Hasil Penelitian Aktivitas Ritualistik Pelaku Sufisme Perkotaan
125
sholat 5 waktu, amalah sunnah seperti sholat dhuha, qiyamul lain, dan sebagainya. Sesuai yang dituturkan beliau:
“Kalau terkait dengan amalan atau aktivitas ritualistik itu ya sama dengan yang dikerjakan kebanyakan orang Islam. Amalan
wajib ya tentunya sholat 5 waktu itu mas. Amalan sunnah sebisa mungkin saya istiqamahkan itu ya sebelum berangkat kerja
menyempatkan diri untuk sholat dhuha, lalu malamnnya bangun malam untuk qiyamul lail. Ya masalah dzikir atau wirid itu saya
amalkan setelah selesai sholat mas”.
126
Sementara bacaan wirid, dzikir dan do’a-do’a yang beliau amalkan didapat dari guru beliau yaitu KH. Ihya’ Ulumuddin murid
dari Sayyid Alawwi al-Maliki yang terkodifikasikan dalam sebuah kitab yang bernama Tawajuhat Al-Haromain. Bacaan do’a dan wirid
yang ada di dalamnya wajib dibaca oleh santri-santri KH. Ihya’ Ulumuddin di Pondok Pesantren Nurul Haromain, Pujon-Malang. Di
dalam kitab Tawajuhat ini terdapat berbagai do’a dan hizb. Adapun data yang berkaitan dengan aktivitas ritualistik Subjek I,
Peneliti sajikan dalam bentuk tabel di bawah ini:
Tabel 4.2 Aktivitas Ritualistik Subjek I
Waktu Aktivitas Ritualistik
Tiga perempat malam Sholat Tahajjud dan Sholat Witir dilanjutkan
bacaan wirid dari Kitab Tawajuhat Al Haromain Subuh
Sholat Subuh beserta wiridnya Jam 07.00 sebelum berangkat
kerja Sholat Dhuha
Dhuhur Sholat Dhuhur beserta wiridnya
Ashar Sholat Ashar beserta wiiridnya
Maghrib Sholat Maghrib beserta wiridnya dilanjutkan
membaca Al Qur’an
126
Ungkapan Subjek I saat diwawancarai pada tanggal 4 April 2015 pukul 14.00-15.00 di Kediaman Subjek I
126
Isya’ Sholat Isya’ beserta wiridnya dilanjutkan Sholat
Hajat dan kemudia berdzikir sebelum tidur. Setiap waktu di tempat kerja
maupun di rumah Berdzikir bil Qalbi, dengan menyebut asma Allah
Adapun berkaitan dengan bacaan-bacaan wirid, dzikir dan do’a- do’a yang diamalkan Subjek I akan Peneliti paparkan dalam lampiran
laporan penelitian ini. Namun hanya Peneliti paparkan do’a dan wirid yang sering diamalkan Subjek I. Sebenarnya sangat banyak do’a-do’a
dan wirid yang terkodifikasi dalam Kitab Tawajuhat Al Haromain. Karena notabene Beberapa wirid itu yang diambil dari Kitab Al-Adzkar
Imam Al-Nawawi yaitu muridnya Imam Al-Syafi’i. Dalam ajaran tasawuf substansi terpenting dalam kehidupan
adalah penerapan ihsan. Penerapan ihsan sangat erat kaitannya dengan sikap peserta tasawuf dalam menghadapi kehidupan sejalur dengan Al-
Qur’an dan As Sunnah. Begitupun juga yang dilakukan oleh Subjek I. Amalan atau riyadhah bukan hanya pada aspek ibadah hubungan
vertikal dengan Allah SWT, namun juga berkaitan dengan muamalah hubungan dengan sesama manusia. Peneliti mencoba memaparkan data
tentang usaha yang dilakukan Subjek I untuk menerapkan nilai tasawuf dalam kehidupan. Adapun pemaparannya dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.3 Penerapan Nilai Tasawuf Subjek I dalam Kehidupan
Aktivitaskegiatan Momentum penerapan
Berdakwah menebarkan nilai tauhid kepada orang banyak
Pada saat mengisi ceramah, training maupun seminar.
Bershadaqah. Melalui kegiatan amal Yayasan
Pengembangan Infaq “Bina Umat” Memberikan banyak kemanfaatan
untuk orang lain Aktivitas beliau di Spirtual Building Center
dan Yayasan Pengembangan Infaq.
