IQ), iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dalam rangka membentuk pribadi siswa yang mandiri dan berkarakter.

2. Secara praktis

a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada kepala SMA Negeri 1 Kotagajah dan para guru dalam usaha membentuk siswa yang berkarakter dan berbudi luhur serta usaha menciptakan iklim sekolah yang nyaman yang berdampak pada tercapainya hasil belajar siswa yang diharapkan.


(30)

b. Memberikan sumbangan bagi siswa untuk menanamkan konsep 3B yaitu brain, beauty, dan behaviour.

c. Sebagai bahan referensi bagi semua pihak yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini tentunya ada batasan yang menjadi pedoman, sehingga ruang lingkup penelitian ini mencakup:

1. Ruang Lingkup Permasalahan

Ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini adalah konsep diri, Intelligence Quotient (IQ), iklim sekolah, persepsi siswa tentang kompetensi guru dan hasil belajar.

2. Ruang Lingkup Objek

Objek penelitian ini adalah SMA Negeri 1 Kotagajah. 3. Ruang Lingkup Subjek

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPS SMA Negeri 1 Kotagajah.

4. Ruang Lingkup Waktu


(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Belajar dan Teori Belajar 1.1 Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Sardiman (2004:20) belajar adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. Hal senada juga disampaikan oleh Trianto (2009:17) belajar diartikan sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Belajar tidak hanya dapat dilakukan di sekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun dilingkungan masyarakat. Menurut Slameto (2003: 2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan


(32)

lingkungannya. Sedangkan menurut Hamalik (2004:28) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungannya. J. Bruner dalam (Slameto, 2003: 11) mengemukakan bahwa belajar ialah belajar tidak mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar lebih banyak dan mudah. Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa belajar adalah proses perubahan yang dilakukan seseorang dalam usaha untuk memperoleh sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun lingkungannya.

1.2. Teori Belajar

1.2.1 Aliran Behavioristik (Tingkah Laku)

Behaviorisme adalah teori perkembangan perilaku, yang dapat diukur, diamati dan dihasilkan oleh respons pelajar terhadap rangsangan. Tanggapan terhadap rangsangan dapat diperkuat dengan umpan balik positif atau negatif terhadap perilaku kondisi yang diinginkan. Hukuman kadang-kadang digunakan dalam menghilangkan atau mengurangi tindakan tidak benar, diikuti dengan menjelaskan tindakan yang diinginkan.

Pendidikan behaviorisme merupakan kunci dalam mengembangkan keterampilan dasar dan dasar-dasar pemahaman dalam semua bidang subjek dan manajemen kelas. Ada ahli yang menyebutkan bahwa teori belajar behavioristik adalah perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret.

Menurut Haryanto, ciri dari teori belajar behaviorisme adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar. (http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme/)

Pandangan tentang belajar menurut aliran tingkah laku (behavioristik), tidak lain adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Atau dengan kata lain, belajar


(33)

adalah perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untukbertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain; Thorndike, (1911); Wathson, (1963); Hull, (1943); dan Skinner, (1968).

1.2.2 Aliran Kognitif

Pada aliran kognitif, belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat sebagai tingkah laku, menekankan pada gagasan bahwa pada bagian-bagian suatu situasi berhubungan dengan konteks seluruh situasi tersebut. Pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang bersinambungan dengan lingkungan. Aplikasi teori belajar kognitif dalam pembelajaran, guru harus memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda kongkret, keaktifan siswa amat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana ke kompleks, guru menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan siswa. Tokoh aliran ini Piaget, David Ausebel, Brunner.

( http://makalahmajannaii.blogspot.com/2012/07/implikasi-pendidikan-pembelajaran-dan.html)

a. Piaget

Menurut Piaget dalam Mohamad Thobroni (2011:95) salah seorang penganut kognitif yang kuat, proses belajar sebenarnya terjadi dari tiga tahapan, yaitu asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbang). Asimilasi adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam bentuk siswa. Akomodasi adalah penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Ekuilibrasi adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi, di sumber yang lain disebutkan 2 tahapan lagi yakni Skema dan Adaptasi Skema adalah struktur mental, pola berpikir yang orang gunakan untuk mengatasi situasi tertentu di lingkungannya, menangkap apa yang mereka lihat dan membentuk skema yang tepat dengan situasi. Adaptasi adalah proses menyesuaikan pemikiran dengan memasukkan informasi baru ke dalam pemikiran individu.

1.2.3 Aliran Konstruktivisme

Kontruksi berarti bersifat membangun, dalam konteks filsafat pendidikan dapat diartikan Konstruktivisme adalah suatu upaya membangun tata susunan hidup yang berbudaya modern. Konstruktivisme merupakan


(34)

landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan teori konstruktivisme siswa dapat berfikir untuk menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan. Siswa akan lebih paham karena mereka terlibat langsung dalam membina pengetahuan baru, mereka akan lebih paham dan mampu mengapliklasikannya dalam semua situasi. Selian itu siswa terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat lebih lama semua konsep. (haryanto, S.Pd. http://belajarpsikologi.com /macam-macam-teori-belajar/)

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Konstruktivisme sebenarnya bukan merupakan gagasan yang baru, apa yang dilalui dalam kehidupan kita selama ini merupakan himpunan dan pembinaan pengalaman demi pengalaman. Ini menyebabkan seseorang mempunyai pengetahuan dan menjadi lebih dinamis.

