PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS WEB PADA POKOK BAHASAN TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

(1)

iii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS WEB PADA POKOK BAHASAN TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK Oleh

ANDI ZULKARNAIN

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan validitas, keterlaksanaan, dan kee-fektivan modul yang dikembangkan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan dari Sugiyono (2013) dengan subyek pene-litian yaitu modul elektronik berbasis web. Berdasarkan hasil validasi terhadap modul yang dikembangkan, diperoleh kategori tinggi pada aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, dan sangat tinggi pada aspek kesesuaian dengan karakteristik modul, grafika, keterbacaan dan penyajian materi sedangkan hasil penilaian guru terhadap terhadap kelima aspek tersebut memiliki kategori sangat tinggi. Hasil respon siswa terhadap aspek grafika dan keterbacaan juga memiliki kategori sangat tinggi. Pada aspek keterlaksanaan modul, terjadi peningkatan disetiap per-temuan. Kesimpulan penelitian ini adalah modul hasil pengembangan valid dan layak untuk digunakan, dari segi keterlaksanaan dinyatakan baik serta efektif berdasarkan respon positif siswa, namun tidak efektif jika dilihat ketuntasan klasikalnya.


(2)

PENGEMBANGAN MODUL ELEKTRONIK BERBASIS WEB PADA POKOK BAHASAN TEORI ATOM MEKANIKA KUANTUM

MENGGUNAKAN PENDEKATAN SAINTIFIK

Oleh

ANDI ZULKARNAIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Poncowarno, Kec. Kalirejo, Kab. Lampung Tengah pada tanggal Juni 18 Oktober 1993 sebagai putra ketiga dari enam bersaudara, putra dari Bapak Nursal dan Ibu Surtati M.

Pendidikan formal penulis diawali di TK Aisyah Bustanul Athfal Poncowarno pada tahun 1998, SD Negeri 1 Poncowarno tahun 1999, kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 kalirejo pada tahun 2005 dan meneruskan pendidikan di SMA Negeri 1 Kalirejo pada tahun 2008.

Tahun 2011 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah terdaftar sebagai Asisten Praktikum Kimia Dasar 1, Kimia Dasar 2 dan Kimia Komputasi. Penulis juga aktif di organisasi Himasakta sebagai Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan periode 2012-2013 dan sebagai Kepala Divisi Kaderisasi periode 2013-2014 serta di Dewan Perwakilan Mahasiswa FKIP Unila sebagai Ketua Komisi 1 Hukum dan Perundang-undangan periode 2014-2015. Semasa kuliah penulis mendapat Bea-siswa Peningkatan Prestasi Akademik pada semester 2-7 dan BeaBea-siswa Lippo Group pada semester 8. Penulis juga pernah menjadi juara 2 pada Olimpiade Sains Nasional Pertamina tingkat Provinsi Lampung pada tahun 2013.


(7)

PERSEMBAHAN

Sesungguhnya Engkau tau

Bahwa hati ini tlah berpadu

Berhimpun dalam naungan cinta-Mu

Bertemu dalam ketaatan

Bersatu dalam perjuangan

Menegakkan syariat dalam kehidupan

Kuatkanlah ikatannya

Tegakkanlah cintanya

Tunjukilah jalan jalannya

Terangilah dengan cahya-Mu

Yang tiada padam

Ya Rabbi bimbinglah kami

Lapangkanlah dada kami

Dalam karunia iman

Dan indahnya tawakal padamu

Engkaulah pelindung dan pembela

(Robithah)

Teruntuk Bunda dan Ayah yang senantiasa sabar dalam mendidik ananda, tiada lelah berjuang ditengah kerasnya kehidupan, tiada henti mendoakan kesuksesan untuk anak-anaknya disetiap sujud panjangnya. Senantiasa sabar dalam

menunggu kepulangan dan kesuksesan Ananda. Semoga Allah SWT membalas pengorbanan Bunda dan Ayah.

Teruntuk kedua uda dan ketiga adik-adikku yang senantiasa memberikan spirit dan kasih sayangnya

Sahabat-sahabatku yang tak pernah lelah membagi cerita, cinta, canda, suka, duka, tangis, dan tawa.


(8)

MOTO

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan, ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”

( Q.S. Al-Insyirah: 5-6)

“Setiap cobaan , ujian dan kegagalan adalah rangkaian kemuliaan yang sedang dipersiapkan untuk manusia. Siapa yang dikehendaki mendapat kebaikan maka

Dia memberi musibah” ( HR. Bukhori )

Saat orang-orang bekerja memenuhi kebutuhan dirinya, seorang pejuang berpeluh keringat memenuhi kebutuhan orang lain, Saat orang-orang beristirahat, seorang pejuang terus berjuang untuk amalnya dialam kubur, saat orang-orang menumpuk

harta untuk kesenangan dunia, seorang pejuang sibuk mengumpulkan amalan untuk kebahagiaan akhirat,

(Laskar Kaderisasi 13-14)

Para Pejuang harus berhasil membangun „bunker‟ dalam jiwa mereka. Tempat kunci-kunci daya hidup mereka tersembunyi dengan aman. Itulah yang membuat mereka selalu tampak santai dalam kesibukan, tersenyum dalam kesedihan, tenang

di bawah tekanan, bekerja dalam kesulitan, optimis di depan tantangan dan gembira dalam segala situasi.

( Anis Matta)

Sejatinya seorang pejuang selalu berada dalam kesederhanaan yang terwujud sebagai sebuah amal yang jujur, tidak banyak alasan, terpancar pada kesabaran, tanpa banyak keluhan dan kesederhanaan tentunya lahir dari sebuah kesadaran, sadar untuk menjaga keihklasan dalam niat, sadar untuk tetap komitmen dalam

menebar kebermanfaatan. Tetaplah berada dalam kesederhanaan. ( Andi Zulkarnain )


(9)

x SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Web Pada Pokok Bahasan Teori Atom Mekanika Kuan-tum Menggunakan Pendekatan Saintifik” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA dan Ibu Dr.

Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.

3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., Ibu Lisa Tania, S.Pd.,M.Sc., atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik untuk skripsi ini. 4. Bapak Dr. Sunyono, M.Si., atas masukkan dan perbaikan yang telah diberikan. 5. Ibu Dr. Ratu Betta Rudibyani, M.Si., selaku dosen Pembimbing Akademik atas

bimbingan yang telah diberikan kepada penulis selama masa studi.

6. Bapak Andrian Saputra, S.Pd., M.Sc., dan bapak M. Mahfudz Fauzi S, S.Pd., M.Sc., atas kesediaannya sebagai validator modul serta seluruh dosen Pendidikan Kimia atas ilmu yang telah diberikan.


(10)

xi 8. Keluarga Besar Himasakta periode 2012-2013 Ave, mba Nan, mba Santi, mba

Titin, Fadilla, Abil, dan presidum Kabinet Berseri, Eksmud dan Laskar Kaderi-sasi 13-14 Ryna, Rezza, Devi, Fitri, Nova, Niken, Putri, Septi, Linda, Rina, Titi, Putri, Isni, Nana, Dede, Oza, Ayu, Ken, Chusna, Putra, Herwin, Dwi, Rizky, Adam, Rizki, Hadi, Amanah, Ama, Oji, Pujan, Iis, Maul, Dina, Dini, Udin, Aday, serta Keluarga Besar DPM FKIP Unila 2014-2015 Kiki, Nita, Yetti, Sabila, Rangga, Jumi, Luki, Sri, dan Sofi atas warna dan senandung ukhuwah yang diberikan untuk kehidupan penulis selama dikampus.

9. Keluarga KKN-KT Pekon Sidomulyo, bang Leo, bang Heru, bang Anwar, Robin, bu Pinta, Ani, Paniul, Lia, Agnes, Ria dan Syahda atas keceriaan dan kekeluargaan yang diberikan. Kelompok IT Abi, Panji, Ule, Anshori, Heizlan, Aryo, Danu, Risko, Fuad, dan Deni atas kebersamaannya dalam lingkaran ini. 10. Tim solid bohr dan mekanika kuantum, Resti, Dian, Ika. Keluarga pendidikan

kimia 2011, kakak tingkat dan adik tingkat di Pendidikan Kimia atas dukungan, doa, dan semangat yang telah diberikan.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat. Amin.

Bandar Lampung, 16 Juni 2015 Penulis,


(11)

xii DAFTAR ISI

Halaman

COVER ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

COVER DALAM ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

MOTO ... ix

SANWACANA ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8


(12)

xiii

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Modul ... 11

1. Pengertian Modul ... 11

2. Tujuan dan Fungsi Modul ... 15

3. Pembelajaran Menggunakan Modul ... 16

4. Struktur Penulisan Modul ... 17

5. Metode Analisis Modul ... 20

B. E-Learning dan Web ... 24

C. Pendekatan Saintifik ... 26

D. Analisis Konsep ... 34

III. METODE PENELITIAN ... 36

A. Metode Penelitian ... 36

B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 36

C. Sumber Data ... 37

D. Alur Penelitian ... 37

E. Langkah-langkah Penelitian ... 39

F. Instrumen Penelitian ... 48

G. Teknik Pengumpulan Data ... 52

H. Teknik Analisis Data ... 54

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 59

A. Hasil Penelitian ... 59

1. Studi Pendahuuan ... 59

2. Desain Produk ... 64


(13)

xiv

4. Perbaikan Desain ... 84

5. Uji Coba Produk ... 88

B. Pembahasan ... 97

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104

LAMPIRAN Lampiran 1. Analisis SKL KI-KD ... 109

Lampiran 2. Silabus ... 119

Lampiran 3. RPP ... 161

Lampiran 4. Pedoman Wawancara Untuk Guru ... 213

Lampiran 5. Hasil Wawancara Untuk Guru ... 216

Lampiran 6. Pedoman Wawancara Untuk Siswa ... 221

Lampiran 7. Hasil Wawancara Untuk Siswa... 224

Lampiran 8. Story Board ... 228

Lampiran 9. Hasil Validasi Aspek Kesesuaian Isi dengan Kurikulum ... 236

Lampiran 10. Hasil Validasi Aspek Kesesuaian dengan Karakteristik Modul... 239

Lampiran 11. Hasil Validasi Aspek Grafika ... 242

Lampiran 12. Hasil Validasi Aspek Keterbacaan ... 244

Lampiran 13. Hasil Validasi Aspek Penyajian Materi ... 247

Lampiran 14. Hasil Penilaian Guru Terhadap Aspek Kesesuaian Isi dengan Kurikulum ... 249


