Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

(1)

STRATEGI MEMPERTAHANKAN HIDUP OLEH BURUH HARIAN KEMENYAN DI DESA LUMBAN TOBING KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

Dengan hormat, saya Evitamala Munthe mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Sosial, sedang melakukan penelitian yang berhubungan dengan strategi bertahan hidup oleh buruh harian kemenyan yang akan saya gunakan untuk keperluan tugas akhir. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati saya mengharapkan kerelaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu dan pikiran mengisi dan menjawab daftar pertanyaan yang tersedia di bawah ini. Atas bantuan Bapak/Ibu saya ucapkan terimakasih.

ANGKET (KUISIONER) Petunjuk pengisian :

a. Isilah dengan menuliskan keterangan yang diminta tentang data pribadi anda pada bagian identitas responden.

b. Pilihlah jawaban dan beri tanda (X) pada jawaban yang sesuai menurut anda. c. Isilah pertanyaan-pertanyaan di dalam angket dan berilah jawaban secara tertulis

dengan sesungguhnya.

A. Kharakteristik Umum Responden

1. Nama :

No. Urut :

2. Jenis kelamin :

3. Umur : thn

4. Agama :

5. Suku Bangsa : 6. Status Perkawinan :

7. Jumlah anggota keluarga termasuk Istri dan Suami : 8. Jumlah Anak :

9. Sudah berapa lama anda bekerja sebagai buruh harian kemenyan? ... tahun


(2)

10.Apa yang membuat anda tertarik sehingga anda memutuskan untuk menjadi buruh harian kemenyanini ?

... ... 11.Berapa keseluruhan pendapatan keluarga Bapak/ibu ?

Rp...

B. Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan B.1 Strategi Aktif

B.1.1 Ekspansi ke Sektor Lain

12.Apakah bapak/ibu merasa pendapatan dari sumber mata pencaarian utama cukup untuk memenuhi kebutuan sehari-hari?

a. Ya b. Tidak

13.Jika bapak/ibu menjawab “Tidak” atas pertanyaan nomor 12, apakah bapak/ibu melakukan kegiatan ekonomi (bekerja) di sektor lain?

a. Ya b. Tidak

14.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” atas pertanyaan no 13, di sektor apa bapak/ibu bekerja ?

a. Bertani b. Berdagang

c. Jasa Sebagai Buruh Tani

15.Berapakah jumlah rata-rata pendapatan tambahan perbulan keluarga bapak/ibu?

Rp...

16.Siapa sajakah anggota keluarga yang terlibat pada sumber pendapatan utama?

a. Hanya Suami b. Hanya Istri c. Suami dan Istri


(3)

Alasan :

... ... 17.Siapa sajakah anggota keluarga yang terlibat pada sumber pendapatan

tambahan?

a. Hanya suami b. Hanya Istri c. Suami dan istri

d. Seluruh anggota keluarga Alasan :

... ... 18.Apakah bapak/ibu menggunakan lahan yang tersedia untuk membudidayakan

tanaman yang dikomsumsi sehari-hari sekaligus untuk mengurangi pengeluaran?

a. Ya b. Tidak

Alasan : ... 19.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 18, sebutkan jenis

-jenis tanaman tersebut:

1. ... 6. ...

2. ... 7. ...

3. ... 8. ...

4. ... 9. ...

5. ... 10. ...

Alasan : ... B.2 Strategi Pasif

20.Berapa kalikah keluarga bapak/ibu makan nasi dalam satu hari? a. 2kali

b. 3 kali

21.Jika bapak/ibu menjawab 2 kali, apa alasanya ? a. Karena tidak ada makanan


(4)

22.Tandailah menu makanan yang paling sering disajiakn di keluarga bapak/ibu:

1. Nasi 2. Sayur

3. Ikan : a. Ikan Asin

b. Ikan Tawar (ikan sungai) c. Tahu dan Tempe

23.Berapa kalikah rata-rata keluarga bapak/ibu mengomsumsi telur dalam seminggu?

Sebutkan:... kali

24.Berapa kalikahrata-rata keluarga bapak/ibu mengomsumsi daging dalam seminggu?

Sebutkan: ...kali

25.Berapa kalikah rata-rata keluarga bapak/ibu mengomsumsi susu dalam seminggu?

Sebutkan: ... kali

26.Berapa kalikah rata-rata keluarga bapak/ibu mengomsumsi buah dalam seminggu?

Sebutkan: ... kali

27.Biasanya dari mana sumber buah yang dikomsumsi keluarga ? a. Dibeli

b. Hasil tanaman sendiri c. Diminta dari tetangga

28.Berapa kalikahrata-rata rata-rata bapak/ibu membelikan pakaian baru untuk anak perempuan dalam setahun?

Sebutkan: ... kali

29.Berapa kalikah rata-rata bapak/ibu membelikan pakaian baru untuk anak laki-laki dalam setahun?

Sebutkan: ... kali

30.Berapa kalikah rata-rata istri (ibu) dalam keluarga bapak/ibu membeli pakaian baru dalam setahun?

Sebutkan: ... kali


(5)

Sebutkan: ... kali

32.Berapa kalikah rata-rata bapak/ibu membelikan pakaian bekas untuk anak perempuan dalam setahun?

Sebutkan: ... kali

33.Berapa kalikah rata-rata bapak/ibu membelikan pakaian bekas untuk anak laki-laki dalam setahun?

Sebutkan: ... kali

34.Berapa kalikah rata-rata istri (ibu) dalam keluarga bapak/ibu membeli pakaian bekas dalam setahun?

Sebutkan: ... kali

35.Berapa kalikah rata-rata suami (ayah) dalam keluarga bapak/ibu membeli pakaian bekas dalam setahun?

Sebutkan: ... kali

36.Bagaimanakah kondisi tingkat pendidikan anak anda (termasuk yang sudah tamat)?

No Usia Tingkat pendidikan

Status Sekolah Alasan Pemilihan Sekolah Negeri Swasta

37.Apakah ada anak bapak/ibu yang putus sekolah? a. Ya

b. Tidak

38.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan no 36, berapa jumlah anak bapak/ibu yang putus sekolah?

Sebutkan : ... orang

39.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan no 36, pada usia berapa anak bapak/ibu putus sekolah?


(6)

2. ... tahun

40.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan no 36, sebutkan alasan anak bapak/ibu putus sekolah

... ... 41.Pada saat kapan keluarga bapak/ibu berobat?

a. Gejala Sakit

b. Mulai Sakit tapi masih ringan c. Setelah parah

42.Jika bapak/ibu menjawab Gejala sakit atau “A” pada pertanyaan no 38, sebutkan alasannya :

... ... 43.Jika bapak/ibu menjawab mulai sakit tapi masih ringan atau “B” pada

pertanyaan no 38, sebutkan alasannya :

... ... 44.Jika bapak/ibu menjawab setela parah atau “C” pada pertanyaan no 38,

sebutkan alasannya :

... ... 45.Apakah keluarga bapak/ibu memiliki fasilitas kesehatan?

a. Ya b. Tidak

46.Apa fasilitas kesehatan yang dimiliki keluarga bapak/ibu? a. BPJS

b. Asuransi keseatan lainnya, sebutkan:... 47.Kemanakah keluarga bapak/ibu yang paling sering berobat?

a. Rumah Sakit b. Puskesmas c. Bidan/Mantri d. Praktek Dokter


(7)

Alasan :

... ...

B.3 Strategi Jaringan

48.Apakah bapak/ibu mengikuti suatu perkumpulan sosial ? a. Ya

b. Tidak

49.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 45, sebutkan perkumpulan sosial yang bapak/ibu ikuti?

Sebutkan: ... 50.Apakah kegiatan tersebut anda ikuti secara kontiniu/ terus-menerus ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

51.Apakah keluargabapak/ibu mendapat Bantuan Langsung Tunai (BLT) dari pemerintah ?

a. Ya b. Tidak

52.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan no 48, berapa besar BLT yang bapak/ibu terima?

Sebutkan : Rp ...

53.Apakah keluarga bapak/ibu mendapat Bantuan Langsung Sementara (BLSM) dari pemerintah ?

a. Ya b. Tidak

54.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan no 50, berapa besar BLSM yang bapak/ibu terima?

Sebutkan : Rp ...

55.Apakah keluarga bapak/ibu ikut dalam Program Keluarga Harapan (PKH) dari pemerintah?

a. Ya b. Tidak


(8)

a. Ya b. Tidak

57.Jika bapak/ibu membutukan uang, sementara anda tidak memiliki kemana anda meminjam?

a. Keluarga b. Tetangga c. Koperasi d. Bank

58.Apakah bapak/ibu pernah meminjam uang ke rentenir ? a. Ya

b. Tidak

59.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 55, seberapa sering? a. Sangat Sering

b. Sering c. Jarang

60.Apakah bapak/ibu pernah mengutang di warung terdekat dengan tempat tinggal bapa/ibu?

a. Ya b. Tidak

61.Jika bapak/ibu menjawab “Ya” pada pertanyaan nomor 57, Seberapa sering a. Sangat Sering

b. Sering c. Jarang

TERIMAKASIH


(9)

Kharakteristik Umum Keluarga Buruh Harian Kemenyaan

Kondisi Sosial Ekonomi

1. Berapakah jumlah keseluruhan pendapatan keluarga anda ? 2. Bagaimana status kepemilikan rumah yang anda tempati?

milik sendiri (warisan), milik sendiri (hasil keringat sendiri), menyewa, menumpang.

3. Bagaimana tipe rumah ? (permanen, semin permanen, papan, tepas) 4. Apakah rumah yang bapak/ibu tempati memiliki ventilasi untuk keluar

masuknya udara dan cahaya ?

5. Berapa luas rumah dan pekarangan tempat bapak/ibu tinggal? 6. Berapa ukuran rumah bapak/ibu ? m...X...m = m²

7. Berapa jumlah anggota keluarga yang menempatinya? 8. Apakah keluarga bapak/ibu memiliki lahan kering ? 9. Kira-kira berapa luas lahan kering yang dimiliki ? 10.Apakah keluarga bapak/ibu memiliki lahan basah? 11.Kira-kira berapa luas lahan basah yang dimiliki?

12.Apakah keluarga tersebut memiliki alat angkutan? (seperti roda 4, roda 2) 13.Dari mana keluarga tersebut mendapatkan sumber air?

14.Apa alat penerangan yang digunakan? (Listrik, lampu teplok, petromaks) 15.Apakah keluarga tersebut memiliki MCK? (tersedia, hanya kamar mandi,

tidak ada)

16.Apakah keluarga tersebut tergolong rumah tangga miskin? 17.Berapa jumlah anak yang sekolah dalam keluarga anda?

SD= SMP= SMA= PT=

18.Apakah anak yang masih sekolah dikeluarga anda ikut membantu pendapatan keluarga ?


(10)

(11)

DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA BURUH BERDASARKAN JENIS PEKERJAAN Nomor

Sampel

Sumber Pendapatan Keterangan

Buruh Harian Kemenyan

(Rp)

Petani (Rp)

Pedagang (Rp)

Buruh Tani (Rp)

Buruh Harian Kemenyan Sebagai Sumber Mata

Pencaharian Utama

Buruh Harian Kemenyan Sebagai Sumber Mata Pencaharian Tambahan

1 800.000 500.000 Ya

2 600.000 500.000 Ya

3 600.000 400.000 Ya

4 500.000 600.000 Ya

5 550.000 400.000 Ya

6 600.000 200.000 Ya

7 500.000 400.000 Ya

8 600.000 700.000 Ya

9 600.000 400.000 Ya

10 900.000 400.000 Ya

11 600.000 400.000 Ya

12 800.000 300.000 Ya

13 900.000 400.000 Ya


(12)

15 550.000 300.000 Ya

16 800.000 400.000 Ya

17 500.000 300.000 Ya

18 700.000 400.000 Ya

19 600.000 400.000 Ya

20 500.000 400.000 Ya

21 500.000 200.000 Ya

22 600.000 300.000 Ya

23 450.000 Ya

24 600.000 400.000 Ya

25 500.000 400.000 Ya

26 500.000 Ya

27 700.000 300.000 Ya

28 500.000 400.000 Ya

29 500.000 300.000 Ya

30 450.000 1.200.000 Ya

31 500.000 400.000 Ya

32 700.000 400.000 Ya


(13)

34 500.000 300.000 Ya

35 600.000 300.000 Ya

36 600.000 1.100.000 Ya

37 500.000 300.000 Ya

38 550.000 300.000 Ya

39 600.000 300.000 Ya


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2013. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat, Dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Hasan, Alwi. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia: Edisi Ketiga. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Balai Pustaka

Lubis, Suwardi. 2013 Program Sumut Sejahtera GusMan: Waspada, hal 20

Setia, Resmi. 2005. Gali Lubang Tutup Lubang Itu Biasa: Strategi Buruh Menanggulangi Persoalan Dari Waktu ke Waktu. Snel And Traring (Poverty, Migran, and coping Strategies: an Introduction) Bandung: Yayasan AKATIGA

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial, Pedoman Praktis Penelitian Bidang Ilmu-Ilmu Sosial Dan Kesehatan. Medan: Grasindo Monoratama

Siagian, Matias. 2012. Kemiskinan dan solusi. Medan: Grasindo Monoratama

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Suharto, Edi. 2002. coping strategies dan keberfungsian sosial: http://www.policy.hu/suharto/modul_a/makindo_07.htm diakses pada 11 Maret 2015 pukul 1:04 WIB

Sumarsih, Nining. Strategi Survive Buruh Bangunan: Studi Kasus Buruh Bangunan di Masyarakat Pegunungan Prambanan, Dusun Mlakan, Desa Sambirejo, kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, Skripsi. Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Sumber lain:

Direktorat Ketenaga kerjaan dan Analisis Ekonomi, Info kajian BAPPENAS, Volume 1 No.3 Desember 2004. Profil Pekerja di Sektor Informal dan Arah Kebijakan ke Depan

UU No.11 Tahun 2009 Tentang kesejahteraan Sosial Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 13 tahun 2012 Sumber Online:

BPS perkembangan upah minimum regional/provinsi di seluruh indonesia 1997-2014 BPS penduduk 15 tahun ke atas menurut status pekerjaan utama tahun 2010-2014


(15)

Gajimu.com.http://www.gajimu.com/main/gaji/gaji-minimum/komponen-khl diakses pada 02 Maret 2015 pukul 10:43 WIB

Wikipedia. 2015, Januari. Buruh Dan Defenisi Buruh diaksesdari http://www.wikipedia.org pada 21 Januari 2015 pukul 11:20 WIB

helmysyamza. https://helmysyamza.wordpress.com/2014/03/31/ironis-menelusuri-sejarah-may-day-di-indonesia-01/ diakses pada 03 Maret 2015 pukul 10:35 WIB

Kompasiana. 2012, November. Nasib Buruh Harian Lepas. Diakses dari

http://lifestyle.kompasiana.com/urban/2014/02/11/nasib-buruh-harian-lepas 632548.htmlpada 02 November 2014 pukul 13:54 WIB

Rimba raya, Kemenyan sebagai komoditi unggulan di Kabupaten Humbang

Hasundutan diakses pada http://kehutanan5c.blogspot.com/2013/01/kemenyan-sebagai-potensi-unggulan-di.html tanggal 19 des 2014 pukul 20:38 WIB

https://gatotkacamuda.wordpress.com/2013/03/10/review-film-dokumenter-the-new-rules-of-the-world-john-pilger/ diakses pada 03 Maret 2015 pukul 11:04 WIB

http://hutanb2011.blogspot.com/2013/06/budidaya-dan-pemasaran-kemenyan-di.htmldiakses pada 03 maret 2015 pukul 11:45 WIB

Kompas.http://nasional.kompas.com/read/2013/04/29/18432615/Hari.Buruh.1.Mei.A kan.Jadi.Libur.Nasional diakses pada 4 Maret 2015 pukul 8:53 WIB

.Kompasiana. http://metro.kompasiana.com/2014/05/01/yang-istimewa-pada-peringatan-hari-buruh-2014-hari-ini-652950.html diakses pada 4 Maret 2015 pukul 8:42 WIB

Repository USUhttp://www.repository.usu.ac.id diakses pada tangaal 21 Januari 2015 pukul 11: 12 WIB

Academia.http://www.academia.edu/8185657/memperbaiki_kesejahteraan_buruh_m elalui_kebijakan_upah_minimum diakses pada 25 Maret 2015 pukul 13:51 WIB

Media Edukasi. http://mediaedukasi.com/ketahanan-dan-kesejahteraan-keluarga diakses pada tanggal 30 Juni 2015 pukul 17.12 WIB


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriftif, yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan objek dan fenomena yang diteliti. Termasuk di dalamnya bagaimana unsur-unsur yang ada dalam variabel penelitian itu berinteraksi satu sama lain dan apa pula produk interaksi yang berlangsung (Siagian, 2011:52).

Penelitian deskriptif menggunakan kata-kata dan gambar bukan angka ketika data dikumpilkan. Berdasarkan hal tersebut maka jelas bahwa penelitian deskriptif bersifat menggambarkan dan melukiskan suatu hal berupa gambar dan foto yang didapat dari data lapangan dan kemudian menjelaskannya dengan kata-kata. Melalui penelitian deskriptif ini penulis menggambarkan bagaimana strategi buruh harian kemenyan dalam mempertahankan hidup di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan. Alasan memilih lokasi penelitian ini dikarenakan ketertarikan peneliti untuk melihat bagaimana strategi buruh harian kemenyandi Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan dalam mempertahankan hidup. Selain itu Desa Lumban Tobing merupakan desa yang buruh harian kemenyannya lebih banyak jika dibandingkan dengan desa lain di kecamatan Doloksanggul.


(17)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dapat diartikan sekumpulan objek, benda, peristiwa, atau individu yang akan dikaji dalam suatu penelitian. Berdasarkan pengertian ini dapat dipahami bahwa mengenal populasi tersebut langkah awal dan penting dalam proses penelitian. Secara umum populasi merujuk pada sekumpulan individu atau objek yang memiliki ciri atau sifat yang sama. Tidak harus seragam namun diantara mereka harus ada persamaan (Siagian, 2011:155).

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah buruh harian kemenyandi Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan sebanyak 40 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari objek, kejadian atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti, dengan demikian dapat dikemukakan bahwa sampel adalah bagian yang representatif dari populasi yang diambil datanya secara langsung. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populasi, melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi (Siagian, 2011:156).

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini sejumlah 36 orang buruh harian kemenyandi Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan yang pekerjaannya sebagai buruh adalah mata pencaharian utama keluarga.

Dasar pertimbangan penarikan sampel dimana sebagian dari populasi dimaksudkan dapat memperoleh gambaran dari sifat objek penelitian. jadi peneliti


(18)

menggunakan metode purposive sampling atau teknik penarikan sampel bertujuan, yang artinya adalah pengambilan sampel secara sengaja dengan persyaratan sampel yang ditentukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel (yang mencerminkan populasinya).

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:

a. Data Primer

Data prime adalah data yang diambil dari sumber data primer atau sumber data pertama di Lapangan. Data Primer diperoleh dengan metode sebagaiberikut:

1. Kuesioner atau angket, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar daftar pertanyaan untuk dijawab responden sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Siagian: 206-207).

2. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden, dengan atau tanpa menggunaka pedoman wawancara untuk memperjelas angket.

b. Data Sekunder, yaitu diperoleh melalui:

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau imformasi yang menyangkut masalah yang diteliti dengan memperlajari dan


(19)

menelaah buku, majalah, surat kabar, serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data atau imformasi melalui kegiatan penelitian langsung turun ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan menjabarkan hasil penelitian untuk menganalisis data-data yang diperoleh dengan hasil penelitian dengan mentabulasi data yang didapat melalui keterangan responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya dengan menggunakan tabel tunggal. Didukung teknik distribusi frekuensi, ukuran pemusatan (rata-rata, median, modus), ukuran variabilitas (rentangan, simpangan kuartil, simpangan baku, variansi).


(20)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1Gambaran Umum Desa

Desa Lumban tobing merupakan salah satu bagian dari wilayah di kecamatan Doloksanggul, dengan luas wilayah desa 86,5 Ha yang terdiri dari satu desa utama yaitu lumban tobing dan dua desa cabang yaitu Lumban Pinasa Dan Sosor Jambatan. Dimana pembentukan desa cabang dikarenakan desa utama yang sudah padat penduduk sehingga satu marga atau garis keturunan dialihkan ke desa cabang. Desa lumban tobing memiliki batas-batas sebagai berikut :

Sebelah Utara berbatasan dengan Pasar kelurahan Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Purba Dolok Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sihite I Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bonanionan 4.2Kondisi Demografis

Dari data 03 Juni 2015 tercatat jumlah penduduk Desa Lumban Tobing sekitar ± 800 jiwa. Berdasarkan jumlah kepala keluarga sekitar ± 283 Kepala Keluarga. Dari data yang terkumpul dapat diimformasikan mengeni gambaran umum kependudukan sebagai berikut

Data yang disajikan pada tabel 4.1 menunjukkan distribusi penduduk berjenis kelamin laki-laki sebanyak 387 jiwa (48%) dan distribusi penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 413 jiwa (52%) yang terdaftar di Kantor Kepala Desa Lumban Tobing. Jadi dapat dilihat bahwa distribusi penduduk berjenis kelamin perempuan adalah penduduk yang paling banyak jumlahnya dibandingkan dengan penduduk berjenis kelamin laki-laki di desa ini.


(21)

Tabel 4.1

Penduduk berdasarkan jenis kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1

2

Laki-laki Perempuan

387 413

48 52

Jumlah 800 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2015 Tabel 4.2

Penduduk Berdasarkan Usia

No Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 2 3

0-15 15-65 65 ke atas

246 505 49

31 63 6

Jumlah 800 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2015

Data yang disajikan pada tabel 4.2 menunjukkan distribusi penduduk usia antara 0-15 tahun sebanyak 246 jiwa (31%), usia antara 16-65 tahun sebanyak 505 jiwa (63%), dan usia 65 tahun ke atas sebanyak 49 jiwa (6%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi penduduk berdasarkan usia paling banyak adalah usia antara 15-65 tahun sebanyak 505 jiwa (63%) dan distribusi penduduk paling sedikit adalah usia antara 65 tahun ke atas sebanyak 49 jiwa (6%) di desa ini.


(22)

Tabel 4.3

Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 2 3 Islam Katolik Protestan 16 37 747 2 4 94

Jumlah 800 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2015

Data yang disajikan pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi penduduk beragama Islam sebanyak 16 jiwa (2%), penduduk beragama Katolik sebanyak 37 jiwa (4%), dan penduduk yang beragama Protestan sebanyak 747 jiwa (94%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi penduduk yang beragama Islam lebih sedikit yaitu sebanyak 16 jiwa (2%), sedangkan distribusi penduduk yang beragama Protestan adalah yang paling banyak yaitu sebanyak 747 jiwa (94%) di desa ini.

Tabel 4.4

Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 Sarjana (S1) Diploma 3 (D3) SLTA

SLTP SD

Tidak Tamat SD

81 68 314 187 85 65 10 9 39 23 11 8

Jumlah 800 100


(23)

Data yang disajikan pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa distribusi penduduk dengan tingkat pendidikan S1 sebanyak 81 jiwa (10%), penduduk dengan tingkat pendidikan D3 sebanyak 68 jiwa (9%), penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA sebanyak 314 jiwa (39%), penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP sebanyak 187 jiwa (23%), penduduk dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 85 jiwa (11%), dan penduduk yang tidak tamat SD sebanyak 65 jiwa (8%). Jadi, dapat dilihat bahwa distribusi penduduk yang tidak tamat SD lebih sedikit dengan jumlah 65 jiwa (8%) sedangkan distribusi penduduk dengan tingkat pendidikan SLTA merupakan yang paling banyak dengan jumlah 314 jiwa (39%) di desa ini.

Tabel 4.5

Penduduk Menurut Mata Pencaharian

No Bidang Pekerjaan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Pertanian 172 46

2 Perikanan 3 1

3 Perkebunan 65 14

4 Pertambangan dan Penggalian 2 1

5 Industri Pengolahan (Pabrik, Kerajinan, dll)

2 1

6 Perdagangan besar/eceran, Rumah makan,dll

11 4

7 Jasa 27 8

8 Angkutan, Pergudangan, Komunikasi

5 2

9 Lainnya: air, gas, listrik, konstruksi, perbankan, dll


(24)

10 Bekerja Pada Bidang Tertentu a. Karyawan

b. Teknisi/Perbengkelan c. Pekarya Ketrampilan d. PNS

e. Buruh Harian

27 3 3 9 40

8 1 1 3 10

Jumlah 375 100

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2015

Data yang disajikan pada tabel 4.5 menunjukkan bahwa penduduk yang bermata pencaharian pada bidang pertanian sebanyak 172 jiwa (46%), penduduk yang bermata pencaharian pada bidang perikanan sebanyak 3 jiwa (1%), penduduk yang bermata pencaharian pada bidang perkebunan sebanyak 65 jiwa (14%), penduduk yang bermata pencaharian pada bidang pertambangan dan penggalian sebanyak 2 jiwa (1%), penduduk yang bermata pencaharian pada bidang industri pengolahan (pabrik, kerajinan, dll) sebanyak 2 jiwa (1%), penduduk yang bermata pencaharian pada bidang pedagangan besar/eceran dan rumah makan sebanyak 11 jiwa (4%), penduduk yang bermata pencaharian pada bidang jasa sebanyak 27 jiwa (8%), distribusi penduduk yang bermata pencaharian pada bidangangkutan, pergudangan, komunikasi sebanyak 5 jiwa (2 %) dan penduduk yang bermata pencaharian pada bidang lainnya seperti air, gas, listrik, konstruksi, perbankan sebanyak 6 orang (2%). Sementara itu penduduk yang bermata pencaharian pada bidang-bidanng yang membutuhkan keterampilan seperti karyawan sebanyak 27 jiwa (8%), Teknisi/perbengkelan sebanyak 3 jiwa (1%), Pekarya keterampilan 2 jiwa (1%), PNS 10 Jiwa (3%), dan buruh harian sebanyak 40 jiwa (10%). Jadi, dapat


(25)

merupakan yang paling banyak yaitu sebanyak 172 jiwa (46%), sedangkan distribusi penduduk yang bermata pencaharian pada bidang industri pengolahan, angkutan, pergudangan, komunikasi merupakan yang paling sedikit yaitu masing-masing sebanyak 2jiwa (1%) di desa ini.

Tabel 4.6

Potensi Desa Lumban Tobing

No Potensi SDA Luas (Ha)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Lahan Persawahan Lahan Hutan Kolam Sungai Kopi Jeruk Cabai Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Tomat Kol Wortel 9 2 1 3 5 6 2 1 2 2,5 0,5 0,5 0,5

Jumlah 40

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2015

Data yang disajikan pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa potensi yang ada di Desa lumban tobing mulai dari lahan persawahan sebanyak 9 Ha, lahan hutan 2 Ha, kolam 1 Ha, sungai 3 Ha, dan lahan perkebunan seperti kopi 5 Ha, jeruk 6 Ha, cabai


(26)

2 Ha, jagung 1 Ha, ubi kayu 2 Ha, ubi jalar 2,5 Ha, tomat 0,5 Ha, kol 0,5 Ha, wortel 0,5 Ha. Jadi dapat dilihat bahwa potensi sumber daya alam yang paling luas adalah lahan persawahan sebanyak 9 Ha, sedangkan potensi sumber daya alam yang lebih kecil adalah tomat, kol, wortel masing-masing 0,5 Ha di desa ini.

Tabel 4.7

Sarana dan Prasarana

No Nama Sarana/Prasarana Jumlah Satuan

1 Sarana Jalan : Jalan Aspal Jalan Perkerasan Jalan Tanah Jalan Setapak

2 1 1 4

1,5 Km 500 m

2 Km 3 Km 2 Sarana Kesehatan :

MCK

Sarana Air Bersih

5 2

Unit Unit 3 Sarana Peribadatan :

Gereja 1 Unit

4 Sarana pendidikan: Gedung Paud Gedung TK Gedung SD Gedung SLTP Gedung SLTA

- - - 1 -


(27)

5 Jembatan Jembatan Beton Jembatan Kayu Jembatan Gantung Jembata Peyebrangan

1 2 - 1

6 m 20 m

- 6 m 6 Prasarana Pertanian

Jalan Pertanian Saluran Irigasi

3 2

4 Km 4 Km 7 Kelompok Usaha Ekonomi

Produktif

1 Usaha

Sumber: Kantor Kepala Desa Tahun 2015

Data yang disajikan pada tabel 4.7 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Desa lumban tobing, mulai dari sarana jalan seperti jalan aspal 2 (1,5 Km), jalan pekerasan 1 (500 m), jalan tanah 1 (2 Km), jalan setapak 4 (3 Km). Sarana kesehatan seperti MCK 5 unit dan sarana air bersih 2 unit. Sarana peribadatan seperti gereja 1 unit. Sarana pendidikan seperti gedung SLTP 1 unit. Sarana jembatan seperti jembatan beton 1 (6m), jembatan kayu 2 (20 m), jembatan penyebrangan 1 (6)m selain itu ada juga prasarana pertanian seperti jalan pertanian 3 (4Km), saluran irigasi 2 (4Km), selain itu ada kelompok usaha ekonomi produktif 1 usaha ada di desa ini.

4.3Kondisi Sosial Ekonomi Buruh Harian kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.


(28)

Tabel 4.8

Klasifikasi Buruh Harian Kemenyan di Desa Lumban Tobing Berdasarkan Status Pekerjaan

No Klasifaikasi Buruh Jumlah

1 2

Sebegai Pekerjaan Utama Sebagai Pekerjaan Tambahan

36 4

Jumlah 40

Sumber : Data Lapangan 2015

Data yang disajikan pada tabel 4.8 merupakan klasifikasi buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan yang terbagi menjadi 2, yaitu buruh harian kemenyan sebagai pekeerjaan utama yaitu sebanyak 36 orang dan buruh harian kemenyan sebagai pekerjaan tambahan sebanyak 4 orang. Dilihat dari data tersebut buruh harian kemenyan dengan status sebagai pekerjaan utama lebih banyak yaitu 36 orang sedangkan yang paling sedikit adalah buruh dengan status sebagai pekerjaan tambahan yaitu sebanyak 4 orang di desa ini.

1. Status Kepemilikan Rumah

Data yang disajikan pada tabel 4.15 merupakan distribusi buruh harian kemenyan berdasarkan status kepemilikan rumah yang menunjukkan bahwa buruh dengan status kepemilikan rumah milik Sendiri (warisan) sebanyak 14 orang, dengan status milik sendiri (hasil keringat sendiri) sebanyak 8 orang, status menyewa sebanyak 5 orang, status menumpang 13 orang. Dari data di atas dapat dilihat bahwa status kepemilikan rumah yang paling banyak adalah status kepemilikan milik sendiri (warisan) sebanyak 14 orang dan yang paling sedikit adalah status kepemilikan menyewa sebanyak 5 orang di desa ini.


(29)

Tabel 4.9

Distribusi Buruh Harian Kemenyan Berdasarkan Status Kepemilikan Rumah

No Status Kepemilikan Rumah Jumlah

1 2 3 4

Milik Sendiri (Warisan)

Milik Sendiri (Hasil Keringat Sendiri) Menyewa

Menumpang

14 8 5 13

Jumlah 40

Sumber : Data Lapangan

Rumah merupakan kebutuhan primer bagi semua manusia termasuk kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Menurut BPS, Keluarga miskin ialah mereka yang tidak memiliki aset seperti rumah, lahan pertanian, peralatan pertanian, atau benda yang memiliki nilai jual di atas satu juta rupiah. Tidak memiliki aset seperti rumah bukan berarti tidak memiliki tempat tinggal, akan tetapi statusnya hanya menyewa atau menumpang.

2. Sifat Bangunan Rumah

Data yang disajikan pada tabel 4.16 merupakan distribusi buruh harian kemenyan berdasarkan sifat bangunan rumah yang dimiliki yang menunjukkan bahwa buruh dengan sifat bangunan rumah permanen sebanyak 3 orang, buruh dengan sifat bangunan rumah semi permanen 20 orang, buruh dengan sifat bangunan rumah papan 17 orang. Dari data di atas dapat dilihat bahwa buruh dengan sifat rumah bangunan rumah semi permanen merupakan yang paling banyak yaitu sebanyak 20 orang dan buruh dengan sifat


(30)

bangunan rumah permanen merupakan yang paling sedikit yaitu sebanyak 3 orang di desa ini.

Tabel 4.10

Distribusi Buruh Harian Kemenyan Berdasarkan Sifat Bangunan Rumah

No Sifat Bangunan Jumlah

1 2 3 4

Permanen Semi permanen Papan

Tepas

3 20 17 0

Jumlah 40

Sumber : Data Lapangan

Standart bangunan rumah yang ditetapkan yaitu terbuat dari kayu, akan tetapi seiring berjalannya waktu karena kayu merupakan bahan bangunan yang dominan digunakan terutama untuk kostruksi rangka yang bersifat struktur (rangka lantai, penutup langit-angit, dan penutup atap). Kebutuhan kayu yang sangat besarakibat pembanunan khususnya perumahan, industri olahan (plywood, hardboard, dan lain-lain) serta ekspor, mengakibatkan kayu dieksploitasi secara besar-besaran dengan pola tanpa tebang pilih. Akibatnya selain terjadi kerusakan hutan dan pencemaran lingkungan, ketersediaan kayu khususnya kayu konstruksi semakin berkurang.

Untuk mengatasi hal tersebut bambu dipilih untuk distandarkan, dengan alasan penggunaan bambu sangat luas untuk berbagai macam tujuan karena bambu memiliki keunggulan sebagai bahan bangunan, merupakan salah satu material yang sangat potensial untuk pemenuhan kebutuhan perumahan, bambu juga telah diakui masyarakat dunia dengan terbitnya standard internasional (ISO).


(31)

Keadaan yang ada di Desa Lumban Tobing khususnya buruh harian kemenyan dengan sifat bangunan semi permanen terlepas dari status kepemilikan rumah tersebut, baik milik sendiri karena diwariskan, dibeli dengan keringat sendiri, menyewa ataupun mengontrak.

3. Tingkat Pendidikan

Tabel 4.17

Distribusi Buruh Harian Kemenyan Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

1 2 3 4

Tidak Sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA

2 11 14 13

Jumlah 40

Sumber : Data Lapangan

Data pada tabel 4.17 menunjukkan bahwa distribusi buruh harian kemenyan berdasarakan tingkat pendidikan yaitu buruh yang tidak bersekolah sebanyak 2 orang, buruh dengan tingkat pendidikan tamat SD sebanyak 11 orang, buruh dengan tingkat pendidikan tamat SMP sebanyak 14 orang, buruh dengan tingkat pendidikan tamat SMA sebanyak 13 orang. Dari data di atas dapat dilihat bahwa buruh dengan tingkat pendidikan tamat SMP merupakan yang lebih banyak yaitu sebanyak 14 orang dan buruh yang tidak bersekolah merupakan yang paling sedikit yaitu sebanyak 2 orang di desa ini. Bersdasarkan data yang disajikan di atas tingkat pendidikan buruh harian kemenyan mayoritas adalah tamat SMP.


(32)

4.4Struktur Pemerintahan Desa

Bagan 4.1

Struktur Pemerintaha Desa

4.5Bagan Kelembagaan Desa

Bagan 4.2

Bagan Kelembagaan Desa

Masyarakat Karang

Taruna

Kelompok Masyarakat

KepalaD esa

BPD PKK

LPM

Kepala Dusun

Puskesdes KEPALA DESA

SEKRETARIS DESA

PELAYANAN TEKNIS URUSAN LAPANGAN


(33)

BAB V ANALISIS DATA

Dalam bagian ini akan dianalisis tentang pokok pembahasan dalam penelitian yaitu strategi mempertahankan hidup oleh buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Adapun data-data yang diperoleh peneliti adalah melalui penyebaran kuisioner kepada buruh harian kemenyan yang pekerjaannya sebagai mata pencaharian utama. Selain itu untuk melengkapi imformasi yang dibutuhkan peneliti melakukan wawancara kepada seluruh buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dan selanjutnya menyimpulkan apakah buruh harian tersebut merupakan mata pencaharian utama keluarga atau tidak. Untuk lebih jelasnya, analisis data akan dimulai dengan uraian identitas responden yang dilanjutkan dengan data-data strategi mempertahankan hidup oleh buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari data yang telah terkumpul, dapat dilihat pada tabel-tabel distribusi frekuensi yang telah disajikan berikut ini.

5.1Kharakteristik Umum Responden

Data mengenai kharakteristik umum responden yang akan disajikan terdiri dari: jenis kelamin, usia, agama, suku bangsa, status, jumlah anggota keluarga termasuk istri dan suami, jumlah anak, lama waktu bekerja sebagai buruh harian kemenyan, alasan yang membuet tertarik menjadi buruh harian kemenyan, rata-rata keseluruhan pendapatan keluarga perbulan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:


(34)

Berdasarkan data yang disajikan padatabel 5.1 diketahui bahwa sebanyak 35 orang (97,23%) responden perempuan, dan sebanyak 1 orang atau (2,77%) responden laki-laki.

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%) 1

2

Laki-laki Perempuan

1 35

2,77 97,23

Jumlah 36 100,00

Sumber : Data Primer 2015

Sampel yang telah ditetapkan sebagai responden dalam penelitian ini tidak mempunyai kriteria tertentu baik laki-laki maupun perempuan yang menjadi buruh harian kemenyan dapat menjadi sampel. Teknik penarikan sampel yang ditetapkan peneliti adalah purposive sampling, yaitu teknik sampling yang digunakan oleh peneliti karena memiliki pertimbangan dalam pengambilan sampel. Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah semua (36 orang) buruh harian kemenyan yang ada di Desa Lumban Tobin dimana pekerjaan utamanya adalah menjadi buruh harian kemenyan.

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.2 diketahui bahwa sebanyak 18 orang atau (50%) responden berada pada usia 41-50 tahun, sebanyak 6 orang atau (16,7%) responden usia 31-40 tahun, sebanyak 11 orang atau (30,5%) responden usia 51-60 tahun dan yang paling muda adalah responden dengan usia 20-30 tahun hanya 1 orang atau (2,8%) responden.


(35)

Tabel 5.2

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4

20 tahun – 30 tahun 31 tahun – 40 tahun 41 tahun – 50 tahun 51 tahun – 60 tahun

1 11 18 6

2,8 30,5 50,00

16,7

Jumlah 36 100,00

Sumber : Data Primer 2015

Menurut BKKBN ada 2 pandanngan untuk melihat usia produktif, yaitu usia 15-59 tahun dan usia 15-64 tahun. Kesepakatan secara internasional sekarang ini adalah untuk negara maju dipakai 15-64 tahun dan untuk negara berkembang dipakai 15-59 tahun. Dan untuk Indonesia seringkali memakai kedua pandanngan tersebut, berdasarkan data yang disajikan di atas, diketahui bahwa seluruh responden masih berada pada usia produktif. Usia produktif tersebut yang memungkinkan responden masih kuat dan dapat bekerja mandiri.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Agama

No Agama Frekuensi Persentase (%)

1 2

Kristen Protestan Kristen Katolik

30 6

83,4 16,6

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.3diketahui bahwa sebanyak 30 orang atau (83,4%) responden beragama kristen protestan, sebanyak 6 orang atau


(36)

(16,6%) responden beragama kristen katolik. Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden beragama kristen protestan.

Sampel dalam penelitian ini tidak menentukan kriteria berdasaran agama, adapun yang terdapat dalam data tersebut hanya 2 kategori agama dikarenakan responden dalam penelitian ini tidak ada yag beragama Islam, Hindu, Budha.

Tabel 5.4

Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa No. Suku Bangsa Frekuensi Persentase (%)

1 2

Batak Toba Jawa

34 2

94,4 5,6

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.4 diketahui bahwa sebanyak 34 orang atau (94,4%)responden adalah suku batak toba, dan sebanyak 2 orang atau (5,6%) responden merupakan suku jawa. Dilihat dari Data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah suku batak toba karena penduduk mayoritas di desa Lumban Tobing merupakan suku batak toba.

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan

No. Status Frekuensi Persentase (%)

1 2

Menikah Janda

29 7

80,5 19,5

Jumlah 36 100,0


(37)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.5 diketahui sebanyak 29 orang atau (80,5%) responden yang sudah menikah, sebanyak 7 orang atau (19,5%) responden yangng sudah berstatus janda. Dilihat dari data tersebut, responden yang sudah menikah merupakan mayoritas dalam penelitian i

Sudah menikah dan memiliki suami merupakan responden yang mayoritags dalam penelitian, akan tetapi anggota keluarga yang paling dominan terailibat dalam aktivitas utama pekerjaan tersebut adalah istri, setiap pagi yang bekerja sebagai buruh harian kemenyan akan bekerja separuh hari di gudang milik toke, dan selanjutnya bisa membawakemenyan untuk dikerjakan dirumah bersama dengan anggota keluarga lainnya.

Pada masa tertentu ketika si buruh tidak bisa pergi bekerja ke gudang milik toke, mungkin karena sakit, ada acara keluarga, itu berarti tidak ada kemenyan yang akan dibawa pulang ke rumah. Dengan kata lain, hanya buruh yang bekerja pada hari itu saja yang bisa membawa kemenyan ke rumah. Kehadiran buruh tersebutlah yang akan mempengaruhi ada tidaknya kemenyan yang akan dibawa pulang.

Tabel 5.6

Distribusi Responden Berdasarkan Lama Waktu Bekerja No. Lama Bekerja Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

≤ 5 tahun

6-10 tahun 11-15 tahun 16-20 tahun

≥21 tahun ke atas

7 17 5 4 3

19,5 47,2 13,9 11,1 8,3

Jumlah 36 100,0


(38)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.6 dapat diketahui bahwa sebanyak 17 orang atau (47,2%) responden yang sudah bekerja selama 6-10 tahun, sebanyak 7 orang atau (19,5%) responden yang sudah bekerja selama kurang lebih dari lima tahun, sebanyak 4 orang atau (11,1%) responden yang bekerja selama 16-20 tahun dan sebanyak 3 orang atau (8,3%) responden yang paling lama bekerja adalah yang sudah bekerja di atas 21 tahun. Dilihat dari data tersebut, responden yang sudah bekerja diatas 5 tahun merupakan mayoritas dalam penelitian ini terlepas dari alasan untuk bekerja.

Peran pemerintah sagat dibutuhkan dalam hal ini, buruh yang sudah bekerja diatas 10 tahun juga tetap memilih bekeja sebagai burruh harian kemenyan walaupun dengan pendapatan yang sedikit jika dibandingkan dengan tenaga yang harus dikeluarkan. Kebijakan pemerintah yang vakum membuat mereka tidak mempunyai pilihan lain selain untuk tetap berusaha dan sabar. Jika pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan berbasis sumber daya lokal, dan memberikan pelatihan kepada masyarakat setempat, maka mereka akan lebih mudah memilih jenis pekerjaan yang lain, dan yang akan meningkatkan kesejahteraan keluarganya.

Tabel 5.7

Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

No Rata-Rata Jumlah Pendapatan Jumlah Persentase (%) 1

2

Rp 450.000 – Rp 700.000 Rp 750.000 – Rp 1.000.000

31 5

86,1 13,9

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.7 menunjukkan bahwa sebanyak 31 orang atau (86,1%) responden yang pendapatan rata-rata perbulan Rp


(39)

450.000 – Rp 700.000 dan sebanyak 5 orang atau (13,9%) responden yang berpendapatan rata-rata perbulan sebesar Rp 750.000 sampai dengan Rp 1.000.000.

Menurut BPS, yang dikatakan miskin adalah mereka yang berpendatan dibawah Rp 600.000 per bulan untuk mendapat Bantuan Langsug Tunai dari pemerintah, sementara data yang disajikan di atas masih banyak keluaraga buruh harian kemenyan yang berpendapatanyang minim, untuk itulah mereka memperluas wilayah kerjanya atau menambah wilayah kerja yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga.

Tabel 5.8

Distribusi Responden Berdasarkan Alasan Memilih Bekerja Sebagai Buruh Harian Kemenyan

No. Alasan Frekuensi Persentase (%)

1 2

4

Tidak Ada Pekerjaan Lain

Bisa Dibawa Pulang Ke Rumah Dan Dikerjakan Bersama Anggota Keluarga Lainnya

Tidak Ada Modal Membuka Usaha

17 10

9

47,2 27,8

25

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.8 diketahui bahwa sebanyak 17 orang atau (47,2%) responden yang menjawab karena tidak ada pekerjaan lain, sebanyak 10 orang atau (27,8%) responden menjawab karena pekerjaan tersebut bisa dikerjakan di rumah bersama anggota keluarga lainnya, dan sebanyak 9 orang atau (25%) responden menjawab tidak ada modal membuka usaha.


(40)

Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini adalah responden yang memilih bekerja karena alasan tidak ada pekerjaan lain, sementara kebutuhan ekonomi yang terus mendesak membuat buruh memutuskan untuk bekerja sebagai buruh. Kurangnya peran pemerintah untuk membuat kebijakan atau program untuk ibu rumah tangga yang berbasis keterampilan yang berasal dari alam sekitar. Membuat buruh tersebut tidak diberikan pilihan untuk memilih pekerjaan yang akan dilakukan.

Adajuga buruh yang memilih bekerja sebagai buruh harian kemenyan karena tidak tersedianya modal untuk membuka usaha, dan juga sulitnya mencari tempat yang strategis untuk dikunjungi orang setiap saat.

5.2 Strategi Mempertahankan Hidup Oleh Buruh Harian Kemenyan Di Desa Lumban Tobing Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

Data mengenai strategi mempertahankan hidup oleh buruh harian kemenyan ini dibagi menjadi 3 bagian, mulai dari strategi aktif, strategi pasif, dan strategi jaringan.

5.2.1 Strategi Aktif

Dalam hal ini data yang akan disajikan lebih kepada ekspansi buruh harian kemenyan ke sektor lain, seperti sektor pertanian, perdagangan, dan jasa sebagai buruh tani.

1. Distribusi Responden Berdasarkan Cukup Tidaknya Pendapatan Utama Untuk Memenuhi Kebutuhan Sehari-Hari

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang cukup tidaknya pendapatan utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, diketahuibahwa seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 36


(41)

orang atau (100%) menjawab bahwa pendapatan utama tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa dengan pendapatan buruh harian kemenyan yang minim sangat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk biaya komsumsi,, biaya pendidikan anak, serta biaya lainnya termasuk biaya sosial.

2. Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Aktivitas di Sektor Lain Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang ada tidaknya aktivitas buruh harian kemenyan disektor lain diketahui bahwa seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang atau (100%) menjawab mempunyai pekerjaan tambahan di sektor lain untuk menambah pendapatan keluarga.

Tidak cukupnya pendapatan utama sebagai buruh harian kemenyan memaksa buruh harian kemenyan memiliki aktivitas lain atau pekerjaan tambahan untuk menambah pndapatan keluarga, dan meningkatkan taraf hidup keluarganya. Hal yang dilakukan buruh harian kemenyan tersebut mendukung teori coping strategies atau strategi mempertahankan hidup ketika mengalami goncangan atau tekanan.

Strategi ini dinamakan strategi aktif dalam teori coping strategies,menurut peneliti strategi ini merupakan strategi yang paling baik dalam mempertahankan hidup. Selain memberikan pilihan kepada buruh, mereka juga bisa melihat kesempatan akan waktu yang efektif untuk melakukan pekerjaan tambahan tersebut.


(42)

3. Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Jenis Pekerjaan Tambahan Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.9 dapat diketahui bahwa sebanyak 26 orang atau (72,2%) responden yang pekerjaan tambahan sebagai petani, sebanyak 7 orang atau (19,5%) responden yang pekerjaan tambahannya buruh tani, sebanyak 3 orang atau (8,3%) responden yang pekerjaan tambahannya sebagai pedagang. Dilihat dari data tersebut, bertani merupakan mayoritas pekerjaan tambahan buruh harian kemenyan di desa ini.

Tabel 5.9

Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Jenis Pekerjaan Tambahan

No. Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%) 1

2 3

Bertani Berdagang Buruh Tani

26 3 7

72,2 8,3 19,5

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Walaupun menjadi mayoritas perkerjaan tambahan buruh harian kemenyan lahan pertanian yang mereka miliki tidaklah luas, rata-rata luas lahan yang dimiliki oleh buruh harian kemenyan adalah 150 m². Mereka memanfaatkan lahan untuk menanam tumbuhan sekali panen seperti padi, sayur-sayuran. Selain itu ada juga yang memanfaatkan lahan untuk menanam kopi, tomat, dan cabai. Akan tetapi mereka sering terkendala dalam masalah modal.

Buruh dengan pekerjaan tambahan sebagai pedagang hanyalah pedagang mingguan, yang berjualan pada saat pekan tiba yaitu hari Jumat


(43)

untuk daerah Doloksanggul dan sekitarnya. Umumnya yang mereka jual adalah makanan, sayur-sayuran, dan bumbu dapur. Selain pengolahan yang mudah, modal yang tidak terlalu besar juga merupakan alasan mereka memilih pekerjaan tambahan tersebut.

Pilihan pekerjaan tambahan lainnya oleh buruh harian kemenyan adalah sebagai buruh tani, hal ini dilakukan karena tidak punyapilihan lain sementara mereka tidak memiliki lahan pertanian, bahkan ketika mereka ingin memilih untuk berjualan, kendala yang mereka alami adalah modal dan lokasi untuk berjualan di pasar.

4. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Jumlah Pendapatan Perbulan Dari Pekerjaan Tambahan

Tabel 5.10

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Jumlah Pendapatan Perbulan Dari Pekerjaan Tambahan

No. Besar Pendapatan Frekuensi Persentase (%) 1

2 3 4

≤ Rp 300.000

Rp 310.000 - Rp 400.000 Rp 450.000 – Rp 550.000 Rp 600.000 – Rp 700.000

1 31

3 1

2,8 86,1 8,3 2,8

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.10 dapat diketahui bahwa sebanyak 31 orang atau (86,1%) responden denganjumlah pendapatan tambahan sebesar Rp 310.000 – Rp 400.000, sebanyak sebanyak 3 orang atau (8,3%) responden dengan pendapatan tambahan sebesar Rp 450.000 – Rp


(44)

550.000 dan sebanyak 1 orang atau (2,8%) responden dengan pendapatan tambahan Rp 600.000 – Rp 700.000 sama jumlahnya dengan responden yangpendapatan tambahannya lebih kecil atau sama dengan Rp 300.000 sebanyak 1 orang atau (2,8%) responden. Mayoritas responden dalam penelitian ini berpendapatan tambahan sebesar Rp 310.000 – Rp 400.000.

Dilihat dari data tersebut, pendapatan tambahan buruh harian kemenyan tidaklah banyak, melihat jenis pekerjaan tambahan yang hanya mayoritas petani. Akan tetapi dengan jumlah tersebut, sudah sangat membantu buruh harian kemenyan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari mengingat rendahnya pendapatan yang didapat dari sumber mata pencaharian utamanya sebagai buruh harian kemenyan.

5. Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Terlibat Pada Sumber Pendapatan Utama

Tabel 5.11

Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Terlibat Pada Sumber Pendapatan Utama

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5

Hanya Suami Hanya Istri Suami dan Istri Istri dan Anak-Anak Seluruh Anggota Keluarga

0 5 4 7 20

0 13,9 11,1 19,4 55,6

Jumlah 36 100,0


(45)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.11 diketahui bahwa sebanyak 20 orang atau (55,6%) responden yang seluruh anggota keluarganya terlibat pada aktivitas sumber pendapatan utama, sebanyak 7 orang atau (19,4%) responden yang hanya keterlibatan istri dan anak-anak pada aktivitas sumber pendapatan utama, sebanyak 5 orang atau (13,9%) responden yang hanya istri dan sebanyak 4 orang atau (11,1%) responden yang hanya melibatkan suami dan istri.Dilihat dari data tersebut, yang melibatkan seluruh anggota keluarga dalam melakukan aktivitas mata pencaharian utama merupakan mayoritas responden dalam penelitian ini.

Melibatkan seluruh anggota keluarga dalam melaksanakan aktivitas ekonomi merupakan salah satu strategi mempertahankan hidup, dengan terlibatnya anak dan anggota keluarga lainnya mempercepat proses pengerjaan kemenyan. Semakin banyak orang yang terlibat dalam proses pengerjaan kemenyan semakin cepat proses pengerjaan kemenyan tersebut.

Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam melakukan aktivitas pada sumber mata pencaharian utama sebagai buruh harian kemenyan, suami jarang terlibat dalam proses pengerjaan, hal ini dikarenakan aktivitas pengerjaan kemenyan yang dilakukan di dalam rumah dan keharusan duduk selama beberapa jam membuat suami tidak mau melakukan pekerjaan ini.

6. Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Terlibat Pada Sumber Pendapatan Tambahan

Anggota yang terlibat dalam aktivitas sumber mata pencaharian tambahan ini mayoritas adalah suami dengan jumlah sebanyak 14 orang atau (38,9%) responden dan berdasarkan analisis data oleh peneliti mereka adalah


(46)

yang bekerja pada sumber mata pencaharian tambahan sebagai petani. Hal ini terjadi karena laki-laki atau suami dalam keluarga tersebut lebih menyukai pekerjaan dengan menggunakan otot daripada harus duduk beberapa jam. Seluruh anggota yang terlibat dalam melakukan aktivitas pekerjaan tambahan sebanyak 10 orang atau (27,8%) responden, berdasaran hasil analisis oleh peneliti keterlibatan seluruh anggota keluarga dalam proses pertanian sangat dibutuhkan, terutama pada saat proses pengolahan lahan.

Tabel 5.12

Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Terlibat Pada Sumber Pendapatan Tambahan

No Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4 5

Hanya Suami Hanya Istri Suami dan Istri Istri dan Anak-Anak Seluruh Anggota Keluarga

14 4 8 0 10

38,9 11,1 22,2 0 27,8

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Disektor lain seperti berdagang khususnya pedagang makanan, keterlibatan seluruh anggota keluarga sangat dibutuhkan pada saat proses persiapan. Walaupun diantara mereka ada juga yang melibatkan anak ikut berjualan setelah pulang dari sekolah pada saat pekan tiba.


(47)

7. Distribusi Responden Yang Menggunakan Lahan Yang tersedia Untuk Membudidayakan Tanaman Untuk Dikomsumsi Sehari-Hari Sekaligus Mengurangi Pengeluaran

Berdasarkan data yang tersedia pada tabel 5.13 diketahui bahwa sebanyak 35 orang atau (97,2%) responden menggunakan lahan yang tersedia untuk membudidayakan tanaman untuk dikomsumsi sehari-hari sekaligus untuk mengurangi pengeluaran dan sebanyak 1 orang atau (2,8%) responden yang tidak menggunakan lahan yang tersedia untuk membudidayakan

Tabel 5.13

Distribusi Responden Yang Menggunakan Lahan Yang tersedia Untuk Membudidayakan Tanaman Untuk Dikomsumsi Sehari-Hari

Sekaligus Mengurangi Pengeluaran

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Menggunakan Tidak Menggunakan

35 1

97,2 2,8

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

tanaman untuk dikomsumsi sehari-hari sekaligus untuk mengurangi pengeluaran. Adapun jenis tanaman yang sering dibududayakan di sekitar pekarangan rumah seperti singkong, ubi jalar, serai, jahe, kunyit, alpukat, cabe rawit, terong,labu, pisang, terong belanda, dan beberapa jenis tanaman lainnya.

Pemanfaatan lahan yang tesedia juga merupakan bagian dari strategi mempertahankan hidp, dengan dimanfaatkannya lahan tersebut membuat sekitar pekarangan rumah menjadi lebih bersih dan bisa bermanfaat.


(48)

5.2.2 Strategi Pasif

Dalam hal ini data yang akan disajikan merupakan strategi buruh harian kemenyan memanfaatkan sumber-sumber yang ada dan menmanfaatkannya seoptimal mungkin.

8. Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Makan Nasi Satu Hari

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tentang rata-rata frekuensi buruh harian kemenyan dan keluarga makan nasi dalam satu haridiketahuibahwa seluruh responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini menjawab 3 kali makan dalam sehari yaitu 36 orang atau (100%) responden.

Berhubungan dengan rata-rata frekuensi makan nasi dalam satu hari, keluarga buruh harian kemenyan sama sekali tidak bermasalah, karena menurut mereka kalau tidak makan, tidak akan bisa melakukan aktivitas, terlepas dari jenis lauk yang akan dikomsumsi. Karena nasi merupakan sumber utama energi. Berhubungan dengan kebiasaan masyarakat indonesia, khususnya masyarakat batak toba yang memprioritaskan makan nasi daripada makan yang lain, yang bisa kita kaitkan dengan filosopi suku batak, “Indahan do Raja Ni Saluhut Sipanganon” yang berarti nasimerupakan raja dari segala jenis makanan.

9. Distribusi Responden Berdasarkan Menu Manakan (Lauk) Yang Paling Sering Disajikan Dalam Keluarga


(49)

Tabel 5.14

Distribusi Responden Berdasarkan Menu Manakan (Lauk) Yang Paling Sering Disajikan Dalam Keluarga

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Ikan Asin Ikan Sungai Tahu dan Tempe

10 2 24

27,8 5,6 66,6

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.14 diketahui bahwa sebanyak 24 orang atau (66,6%) responden dengan menu makanan lauk yang paling sering disajikan yaitu tahu dan tempe, sebanyak 10 orang atau (27,8%) responden dengan menu yang paling sering ikan asin, dan sebanyak 2 orang atau (5,6%) responden dengan menu lauk ikan sungai.

Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini menu makanannya (lauk) yang paling sering disajikan dalam keluarganya adalah ikan asin, ditambah dengan nasi dan sayur. Keseimbangan gizi yang terdapat dalam menu tersebut belum seutuhnya tercukupi. Makanan seimbang seharusnya mengandung karbohidrat, protein, vitamin, mineral, lemak dan serat.

Karbohidrat telah didapat dari nasi, protein didapat dari tahu dan tempe, vitamin, mineral, dan serat di dapat dari sayur-sayuran. Letak permasalahannya ada pada pemenuhan vitamin, mineral dan serat, Jika dilihat dari data di atas pemenuhan ketiganya hanya diperoleh dari sayur-sayuran, tidak terdapat buah-buahan. Hal ini dikarenakan minimnya pendapatan sehingga untuk bertahan dan


(50)

melangsungkan hidup buruh dan keluarganya mengurangi pengeluaran termasuk pengeluaran pangan.

10.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Keluarga Makan Telur Dalam Seminggu

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.15 diketahui bahwa sebanyak 22 orang atau (61,1%) responden yang makan telur 2 kali dalam seminggu , dan sebnyak 11 orang atau (30,6%) responden yang makan telur1 kali dalam seminggu, dan sebanyak 3 orang atau (8,3%) responden yang tidak makan telur dalam seminggu. Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini makan telur 2 kali dalam seminggu.

Tabel 5.15

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Keluarga Makan Telur Dalam Seminggu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tidak Pernah 1 kali

2 kali

3 11 22

8,3 30,6 61,1

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Telur merupakan salah satu sumber protein, ditambah dengan tahu dan tempe sebagai lauk yang paling sering dikomsumsi oleh keluarga buruh harian kemenyan. Kebutuhan akan protein sepertinya sudah mencukupi dalam keluarga buruh harian ini.

Alasan keluarga buruh harian kemenyan lebih memilih membeli telur, tahu dan tempe sebagai lauk yang paling sering dikomsumsi sehari-hari adalah karena


(51)

harga ian lebih mahal. Selain itu tempat membeli ikan tidak bisa dijangkau dengan berjalan kaki, untuk mengeluaran ongkos hanya membeli ikan mereka sudah merasa dirugikan. Jadi mereka memutuskan membeli dan mengomsumsi ikan hanya pada saat ada pekan.

11.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Keluarga Makan Daging Dalam Seminggu

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.16 diketahui bahwa sebanyak 21 orang atau (58,3%) responden tidak makan daging dalam seminggu, sebanyak 15 orang atau (41,7%) responden 1 kali makan daging dalam seminggu. Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini tidak pernah makan daging dalam seminggu.

Tabel 5.16

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Keluarga Makan Daging Dalam Seminggu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Tidak Pernah 1 Kali

21 15

58,3 41,7

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Daging juga merupakan sumber protein yang sangat tinggi, sumber nutrisi seperti selenium, zat besi, seng, vitamin A, B, D, asam amino esensial yang dapat membantu untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, bermanaat juga mendukung sistem kerja saraf pusat yang juga mempengaruhi kesehatan mental.


(52)

Dari sekian banyak manfaat daging tersebut, maka penting untuk dikomsumsi oleh manusia dengan porsi yang seimbang sehingga tidak berdampak buruk bagi kesehatan. Untuk mendapatkan daging tersebut, mereka harus membayar lebih mahal, dengan pendapatan yang minim buruh harian kemenyan harus mengurung niat untuk mengomsumsi jenis makanan tersebut.

Keluarga buruh harian kemenyan sering mengomsumsi daging pada saat pesta-pesta tertentu, mereka akan menyisihkan sebagian dari jatah mereka untuk bisa dibawa pulang dan dimakan bersama-sama dengan keluarganya. Itulah cara mereka untuk bisa menikmati daging sehari-harinya.

12.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Minum Susu Dalam Seminggu

Tabel 5.17

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Minum Susu Dalam Seminggu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Tidak Pernah 1 Kali

30 6

83,3 16,7

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.17 diketahui bahwa sebanyak 30 orang atau (83,3%) responden yang tidak minum susu dalam seminggu dan sebayak 6 orang atau (16,7%) responden yang minum susu 1 kali dalam seminggu. Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini tidak pernah minum susu dalam seminggu.


(53)

Susu merupakan sumber kalsium, yang penting untuk kesehatan tulang dan gigi, mengurang stres dan menyehatkan tubuh karena memiliki sifat menurunkan tekanan darah tinggi dan resiko stroke.

Pendapatan yang minim tidak memungkinkan keluarga buruh harian kemenyan untuk mengomsumsi susu, mengingat masih banyak keperluan yang lain yang harus diprioritaskan, seperti biaya sekolah anak. Bagi mereka susu bukanlah hal penting, yang penting adalah makan nasi yang cukup untuk tetap sehat.

13.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Makan Buah Dalam Seminggu

Tabel 5.18

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Makan Buah Dalam Seminggu

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

1 Kali 2 Kali

7 29

19,4 80,6

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.18 diketahui bahwa sebanyak 29 orang atau (80,6%) responden makan buah 2 kali dalam seminggu dan sebanyak 7 orang atau (19,4%)responden yang makan buah 1 kali dalam seminggu. Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian makan buah 2 kali dalam seminggu.

Mengomsumsi buah akan memelihara kesehatan karena banyak menandung gizi, dan dapat meningkatkan energi dan kebutuhan vitamin pada


(54)

tubuh manusia, memenuhi kebutuhan air, sumber antioxidan, mencegah penyakit tertentu, sebagai salah satu sumber serat yang baik bagi kesehatan tubuh kita.

Mayoritas masyarakat Desa Lumban Tobing khususnya buruh harian kemenyan tidak memiliki sumber buah dari hasil tanaman sendiri, mereka mendapatkan buah hanya ketika membeli di pasar tradisional, tidak jarang juga mereka memita kepada tetangga atau kerabat terdekat mereka.

14.Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Buah Yang Dikomsumsi Keluarga

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.19 diketahui bahwa sebanyak 23 orang atau (63,9%) yang membeli buah untuk dikomsumsi, sebanyak 8 orang atau (22,2%) responden yang menanam sendiri buah untuk dikomsumsi, dan sebanyak 5 orang atau (13,9%) responden yang meminta dari tetangga atau keluarga buah untuk dikomsumsi. Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini mendapatkan buah untuk dikomsumsi dari hasil membeli.

Tabel 5.19

Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Buah Yang Dikomsumsi Keluarga

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Dibeli

Ditanam Sendiri

Diminta dari Tetangga atau Keluarga

23 8 5

63,9 22,2 13,9

Jumlah 36 100,0


(55)

Menggunakan pekarangan rumah untuk menanam tanaman yang bisa dikomsumsi sehari-harinya merupakan alternatif penggunaan lahan kosong di selain bisa membantu kita mengurangi pengeluaran dan mempersingkat waktu dalam melengkapi kebutuhan di rumah.

Masyarakat desa mempunyai hubungan yang lebih erat dibandingkan dengan masyarakat kota. Menurut Soekanto (1994) sistem kehidupannya biasanya berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan, semsntara menurut Pudjiwati (1985) menjelaskan ciri utama relasi sosial yang ada di desa adalah hubungan kekerabatan. Begitu juga dengan perilaku masyarakat desa yang berorientasi pada tradisi dan status yang dilandasi oleh konsep kekeluargaan dan kebersamaan.

Hal ini berlaku juga pada masyarakat Desa Lumban Tobing, dalam hal relasi sosial, mereka saling berbagi, saling memberi nasehat. Saling berbagi dalam hal kepemilikan yaitu apa yang menjadi milik tetangga dekat kita bisa kita miliki tanpa harus meminta setiap kali kita membutuhkannya, begitu juga sebaliknya. Misalnya tetangga kita memiliki beberapa pohon buah, atau beberapa jenis tanaman lainnya disekitar pekarangan rumahnya, ketika kita membutuhkannya akan tetapi mereka tidak ada di rumah, kita bisa saja mengambilnya tanpa harus meminta ijin terlebih dahulu, itulah yang membuktikan bahwa ikatan antara masyarakat dalam desa tersebut masih memiliki konsep kekerabatan.

15.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Anak Perempuan Dalam Setahun


(56)

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Anak Perempuan Dalam Setahun

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tidak Pernah 1 Kali

2 Kali

2 30

4

5,6 83,3 11,1

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.20 diketahui bahwa sebanyak 30 orang atau (83,3%) responden yang membeli pakaian baru untuk anak perempuan mereka 1 kali dalam setahun, sebanyak 4 orang atau (11,1%) responden yang membeli pakaian baru 2 kali dalam setahun untuk anak perempuannya dan sebanyak 2 orang atau (5,6%) responden yang tidak pernah membeli pakaian baru untuk anak perempuannya. Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini membeli pakaian baru 1 kali dalam setahun untuk anak perempuannya.

Menurut BPS keluarga miskin jika dipandang dari kemampuan membeli pakaian baru dalam setahun yaitu hanya satu kali dalam setahun untuk seluruh anggota keluarga.

Kebutuhan pakaian yang bukan seragam untuk anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki namun nyatanya dalam keluarga buruh harian kemenyan karena keadaan ekonomi anak laki-laki dan perempuan mempunyai frekuensi sama dalam membeli pakaian baru yaitu satu kali dalam satu tahun pada saat natal atau tahun baru. Ada juga responden yang menjawab


(57)

dua kali dalam satu tahun, akan tetapi setelah dianalisi persentase tersebut tidaklah benar, hanya 4 responden yang memilih jawaban tersebut.

Mengurangi pengeluaran untuk membeli pakaian baru yang bukan seragam untuk anak perempuan juga merupakan strategi mempertahankan hidup oleh buruh harin kemenyan di Desa Lmban Tobing.

16.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Anak Laki-Laki Dalam Setahun

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.21 diketahui bahwa sebanyak 30 orang atau (83,3%) responden membeli pakaian baru untuk anak laki-lakinya 1 kali dalam setahun, sebanyak 2 orang atau (5,6%) responden yang membeli pakaian baru untuk anak laki-lakinya 2 kali dalam setahun, dan sebanyak 4 orang atau (11,1%) responden yang tidak membeli pakaian baru untuk anak laki-lakinya dalam setahun.

Tabel 5.21

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Anak Laki-Laki Dalam Setahun

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tidak Pernah 1 Kali

2 Kali

4 30

2

11,1 83,3 5,6

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Kebutuhan pakaian yang bukan seragam untuk anak laki-laki umumnya lebih rendah dibandingkan dengan anak perempuan dalam masyarakat, akan tetapi dalam hal ini mayoritas responden dalam penelitian ini hanya mampu


(58)

membeli pakaian baru satu kali untuk anak laki-lakinya dalam setahun. Adapun responden yang menjawab membeli pakaian sebanyak 2 kali akan tetapi persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan membeli pakaian baru untuk anak perempuan yaitu sebanyak 2 responden.

Sama halnya dengan rata-rata frekuensi membeli pakaian baru yang bukan seragam untuk anak laki-laki, inilah yang dilakukan keluarga buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing.

17.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Ibu/Istri Dalam Keluarga Dalam Setahun

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.22 diketahui bahwa sebanyak 31 orang atau (86,1%) responden yang membeli pakaian baru 1 kali dalam setahun untuk istri/ibu dalam keluarga, sebanyak 3 orang atau (8,3%) responden yang membeli pakaian baru 2 kali dalam setahun dan sebanyak 2 orang atau (5,6%) responden yang tidak pernah membeli pakaian baru.

Tabel 2.22

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Ibu/Istri Dalam Keluarga Dalam Setahun

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tidak Pernah 1 Kali

2 Kali

2 31

3

5,6 86,1 8,3

Jumlah 36 100,0


(59)

Kebutuhan membeli pakaian untuk orangtua lebih rendah dibandingkan dengan anak. Kebutuhan membeli pakaian untuk istri juga lebh tinggi dibandingkan suami. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa rata-rata frekuensi membeli pakaian baru untuk ibu/istri dalam rumah tangga yaitu satu kali dalam satu tahun atau satu stel dalam satu tahun.

18.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Ayah/Suami Dalam Keluarga dalam Setahun

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.23 diketahui bahwa sebanyak 25 orang atau (86,2%) responden yang membeli pakaian baru 1 kali dalam setahun untuk suami/ayah dalam keluarga, sebanyak 3 orang atau (10,3%) responden yang membeli pakaian baru 2 kali dalam setahun untuk suami/ayah dalam keluarga, sebanyak 3 orang atau (8,3%) responden dan yang tidak pernah membeli pakaian baru untuk suami/ayah dalam keluarga. Dilihat dari data tersebut, mayoritas responden dalam penelitian ini membeli pakaian baru untuk suami/ayah dalam keluarga sebanyak 1 kali atau satu stel dalam satu tahun.

Tabel 5.23

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Ayah/Suami Dalam Keluarga dalam Setahun

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3

Tidak Pernah 1 Kali

2 Kali

1 25

3

3,5 86,2 10,3

Jumlah 29 100,0


(60)

Kebutuhan membeli pakaian baru untuk ayah/suami tidaklah terlalu diutamakan, hanya saja melihat keadaan ekonomi. Jika memungkinkan untuk dibeli dan pakaian baru yang dibelipun merupakan pakaian yag bisa dipakai untuk menghadiri acara pesta dan kebaktian.

19.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Anak Perempuan Dalam Setahun

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.24 diketahui bahwa sebanyak 14 orang atau (38,9%) responden membeli pakaian bekas 2 kali dalam setahun untuk anak perempuannya, sebanyak 12 orang atau (33,3%) responden yang membeli pakaian bekas untuk anak perempuannya 1 kali dalam setahun, dan sebanyak 8 orang atau (22,2%) responden yang membeli pakaian bekas 3 kali dalam setahun, dan sebanyak 2 orang atau (5,6%) responden yang tidak pernah membeli pakaian bekas dalam setahun untuk anak perempuannya.