Pendekatan konstruktivisme mempunyai beberapa konsep umum seperti: 1. Pelajar aktif membina pengetahuan berasaskan pengalaman yang

sudah ada.

2. Dalam konteks pembelajaran, pelajar seharusnya membina sendiri pengetahuan mereka.

3. Pentingnya membina pengetahuan secara aktif oleh pelajar sendiri melalui proses saling memengaruhi antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru.

4. Unsur terpenting dalam teori ini ialah seseorang membina pengetahuan dirinya secara aktif dengan cara membandingkan informasi baru dengan pemahamannya yang sudah ada.

5. Ketidakseimbangan merupakan faktor motivasi pembelajaran yang utama. Faktor ini berlaku apabila seorang pelajar menyadari gagasan-gagasannya tidak konsisten atau sesuai dengan pengetahuan ilmiah.

6. Bahan pengajaran yang disediakan perlu mempunyai perkaitan dengan pengalaman pelajar untuk menarik miknat pelajar.

Teori Belajar Konstruktivisme Vygotsky

Ratumanan (2004:45) mengemukakan bahwa karya Vygotsky didasarkan pada dua ide utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami hanya bila ditinjau dari konteks historis dan budaya pengalaman anak. Kedua, perkembangan bergantung pada sistem-sistem isyarat mengacu pada simbol-simbol yang diciptakan oleh budaya untuk membantu orang berfikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah, dengan demikian perkembangan kognitif anak mensyaratkan sistem komunikasi budaya


(35)

dan belajar menggunakan sistem-sistem ini untuk menyesuaikan proses-proses berfikir diri sendiri.

Menurut Slavin (Ratumanan, 2004:49) ada dua implikasi utama teori Vygotsky dalam pendidikan. Pertama, dikehendakinya setting kelas berbentuk pembelajaran kooperatif antar kelompok-kelompok siswa dengan kemampuan yang berbeda, sehingga siswa dapat berinteraksi dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam daerah pengembangan terdekat/proksimal masing-masing. Kedua, pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran menekankan perancahan (scaffolding). Dengan scaffolding, semakin lama siswa semakin dapat mengambil tanggung jawab untuk pembelajarannya sendiri.

1.2.4 Aliran Humanistik

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai. Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. (http://mihwanuddin.wordpress. com/2011/09/19/toeri-belajar-humanistik-pengertian-teori-belajar- humanistik-tokoh-teori-belajar-humanistik-prinsip-dalam-teori-belajar- humanistik-aplikasi-teori-belajar-humanistik-implikasi-teori-belajar-humani/)

Teori humanisme lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia. Pendekatan ini melihat kejadian yaitu bagaimana dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanisme biasanya menfokuskan pengajarannya pada pembangunan kemampuan yang positif. Kemampuan positif tersebut erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif. Emosi merupakan karateristik yang sangat kuat yang nampak dari para pendidik beraliran humanisme. Dalam teori pembelajaran humanistik, belajar merupakan proses yang dimulai dan ditujukan untuk kepentingan


(36)

memanusiakan manusia. Dimana memanusiakan manusia di sini berarti mempunyai tujuan untuk mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri orang yang belajar secara optimal.

Ciri-ciri Teori Humanisme

Pendekatan humanisme dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk pengembangan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Ketrampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik.

Dalam teori belajar humanistik, belajar dianggap berhasil jika siswa memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.

(http://edukasi.kompasiana.com/2011/10/24/teori-belajar-humanisme-406226.html)

Berdasarkan teori belajar yang telah dijelaskan maka diketahui bahwa dalam belajar terdapat beberapa aliran teori belajar seperti aliran behavioristik (tingkah laku), kognitif, konstruktivisme, dan humanistik. Pertama, teori belajar Behavioristik (tingkah laku), belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Kedua, dalam teori kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya dimana belajar merupakan aktivitas yang melibatkan proses berpikir. Ketiga, belajar menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses mengasimilasikan dan mengkaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan pngertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat dikembangkan. Keempat, teori humanisme, menekankan pentingnya emosi atau


(37)

perasaan, komunikasi terbuka, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa yang mengarah pada upaya untuk mengasah nilai-nilai kemanusiaan siswa.

2. Hasil Belajar

Bagi seorang siswa belajar merupakan suatu kewajiban. Berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam pendidikan tergantung pada proses belajar yang dialami oleh siswa tersebut. Menurut Skiner “belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”. Proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat (reinforcer). Jadi, hasil yang ingin dicapai dalam belajar adalah kemampuan intelektual, kemampuan kognitif, kemampuan verbal, keterampilan motorik dan sikap atau hubungan sosial yang baik.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Ada faktor yang dapat diubah (seperti: cara mengajar, mutu rancangan, model evaluasi, dan lain-lain), adapula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji, lingkungan sekolah, dan lain-lain) Suhardjono dalam Arikunto (2006:55).

Menurut Slameto (2003:54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

a. Faktor-faktor Intern

Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

1. Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan, cacat tubuh. Agar seseorang dapat belajar dengan baik maka harus dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengatur jam kerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi, dan ibadah. Keadaan cacat tubuh bisa mempengaruhi belajar.


(38)

Siswa yang cacat belajarnya terganggu, maka perlu perlakuan khusus dengan alat bantu atau belajar di pendidikan khusus.

2. Faktor psikologis

Faktor psikologis diantaranya adalah: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Dalam belajar perlu kesiapan mental tersebut.

3. Faktor kelelahan

Kelelahan dalam belajar dapat mengganggu kesehatan dan mengakibatkan kurangnya konsentrasi. Siswa harus menghindari kelelahan sehingga apa yang dipelajari dapat mengemdap dalam fikiran secara optimal.

b. Faktor-faktor Ekstern

Faktor ekstern merupakan faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan masyarakat.

1. Faktor keluarga

Belajar yang baik dapat dilakukan apabila keadaan rumah tenang dan tentram, hubungan keluarga baik sehingga anak betah di rumah dan faktor ekonomi keluarga terpenuhi.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah meliputi lingkungan sekolah, metode mengajar, kurikulum, dan fasilitas-fasilitas lain yang menunjang belajar.

3. Faktor masyarakat

Faktor masyarakat meliputi teman bergaul, kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media yang memberi pengaruh baik pada siswa, lingkungan masyarakat yang positif.

Pencapaian tujuan pengajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa. Menurut Oemar Hamalik (2001: 30) bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atas budi pekerti, dan sikap.


(39)

Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria ketuntasan maksimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata pelajarannya. Dimana hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori yang dikemukakan Bloom dalam (http://mudjiono.wimamadiun.com/materi/deskripsi.pdf), prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dapat dikelompokkan menjadi tiga kawasan, yaitu: 1) Kognitif ; 2) Afektif ; 3) Psikomotorik. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari pembelajaran disekolah dan bukti dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan secara maksimal yang dinyatakan dalam bentuk skor.

3. Pengertian Konsep Diri

Setiap orang mempunyai kepercayaan, sikap, perasaan, dan cita-cita akan dirinya, apakah sikap, perasaan, dan lain-lain tepat atau tidak, realistis atau tidak. Ketepatan dan kerealistisan sikap akan mempengaruhi kondisi kepribadian terutama kesehatan mentalnya. Seseorang yang memiliki kepercayaan lebih akan dirinya, akan mencita-citakan sesuatu yang jauh diatas kemampuannya, sehingga kemungkinan mendapatkan kegagalan besar sedikit sekali. Orang yang mempunyai kepercayaan lebih juga akan menilai rendah kepada orang lain. Sebaliknya, orang yang kurang percaya diri, akan banyak diliputi keraguan, ketidakberanian untuk bertindak, rasa rendah diri dan sebagainya.

Konsep diri menurut Burns dalam Slameto (2003: 182) adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Sedangkan menurut Djaali (2007: 129) konsep diri adalah pandangan seseorang tentang


(40)

dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Konsep diri merupakan kepercayaan mengenai keadaan diri sendiri yang relatif sulit diubah. Konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya, biasanya orang tua, guru dan teman-teman.

Konsep diri merupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh setiap individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep diri. Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih mampu menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang dapat diterima oleh lingkungan.

(http://www.duniapsikologi.com/konsep-diri-positif-dankonsep-diri negatif/.).

Manusia memiliki kecenderungan untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri positif atau konsep diri negatif.

Menurut Brooks dan Emmart dalam http://www.duniapsikologi.com, orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

a. Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.


(41)

b. Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang lain.

c. Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian, atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa yang telah dikerjakan sebelumnya.

d. Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.

Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:

a. Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.

b. Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala tindakannya perlu mendapat penghargaan.

c. Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.

d. Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik negatif secara berlebihan terhadap orang lain.

e. Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan pandangan seseorang mengenai dirinya sendiri, tentang apa yang dia ketahui dalam dirinya termasuk konsep diri positif maupun negatif. Konsep diri positif maupun negatif sangat berpengaruh terhadap tingkah laku siswa.

4. Pengertian Intelligence Quotient

Intelegensi berasal dari kata intellegere yang berarti menghubungkan atau menyatukan satu sama lain. Menurut Stern dalam Djaali (2008:63) intelegensi ialah daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berpikir menurut tujuannya. Sedangkan menurut Garret dalam Djaali


(42)

(2008:65) intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah yang memerlukan pengertian, serta menggunakan simbol-simbol.

Intelligence Quotient adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian,memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan. Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh AlferdBinet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Temmandari Universitas Stanford berusaha membakukan tes IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya tes IQ tersebut dikenal sebagai tes Stanford-Binet. Pada masanya kecerdasan intelektual (IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut. (http://www.scribd.com).

Untuk mengukur tingkat kecerdasan, dapat digunakan tes IQ misalnya dari Binet Simon. Dari hasil tes Binet Simon, dibuatlah penggolongan intelegensi sebagai berikut: 1) Genius > 140; 2) Gifted > 130; 3) Superior > 120; 4) Normal 90 – 110; 5) Debil 60 – 79; 6) Imbesil 40 – 55; 7) Idiot >35. (Djaali, 2008:72)

Menurut David Wechsler inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif (http://fadhlyashary.blogspot.com). Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir


(43)

secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

5. Iklim Sekolah

Ada beberapa ahli yang mendefinisikan iklim sekolah. Definisi iklim sekolah tidak luput dari pengertian iklim itu sendiri. Iklim menurut Hoy dan Miskell dalam Hadiyanto (2004:153) merupakan kualitas dari lingkungan yang terus-menerus dialami oleh guru-guru, mempengaruhi tingkah laku dan berdasar pada persepsi kolektif tingkah laku mereka. Litwin dan Stringer dalam Gunbayi, (2007:1) menjelaskan iklim sekolah didefinisikan secara bervariasi oleh para ahli sebagai hasil dari persepsi subjektif terhadap sistem formal, gaya informal kepala sekolah, dan faktor lingkungan penting lainnya yang memepengaruhi sikap, kepercayaan, nilai dan motivasi individu yang berada pada sekolah tersebut. Namun demikian variasi definisi iklim sekolah apabila ditelaah lebih dalam, mengerucut kepada tiga pengertian. Pertama iklim sekolah didefinisikan sebagai kepribadian suatu sekolah yang membedakan dengan sekolah lainnya. Kedua iklim sekolah didefinisikan sebagai suasana di tempat kerja, mencakup berbagai norma yang kompleks, nilai, harapan, kebijakan, dan prosedur yang mempengaruhi pola perilaku individu dan kelompok. Ketiga iklim sekolah didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap kegiatan, praktik, dan prosedur serta persepsi tentang perilaku yang dihargai, didukung dan diharapkan dalam suatu organisasi.


(44)

Menurut Reichers dan Schneider dalam Milner dan Khoza, (2008:158) iklim secara luas menggambarkan persepsi bersama menyangkut berbagai hal yang ada di sekeliling kita. Secara sempit iklim diartikan sebagai persepsi bersama mengenai kebijakan organisasi dan prosedur pelaksanaan, baik secara formal maupun informal. Kopelman, Brief dan Guzzo dalam Milner dan Khoza, (2008:158) menjelaskan persepsi bersama memungkinkan individu untuk memahami ambiguitas, konflik organisasi dan ketidakpastian, memperkirakan hasil, serta menilai kesesuaian kegiatan organisasi. Oleh karena itu iklim organisasi mempunyai peran fungsional untuk membentuk dan mengarahkan perilaku individu dalam organisasi.

Styron dan Nyman (2008:2) menjelaskan iklim sekolah adalah komponen penting untuk mewujudkan sekolah menengah yang efektif. Iklim sekolah adalah lingkungan remaja yang ramah, santai, sopan, tenang, dan enerjik. Keseluruhan iklim sekolah dapat ditingkatkan oleh sikap dan perilaku positif dari para siswa dan guru. Iklim sekolah berkaitan dengan lingkungan yang produktif dan kondusif untuk belajar siswa dengan suasana yang mengutamakan kerjasama, kepercayaan, kesetiaan, keterbukaan, bangga, dan komitmen. Iklim sekolah juga berkaitan dengan prestasi akademik, moral fakultas, dan perilaku siswa. Iklim sekolah menengah yang optimal adalah iklim sekolah yang responsif terhadap perkembangan kebutuhan setiap siswa, merangsang pertumbuhan pribadi dan akademik. Senada dengan Larsen, iklim sekolah yang positif merupakan suatu norma, harapan dan kepercayaan dari personil-personil yang terlibat dalam organisasi sekolah yang dapat memberikan dorongan untuk bertindak yang mengarah pada prestasi siswa yang tinggi ( Moedjiarto, 2002:32). Berdasarkan


(45)

pendapat tersebut dapat dikatakan iklim sekolah yang baik adalah terjadinya keseimbangan yang optimal dalam kondisi belajar mengajar (KBM) sehingga proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan maksimal.

6. Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru

Kata persepsi berasal dari bahasa inggris “perception” yang berarti penglihatan atau tanggapan. Menurut Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2003:863), persepsi diartikan tanggapan (penerimaan) langsung dari suatu serapan atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi merupakan proses yang integrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterimanya (Moskowiwitza dan Orgel dalam Bimo Walgito. 2004:88). Pendapat lain yang diungkapkan oleh Slameto (2003:102), persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi yang masuk ke dalam otak manusia.