(14)

xv Lampiran 15. Hasil Penilaian Guru Terhadap Aspek Kesesuaian

dengan Karakteristik Modul ... 252

Lampiran 16. Hasil Penilaian Guru Terhadap Aspek Grafika ... 256

Lampiran 17. Hasil Penilaian Guru Terhadap Aspek Keterbacaan ... 259

Lampiran 18. Hasil Penilaian Guru Terhadap Aspek Penyajian Materi .... 263

Lampiran 19. Hasil Respon Siswa Terhadap Aspek Grafika ... 266

Lampiran 20. Hasil Respon Siswa Terhadap Aspek Keterbacaan ... 268

Lampiran 21. Hasil Observasi Aspek Keterlaksanaan ... 274

Lampiran 22. Hasil Ketuntasan Penguasaan Substansi ... 276

Lampiran 23. Analisis Konsep ... 277


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Buku Teks dan Modul ... 12

Tabel 3.1 Penskoran Pada Angket Berdasarkan Skala Likert ... 55

Tabel 3.2 Tafsiran Persentase Angket ... 57

Tabel 3.3 Tafsiran Skor (Persentase) Keterlaksanaan Modul ... 57

Tabel 4.1 Struktur Materi dalam Modul ... 64

Tabel 4.2 Hasil Validasi Terhadap Modul yang dikembangkan ... 81

Tabel 4.3 Tabel Rekomendasi Validator Pada Aspek Kesesuaian Isi dengan Kurikulum ... 85

Tabel 4.4 Tabel Rekomendasi Validator Pada Aspek Kesesuaian Modul dengan Karakteristik Modul yang Baik ... 86

Tabel 4.5 Tabel Rekomendasi Validator Pada Aspek Grafika ... 87

Tabel 4.6 Tabel Rekomendasi Validator Pada Aspek Keterbacaan ... 87

Tabel 4.7 Tabel Rekomendasi Validator Pada Aspek Penyajian Materi .. 88

Tabel 4.8 Hasil Penilaian Guru Terhadap Produk ... 89

Tabel 4.9 Hasil Respon Siswa Terhadap Produk ... 92

Tabel 4.10 Hasil Observasi Keterlaksanaan Produk ... 93

Tabel 4.11 Hasil Belajar Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran menggunakan Modul Elektronik yang dikembangkan ... 95

Tabel 4.12 Hasil Repon Siswa Setelah Menggunakan Modul Elektronik hasil pengembangan dalam pembelajaran ... 96


(16)

xvii DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Hasil Belajar Melahirkan Siswa yang Produktif, Kreatif, Inovatif, dan Afektif Melalui Penguatan Sikap,

Keterampilan, dan Pengetahuan yang Terintegrasi ... 29 Gambar 2.2 Peta Konsep Teori Atom Mekanika Kuantum ... 35 Gambar 3.1 Alur Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Web

Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Pokok Bahasan Teori Atom Mekanika Kuantum ... 38 Gambar 4.1 Tampilan Modul Elektronik Berbasis Web dari Hasil

Pengembangan ... 65 Gambar 4.2 Opening Modul Elektronik Berbasis Web dari Hasil

Pengembangan ... 67 Gambar 4.3 Halaman Petunjuk Modul Elektronik Berbasis Web dari Hasil

Pengembangan ... 68 Gambar 4.4 Menu Pendahuluan Modul pada Modul Elektronik Berbasis

Web dari Hasil Pengembangan ... 68 Gambar 4.5 Menu Pendahuluan Modul pada Modul Elektronik Berbasis

Web dari Hasil Pengembangan ... 69 Gambar 4.6 Tampilan Kegiatan Pembelajaran 1 pada Modul Elektronik

Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 70 Gambar 4.7 Tampilan Kegiatan Pembelajaran 2 pada Modul Elektronik

Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 71 Gambar 4.8 Tampilan Kegiatan Pembelajaran 3 pada Modul Elektronik

Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 72 Gambar 4.9 Tampilan Menu Evaluasi pada Modul Elektronik Berbasis


(17)

xviii Gambar 4.10 Tampilan Pengisian Identitas Saat Tes Evaluasi Pada Modul

Elektronik Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 73 Gambar 4.11 Tampilan Saat Mengerjakan Tes Evaluasi Pada Modul

Elektronik Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 74 Gambar 4.12 Tampilan Hasil Tes Evaluasi Pada Modul Elektronik

Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 75 Gambar 4.13 Tampilan Menu Daftar Pustaka dan Glosarium Pada Modul

Elektronik Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 76 Gambar 4.14 Tampilan Salah Satu Games Edukasi Pada Modul

Elektronik Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 77 Gambar 4.15 Tampilan Menu About Me Pada Modul Elektronik Berbasis

Web dari Hasil Pengembangan ... 77 Gambar 4.16 Tampilan Menu Menu Feedback Pada Modul Elektronik

Berbasis Web dari Hasil Pengembangan ... 78 Gambar 4.17 Tampilan File Draf Modul dengan format .html ... 79 Gambar 4.18 Tampilan Modul Elektronik Pada Web ... 80


(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah telah berupaya untuk mengembangkan serta menyempurnakan kuriku-lum dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan nasional di Indonesia. Pe-ngembangan dan penyempurnaan kurikulum yang dilakukan oleh pemerintah sa-lah satunya adasa-lah dengan cara mengganti Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 yang nantinya diharapkan mampu menjawab berbagai tantangan yang ada.

Hadirnya Kurikulum 2013 ini juga merupakan penyempurnaan pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran berpusat pada peserta didik, pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi pembelajaran inter-aktif, pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring, pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif, pola belajar sendiri menjadi bela-jar kelompok pola pembelabela-jaran alat tunggal menjadi pembelabela-jaran berbasis alat multimedia serta pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis ( Tim Penyusun, 2013a). Adanya penyempurnaan ini diharapkan mampu membentuk peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap,


(19)

pengetahuan, dan keterampilan yang menjadi Standar Kompetensi Lulusan dalam kurikulum 2013 ( Permendikbud No 59 Tahun 2014).

Pelaksanaan kurikulum 2013 dilakukan dengan melatih keterampilan proses yang dicerminkan dalam kegiatan pembelajaran melalui pendekatan saintifik. Pende-katan saintifik yang mampu mengajak siswa untuk bisa mengkaitkan fenomena dan fakta yang ada dilingkungan sekitar sebagai bahan proses pembelajaran yang didalamnya juga terintegrasi ketiga dimensi utama dalam SKL. Pendekatan sain-tifik yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran sebagaimana dimaksud meli-puti mengamati, menanya, menggali informasi, menalar dan membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran dalam kurikulum (Permendikbud No 59 Tahun 2014).

Mata pelajaran kimia merupakan salah satu mata pelajaran wajib peminatan IPA pada kurikulum 2013 ( Permendikbud No 59 Tahun 2014). Sebagian besar siswa menganggap kimia sebagai mata pelajaran yang sulit. Konsep ilmu kimia yang umumnya bersifat abstrak dan kompleks membutuhkan penalaran serta pemikiran tingkat tinggi. Konsep yang bersifat abstrak cenderung berpotensi menyebabkan kesulitan belajar siswa dan pemahaman konsep yang salah pada siswa (Umaida, 2009). Salah satu materi pelajaran kimia yang bersifat abstrak adalah teori atom mekanika kuantum.

Teori atom mekanika kuantum merupakan konsep yang sukar karena mengandung konsep konsep yang abstrak yang sulit dipahami siswa. Terlebih lagi, pada kuri-kulum 2013 ini, materi teori atom mekanika kuantum dipelajari di kelas X pada semester pertama. Hal ini tentu menjadi tantangan baru bagi siswa yang baru saja menyelesaikan pendidikannya di jenjang SMP yang umumnya masih berpikir


(20)

pa-da ranah konkret. Selain itu, materi teori atom mekanika kuantum juga merupa-kan materi dasar yang harus dipahami siswa untuk menuju ke materi berikutnya.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara ke guru mata pelajaran kimia pada 6 sekolah di Kabupaten Lampung Selatan mengenai metode pembelajaran yang di-gunakan, hampir semua guru menyatakan bahwa pembelajaran teori atom mekani-ka kuantum yang dilaksanamekani-kan di sekolah adalah teacher centered learning dengan metode ceramah. Pada metode ini guru mendominasi proses transfer pengetahuan dengan berperan sebagai sumber informasi dan siswa hanya sebagai penerima informasi dan siswa diarahkan kepada kemampuan untuk menghafal informasi. Hal ini justru bertolak belakang dengan kurikulum 2013 yang pada proses pembelajarannya berpusat kepada siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik meskipun semua guru tersebut sudah mengetahuinya. Pembelajaran yang baik adalah bagaimana melibatkan siswa dalam berpikir mengenai konsep atom.

Penggunaan bahan ajar akan sangat membantu dalam proses pembelajaran yang berpusat pada siswa. Melalui bahan ajar memungkinkan siswa dapat mempelajari suatu kompetensi dasar secara urut dan sistematis sehingga secara akumulatif mampu menguasai semua kompetensi secara utuh dan terpadu (Sudjana, 2010). Pemilihan penggunaan bahan ajar yang tepat akan membuat siswa dapat belajar dengan mu-dah dan merasa senang dalam mengikuti pelajaran. Jika pembelajaran yang dise-lenggarakan tersebut membuat siswa merasa senang, maka siswa dapat dengan mudah menangkap dan mencerna materi pelajaran tersebut. Dengan demikian, tu-juan pembelajaran pun akan tercapai dengan efektif dan efisien. Salah satu bahan ajar yang dapat digunakan adalah modul.


(21)

Modul merupakan alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, ba-tasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan mena-rik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan tingkat komplek-sitasnya yang memenuhi karakteristik self intructional, self contained, stand

alone, adaptive, dan user friendly ( Tim Penyusun, 2008: 4-5). Umumnya banyak

guru yang masih belum terampil dalam membuat bahan ajar untuk siswa termasuk modul, bahkan merekapun terkadang merekomendasikan modul dari penerbit ter-tentu untuk digunakan oleh siswa seperti yang terjadi di beberapa sekolah di kabu-paten Lampung Selatan. Meskipun mereka mengetahui bahwa modul yang digu-nakan belum sesuai dengan indikator pencapaian kompetensi yang diharapkan serta penyajian konten yang belum didesain menggunakan pendekatan saintifik.