127
b. Subjek II Subjek II adalah pengamal Sholawat Wahidiyah yang berpusat di
Kantor Penyiar Sholawat Wahidiyah di Ponpes At Tahdzib, Ngoro- Jombang. Sholawat ini dita’lif atau disusun oleh Alm. KH. Abdul Madjid
Ma’roef yang berdomisili di Kedunglo-Kediri. Sholawat ini berfaedah menjernihkan hati dan ma’rifat Billah.
Aktivitas ritualistik yang dilakukan Subjek II tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh kebanyakan orang Islam. Sama seperti pada
Subjek I di atas bahwa amalan-amalan dan aktivitas ibadahnya sama dengan orang Islam pada umumnya, namun ada wirid-wirid khusus yang
membedakan karena berasal dari guru-guru yang berebeda. “Amalan-amalan atau aktivitas ibadah yang pasti sama mas.
Sholat 5 waktu sebagai amalan wajib dan sholat-sholat sunnah yang diajarkan Rasulullah. Namun bacaan wirid setelah sholat
itu yang kebanyakan orang berbeda sesuai dengan gurunya”.
127
Subjek II selalu mengamalkan sholawat Wahidiyah seusai sholat. Para pengamal Wahidiyah menyebutnya dengan istilah Mujahadah.
Istilah ini mengandung maksud adalah bersungguh-sungguh memerangi hawa nafsu, bersungguh-sungguh mendekatkan diri kepada Allah dengan
wasilah shalawat Wahidiyah. Adapun data yang berkenaan dengan aktivitas ritualistik Subjek II, dapat Peneliti sajikan dalam tabel di bawah
ini:
127
Ungkapan Subjek II saat diwawancarai pada tanggal 9 Mei 2015 pukul 16.00-17.00 di Kediaman Subjek II
128
Tabel 4.4 Aktivitas Ritualistik Subjek II
Waktu Aktivitas Ritualistik
Tiga perempat malam Sholat Tahajud, Sholat Witir dan Mujahadahnya 7-17
Subuh Sholat Subuh dan Mujahadahnya 7-17
Jam 09.00 Sholat Dhuha di sekolahan dan Mujahadah Aurod 3-1
Dhuhur Sholat Dhuhur dan Mujahadah 3-1
Ashar Sholat Ashar dan Mujahadah 3-1
Maghrib Sholat Maghrib, wirid Sholat Maghrib dan Mujahadah
7-17 Isya’
Sholat Isya’ dan Mujahadah 3-1 Jam 22.00 sebelum tidur
Sholat Hajat dan Mujahadah 3-1 Setiap saat kapan saja dan di
mana saja Membaca
kalimat nida’
“Yaa Sayyidii
Yaa Rasulallah” secara lisan mapun dalam hati.
Berkaitan dengan lafadz Sholawat Wahidiyah secara lengkap atau bisa dikatakan sebagai Aurod Mujahadah 40 hari Mujahadah yang
dilakukan pada saat pertama kali menjadi Pengamal serta Aurod untuk menyongsong Mujahadah Kubro adalah sebagaimana terlampir pada
lampiran laporan skripsi ini. Sholawat wahidiyah terdapat banyak aurod-aurod sesuai dengan
tujuan permohonan. Ada aurod mujahadah kecerdasan untuk memohon kecerdasan dan kelancaran dalam menuntut ilmu. Aurod pertanian untuk
memohon kelancaran dalam bertani. Aurod kesehatan untuk memohon kesehatan, aurod peningkatan untuk memohon peningkatan kualitas
kesadaran kepada Allah SWT. Subjek II menjadi pengamal
sholawat wahidiyah juga memperoleh imu dari ajaran wahidiyah berkaitan dengan Lillah-Billah.
Lillah dan Billah di sini banyak membantu Subjek II dalam berusaha menerapkan aplikasi ihsan dalam bertasawuf. Setiap aktivitas, kegiatan
atau perbuatan kita sepanjang tidak bertentangan dengan syari’at Islam
129
supaya diniati untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT. Serta dari kita melakukan itu semua harus dijiwai Billah, dalam artian harus merasa
bahwa bisa melakukan itu semua atas titah-Nya. Lebih jelasnya dapat peneliti paparkan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Penerapan Nilai Tasawuf Subjek II dalam Kehidupan
Aktivitaskegiatan Momentum penerapan
Berbuat baik kepada sesama Di mana saja saat melakukan interaksi dan
relasi dengan orang lain Penerapan Lillah-Billah
Semua kegiatan yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam