Evaluasi Konteks Pembahasan Hasil Penelitian

112 Data dari Tabel 76 dan hasil perhitungan, kemudian dicari kategori sesuai dengan standar yang telah ada pada BAB III. Maka kriteria dari manfaat prakerin lihat Tabel 77 adalah sebagai berikut: Tabel 77. Kriteria Hasil Evaluasi Produk No Interval Mean Kategori Guru Siswa Guru Siswa Guru Siswa 1 24 19,5 24,87 Sangat baik Sangat baik 2 20≤x ≤24 15 ≤ x ≤ 19,5 16,14 Baik Baik 3 14≤ x20 10,5 ≤ x 15 Kurang Baik Kurang Baik 4 14 10,5 Tidak Baik Tidak Baik Data dari Tabel 77 di atas dapat diketahui bahwa evaluasi produk menurut guru pembimbing prakerin adalah sangat baik, karena nilai rerata sebesar 24,87 berada pada kategori baik yaitu antara interval 24,5. Sedangkan menurut siswa prakerin adalah baik, karena nilai rerata sebesar 16,14 berada pada kategori baik yaitu antara interval 15 ≤ x ≤ 19,5

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Evaluasi model CIPP Context-Input-Process-Product dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam dkk. Pada dasarnya evaluasi ini merupakan usaha menyediakan informasi bagi pembuat keputusan.Komponen evaluasi model ini terdiri dari empat yaitu konteks, input, proses, produk.Masing-masing jenis komponen memiliki fokus yang berbeda. Perbedaan diantaranya bukan semata- mata kerena terminology, tetapi karena masing-masing komponen dalam pembahasan berikut.

1. Evaluasi Konteks

Hasil analisa data penelitian yang dilakukan kepada 29 guru pembimbing untuk mengetahui kebutuhan siswa akan program prakerin diperoleh: 11 37,93 113 guru pembimbing menyatakan bahwa program prakerin sudah sangat baik untuk mencukupi kebutuhan siswa, 17 58,67 guru pembimbing menyatakan sudah baik, dan 1 3,45 guru menyatakan tidak baik. Hasil analisa data dari 172 siswa peserta prakerin menyatakan 10 5,81 siswa menyatakan bahwa program prakerin sudah sangat baik untuk mencukupi kebutuhan siswa, 54 31,40 siswa menyatakan sudah baik, 75 43,60 siswa menyatakan kurang baik, dan 33 19,19 siswa menyatakan tidak baik. Hasil analisis data tentang evaluasi konteks kebutuhan siswa jika dilihat dari rerata masing-masing responden menghasilkan: menurut guru pembimbing prakerin sudah baik dan menurut siswa prakerin kurang baik. Akan tetapi, pada angket siswa pada item pertanyaan a no. 1 materi pembelajaran yg ada di industri masih belum sesuai kompetensi keahlian siswa; b no. 4 jenis pekerjaan siswa yang mereka terima pada waktu pelaksanaan prakerin juga masih kurang sesuai dengan kompetensi keahlian siswa. Data menurut angket dari guru pembimbing prakerin pada item pertanyaan a no. 1 kurikulum sekolah masih belum sesuai dengan kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan di industri masih kurang; b no. program prakerin yang dirancang oleh sekolah untuk memenuhi kebutuhan siswa juga masih belum bisa memenuhi sepenuhnya kebutuhan siswa. Berdasarkan paparan data-data diatas menunjukan bahwa kebutuhan siswa dalam program prakerin masih kurang. Hal ini dikarenakan karena minimnya kesesuaian pekerjaan yang diperoleh siswa kompetensi keahlian teknik pemesinan. Demikian juga dengan pernyataan WKS Humas SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta pada waktu wawancara tanggal 10 April 2013. 114 Bapak Wagiman, M.T. menyatakan bahwa kebanyakan pekerjaan yang ada di industri pada program prakein kebanyakan sudah sesuaia dengan kompetensi keahlian siswa. Pernyataan ini kalau ditelaah lebih dalam beranggapan bahwa masih ada ketidaksesuaian tempat prakerin dengan kompetensi keahlian siswa. Kebijakan pogram prakerin yang diambil sekolah-sekolah yang ada di kota Yogyakarta pun berbeda-beda. Menurut wawancara dengan WKS Humas Bapak Oeswanto, S.Pd. SMK Piri 1 mengambil kebijakan kalau pelaksanaan program prakerin dilaksanakan hanya di wilayah Yogyakarta. Pelaksanaan program prakerin diharapkan agar siswa menjadi lebih memahami dan bisa mempraktikan pengetahuan yang diperoleh di sekolah untuk dipraktikan di dunia kerja. Namun, pada kenyataannya berbeda dengan yang diharapkan dari program prakerin. Ketidaksesuaian pekerjaan dengan kompetensi keahlian siswa merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan atau diminimalisir. Permasalahan ini sebetulnya dapat diatasi dengan beberapa cara, yaitu: a. Memperluas wilayah tempat prakerin b. Menyeleksi tempat prakerin siswa sesuai kompetensi keahlian siswa c. Memberikan jobdesk kepada pihak industri yang berisikan data-data atau pengetahuan terkait kompetensi keahlian siswa.

2. Evaluasi