Bahan ajar siswa yang sesuai dengan kurikulum 2013 untuk SMA yang diterbit-kan oleh Kemendibud saat ini adalah buku untuk mata pelajaran wajib kurikulum non-peminatan baik untuk kelas X maupun kelas XI. Buku mata pelajaran pemi-natan seperti mata pelajaran kimia yang sesuai dengan kurikulum 2013 sebenar-nya sudah diterbitkan oleh penerbit lain selain kemendikbud, namun ketika pene-liti observasi ke toko-toko buku yang menjual bahan ajar kimia baik buku teks mata pelajaran ataupun modul kimia dengan brand Kurikulum 2013, ternyata penyajiannya masih sama dengan yang KTSP, hanya berbeda dalam transformasi penyusunan materinya. Misalnya materi yang semula ada di kelas X pada kuri-kulum KTSP sekarang ada pada kelas XI pada kurikuri-kulum 2013. Jadi hanya seba-tas penyesuaian materi sesuai dengan KI dan KD yang ada pada masing-masing jenjang. Proses penyajian konten yang menggunakan pendekatan saintifik belum


(22)

nampak dalam bahan ajar tersebut sehingga terkesan hanya menggunakan label kurikulum 2013 saja tanpa memperhatikan esensinya berupa pendekatan saintifik. Padahal, menurut Nasution (2003) bahan ajar merupakan salah satu masukan

(input) dalam proses pembelajaran yang merupakan implementasi pendekatan

kurikulum yang berlaku. Oleh karena itu, ketika kurikulum suatu negara berubah, maka secara otomatis bahan ajar yang digunakannya pun berubah.

Perkembangan teknologi yang berkembang pesat saat ini telah mempengaruhi se-gala bidang kehidupan, termasuk bidang pendidikan. Kita dapat memanfaatkan perkembangan teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan yaitu dengan me-nyediakan bahan ajar yang mudah diperoleh, mudah dimengerti dan menarik mi-nat pembaca seperti modul elektronik. Berbagai altermi-natif sumber belajar bagi pe-serta didik kini banyak yang disajikan dalam berbagai bentuk media. Seperti hal-nya media audisovisual, maupun media berbasis multimedia telah dikembangkan terutama media yang berbasis multimedia melalui penggunaan program-program tertentu seperti macromedia flash, java, web, dan sebagainya yang dapat menun-jang siswa belajar secara mandiri ( Sari, 2014). Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan electronic learning ( e-learning ) ini membawa pengaruh terja-dinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya sehingga proses pembelajaran berbasis IT menjadi tidak terelakkan lagi ( Wahono, 2005).

Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pa-kar yang menguraikan tentang definisi e-learning dari berbagai sudut pandang. Hartley (2001) yang menyebutkan bahwa e-learning merupakan suatu jenis


(23)

bela-jar mengabela-jar yang memungkinkan tersampaikannya bahan abela-jar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain.

Pembelajaran dengan menggunakan sistem e-learning juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, seperti yang dilakukan oleh Arifin (2010) dengan

mengguna-kan blogsupport dalam proses pembelajarannya. Hasil yang didapatkan bahwa

blogsupport yang digunakan sebagai media dan sumber belajar telah memiliki

efek potensial khususnya pada aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran. Media pembelajaran berbasis internet atau website jugadapat meningkatkan mo-tivasi dan aktivitas belajar serta hasil belajar siswa (Afgani, 2009).

Berkaitan dengan berbagai permasalahan tersebut, maka perlu dikembangkan sua-tu bahan ajar dalam hal ini adalah berupa modul elektronik berbasis pendekatan saintifik. Adanya modul yang disajikan dalam bentuk digital ini diharapkan mam-pu membantu proses berpikir siswa untuk memahami konsep teori atom mekanika kuantum secara menyeluruh melalui kegiatan mengamati fakta, menanya, meng-gali informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Beranjak dari uraian terse-but, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengem-bangan Modul Elektronik Berbasis Web Pada Pokok Bahasan Teori Atom Meka-nika Kuantum Menggunakan Pendekatan Saintifik”


(24)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana validitas modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan saintifik dari hasil pe-ngembangan yang dilakukan?

2. Bagaimana penilaian guru terhadap modul elektronik berbasis web pada po-kok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan saintifik dari hasil pengembangan yang dilakukan?

3. Bagaimanakah respon siswa terhadap modul elektronik berbasis web pada po-kok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan sain-tifik?

4. Bagaimana keterlaksanaan modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan saintifik? 5. Bagaimana keefektivan modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan

teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan saintifik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian dan pengembangan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tingkat kevalidan dari modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan saintifik yang telah dikembangkan.


(25)

2. Mendeskripsikan penilaian guru terhadap modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan sain-tifik.

3. Mendeskripsikan respon siswa terhadap modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan sain-tifik.

4. Mendeskripsikan keterlaksanaan modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan saintifik. 5. Mengetahui tingkat keefektivan modul elektronik berbasis web pada pokok

bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan saintifik.

D. Manfaat Penelitian

Pengembangan yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Guru

Menambah bahan ajar baru, yang diharapkan dapat menunjang kegiatan pembela-jaran sehingga menjadi lebih efektif dan konstruktif serta mampu mengimplemen-tasikan esensi dari kurikulum 2013. Selain itu juga, menjadi salah satu referensi dalam membelajarkan pokok bahasan teori atom mekanika kuantum

menggunakan pendekatan saintifik.

2. Siswa

Penggunaan modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan teori atom meka-nika kuantum menggunakan pendekatan saintifik dalam pembelajaran diharapkan mampu mempermudah dalam mengkonstruksi konsep-konsep yang bersifat


(26)

abstrak. Modul elektronik berbasis web menggunakan pendekatan saintifik di-harapkan dapat menambah minat belajar siswa.

3. Sekolah

Mampu menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan terutama pada mata pelajaran kimia pada pembela-jaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah

1. Pengembangan adalah suatu proses (perbuatan) yang bertujuan untuk me-ngembangkan sesuatu yang didasarkan kepada pengalaman, prinsip yang te-lah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali, dimana dalam hal ini yang di kembangkan adalah bahan ajar untuk siswa berupa modul.

2. Modul yang dikembangkan adalah modul elektronik berbasis web menggu-nakan pendekatan saintifik pada pokok bahasan teori atom mekanika kuan-tum.

3. Cakupan materi yang dibahas meliputi: (1) sifat dualisme elektron; (2) asas ketidakpastian heisenberg; (3) teori atom mekanika kuantum; (4) bilangan ku-antum utama; (4) bilangan kuku-antum azimut (5) bilangan kuku-antum magnetik; (6) bilangan kuantum spin; (7) bentuk orbital; (8) diagram tingkat energi orbital.

4. Modul yang dikembangkan ini adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dide-sain berdasarkan rekomendasi pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu


(27)

menggunakan pendekatan saintifik. Proses pembelajarannya ditekankan pada suatu pengalaman belajar berupa kegiatan mengamati, menanya, mengumpul-kan data atau mencoba, mengasosiasimengumpul-kan dan mengkomunikasimengumpul-kan.

5. Tahapan pada pengembangan modul ini hanya sampai pada tahap revisi produk dari hasil uji coba terbatas yaitu uji kelayakan modul, uji keterlak-sanaan modul serta uji keefektivan modul.

6. Uji kelayakan modul berupa penilaian guru terhadap aspek kesesuain isi de-ngan kurikulum, kesesuaian dede-ngan karakteristik modul, grafika, keterbacaan, dan penyajian materi serta penilaian siswa terhadap aspek grafika dan keter-bacaan.

7. Uji keterlaksanaan dilakukan dengan cara melaksanakan proses pembelajaran menggunakan modul hasil pengembangan di dalam kelas. Penilaian keterlak-sanaan dilakukan oleh guru mata pelajaran kimia kelas X sebagai observer. Penilaian keterlaksanaan dilakukan degan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan meliputi penilaian keterlaksanaan modul hasil pengem-bangan dan aktivitas siswa.

8. Uji keefektivan dilakukan dengan cara memberikan post tes kepada siswa se-telah pembelajaran menggunakan modul. Modul yang dikembangkan dinyat-akan efektif jika hasil belajar siswa setelah mengikuti tes tuntas secara klasi-kal atau lebih besar sama dengan 85% dari jumlah siswa yang ada di kelas tersebut (Mulyasa, 2007)


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Modul

1. Pengertian dan karakteristik modul

Bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Bahan ajar berkualitas tinggi dapat berkontribusi secara substansial ter-hadap kualitas pengalaman belajar siswa dan outcome siswa (Horsley et al, 2010). Senada dengan pernyataan di atas, Majid (2007) menyatakan bahan ajar segala bentuk bahan, informasi, alat dan teks yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa tertulis maupun bahan yang yang tidak tertulis. Bahan ajar atau materi kurikulum(curriculum material) adalah isi atau muatan kurikulum yang harus dipahami oleh siswa dalam upaya mencapai tujuan kurikulum. Menurut Bretdalam Sukmadinata (1996) salah satu bentuk bahan ajar ialah modul.

Winkel dalam Dewi (2010) menjelaskan bahwa modul adalah merupakan suatu program belajar mengajar terkecil yang dipelajari oleh siswa sendiri kepada diri-nya sendiri (self instructional) setelah siswa menyelesaikan yang satu dan melang-kah maju dan mempelajari satuan berikutnya. Prastowo (2013) menyebutkan bah-wa modul merupakan sebuah bahan ajar yang disusun secara sistematis dengan menggunakan bahasa yang dapat dengan mudah dipahamioleh siswa serta dapat


(29)

dipelajari secara mandiri tanpa membutuhkan fasilitator dan modul juga dapat di-gunakan sesuai dengan kecepatan belajar siswa.