Berdasarkan pendapat tersebut, persepsi merupakan tanggapan atau pandangan seseorang terhadap suatu objek, yang dipengaruhi pengindraannya, lingkungan, kebiasaan dan kebutuhan sehingga dapat memberikan makna sebagai hasil dari pengamatan dan persepsi seseorang akan berbeda dengan yang lain.

Kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang dalam pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku dan hasil yang dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Menurut Usman dalam Kunandar (2007:51) kompetensi adalah suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Sedangkan


(46)

Kamil,dkk (2005:2) mengemukakan bahwa kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Kompetensi juga dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sementara guru adalah pedidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah ( Kunandar, 2007:52).

Kompetensi guru adalah seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat terwujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif. Kompetensi guru tersebut meliputi:

1. Kompetensi intelektual, yaitu berbagai perangkat pengetahuan yang ada dalam diri individu yang diperlukan untuk menunjang berbagai aspek kinerja sebagai guru.

2. Kompetensi fisik, yaitu perangkat kemampuan fisik yang diperlukan untuk menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru dalam berbagai situasi.

3. Kompetensi pribadi, yaitu perangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri.

4. Kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif. Kompetensi sosial meliputi kemampuan interaktif, dan pemecahan masalah kehidupan sosial. 5. Kompetensi spiritual, yaitu pemahaman, penghayatan, serta pengamalan

kaidah-kaidah keagamaan (Surya, Seminar Sehari 6 Mei 2005). (Kunandar, 2009:55).

Berdasarkan penjelasan tersebut, secara garis besar kompetensi guru adalah sesuatu yang penting yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai pendidik yang


(47)

kompeten dan profesional yang mencakup kompetensi intelektual, kompetensi fisik, kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi spiritual.

B. Penelitian Yang Relevan

Tabel 2. Hasil Penelitian Yang Relevan

Tahun Nama Judul Hasil

2010 Dwi Jayanti Pengaruh Intelegence Quotient, Iklim Sekolah, Dan Budaya Membaca Terhadap Hasil Belajar

Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010

Ada pengaruh yang signifikan antara Intelegence Quotient. iklim sekolah, dan budaya membaca terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS SMA YP Unila Bandar Lampung tahun pelajaran 2009/2010 yang dibuktikan dengan Fhitung = 57,488 > Ftabel = 2,69 dengan koefisien korelasi ( r ) 0,775 dan koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0,600 yang berarti bahwa hasil belajar ekonomi dipengaruhi oleh intelegence quotient. iklim sekolah, dan budaya membaca sebesar 60%.

2012 Arius Akbar

Pengaruh persepsi siswa tentang iklim sekolah dan keadaan ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 9 Metro tahun pelajaran 2011/2012

Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang iklim sekolah dan keadaan ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar IPS Terpadu siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 9 Metro tahun pelajaran 2011/2012. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung = 40,538 > Ftabel = 3,076 dengan koefisien korelasi ( r ) 0,646 dan koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0, 418.


(48)

2009 Rosiana pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi guru, motivasi belajar dan cara belajar terhadap peningkatan prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2008/2009

Ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru, motivasi belajar dan cara belajar terhadap peningkatan prestasi belajar ekonomi siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Bandar Lampung tahun pelajaran 2008/2009. Hal ini dibuktikan dengan Fhitung = 13,785 > Ftabel = 2,697 dengan koefisien korelasi ( r ) 0,533 dan koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0,285

2009 Dwi Kuswatuti

Pengaruh konsep diri dan motivasi

berprestasi terhadap hasil belajar akuntansi kelas XI IPS SMA Perintis 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2008/2009.

Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar

akuntansi kelas XI IPS SMA Perintis 1 Bandar Lampung tahun pelajaran 2008/2009 yang ditunjukan dengan F hitung> F tabel yaitu 7,23> 2,38 yang berarti bahwa hasil belajar akuntansi dipengaruhi oleh konsep diri dan motivasi berprestasi sebesar 38%.

Berdasarkan tabel 2, penelitian yang relevan adalah studi atau penelitian yang sejenis dengan pokok masalah yang dihadapkan dalam skripsi ini telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, oleh sebab itu pada bagian ini dilengkapi beberapa hasil peneliti-penelitian yang ada kaitannya dengan pokok masalah ini, antara lain.

Menurut Dwi Jayanti (2010) pada perhitungan penelitiannya ada pengaruh yang signifikan antara Intelegence Quotient. iklim sekolah, dan budaya membaca


(49)

terhadap hasil belajar ekonomi yang dibuktikan dengan Fhitung = 57,488 > Ftabel = 2,69 dengan koefisien korelasi ( r ) 0,775 dan koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0,600 yang berarti bahwa hasil belajar ekonomi dipengaruhi oleh intelegence quotient. iklim sekolah, dan budaya membaca sebesar 60%.

Menurut Arius Akbar (2012) pada perhitungan penelitiannya ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang iklim sekolah dan keadaan ekonomi orang tua terhadap prestasi belajar IPS Terpadu dibuktikan dengan Fhitung = 40,538 > Ftabel = 3,076 dengan koefisien korelasi ( r ) 0,646 dan koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0, 418.

Menurut Rosiana (2009) pada perhitungan penelitiannya ada pengaruh yang signifikan antara persepsi siswa tentang kompetensi guru, motivasi belajar dan cara belajar terhadap peningkatan prestasi belajar ekonomi siswa dibuktikan dengan Fhitung = 13,785 > Ftabel = 2,697 dengan koefisien korelasi ( r ) 0,533 dan koefisien determinasi ( R2 ) sebesar 0,285

Menurut Dwi Kuswatuti (2009) pada perhitungan penelitiannya ada pengaruh yang positif dan signifikan antara konsep diri dan motivasi berprestasi terhadap hasil belajar akuntansi yang ditunjukan dengan F hitung> F tabel yaitu 7,23> 2,38 yang berarti bahwa hasil belajar akuntansi dipengaruhi oleh konsep diri dan motivasi berprestasi sebesar 38%.


(50)

C. Kerangka Pikir

1. Pengaruh Konsep Diri Terhadap Hasil Belajar Ekonomi

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri menurut Burns dalam Slameto (2003: 182) adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.

Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki. Konsep diri merupakan penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini merupakan kekuatan atau dorongan yang akan membuat individu menuju kesuksesan. Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja mempersiapkan kegagalan bagi dirinya.

Jika seorang siswa memiliki konsep diri positif seperti berpikir akan berhasil dan maka ia akan berhasil dan memiliki hasil belajar yang akan baik pula. Hal ini dikarenakan siswa memiliki dorongan atau kekuatan dari dalam diri sehingga


(51)

siswa dapat menyerap pelajaran dengan baik. Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri negatif atau berpikir akan gagal sebelum berperang maka kemungkinan ia akan gagal dan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2. Pengaruh Intellegent Quetiont (IQ) Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Menurut David Wechsler inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif (http://fadhlyashary.blogspot.com). Secara garis besar inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Intelegensi juga merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap situasi-situasi baru dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan menggunakan pikirannya. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.

Intelligent Quotient (IQ) merupakan suatu ukuran dalam intelegensi dimana IQ dapat diartikan sebagai satuan tingkat kemampuan individu. IQ sendiri merupakan ukuran kecepatan belajar untuk menguasai materi suatu pelajaran. Hal ini berarti apabila siswa yang memiliki IQ yang tinggi akan dapat menguasai materi pelajaran lebih cepat dibandingkan siswa dengan IQ yang rendah yang nantinya akan berpengaruh pada hasil belajar siswa.

3. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Hasil Belajar Ekonomi

Styron dan Nyman (2008:2) menjelaskan iklim sekolah adalah komponen penting untuk mewujudkan sekolah menengah yang efektif. Iklim sekolah merupakan


(52)

suasana dalam organisasi sekolah yang diciptakan oleh pola hubungan antar pribadi (personal relationship) yang berlaku. Terciptanya iklim sekolah yang baik dengan cara penciptaaan hubungan yang baik antarelemen yang ada di sekolah. Seperti hubungan yang terjalin antarguru dengan guru atau antarsiswa dengan guru, siswa dengan siswa maupun elemen lain yang ada di sekolah. Iklim sekolah yang baik untuk proses belajar adalah iklim sekolah yang kondusif yaitu suatu iklim dimana peserta didik merasa siap untuk melakukan proses belajar.

Iklim sekolah yang kurang nyaman akan berdampak terutama pada guru dan siswa. Guru akan menjadi kurang semangat datang mengajar, begitupun dengan siswa. Oleh sebab itu, harus diciptakan iklim sekolah yang dapat mendukung proses belajar mengajar. Karena iklim sekolah yang baik akan memperbesar harapan siswa untuk meraih hasil belajar yang maksimal.

4. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar Ekonomi

Kamil,dkk (2005:2) mengemukakan bahwa kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direflesikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi guru sangat diperlukan untuk menjadi seorang guru yang professional dan berkompeten. Kompetensi yang dimiliki oleh guru menunjukkan kualitas guru dan kualitas pendidikan yang sebenarnya. Kompetensi ini akan terlihat dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan sikap professional dalam menjalankan tugas dan tugas sebagai seorang guru. Guru dituntut untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan lebih kreatif dalam


(53)

mengembangkan proses pembelajaran siswa agar guru memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat . guru memang dituntut untuk bekerja secara professional agar mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan kebutuhan terhadap sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki kapabilitas untuk bersaing di forum regional, nasional, maupun internasional. Persepsi ini menunjukkan pandangan, perasaan dan pemahaman siswa tentang kompetensi guru mata pelajaran Ekonomi. Guru yang berkompeten akan menimbulkan persepsi positif dari siswa dan guru yang tidak berkompeten atau memiliki kompetensi rendah akan menimbulkan persepsi yang negative dari siswa yang kemudian tentunya akan berpengaruh terhadap hasil belajar.

5. Pengaruh Konsep Diri, Intelligent Quetiont, Iklim Sekolah Dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Konsep diri, Intelligent Quetiont, iklim sekolah dan persepsi siswa tentang kompetensi guru akan berpengaruh terhadap hasil belajar. Hal ini dapat dilihat dari siswa yang memiliki konsep diri positif, IQ yang tinggi, iklim sekolah yang nyaman dan kondusif serta didukung oleh guru yang berkompeten maka siswa akan mudah menerima materi pelajaran yang disampaikan oleh guru pada saat proses belajar mengajar dengan demikian, hasil belajar yang diperoleh siswa pun akan maksimal. Sebaliknya, apabila siswa memiliki konsep diri yang negatif, IQ rendah, iklim sekolah tidak kondusif, dan kompetensi guru rendah maka hasil belajar yang dicapai siswa pun akan rendah.


(54)

Dengan demikian, kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 1. Paradigma Penelitian

6. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Ada pengaruh positif konsep diri terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2012/2013. 2. Ada pengaruh positif Intelligence Quotient (IQ) terhadap hasil belajar

Ekonomi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2012/2013.

3. Ada pengaruh positif iklim sekolah terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran

2012/2013. Konsep Diri

(XI)

Hasil Belajar Ekonomi (Y)

Intellegent Quetiont

(X2)

Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru

(X4)

Iklim Sekolah (X3)


(55)

4. Ada pengaruh positif persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2012/2013.

5. Ada pengaruh positif konsep diri, Intelligence Quotient (IQ), iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2012/2013.


(1)

137

persepsi siswa tentang kompetensi guru positif maka siswa senantiasa suka terhadap mata pelajaran dan hasil belajar siswa pun akan baik atau maksimal. 5. Ada pengaruh yang positif dan signifikan konsep diri, Intelligence Quotient (IQ), iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar Ekonomi siswa kelas X IPS semester genap SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2012/2013. Jika konsep diri positif, Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, iklim sekolah yang kondusif dan didukung oleh persepsi siswa tentang kompetensi guru yang positif maka hasil belajar siswa akan baik atau maksimal.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Pengaruh Konsep Diri, Intelligence Quotient (IQ), Iklim Sekolah, Dan Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas X IPS SMA Negeri 1 Kotagajah Tahun Pelajaran 2012/2013”, maka peneliti menyarankan sebagai berikut.

1. Bagi pihak guru hendaknya mengimplementasikan kurikulum 2013 dan mengkaitkannya dengan konsep brain, beauty, dan behaviour untuk membentuk siswa yang mandiri, cerdas, dan berkarakter.

2. Hendaknya siswa senantiasa belajar dan melatih kemampuan kognisinya (IQ) dengan latihan-latihan agar meningkat, karena akan mempermudah siswa dalam menyerap materi pelajaran sehingga tujuan pembelajaran pun dapat tercapai.


(2)

138

3. Pihak sekolah hendaknya mengimplementasikan kurikulum untuk menghasilkan siswa yang cerdas berkelanjutan sebagai generasi pemimpin yang akan datang.

4. Agar hasil belajar siswa meningkat, hendaknya terjalin hubungan yang baik antara pendidik dengan siswa. Pendidik meningkatkan kompetensi yang dimilikinya baik dalam pembuatan RPP, actuating, dan evaluasi. Begitu pun siswa juga senantiasa berpikir logis dalam proses pembelajaran yang diterimanya. Sehingga menghasilkan persepsi yang positif terhadap kompetensi yang dimiliki guru yang akan menumbuhkan semangat dalam belajar dan hasil belajar pun optimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Arius. 2012. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Iklim Sekolah Dan Keadaan Ekonomi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar IPS Terpadu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012. (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung

Alder, Harry. 2001. Pacu IQ dan EQ Anda. Jakarta: Erlangga

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.

... Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Gunbayi, Ilhan. 2007. Sekolah Iklim dan Persepsi Guru pada Faktor Iklim: Penelitian Ke Sembilan Sekolah Tinggi Perkotaan. The Journal online Turki Teknologi Pendidikan (TOJET).6(3). 1-10. (Online). Tersedia: http://www.eric.ed.gov/ERICDocs/data/ericdocs2sql/content_ storage_01/0000019b/80/3d/04/58.pdf

Hadiyanto. 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001. Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan Cbsa. Bandung : Sinar Baru Algensindo

http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/ didownload tanggal 2 April 2014 pukul 10:10


