BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Pertanian merupakan sektor terbesar dalam hampir setiap ekonomi negara
berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya, memberi lapangan pekerjaan bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada,
menghasilkan bahan mentah bahan baku atau penolong bagi industri dan menjadi sumber terbesar bagi penerimaan devisa negara.
Sapuan dan Silitonga, 1994
Indonesia telah lama dikenal sebagai negara agraris. Lebih dari 50 penduduk hidup dari kegiatan yang langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan
pertanian di pedesaan. Dengan lahan yang luas, tingkat kesuburan yang tinggi serta jumlah tenaga kerja yang melimpah dapat diharapkan sektor pertanian
menjadi tumpuan pertumbuhan ekonomi nasional kita Oudjeans, 2006
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagain sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan
demikian sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan sektor pertanian yang
disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi dilapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa.
Husodo dkk, 2004
Pembangunan pertanian melalui kegiatan agribisnis terutama dalam kaitannya dengan perbaikan infrastruktur ekonomi masyarakat pasca krisis ekonomi sudah
saatnya di implementasikan dalam kegiatan rill di tingkat petani maupun para pelaku agribisnis lainnya secara komprehensif.
Anugerah, 2004
Mengikuti analisis klasik dari Kuznets 1964 pertanian di negara – negara sedang berkembang NSB merupakan suatu sektor ekonomi yang sangat potensial
dalam empat bentuk kontribusinya terhadap pertumbuhan dan pembangunan ekonomi nasional yaitu sebagai berikut: Ekspansi dari sektor-sektor ekonomi non-
pertanian sangat tergantung pada produk produk dari sektor pertanian bukan saja untuk kelangsungan pertumbuhan suplai makanan tetapi juga untuk penyediaan
bahan-bahan baku untuk keperluan kegiatan produksi di sektor-sektor non- pertanian tersebut, terutama industri pengolahan seperti industri industri makanan
dan minuman, tekstil dan pakaian jadi barang barang dari kulit dan farmasi, Kurnets menyebut ini kontribusi produk. Kesenjangan antara kawasan perkotaan
dan perdesaan serta kemiskinan di perdesaan telah mendorong upaya-upaya pembangungan di kawasan perdesaan. Meskipun demikian, pendekatan
pengembangan kawasan perdesaan seringkali dipisahkan dari kawasan perkotaan. Hal ini telah mengakibatkan terjadinya proses urban bias yaitu pengembangan
kawasan perdesaan yang pada awalnya ditujukan untuk meningkatkan kawasan kesejahteraan masyarakat perdesaan malah berakibat sebaliknya yaitu tersedotnya
potensi perdesaan ke perkotaan baik dari sisi sumber daya manusia, alam, bahkan modal Sapuan dan Silitonga,1994.
Pertanian merupakan sektor terbesar dalam hampir setiap ekonomi negara berkembang. Sektor ini menyediakan pangan bagi sebagian besar penduduknya
memberikan lapangan pekerjaan bagi hampir seluruh angkatan kerja yang ada, menghasilkan bahan mentah, bahan baku atau penolong bagi industri, dan menjadi
sumber terbesar bagi penerimaan kas devisa Negara. Sapuan dan Silitonga, 1994
Pembangunan pertanian merupakan langkah awal dalam strategi pembangunan jangka panjang. Sejalan dengan upaya-upaya praktis sebagai implementasi
kebijaksanaan dan strategi pembangunan petanian, berkembang pula ragam ilmu di bidang pertanian. Pembangunan pertanian merupakan fenomena yang
kompleks. Pertanian sebagai suatu industri biologis melibatkan makhluk hidup yang berinteraksi dengan lingkungannya dimana makhluk hidup tersebut maupun
tanaman hewan maupun mikroorganisme memanfaatkan energi, hara mineral dan bahan lain yang disediakan alam semesta. Semakin besar peran pertanian sebagai
sektor pemimpin. Konsep dasar dari pentingnya pertanian sebagai sektor pemimpin dalam pembangunan ekonomi nasional dapat di lihat dalam pernyataan
Simatupang dan Syafa’at 2000 sebagai berikut: Sektor andalan perekonomian adalah sektor yang meniliki ketangguhan dan kemampauan tinggi. Sektor andalan
meerupakan tulang punggung dan mesin penggerak perekonomian sehingga dapat pula disebut sebagai sektor kunci atau sektor pemimpin
Sapuan dan Silitonga, 1994
Sub Terminal Agribisnis STA sebagai infrastruktur pemasaran bermanfaat untuk 1 memperlancar kegiatan dan meningkatkan efisiensi pemasaran komoditas
agribisnis yang meliputi: sebagai pusat transaksi hasil–hasil agribisnis, memperbaiki struktur pasar, cara dan jaringan pemasaran, sebagai pusat informasi
pertanian, serta sebagai sarana promosi produk pertanian 2 mempermudah pembinaan mutu hasil–hasil agribisnis yang meliputi: penyediaan air bersih, es,
gudang, melatih para petani dan pedagang dalam penanganan dan pengemasan hasil – hasil pertanian 3 sebagai wadah bagi pelaku agribisnis untuk merancang
bangun pengembangan agribisnis, mengsinkronkan kebutuhan permintaan pasar dengan manajemen lahan, pola tanam, kebutuhan saprodi, dan permodalan serta
peningkatan SDM pemasaran 4 peningkatan pendapatan daerah melalui jasa pelayanan pemasaran, dan 5 pengembangan agribisnis dan wilayah
Anugerah, 2004
1. 2. Identifikasi Masalah