Russell (1997) menyebutkan bahwa modul adalah suatu paket yang memuat satu unit konsep dari bahan pelajaran yang biasanya disajikan dalam bentuk pembel-ajaran mandiri (self instructional). Siswa dapat mengatur kecepatan dan intensitas belajarnya secara mandiri. Waktu belajar untuk menyelesaikan satu modul tidak harus sama, berbeda beberapa menit sampai beberapa jam. Modul dapat diguna-kan secara individual atau gabungan dalam suatu variasi urutan yang berbeda. Pendapat lain dikemukakan oleh Vembriarto (1995), modul adalah satu unit pro-gram belajar-mengajar yang terkecil yang secara terperinci menegaskan tujuan, topik, pokok-pokok materi, peranan guru, alat-alat dan sumber belajar, kegiatan belajar, lembar kerja, dan program evaluasi.

Sering kali kita sulit membedakan antara modul dengan buku teks. Menurut Munadi (2013), ada beberapa perbedaan antara buku teks dengan modul, yaitu :

Tabel 2.1 Perbedaan antara buku teks dan modul

No Buku Teks Biasa Modul

1. Untuk Keperluan Umum Dirancang untuk sistem pembelajaran mandiri

2. Bukan merupakan bahan belajar yang terprogram

Program pembelajaran yang utuh dan sistematis

3. Lebih menekankan sajian materi ajar

Mengandung tujuan, bahan/kegiatan dan evaluasi

4. Cenderung informatif dan searah

Disajikan secara komunikatif, dua arah 5. Menekankan fungsi penyajian

materi/informasi

Dapat menggantikan beberapa peran pengajar

6. Cakupan materi lebih /umum Cakupan bahasan terukur dan terfokus 7. Pembaca cendeung pasif Mementingkan aktivitas belajar pemakai


(30)

Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul menurut Santyasa (2009) adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.

2) Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.

3) Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4) Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.

5) Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.

Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik self

instructional,self contained, stand alone (berdiri sendiri), adaptive, dan user

friendly (Tim Penyusun, 2008).

Self instructional merupakan karakteristik yang terpenting dalam sebuah modul.

Modul dapat dikatakan memenuhi karakteristik tersebut apabila modul mampu membelajarkan siswa secara mandiri tanpa memerlukan pihak lain secara utuh. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:

a. berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas;

b. berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas;

c. menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pema- paran materi pembelajaran;

d. menampilkan soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang memung- kinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasa- annya;

e. kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya;


(31)

f. menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif; g. terdapat rangkuman materi pembelajaran;

h. terdapat instrumen penilaian/assessment, yang memungkinkan peng-

gunaan diklat melakukan „self assessment’;

i. terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi;

j. terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya menge- tahui tingkat penguasaan materi; dan

k. tersedia informasi tentang rujukan/pengayaan/referensi yang mendu- kung materi pembelajaran dimaksud ( Tim Penyusun, 2008 ).

Modul dapat dikatakan self contained apabila dalam modul tersebut berisi satu unit atau sub unit pembelajaran yang keseluruhan materinya termuat dalam modul tersebut secara utuh. Tujuannya adalah agar siswa dapat mempelajari materi seca-ra tuntas. Jika dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu unit kompe-tensi harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan keluasan kompekompe-tensi yang harus dikuasai.

Modul yang memiliki katakteristik stand alone adalah modul yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar atau media lainnya. Siswa tidak perlu menggu-nakan bahan ajar lain ketika menggumenggu-nakan modul tersebut. Jika siswa masih ber-gantung dengan bahan ajar, atau media lainnya, maka modul tersebut tidak ter-masuk sebagai bahan ajar yang berdiri sendiri.

Perkembangan IPTEK selalu berpengaruh terhadap media pembelajaran. Seperti halnya sebuah modul. Modul hendaknya memiliki daya adaptif dengan perkem-bangan ilmu dan teknologi. Pemberian konten yang mendukung pembelajaran da-lam sebuah modul seperti audio, visual atau audio visual merupakan contoh dari karakteristik adaptif modul. Melalui karakteristik ini, mendukung modul untuk


(32)

bisa berdiri sendiri karena konten tersebut disajikan di dalam sebuah modul, tidak dengan media lainnya.

Karakteristik modul yang terakhir adalah user friendly. Modul dikatakan memi-liki karakteristik seperti ini apabila modul bersahabat dengan pemakainya. Setiap instruksi dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti serta menggunakan istilah yang umum digunakan merupakan salah satu bentuk

user friendly ( Tim Penyusun, 2008 ).

2. Tujuan dan fungsi modul

1) Tujuan modul

Modul mempunyai banyak arti berkenaan dengan kegiatan belajar mandiri. Orang bisa belajar kapan saja dan di mana saja secara mandiri. Konsep belajar yang ber-cirikan demikian memungkinkan kegiatan belajar juga tidak terbatas pada masalah tempat, dan bahkan orang yang berdiam di tempat yang jauh dari pusat penyeleng-garapun bisa mengikuti pola belajar seperti ini. Terkait dengan hal tersebut, penu-lisan modul memiliki tujuan sebagai berikut:

a. Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal.

b. Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik peserta belajar maupun guru/ instruktur.

c. Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti untuk meningkatkan motivasi dan gairah belajar; mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi


(33)

langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya yang memungkinkan siswa atau pebelajar belajar mandiri sesuai kemampuan dan minatnya.

d. Memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

2) Fungsi modul

Menurut panduan pengembangan bahan ajar Depdiknas (2007), fungsi bahan ajar dijabarkan sebagai berikut :

1) Pedoman bagi guru yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam pro-ses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi yang seharusnya diajarkan kepada siswa; 2) pedoman bagi siswa yang akan mengarahkan semua aktivi-tasnya dalam proses pembelajaran sekaligus substansi kompetensi yang seha-rusnya dikuasai; 3) alat evaluasi pencapaian dan penguasaaan hasil pembel-ajaran yang telah dilakukan.

3. Pembelajaran menggunakan modul

Pembelajaran dengan modul adalah pendekatan pembelajaran mandiri yang ber-fokuskan penguasaan kompetensi dari bahan kajian yang dipelajari peserta didik dengan waktu tertentu sesuai dengan potensi dan kondisinya. Sistem belajar man-diri adalah cara belajar yang lebih menitikberatkan pada peran otonomi belajar pe-serta didik. Belajar mandiri adalah suatu proses di mana individu mengambil ini-siatif dengan atau tanpa bantuan orang lain untuk mendiagnosa kebutuhan belajar-nya sendiri; merumuskan atau menentukan tujuan belajarbelajar-nya sendiri; mengidenti-fikasi sumber-sumber belajar; memilih dan melaksanakan strategi belajarnya; dan mengevaluasi hasil belajarnya sendiri (Tim Penyusun, 2008).

Menurut Sugihartono, dkk. ( 2007: 65 ) mengemukakan pembelajaran dengan mo-dul merupakan pembelajaran yang sebagian atau seluruhnya menggunakan momo-dul.


(34)

Tujuan dari pembelajaran dengan modul adalah membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut kemampuan dan cara masing-masing. Senada dengan hal tersebut, Suryosubroto ( 1983: 17 ) mengemukakan bahwa tujuan digunakan modul di dalam proses belajar mengajar menurut, ialah sebagai berikut:

a) Tujuan pendidikan dapat dicapai secara efisien dan efektif; b) murid dapat me-ngikuti program pendidikan sesuai dengan kecepatan dan kemampuannya sendiri; c) murid dapat sebanyak mungkin menghayati dan melakukan kegiatan belajar sendiri, baik dibawah bimbingan atau tanpa bimbingan guru; d) murid dapat me-nilai dan mengetahui hasil belajarnya sendiri secara berkelanjutan; e) murid be-nar-benar menjadi titik pusat kegiatan belajar mengajar; f) kemajuan siswa dapat diikuti dengan frekuensi yang lebih tinggi melalui evaluasi yang dilakukan pada setiap modul berakhir; g) modul disusun berdasarkan kepada konsep “mastery learning” suatu konsep yang menekankan bahwa murid harus secara optimal menguasai bahan pelajaran yang disajikan dalam modul itu.

4. Struktur penulisan modul

Penstrukturan modul bertujuan untuk memudahkan peserta belajar mempelajari materi. Satu modul dibuat untuk mengajarkan suatu materi yang spesifik supaya peserta belajar mencapai kompetetensi tertentu. Struktur penulisan suatu modul terdiri atas bagian pembuka (judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan kompe-tensi, tes awal), bagian inti (tinjauan umum materi, hubungan dengan materi lain, uraian materi, penugasan, rangkuman), dan bagian akhir (glosarium, tes akhir, indeks) ( Tim Penyusun, 2008).

Pada bagian pembuka, terdapat judul, daftar isi, peta informasi, daftar tujuan awal, dan tes awal. Judul perlu dibuat menarik dan memberi gambaran tentang materi yang dibahas. Pada bagian daftar isi, menyajikan topik topik yang akan dibahas dan ditata sesuai dengan urutan kemunculan materi dalam modul. Dengan demi-kian, siswa dapat dengan mudah mengetahui isi materi secara keseluruhan yang terdapat dalam modul. Peta informasi disajikan topik apa saja yang dipelajari dan


(35)

kaitan antar topik-topik dalam modul. Pada bagian daftar tujuan kompetensi disa-jikan agar siswa dapat mengetahui sikap, keterampilan dan pengetahuan apa saja yang dapat diketahui setelah menyelesaikan pembelajaran. Pada bagian tes awal yang bisa berupa pretes perlu disajikan dalam modul untuk mengetahui kemam-puan awal siswa.

Pada bagian inti berisi tinjauan umum materi, hubungan dengan materi lain, urai-an materi, penugasurai-an, durai-an rurai-angkumurai-an. Pendahuluurai-an atau tinjauurai-an umum pada suatu modul berfungsi untuk:

(1) memberikan gambaran umum mengenai isi materi modul; (2) meyakinkan pembelajar bahwa materi yang akan dipelajari dapat bermanfaat bagi mereka; (3) meluruskan harapan pembelajar mengenai materi yang akan dipelajari; (4) mengaitkan materi yang telah dipelajari dengan materi yang akan dipelajari; (5) memberikan petunjuk bagaimana memelajari materi yang akan disajikan (Tim Penyusun, 2008).

Uraian materi dalam sebuah modul berupa penjelasan secara terperinci tentang materi pembelajaran yang disampaikan. Apabila materi yang akan dituangkan cukup luas, maka dapat dikembangkan ke dalam beberapa Kegiatan Belajar (KB). Setiap kegiatan belajar, baik susunan dan penempatan naskah, gambar, maupun ilustrasi diatur sedemikian rupa sehingga informasi mudah mengerti. Organisasi-kan antarbab, antarunit dan antarparagraf dengan susunan dan alur yang memu-dahkan pembelajar memahaminya. Organisasi antara judul, sub judul dan uraian yang mudah diikuti oleh siswa. Setiap KB memuat uraian materi, penugasan, dan rangkuman. Adapun sistematikanya misalnya sebagai berikut ( Tim Penyusun, 2008).


(36)

Kegiatan Belajar 1 : Pengertian, Tujuan, dan Jenis-jenis Rapat A. Tujuan Kompetensi

B. Uraian Materi C. Tes Formatif D. Tugas E. Rangkuman

Kegiatan Belajar 2 : Perencanaan Rapat yang Efektif A. Tujuan Kompetensi

B. Uraian Materi C. Tes Formatif D. Tugas

E. Rangkuman, dst.

Bagian penugasan diperlukan untuk menegaskan kompetensi apa yang diharapkan setelah mempelajari modul. Jika siswa untuk dapat menghafal sesuatu, dalam pe-nugasan hal ini perlu dinyatakan secara tegas. Jika pebelajar diharapkan menghu-bungkan materi yang dipelajari pada modul dengan pekerjaan sehari-harinya, ma-ka hal ini perlu ditugasma-kan kepada pembelajar secara eksplisit. Penugasan juga menunjukkan kepada siswa bagian mana dalam modul yang merupakan bagian penting.

Bagian terakhir pada bagian inti adalah rangkuman. Rangkuman merupakan ba-gian dalam modul yang menelaah hal-hal pokok dalam modul yang telah dibahas. Rangkuman ini bertujuan untuk mem-flashback materi yang sudah dipelajari dalam modul.

Bagian yang ketiga dalam sebuah modul adalah bagian penutup. Bagian ini berisi

Glossary atau daftar isitilah, tes akhir, dan indeks. Glossary berisikan

definisi-definisi konsep yang dibahas dalam modul. Definisi tersebut dibuat ringkas dengan tujuan untuk mengingat kembali konsep yang telah dipelajari. Tes akhir itu sendiri merupakan latihan yang dapat siswa kerjakan setelah mempelajari


(37)

suatu bagian dalam modul. Bagian terakhir berupa indeks yang memuat istilah-istilah penting dalam modul serta halaman di mana istilah-istilah tersebut ditemukan. Indeks perlu diberikan dalam modul supaya siswa mudah menemukan topik yang ingin dipelajari. Indeks perlu mengandung kata kunci yang kemungkinan siswa akan mencarinya.

5. Metode analisis bahan ajar (Modul)

Analisis bahan ajar diperlukan untuk memperoleh modul yang berkualitas. Menu-rut Supriadi (2000) penilaian modul meliputi aspek mutu isi buku, kesesuaian dengan kurikulum, bahasa yang digunakan, penyajian, keterbacaan, grafika, dan keamanan modul. Senada dengan hal di atas, Tim penyusun (2006) mengemuka-kan bahwa untuk mengevaluasi buku meliputi aspek kesesuaian isi dengan kuriku-lum, penyajian materi, keterbacaan, dan grafika.

a. Aspek Kesesuaian Isi dengan Kurikulum

Perkembangan kurikulum akan mempengaruhi kegiatan pembelajaran termasuk pola dan susunan materi pembelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik. Materi yang disusun dalam sebuah bahan ajar harus sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, sehingga indikator keber-hasilan siswa dapat tercapai secara maksimal. Sebelum menentukan materi pem-belajaran terlebih dahulu perlu diidentifikasi aspek-aspek kebutuhan kompetensi yang harus dipelajari atau dikuasai siswa. Aspek tersebut perlu ditentukan, karena setiap kompetensi inti dan kompetensi dasar memerlukan jenis materi yang berbe-da berbe-dalam kegiatan pembelajaran.


(38)

Pengembangan materi pembelajaran dalam sebuah modul harus relevan dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ditetapkan dalam sebuah kurikulum. Selain itu konsistensi dan kecakupan materi yang dikembangkan baik dalam se-buah modul siswa maupun bahan ajar lainnya dapat memberikan dukungan ter-hadap berhasilnya pencapaian kompetensi inti yang harus dicapai siswa.

Prinsip dasar dalam menentukan materi pembelajaran dalam sebuah modul yaitu :

1) Relevansi artinya kesesuaian. Materi pembelajaran hendaknya relevan

dengan pencapaian kompetensi inti dan pencapaian kompetensi dasar. Ji-ka kemampuan yang diharapJi-kan dikuasai peserta didik berupa menghafal fakta, maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bu-kan konsep atau prinsip ataupun jenis materi yang lain.

2) Konsistensi artinya keajegan. Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai

peserta didik ada empat macam, maka materi yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam itu.

3) Adequacy artinya kecukupan. Materi yang diajarkan hendaknya cukup

memadai dalam membantu peserta didik menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan tidak boleh terlalu banyak. Jika terlalu sedikit maka kuarang membantu tercapainya kom-petensi inti dan komkom-petensi dasar. Sebaliknya, jika terlalu banyak maka akan mengakibatkan keterlambatan dalam pencapaian target kurikulum (pencapaian keseluruhan KI dan KD) ( Tim Penyusun, 2008 ).

b. Aspek penyajian materi

Penyajian materi merupakan cara atau sistem yang ditempuh agar buku yang disu-sun menarik perhatian, mudah dipahami, sehingga dapat membangkitkan sema-ngat siswa. Aspek penyajian materi ini merupakan aspek tersendiri yang harus di-perhatikan dalam buku pelajaran yang diantaranya berkenaan dengan tujuan pem-belajaran, latihan, soal, dan materi pengayaan (Mudzakir, 2010).

Bahan ajar yang baik menyajikan bahan secara lengkap, sistematis, sesuai dengan tuntutan pembelajaran yang berpusat pada siswa, dan cara penyajian yang


(39)

mem-buat enak dibaca dan dipelajari. Berikut adalah point khusus dalam penyajian ma-teri menurut Wibowo (2005) :

a. Penyajian konsep disajikan secara runtun mulai dari yang mudah ke sukar, dari yang konkret ke abstrak dan dari yang sederhana ke kompleks, dari yang dikenal sampai yang belum dikenal.

b. Terdapat uraian tentang apa yang akan dicapai peserta didik setelah mem-pelajari bab tersebut dalam upaya membangkitkan motivasi belajar. c. Terdapat contoh-contoh soal yang dapat membantu menguatkan

pemaha-man konsep yang ada dalam materi.

d. Soal-soal yang dapat melatih kemampuan memahami dan menerapkan kon-sep yang berkaitan dengan materi dalam bab sebagai umpan balik disajikan pada setiap akhir bab.

e. Penyampaian pesan antara subbab yang berdekatan mencerminkan keruntu-tan dan keterkaikeruntu-tan isi.

f. Pesan atau materi yang disajikan dalam satu bab/subbab/alinea harus men-cerminkan kesatuan tema.

c. Aspek grafika

Grafika merupakan bagian dari buku pelajaran yang berkenaan dengan fisik buku, meliputi ukuran buku, jenis kertas, cetakan, ukuran huruf, warna, dan ilustrasi, yang membuat siswa menyenangi buku yang dikemas dengan baik dan akhirnya juga meminati untuk membacanya (Wibowo, 2005).

Komponen kegrafikan ini diuraikan menjadi beberapa subkomponen atau indika-tor menurut Tim Penyusun (2006) adalah sebagai berikut :

1. Ukuran/format buku;

2. Desain bagian kulit atau luar buku;

3. Desain bagian isi yang berhubungan dengan tipografi tulisan, seperti pemisahan antar paragraf, ukuran tulisan, penempatan unsur tata letak (judul, subjudul, teks, gambar, keterangan gambar, nomor halaman), warna yang digunakan, serta penggunaan variasi huruf (tebal, miring, kapital);

4. Kualitas kertas; 5. Kualitas cetakan; 6. Dan kualitas jilidan.


(40)

d. Aspek keterbacaan

Menurut Ambruster dan Anderson dalam Widodo (1993) bahwa keterbacaan buku pelajaran merupakan istilah yang digunakan untuk menyelidiki beberapa aspek bahan tertulis yang mengacu pada tingkat kesukaran pemahaman bahan bacaan tersebut. Bahan ajar tertulis yang sukar dipahami oleh pembaca (siswa) menye-babkan rasa malas, tidak tertarik, atau bahkan terjadi frustasi. Hal ini dikarenakan pembaca mengalami kesulitan dalam penelaahan kata dan kalimat untuk menda-patkan kesamaan konsep yang paling benar (Harrison dalam Widodo, 1993).

Auckerman dalam Widodo (1993) menyebutkaan bahwa faktor penyebab kesu-karan bacaan yaitu kalimat (panjang pendek, sederhana kompleks) dan perbenda-haraan kata (kata tunggal majemuk, bersuku kata banyak, kata-kata abstrak, dan tata konseptual). Kata yang tepat serta dikenal oleh pembaca dapat membantu pe-mahaman pembaca sedangkan kata kurang tepat akan menyebabkan pembaca menghentikan kegiatan membaca. Faktor cetakan, garis bawah, cetak miring, ke-padatan kata, tata letak, dan masalah kekompakan serta bahasa dapat mempenga-ruhi pemahaman bacaan (Knutton dalam Widodo, 1993). Hal tersebut dapat memperjelas dan menegaskan isi buku yang dianggap penting, karena dengan ada-nya faktor tersebut menyebabkan timbulada-nya perbedaan penafsiran dan perbedaan persepsi dari masing-masing pembaca. Widodo (1993) menyimpulkan bahwa ke-terbacaan bahan ajar berkaitan dengan tiga hal, yaitu kemudahan, kemenarikan, dan keterpahaman.


(41)

1) Kemudahan membaca berhubungan dengan bentuk tulisan, yaitu tata huruf (tipografi)seperti besar huruf, lebar spasi, serta kejelasn tulisan (bentuk dan ukuran tulisan.

2) Kemenarikan berhubungan dengan minat pembaca , kepadatan ide pada bacaan, dan keindahan gaya tulisan yang berkaitan dengan aspek penyajian materi.

3) Keterpahaman berhubungan dengan karakteristik kata dan kalimat, seperti panjang-pendeknya, bangun kalimat dan susunan paragraf. (Suherli, el al 2006).

B. E-learning dan web

Istilah e-Learning mengandung pengertian yang sangat luas, sehingga banyak pa-kar yang menguraikan tentang definisi e-Learning dari berbagai sudut pandang. Salah satu definisi yang cukup dapat diterima banyak pihak misalnya dari Hartley ( 2001) yang menyatakan:

e-Learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media

Internet,Intranet atau media jaringan komputer lain.

E-learning merupakan sistem yang memanfaatkan beberapa teknologi, yang pada

dasarnya memberikan seperangkat alat antu (tools) kepada pendidik untuk men-ciptakan dan mengelola situs web (web site) pembelajaran yang diakses dari ber-bagai tempat di seluruh dunia oleh peserta didik dengan koneksi internet. Oleh karena itu e-learning sangat membantu pendidik untuk menciptakan mekanisme pembelajaran online yang efektif (Sukardi, 2007). Salah satu pembelajaran


(42)

menggunakan sistem e-learing adalah pembelajaran menggunakan media internet berupa web.

Menurut Rouf dan Sopyan (2007), web adalah suatu laman (situs) online yang berfungsi sebagai media jurnal/diari bagi seseorang. Jovan (2007) menambahkan bahwa web adalah :

a personal diary, a daily pulpit, a collaborative space, a political

soapbox, a breaking-news outlet, a collection of links, one’s own private

thoughts, and memos to the world.

Menurut Dewanto (2006) web adalah suatu program yang dapat memuat film, gambar, suara, serta musik yang ditampilkan dalam internet. Suyanto (2007) juga menyebutkan bahwa web adalah suatu metode untuk menampilan informasi di in-ternet, baik berupa teks, gambar, suara maupun video yang interaktif dan memiliki kelebihan untuk menghubungkan (link) satu dokumen dengan dokumen lainnya

(hypertext) yang dapat diakses melalui sebuah browser. Dengan demikian, web

adalah sebuah laman yang berisi tampilan informasi dengan berbagai multimedia yang disajikan secara interaktif dan terhubung antara satu dengan yang lainnya melalui internet yang dapat diakses menggunakan perangkat oengelola internet.

Graham (2005) menyatakan bahwa membuat web tidaklah sulit karena hanya memerlukan pemahaman sederhana mengakses internet, sama mudahnya untuk membuat dan mengirim email. Membuat web tidaklah memerlukan pemahaman akan bahasa pemrograman atau sintaks-sintaks pemrograman yang rumit karena semua sudah dikerjakan oleh system yang harus dilakukan hanya menulis dan mempublikasikannya langsung


(43)

Walaupun internet memiliki banyak manfaat untuk pembelajaran, akan tetapi juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain : (1) Kurangnya interaksi anta-ra guru dan murid atau bahkan antar siswa itu sendiri. (2) Berubahnya peanta-ran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan ICT. (3) Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (Bullen, 2001).

Kelebihan dan kemudahan dalam membuat webini dapat dimanfaatkan oleh guru untuk menciptakan suatu media pembelajaran yang menarik dan inovatif sehingga siswa dapat dengan mudah menggunakan media ini sebagai media pembelajaran mandiri yang dapat digunakan sewaktu-waktu tanpa dibatasi ruang dan waktu. Guru dapat meng-upload semua informasi yang berkaitan dengan materi pembela-jaran yang diajarkan dengan menambahkan multimedia (gambar, animasi, efek suara, dan sebagainya) agar siswa lebih tertarik mempelajarinya. Melalui web, siswa dapat dengan mudah men-download materi atau informasi yang sesuai dengan topik dan tujuan yang diinginkan. Hal ini dapat memberikan variasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Guru dapat memanfaatkan komputer dan inter-net sebagai suplemen, major resources, ataupun total teaching, dimana guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan murid dapat belajar dengan berbasis

indivi-dual learning (Sari, 2014).

C. Pendekatan saintifik

Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas bisa kita dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh sebab itulah, dalam


(44)

saintifik pada kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 mengajak kita semua un-tuk semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator utamanya atau perangkat atau apa pun itu namanya.

Pada konsep pendekatan saintifik, ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan sainti-fik. Ketujuh kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

1. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dije-laskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, kha-yalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam me-lihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembel-ajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun me-narik sistem penyajiannya (Tim Penyusun, 2013a).

Metode ilmiah adalah sebuah metode yang merujuk pada teknik teknik penyeli-dikan terhadap suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengeta-huan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetapengeta-huan sebelumnya. Agar dapat dikatakan sebagai metode yang bersifat ilmiah, maka sebuah metode penye-lidikan/ inkuiri/ pencarian (method of inquiry) haruslah didasarkan pada bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip


(45)

prinsip penalaran yang spesifik. Oleh sebab itulah metode ilmiah umumnya me-muat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis data dan kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

Menurut Kemendikbud tahun 2013, ada beberapa contoh dari sikap ilmiah, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mampu membedakan fakta dan opini

- Fakta: informasi dari bukti-bukt data/kenyataan/sesuatu yang benar-benar ada.

- Opini: pendapatmengenai suatusubjek khusus/ peristiwa tertentu. 2. Berani dan santun dalam bertanya dan berpendapat.

3. Mengembangkan keingintahuan. 4. Peduli terhadap lingkungan.

5. Berpendapat secara ilmiah dan kritis.

6. Berani mengusulkan perbaikandanbertanggung jawab terhadap usulan tersebut.

7. Bekerja sama. 8. Jujur terhadap fakta.

9. Disiplin dan tekun (Tim Penyusun, 2013a).

Permendikbud No. 59 Tahun 2014 Lampiran III 10.d tentang Pedoman Mata Pela-jaran Kimia Minat SMA/MA memberikan konsepsi bahwa pendekatan ilmiah da-lam pembelajaran didada-lamnya mencakup komponen: mengamati (observing), me-nanya (questioning), menggali informasi (experimenting), mengasosiasi ( associa-ting), dan mengkomunikasikan (comunicating).

Sesuai dengan Standar KompetensiLulusan kurikulum 2013, sasaran pembelajar-an mencakup pengembpembelajar-angpembelajar-an rpembelajar-anah sikap, pengetahupembelajar-an, dpembelajar-anketerampilan yang di-elaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut me-miliki lintasan perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas“menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”.


(46)

Pengetahuan diperolehmelalui aktivitas “ mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, danmencipta”. Keterampilan diperoleh melalui

aktivitas “mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta”.

Integrasi dari ketiga ranah tersebut seperti terlihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. (Sumber: Permendikbud No. 59 Tahun 2014 Lampiran III )

Diagram pendekatan pembelajaran saintifik yang menyentuh ketiga ranah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

 Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar

peserta didik “tahu mengapa.”

 Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar

agar peserta didik “tahu bagaimana”.

 Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar

agar peserta didik “tahu apa.”.

Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari

Sikap (Tahu Bagaimana)

Sikap (Tahu Apa) Sikap

(Tahu Mengapa)

Produkt if Inovatif


(47)

siswa yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Permendikbud No. 59 Tahun 2014).

Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut mengenai tahapan tahapan pada pendekatan saintifik.

1. Mengamati (observing)

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (

meaning-full learning). Mengamati adalah kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek

terten-tu dengan alat inderanya secara teliti, menggunakan fakta yang relevan dan me-madai dari hasil pengamatan, menggunakan alat atau bahan sebagai alat untuk mengamati objek dalam rangka pengumpulan data atau informasi yang dilakukan dengan cara menggunakan lima indera.

Selama proses pembelajaran, siswa dapat melakukan pengamatan dengan dua cara pelibatan diri. Kedua cara pelibatan diri yang dimaksud, yaitu observasi berstruk-tur dan observasi tidak terstrukberstruk-tur. Pada observasi berstrukberstruk-tur dalam rangka pro-ses pembelajaran, fenomena subjek, objek atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa telah direncanakan secara sistematis dibawah bimbingan guru, sedang-kan pada observasi yang tidak berstruktur dalam rangka proses pembelajaran, sub-jek, objek atau situasi apa yang ingin diobservasi oleh siswa ditentukan secara ba-ku atau rijid oleh guru (Sani, 2014).

Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan berupa mengamati dengan indra (membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat sedangkan bentuk hasil belajarnya berupa perhatian pada


(48)

waktu mengamati suatu objek/membaca suatu tulisan/mendengar suatu penje-lasan, catatan yang dibuat tentang yang diamati, kesabaran, waktu (on task) yang digunakan untuk mengamati (Permendikbud No. 59 Tahun 2014).

2. Menanya (questioning)

Kegiatan questioning ataumenanya pada proses pembelajaran menggunakan pen-dekatan saintifik berupa mengajukan pertanyaan mengenai informasi yang didapat dari fase mengamati. Selain itu, pertanyaan juga diajukan guna mendapatkan in-formasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sam-pai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait dengan topik yang akan dipelajari. Aktivitas belajar ini sangat penting untuk meningkatkan keingintahuan (curiosity) dalam diri siswa dan me-ngembangkan kemampuan mereka untuk belajar sepanjang hayat (Sani, 2014).

Kegiatan menanya dalam pembelajaran dilakukan berupa membuat dan mengaju-kan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi sedangkan bentuk hasiil belajarnya berupa jenis, kualitas, dan jumlah pertanyaan yang diaju-kan peserta didik (pertanyaan faktual, konseptual, prosedural, dan hipotetik) (Permendikbud No. 59 Tahun 2014)

3. Mengumpulkan informasi (experimenting)

Mencoba merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh data ataupun informasi mengenai materi pembelajaran yang sedang diajarkan. Kegiatan mencoba dapat dilakukan dengan cara praktikum di laboratorium atau membaca buku. Kegiatan


(49)

pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas menyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Guru juga dapat menugaskan siswa untuk mengumpulkan data atau informasi dari berbagai sumber (Sani, 2014).

