B. Seni Rupa dan Belajar
Kita pada umumnya menganggap pelajaran seni rupa hanya sebagai kegiatan menggambar alam benda atau membuat karya seni rupa lain. Tidak banyak dari kita yang
mengenal seni rupa sebagai suatu metodologi untuk belajar pengetahuan lain. Seni biasanya diajarkan sebagai tambahan bagi “unsur pendidikan dasar.” Kita berpendapat bahwa seni
merupakan unsur pendidikan dasar, tetapi kebanyakan orang memaandang seni jauh terpisah
dari bidang pelajaran yang lain. Menurut Merryl Goldberg 1997: 4, terdapat tiga cara mengintegrasikan seni dalam
pembelajaran, yaitu belajar dengan seni belajar tentang seni learning about the arts, belajar dengan seni learning with the arts, dan belajar melalui seni learning through the arts. Belajar
dengan seni terjadi jika seni diperkenalkan kepada siswa sebagai cara untuk mempelajari materi pelajaran tertentu. Sebagai contoh, guru memperkenalkan lukisan Piet Mondrian untuk
dalam mengajarkan garis sejajar. Dalam hal ini, siswa belajar dengan bantuan bentuk seni yang memberikan informasi tentang materi pelajaran.
Belajar melalui seni merupakan metode untuk mendorong siswa untuk mempelajari dan mengekspresikan pemahamannya tentang materi pelajaran melalui bentuk-bentuk karya seni.
Belajar melalui dapat diterapkan untuk semua jenjang sekolah. Sebagai contoh, siswa disuruh menggambar objek alam misalnya kerang laut untuk memahami fenomena objek alam
tersebut. Dalam hal ini, siswa secara aktif dilibatkan dalam berpikir imajinatif dan kreatif dalam belajar melalui seni dan mengkonstruksi makna.
Belajar dengan seni dan belajar melalui seni dapat menjadi landasan bagi belajar tentang seni. Sebagai contoh, setelah meninjau lukisan untuk belajar tentang garis sejajar, siswa
menjadi tertarik terhadap dunia seni lukis, menghubungkan pengetahuannya tentang garis dengan lukisan-lukisan seniman lainnya. Mungkin siswa lalu juga mendapat inspirasi untuk
menciptakan lukisan sendiri. Dalam pendidikan tradisional, misalnya di Amerika Serikat, model pembelajaran seni yang
digunakan adalah belajar tentang seni. Demikian juga di Indonesia, mula-mula diterapkan model belajar tentang seni, yaitu mengajarkan seni itu sendiri. Namun demikian, model belajar
tentang seni ini akhirnya mengalami kegagalan. Model belajar tentang seni tidak mempertimbangkan potensi seni sepenuhnya dalam kaitannya dengan pengembangan
pengetahuan dan intelektual. Pembelajaran seni seharusnya tidak terpisahkan dari bidang-
bidang pelajaran yang lain, seperti ilmu pengetahuan alam, matematika, ilmu pengetahuan social, atau pun bahasa. Pembelajaran seni berpotensi sebagai metodologi untuk belajar dan
mengajar secara umum. Sebagai metodologi, seni melibatkan siswa dalam kegiatan belajar yang bermakna baginya dan menjadi sarana untuk menghadapi kompleksitas pengetahuan.
Sebagai metodologi untuk belajar dan mengajar, seni memberikan kepada guru repertoir tindakan dan aktivitas yang lebih luas untuk memperkenalkan siswa kepada pokok-pokok
persoalan. Dengan melatih imajinasi siswa melalui karya seni yang berkaitan dengan pokok- pokok persoalan, siswa dapat membuat hubungan-hubungan baru dan mengatasi
keterbatasan-keterbatasan sebelumnya. Menjadi kreatif bukan hanya berlaku bagi seniman. Kreativitas penting bagi semua bidang pengetahuan.
C. Seni dan Prestasi Akademik