(4)

http://belajarpsikologi.com/teori-belajar-behaviorisme/ didownload tanggal 5 Februari 2014 pukul 17:15

http://gurupembaharu.com/home/download/68.-EKONOMI-SMA.doc didownload tanggal 6 Maret 2013 pukul 20:44

http://idahceris.wordpress.com/2012/02/13/konsep-diri/. Didownload pada 18 Maret 2013 pukul 19:58

http://mahmud09-kumpulanmakalah.blogspot.com/2012/07/macam-macam-teori-belajar-dan.html. didownload pada tanggal 18 Maret 2013 pukul 21:05

http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/09/19/toeri-belajar-humanistik- pengertian-teori-belajar-humanistik-tokoh-teori-belajar-humanistik- prinsip-dalam-teori-belajar-humanistik-aplikasi-teori-belajar-humanistik-implikasi-teori-belajar-humani/. didownload pada tanggal 2 April 2014 pukul 10:05

http://m-miftah-arief.blogspot.com/2012/01/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html. didownload pada 18 Maret 2013 pukul 20:13 http://www.duniapsikologi.com/konsep-diri-positif-dankonsep-diri negatif/.

Didownload tanggal 23 November 2012 pukul 11:20

http://www.freewebs.com/hijrahsaputra/catatan/TEORI%20BELAJAR%20DAN %20PEMBELAJARAN.htm. didownload pada tanggal 18 Maret 2013 pukul 20:48

http://www.iaincirebon. ac.id/blog/2013/03/09/393.htm didownload tanggal 2 April 2014 pukul 20:05

http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-belajar-menurut-para-ahli.html. didownload tanggal 6 Februari 2013 pukul 11:19

http://www.scribd.com/doc/87148155/PENGERTIAN-IQ. didownload tanggal 23 November 2012 pukul 19:17

Jayanti, Dwi . 2010. Pengaruh Intelligence Quotient, Iklim Sekolah, Dan Budaya Membaca Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Pada Siswa Kelas XI IPS SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010. (skripsi).


(5)

journal.amikom.ac. id/index.php/Koma/article/download/2877/667 didownload tanggal 18 Maret 2014 pukul 10:35

Kunandar. 2007. Guru Professional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers

Kuswatuti, Dwi. 2009. Pengaruh Konsep Diri Dan Motivasi Berprestasi Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Kelas XI IPS SMA Perintis 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009. (Skripsi). Universitas Lampung . Bandar Lampung.

Milner, Karen dan Khoza, Harriet. (2008). Sebuah Perbandingan Stres Guru dan Iklim Sekolah Di Sekolah dengan Berbeda Tarif Sukses Matric. Afrika Selatan Jurnal Pendidikan.28. 155-173. (Online). Tersedia:

http://ajol.info/index.php/saje/article/viewFile/25151/4350 Moedjiarto. 2002. Sekolah Unggul. Jakarta: Duta Graha Pustaka

Ratumanan, T.G. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Surabaya: Unesa. Universitas Press.

Rosiana, 2009. Pengaruh Persepsi Siswa Tentang Kompetensi Guru, Motivasi Belajar Dan Cara Belajar Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Ekonomi Siswa kelas XI IPS SMA Negeri 7 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2008/2009. (skripsi). Universitas Lampung. Bandar Lampung. Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Prenada

Media.

Rusman, Teddy. 2011. Aplikasi Statistik Penelitian dengan SPSS. Pendidikan Ekonomi: Universitas Lampung

Sardiman A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta


(6)

Slavin, E. Robert. 2008. Psikologi Pendidikan. Teori dan Praktek. PT Macana Jaya Cemerlang. Jakarta

Sudarmanto, R. Gunawan. 2005. Analisis Regresi Linear Ganda Dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Sinar Baru Algensindo.

Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Styron Jr, Ronald A., Nyman, Terri R., (2008). Kunci Karakteristik Kinerja

Sekolah Menengah. RMLE Online. 31(5). 1-17. (Online). Tersedia: http://www.nmsa.org/portals/0/pdf/publications/RMLE/rmle_vol31_no5.p df

Thobroni , Mohammad dan Arif Mustofa. 2011. Belajar dan Pembelajaran Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran Dalam Pembangunan Nasional, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,

Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR EKONOMI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2008/2009

0 21 12

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU DAN KOMPETENSI PADAGOGIK GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 9 110

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG METODE MENGAJAR GURU DAN KOMPETENSI PADAGOGIK GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010/2011

1 8 78

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 TERBANGGI BESAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

0 39 86

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR EKONOMI TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X SMA NEGERI 14 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2008/2009

0 5 12

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ), KEPEMILIKAN LITERATUR IPS TERPADU SISWA DAN BUDAYA MEMBACA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 24 BANDAR LAMPUNG SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 15 98

PENGARUH INTELLIGENCE QUOTIENT, KONSEP DIRI, IKLIM SEKOLAH DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 14 122

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KEMAMPUAN MENGAJAR GURU DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA NEGERI 1 SRAGI LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 86

PENGARUH KONSEP DIRI, INTELLIGENCE QUOTIENT (IQ), IKLIM SEKOLAH, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 91

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH, BUDAYA MEMBACA, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TRIMURJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 7 94