Kegiatan mengumpulkan informasi dalam pembelajaran dapat berupa mengeks-plorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasi-kan, meniru bentuk/gerak, melaku-kan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulmelaku-kan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/menambahi/mengem-bangkan sedangkan hasil belajarnya berupa umlah dan kualitas sumber yang dika-ji/ digunakan, kelengkapan informasi, validitas informasi yang dikumpulkan, dan instrumen/alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Permendikbud No. 59 Tahun 2014).

4. Menalar atau mengasosiasi (associating)

Kegiatan menalar atau mengasosiasi adalah memproses informasi yang sudah di-kumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolah-an informasi yPengolah-ang dikumpulkPengolah-an dari yPengolah-ang bersifat menambah keluasPengolah-an dPengolah-an keda-laman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari ber-bagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang berten-tangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut (Tim Penyusun, 2013a).


(50)

Aktivitas menalar atau mengasosiasi dapat berupa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. Hasil belajar dari aktivitas ini berupa mengem-bangkan interpretasi, argumentasi dan kesimpulan mengenai keterkaitan informasi dari dua fakta/konsep, interpretasi argumentasi dan kesimpulan mengenai keter-kaitan lebih dari dua fakta/konsep/teori, mensintesis dan argumentasi serta kesim-pulan keterkaitan antar berbagai jenis faktafakta/konsep/teori/pendapat; mengem-bangkan interpretasi, struktur baru,argumentasi, dan kesimpulan yang menunjuk-kan hubungan fakta/konsep/teori dari dua sumber atau lebih yang tidak berten-tangan; mengembangkan interpretasi, struktur baru, argumentasi dan kesimpulan dari konsep/teori/pendapat yang berbeda dari berbagai jenis sumber (Permendik-bud No. 59 Tahun 2014).

5. Mengkomunikasikan (communicating)

Mengkomunikasikan merupakan salah satu kegiatan dalam membentuk jejaring serta lanjutan dari kegiatan mengasosiasi. Setelah mengasosiasi, siswa akan me-nemukan sendiri konsep tentang materi pembelajaran. Kegiatan ini dapat dilaku-kan melalui penyajian laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; penyu-sun laporan tertulis; dan penyajian laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan sedangkan bentuk hasil belajarnya berupa menyajikan hasil kajian (dari mengamati sampai menalar) dalambentuk tulisan, grafis, media elektronik, multimedia dan lain-lain (Permendikbud No. 59 Tahun 2014).


(51)

Selain itu, kegiatan mengkomunikasikan dapat diarahkan sebagai kegiatan konfir-masi. Guru dapat memberikan klarifikasi agar peserta didik mengetahui dengan tepat apakah yang dikerjakan sudah benar atau ada yang harus diperbaiki. Melalui hasil pembelajaran yang disampaikan oleh siswa, guru juga dapat melakukan pe-nilaian kepada siswa sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta di-dik tersebut.

D. Analisis Konsep

Herron dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep. Untuk itu diperlukan suatu analisis konsep yang memungkinkan kita dapat mendefinisikan konsep, sekaligus meng-hubungkan dengan konsep-konsep lain yang berhubungan.

Lebih lanjut lagi, Herron dalam Fadiawati (2011) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Prosedur ini telah digunakan secara luas oleh Markle dan Tieman serta Klausemer dkk. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh. Analisis konsep dari materi teori atom mekanika kuantum dapat dilihat pada Lampiran 23. Berikut adalah peta konsep dari materi teori atom mekanika kuantum dapat dilihat pada Gambar 2.2.


(52)

(53)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam pengembangan modul elektronik berba-sis web menggunakan pendekatan saintifik ini adalah metode penelitian dan pe-ngembangan (Research and Development /R&D). Menurut Sugiyono (2013) me-tode penelitian dan pengembangan adalah meme-tode penelitian yang digunakan un-tuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut. Beri-kut ini merupakan langkah-langkah penggunaan metode Research and

Develop-ment (R&D): 1) Potensi dan Masalah. 2) Mengumpulkan Informasi. 3) Desain

Produk. 4) Validasi Desain. 5) Perbaikan Desain. 6) Uji Coba Produk. 7) Revisi Produk. 8) Uji Coba Pemakaian. 9) Revisi Produk. 10) Produksi Massal.

Pada penelitian hanya dilakukan sampai tahap revisi produk setelah uji coba produk secara terbatas guna mengetahui kelayakan serta keterlaksanaan dari modul yang telah dikembangkan. Uji coba produk secara terbatas ini dilakukan disalah satu SMAN di Kabupaten Lampung Selatan.

B. Subyek dan Lokasi Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah pengembangan modul elektronik berbasis web menggunakan pendekatan saintifik pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum. Lokasi penelitian pada penelitian ini adalah di enam SMA Negeri dan


(54)

swasta di kabupaten Lampung Selatan pada tahap studi lapangan dan di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah pada tahap uji coba terbatas.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran kimia kelas X dan siswa SMA kelas X yang telah mendapatkan pokok bahasan teori atom mekanika kuantum. Data diambil dengan cara mewawancarai guru dan siswa. Pada tahap studi pendahuluan, yang menjadi sumber data adalah 6 guru mata pelajaran kimia dan 48 siswa yang tersebar di enam SMA Negeri dan swasta di kabupaten Lam-pung Selatan. Pada tahap uji coba terbatas, yang menjadi sumber data adalah 3 guru mata pelajaran kimia dan 31 siswa di SMA Negeri 1 Kalirejo Lampung Tengah yang telah mempelajari pokok bahasan teori atom mekanika kuantum

D. Alur Penelitian


(55)

Ket: : Aktivitas

: hasil dari aktivitas, baik berupa produk ataupun deskripsi : Arah hasil dari aktivitas

: Arah siklus

: Arah aktivitas berikutnya

Deskripsi analisis kebutuhan

- Analisis KI dan KD

- Pengembangan Silabus

- Pembuatan Analisis Konsep

- Pembuatan RPP

- Studi penelitian sebelumnya

- Literatur Modul

- Kriteria Modul yang baik

- Literatur pendekatan saintifik

- Studi pembuatan blog

- Wawancara guru dan siswa di enam SMA

Negeri dan swasta di kabupaten Lampung Selatan mengenai penggunaan modul dalam proses pembelajaran.

- Analisis modul yang digunakan oleh guru dan

siswa.

- Analisis bahan ajar pokok bahasan teori atom

mekanika yang beredar di pasaran kuantum yang beredar dipasaran

Pengumpulan informasi

Studi Kepustakaan Studi Lapangan

Penyusunan Draf Modul

Inputing Modul Kedalam Blog

Draft IV

Revisi Produk dari hasil uji coba terbatas Validasi pakar atau tenaga ahli ke i ( i ≥ 1)

Uji Coba Produk secara terbatas

Revisi Kecil

Pengubahan format Draf I menjadi .html

Tidak

Ya

Draft IIIi

Final : Modul hasil Uji

Coba Terbatas Revisi Draft I

Draft II

Draft III

Gambar 3.1 Alur Pengembangan Modul Elektronik Berbasis Blog

Menggunakan Pendekatan Saintifik pada Pokok Bahasan Teori Atom Mekanika Kuantum


(56)

E. Langkah-Langkah Penelitian

Berdasarkan alur penelitian di atas, maka dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Potensi dan masalah

Tahap pertama dari penelitian ini adalah potensi dan masalah. Penelitian dapat be-rangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang apabila digunakan akan mempunyai nilai tambah, sedangkan masalah adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Data tentang potensi dan masalah dicari agar produk yang dihasilkan nantinya dapat bermanfaat.

2. Mengumpulkan informasi

Setelah potensi dan masalah dapat ditunjukkan secara faktual, selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk pe-rencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pada tahap mengumpulkan informasi, peneliti melakukan beberapa kegiatan sebagai berikut :

a) Studi kepustakaan

Studi ini dtunjukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teo-ritis yang memperkuat modul elekrtonik berbasis web menggunakan pendekatan saintifik yang akan dikembangkan. Pada tahap ini, yang dilakukan adalah meng-analisis materi SMA kelas X pada pokok bahasan teori atom mekanika. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan membuat analisis konsep, silabus, dan RPP pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum. Selanjutnya dilakukan studi literatur mengenai bahan ajar,


(57)

modul, pengembangan modul, karakteristik modul yang baik, pendekatan sainti-fik, e-learning, dan studi tentang pembuatan web. Selain itu, juga dilakukan studi pada hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengembangan modul elektronik berbasis web pada materi teori atom mekanika kuantum.

Selain itu, juga dilakukan studi pada hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan pengembangan modul elektronik berbasis web. Hal ini menjadi acuan un-tuk mengembangkan modul elektronik berbasis web menggunakan pendekatan saintifik pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum.

b) Studi lapangan

Tahapan studi lapangan dalam penelitian ini dilakukan di enam SMA Negeri dan swasta di Kabupaten Lampung Selatan. Instrumen yang digunakan adalah lem-bar wawancara semi tertutup. Wawancara dilakukan terhadap satu orang guru mata pelajaran kimia yang mengajar di kelas X dan beberapa orang siswa disetiap sekolah. Wawancara ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh data

mengenai modul yang digunakan oleh sekolah tersebut.

Pada tahap ini juga dilakukan analisis terhadap modul pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum yang digunakan dilapangan meliputi kekurangan dan ke-lebihannya. Selain itu, studi dilapangan juga dilakukan untuk mengetahui peng-hambat dan pendukung di sekolah ketika produk ini diujicobakan, seperti kemu-dahan guru dan siswa dalam mengakses internet sehingga nantinya dapat dijadi-kan sebagai rujudijadi-kan potensi ataupun masalah dalam mengembangan modul elek-tronik berbasis web menggunakan pendekatan saintifik pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum.


(58)

3. Desain produk

Penulisan modul merupakan proses penyusunan materi pembelajaran yang dike-mas secara sistematis sehingga siap dipelajari oleh pebelajar untuk mencapai kom-petensi atau sub komkom-petensi. Penyusunan modul belajar mengacu pada kompeten-si yang terdapat di dalam tujuan yang ditetapkan. Desain produk modul ini dimu-lai dari perencanaan dilanjutkan dengan mengembangkan produk yaitu berupa modul elektronik berbasis web menggunakan pendekatan saintifik pada pokok ba-hasan teori atom mekanika kuantum. Terkait dengan hal tersebut, langkah-langkah penyusunan desain modul yang dilakukan adalah sebagai berikut (Tim Penyusun, 2008)

a. Analisis kebutuhan modul

Analisis kebutuhan modul merupakan kegiatan menganalisis kompetensi/ tujuan untuk menentukan jumlah dan judul modul yang dibutuhkan untuk mencapai sua-tu kompetensi tersebut. Penetapan judul modul didasarkan pada kompetensi yang terdapat pada garis-garis besar program yang ditetapkan. Analisis kebutuhan mo-dul bertujuan untuk mengidentifikasi dan menetapkan jumlah dan jumo-dul momo-dul yang harus dikembangkan. Analisisnya dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a) Menetapkan kompetensi yang terdapat di dalam garis-garis besar program pembelajaran yang akan disusun modulnya;

b) Mengidentifikasi dan tentukan ruang lingkup unit kompetensi tersebut;

c) Mengidentifikasi dan tentukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dipersyaratkan;


(59)

d) Menentukan judul modul yang akan ditulis;

e) Kegiatan analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal pengembangan modul.

b. Penyusunan draf modul

Penyusunan draf modul merupakan proses penyusunan dan pengorganisasian ma-teri pembelajaran dari suatu kompetensi atau sub kompetensi menjadi satu kesa-tuan yang sistematis. Penyusunan draf modul bertujuan menyediakan draf suatu modul sesuai dengan kompetensi atau sub kompetensi yang telah ditetapkan. Pe-nulisan draf modul dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan judul modul;

b. Menetapkan tujuan akhir yaitu kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik setelah selesai mempelajari satu modul;

c. Metapkan tujuan antara yaitu kemampuan spesifik yang menunjang tujuan akhir;

d. Metapkan garis-garis besar atau outline modul; e. Mengembangkan materi pada garis-garis besar; f. Memeriksa ulang draf yang telah dihasilkan.

Kegiatan penyusunan draf modul hendaknya menghasilkan drafmodul yang sekurang-kurangnya mencakup:

a. Judul modul; menggambarkan materi yang akan dituangkan di dalam modul; b. Kompetensi atau sub kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Modul elektronik berbasis web pada pokok bahasan teori atom mekanika kuantum menggunakan pendekatan saintifik dinyatakan valid dan layak digu-nakan. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata persentase skor pada aspek kesesu-aian isi dengan kurikulum memiliki kategori tinggi sedangkan pada aspek kesesuaian dengan karakteristik modul, grafika, keterbacaan dan penyajian materi memiliki kategori yang sangat tinggi.

2. Penilaian guru terhadap aspek kesesuaian isi dengan kurikulum, kesesuaian dengan karakteristik modul, grafika, keterbacaan dan penyajian materi memiliki kategori yang sangat tinggi serta respon siswa terhadap aspek grafika dan keterbacaan juga memiliki kategori sangat tinggi.

3. Keterlaksanaan modul elektronik hasil pengembangan dinyatakan baik karena berdasarkan penilaian observer memiliki kategori tinggi pada per-temuan 1, 2 dan 3 serta terjadi peningkatan skor pada setiap perper-temuan. 4. Modul elektronik dari hasil pengembangan dinyatakan efektif berdasarkan

respon siswa terhadap modul. Rata-rata siswa memberikan respon positif setelah menggunakan modul. Jika dilihat dari aspek ketuntasan klasikal,


(2)

modul elektronik masih belum efektif karena ketuntasan penguasaan subtansi materi ini hanya 58,06% sedangkan akan dinyatakan efektif jika ketuntasan klasikal ≥85%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, saran yang diajukan peniliti adalah sebagai berikut:

a. Perlu adanya pengembangan lebih lanjut terkait penggunaan domain alamat web modul dengan menggunakan domain sendiri yang berupa .com.

b. Perlu adanya kerjasama dalam pengelolaan nilai postes dengan guru mitra untuk dijadikan sebagai acuan ketuntasan belajar siswa dalam satu semester sehingga siswa akan termotivasi dalam mengerjakan soal-soalnya.

c. Perlu adanya perhatian terhadap waktu pelaksanaan uji coba terbatas. Harus disesuaikan dengan waktu pada materi yang digunakan agar ketika uji coba, siswa baru pertama kali mendapatkan materi tersebut sehingga data hasil uji coba terbatas tidak bias.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Afgani, Muhammad Win. 2009. Pengembangan Media Website pada Materi Program Linear di Sekolah Menengah Atas. Tesis Magister Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya. Palembang: Unsri.

Arifin, S. 2010. Pengembangan Blog Support Pembelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas. Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 4. No. 1, Juli 2010. Surakarta: UNS.

Arikunto, S. 2008. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Aritonang KT. 2008. Minat dan Motivasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur (10): 11-21.

Bullen, M.2001. Malaysian Journal of Educational Technology, 1(1), 37-46. Depdiknas 2007. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Depdiknas. Dewi, A. L. 2010. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Sistem Modul Terhadap

Hasil Belajar Warga Belajar Paket B Di PKBM Sumber Arum (Studi Eksperimen pada Mata Pelajaran Ekonomi Program Paket B Kelas VIII di PKBM Sumber Arum). Skripsi. Bandung: UPI.

Dewanto, I. J. 2006. Web Desain: Metode Aplikasi dan Implementasi Yogyakarta: Graha Ilmu.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. Bandung: SPs-UPI Bandung.

Graham, S. 2005. BuildingWeb For ELT . British:British Council.

Hartley, Darin E. 2001. Selling e-Learning. USA: American Society for Training and Development.

Horsley, M., Knight, B., & Huntly, H. 2010. The role of textbooks and other teaching and learning resources in higher education in Australia: Change and continuity in supporting learning. IARTEM 1-Journal. 3(2). 43-61.


(4)

Izza, N.A. 2012. Pengembangan Blog Sebagai Sumber Belajar Geografi Pokok Bahasan Biosfer untuk Siswa SMA Kelas XI IPS. Skripsi. Yogyakarta: UNY.

Jovan, F. N. 2007. Panduan Praktis Membuat Web dengan PHP. Jakarta: Media Kita.

Kurniawan, Dedik. 2014. Buku Pintar Blogger. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo

Majid, Abdul. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Munadi, Yudhi. 2013. Media Pembelajaran ( Sebuah Pemdekatan Baru ). Jakarta: Referensi GP Press Group

Mudzakir, AS. 2010. Penulisan buku teks yang berkualitas.

[Online]: Tersedia http://file.upi.edu/Direktori [30 November 2014] Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda. Nasution, S. 2000. Didaktik Asas–Asas Mengajar. Bandung : Jemmars. . 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar.

Jakarta: Bumi Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemdikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemdikbud.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 Lampiran III 10.d Tentang Pedoman Mata Pelajaran Kimia Minat Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah. Jakarta: Kemdikbud.

Prasetyo, W. 2012. Pengembangan LKS dengan Pendekatan PMR pada Materi Lingkaran di kelas VII SMPN 2 Kepohbaru Bojonegoro. Jurnal Vol. 2 No. 1 Tahun 2014. Surabaya: Unesa.

Prastowo, Andi. 2012. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press.

Rouf, I and Y. Sopyan. 2007. Panduan Praktis Mengelola Blog. Jakarta: Media Kita.


(5)

Russell, James, D. 1973. Modular Instruction : A Guide to the Design, Selection, utilization and Evaluation of Modular Materials. Minnesota : Burgess Publishing Comp.

Santyasa,I W. 2009. Metode Penelitian Pengembangan dan Teori

Pengembangan Modul. FMIPA Universitas Ganesha: Universitas Ganesha.

Sani, R.A. 2014. Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Bumi Aksara.

Sari, R. A. 2014. Pengembangan Modul Pembelajaran Kimia Berbasis

Blog untuk Materi Struktur Atom dan Sistem Periodik Unsur SMA Kelas XI. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 3 No . 2 Tahun 2014. Surakarta: UNS.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito

Sudjana, N. 2010. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugiyanto. 2006. Pentingnya Motivasi Berprestasi dalam Mencapai

Keberhasilan Akademik Siswa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sugiyono. 2013. MetodePenelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:

Alfabeta.

Suherli, dkk. 2006. Laporan Keterbacaan Buku Teks Pelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas.

Sukardi, W, R., & Surjono, H. D. 2007. Pengembangan e-learning UNY. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Sukmadinata. 1996. Perencanaan Pengajaran. Bandung: Rineka Cipta. Supriadi, D. 2000. Anatomi Buku Sekolah di Indonesia. Yogyakarta: Adi Cita. Suryosubroto. 1983. Sistem Pengajaran dengan Modul. Yogyakarta: Bina

Aksara.

Sutrisno, Hadi. 1986. Metodologi Reasearch Jilid 2. Yogyakarta: UGM. Suyanto, A.H. 2007. Step by Step: Web Design Theory and Practices.

Yogyakarta: Andi Offset.

Tim Penyusun. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. Jakarta: BSNP


(6)

Tim Penyusun, 2008. Penulisan Modul. Jakarta: Direktorat Tenaga

Kependidikan Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional.

Tim Penyusun. 2013. Diklat Guru. Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013. Analisis Materi Ajar Konsep Pendekatan Scientifict. Jakarta: Kemdikbud.

Tim Penyusun. 2014. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Bandarlampung: Universitas Lampung.

Vembriarto. 1985. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta : Yayasan Pendidikan Paramita.

Umaida, Nurul. 2009. Studi Kesulitan Belajar dan Pemahaman Konsep Struktur Atom Pada Siswa SMA Negeri 8 Malang. Sripsi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Wahono, R.S. 2005. Pengantar e-learning dan Pengembangannya. Jakarta: LIPI.

Widodo,T. A. 1993. Tingkat Keterbacaan Teks: Suatu Evaluasi Terhadap Buku Teks Ilmu Kimia Kelas I Sekolah Menengah Atas. Disertasi. Jakarta: IKIP Jakarta.

Yurmalin MZ. 2013. Pengembangan Permainan Ular Tangga untuk Kuis Mata Pelajaran Sains Sekolah Dasar. Jurnal Teknik 3(1) 75-84.