Tabel 5.24

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Anak Perempuan Dalam Setahun

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

Tidak Pernah 1 Kali

2 Kali 3 Kali

2 12 14 8

5,6 33,3 38,9 22,2

Jumlah 36 100,0


(61)

Harga yang sangat terjangkau, ketersediaan dan kelayakan untuk dipakai membuat masyarakat banyak beralih membeli pakaian bekas untuk dipakai sehari-hari bahkan untuk acara-acara tertentu.

Selain ketersediaan pakaian bekas untuk wanita yang sangat banyak adanya persepsi masyarakat akan kualitas yang lebih baik dari pakaian bekas tersebut karena dominan pakaian bekas berasal dari negara-negara maju dengan ragam model yang tidak kalah menarik membuat masyarakat memilih untuk beralihdari pakaian baru produksi dalam negri sendiri.

Perbandingan rata-rata frekuensi keluarga buruh harian kemenyan membeli pakaian baru dan akaian bekas untuk anak perempuan mereka jelas terlihat, untuk paaian bekas mayoritas mereka dua kali membelli pakaian bekas dalam setahunnya terlepas dari jumlah yang akan dibeli tergantung kecukupan materi pada saat itu.

20.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Anak Laki-laki Dalam Setahun

Tabel 5.25

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Anak Laki-laki Dalam Setahun

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

Tidak Pernah 1 Kali

2 Kali 3 Kali

2 16 12 6

5,6 44,4 33,3 16,7

Jumlah 36 100,0


(62)

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.25 diketahui bahwa sebanyak 16 orang atau (44,4%) responden yang membeli pakaian bekas 1 kali dalam setahun untuk anak laki-lakinya, sebanyak 12 orang atau (33,3%) responden yang membeli pakaian bekas 2 kali dalam setahun , dan sebanyak 6 orang atau (16,7%) responden yang 3 kali membeli pakaian bekas dalam setahun dan sebanyak 2 orang atau (5,6%) responden yang tidak pernah membeli pakaian dalam setahun.

Persamaan rata-rata frekuensi membeli pakaian baru dan bekas untuk anak laki-laki dalam keluarga buruh harian kemenyan tetap satu kal dalam satu tahun, akan tetapi pakaian baru hanya satu stel ketika membeli dan untuk pakaian bekas tidak ditentukan kuantitasnya tergantung kebutuhan dan kemampuan secara materi.

Itulah yang menyebabkan frekuensi membeli pakaian bekas untuk anak laki-laki lebih banyak jika dibandingkan dengan frekuensi membeli pakaian baru yang bukan seragam dalam satu tahun.

21.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Istri/Ibu Dalam Keluarga Dalam Setahun


(63)

Tabel 5.26

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Istri/Ibu Dalam Keluarga Dalam Setahun No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

Tidak Pernah 1 Kali

2 Kali 3 Kali

2 16 10 8

5,6 44,4 27,8 22,2

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.26 diketahui bahwa mayoritas responden 1 kali membeli pakaian bekas untuk istri/ibu dalam keluarga dalam setahun yaitu sebanyak 16orang atau (44,4%) selanjutnya diikuti dengan responden yang 2 kali membeli pakaian bekas dalam setahun sebanyak 10orang atau (27,8%) dan yang 3 kali membeli pakaian bekas sebanyak 8 orang atau (22,2%) dan yang tidak pernah sebanyak 2 orang atau (5,6%).

Tidak berbeda jauh dengan frekuensi membeli pakaian bekas untuk anak perempuan dan anak laki-laki, ketersediaan, harga yang mudah dijangkau, dan kelayakan untuk digunakan merupakan hal yang mendorong frekuensi membeli pakaian bekas lebih tiggi untuk semua kalangan usia dan jenis kelamin.

22.Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Ayah/Suami Dalam Keluarga Dalam Setahun


(64)

Tabel 5.27

Distribusi Responden Berdasarkan Rata-Rata Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Ayah/Suami Dalam Keluarga Dalam Setahun No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2 3 4

Tidak Pernah 1 Kali

2 Kali 3 Kali

4 15 12 5

11,1 41,7 33,3 13,9

Jumlah 36 100,0

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.27 menunjukkan bahwa mayoritas responden 1 kali membeli pakaian bekas untuk ayah/suami dalam keluarga dalam setahun yaitu sebanyak 15 orang atau (41,7%) selanjutnya diikuti dengan responden yang 2 kali membeli pakaian bekas dalam setahun sebanyak 12 orang atau (33,3%) dan yang 3 kali membeli pakaian bekas sebanyak 5 orang atau (13,9%) dan yang tidak pernah sebanyak 4 orang atau (11,1%).

Pilihan untuk membeli pakaian bekas untuk ayah/suami dalam keluarga dikarenakan kualitas bahan pakaian, misalnya jaket. Laki-laki lebih sulit untuk merawat pakaian jika dibandingkan dengan perempuan apalagi mereka yang memiliki aktivitas fisik seeti petani. Jadi keputusan membeli pakaian bekas untuk ayah/suami dalam keluarga selain karena harga yang terjangkau.


(65)

Tabel 5.28

Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak Yang Putus Sekolah

No. Kategori Frekuensi Persentase (%)

1 2

Ada Tidak Ada

9 27

25 75

Jumlah 36 100

Sumber : Data Primer 2015

Berdasarkan Data yang disajikan pada tabel 5.28 menunjukkan bahwa mayoritas responden tidak mempunyai anak yang putus sekolah sebanyak 27 orang atau (75%) dan yang mempunyai anak yang putus sekolah sebanyak 9 orang atau (25%).

Antara keluarga yang memiliki anak yang putus sekolah dan yang tidak memiliki anak yang putus sekolah memiliki perbandingan 1:3, angka tersebut termasuk angka yang tinggi untuk ukuran sampel dalam penelitian ini, untuk itu apa sebenarnya faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi.

Berdasarkanpenelitian yang telah dilakukan faktor ekonom menjadi salah satu penebab terjadinya hal tersebut, tetapi disamping itu ada faktor lain yang harus diketahui penyebab terjadinya anak putus sekolah di keluarga buruh harian kemenyan di Desa Lumban Tobing. Apakah itu karena faktor lingkungan atau ada faktor yang lain.


(1)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Standar Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Tabel 4.1 Penduduk berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.2 Penduduk Berdasarkan Usia Tabel 4.3 Penduduk Berdasarkan Agama

Tabel 4.4 Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 4.5 Penduduk Menurut Mata Pencaharian Tabel 4.6 Potensi Desa Lumban Tobing

Tabel 4.7 Sarana dan Prasarana

Tabel 4.8 Klasifikasi Buruh Harian Kemenyan Di DesaLumban Tobing Berdasarkan Status Pekerjaan

Tabel 4.9 Distribusi Buruh Harian Kemenyan BerdasarkanStatus Kepemilikan Rumah

Tabel 4.10 Distribusi Buruh Harian Kemenyan Berdasarkan Bangunan Rumah Tabel 4.11 Distribusi Buruh Harian Kemenyan Berdasarkan Tingkat

Pendidikan

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Agama Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsa Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Lama Waktu Bekerja Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendapatan

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Alasan MemilihBekerja Sebagai Buruh Harian Kemenyan


(2)

Tabel 5.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Jenis Pekerjaan Tambahan

Tabel 5.10 Distribusi Responden Berdasarkan Rata-RataJumlah Pendapatan Perbulan Dari Pekerjaan Tambahan

Tabel 5.11 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Yang Terlibat Pada Sumber Pendapatan Utama

Tabel 5.12 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Anggota Keluarga Pada Sumber Pendapatan Tambahan

Tabel 5.13 Distribusi Responden Yang Menggunakan Lahan YangTersedia Untuk Membudidayakan Tanaman Untuk Dikomsumsi Sehari-Hari Sekaligus Mengurangi Pengeluaran

Tabel 5.14 Distribusi Responden Berdasarkan Menu Manakan (Lauk) Yang Paling Sering Disajikan Dalam Keluarga

Tabel 5.15 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi KeluargaMakan Telur Dalam Seminggu

Tabel 5.16 Distribusi Responden Berdasarkan Frekunsi Keluarga Makan Daging Seminggu

Tabel 5.17 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Minun Susu Dalam Seminggu

Tabel 5.18 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Makan Buah Dalam Seminggu

Tabel 5.19 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Buah Yang Dikomsumsi Keluarga

Tabel 2.20 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Anak Perempuan Dalam Setahun


(3)

Tabel 5.21 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Anak Laki-Laki Dalam Setahun

Tabel 2.22 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Ibu/Istri Dalam Keluarga Dalam Setahun

Tabel 5.23 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Baru Untuk Ayah/Suami Dalam Keluarga dalam Setahun Tabel 5.24 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian

Bekas Untuk Anak Perempuan Dalam Setahun

Tabel 5.25 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Anak Laki-laki Dalam Setahun

Tabel 5.26 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Istri/Ibu Dalam Keluarga Dalam Setahun

Tabel 5.27 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Membeli Pakaian Bekas Untuk Ayah/Suami Dalam Keluarga Dalam Setahun

Tabel 5.28 Distribusi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Anak Yang Putus Sekolah

Tabel 5.29 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anak Yang Putus Sekolah

Tabel 5.30 Distribusi Responden Berdasarkan Pilihan Penanganan Pada Saat Sakit

Tabel 5.31 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Fasilitas Kesehatan

Tabel 5.32 Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan Yang Paling Sering Dikunjungi Saat Sakit


(4)

Tabel 5.33 Distribusi Responden Berdasarkan Keterlibatan Dalam Perkumpulan Sosial

Tabel 5.34 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Keterlibatan Secara Kontiniu Mengikuti Perkumpulan Sosial

Tabel 5.35 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Merimaan BLT (Bantuan Langsung Tunai)

Tabel 5.36 Distribusi Responden Berdasarkan Keikutsertaan Dalam Program Keluarga Harapan (PKH)

Tabel 5.37 Distribusi Responden Berdasarkan Alternatif Meminjam Uang Ketika Tidak Punya Uang

Tabel 5.38 Distribusi Responden Pernah Tidaknya Meminjam Uang ke Rentenir

Tabel 5.39 Distribusi Responden Berdasarkan Frekuensi Meminjam Uang Ke Rentenir

Tabel 5.40 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mengutang di Warung


(5)

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Bagan Alir Pikir

Bagan 4.1 Struktur Pemerintahan Desa Bagan 4.2 Kelembagann Desa


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Distribusi Pendapatan Rumah Tangga Buruh Berdasarkan Jenis Pekerjaan 2. Surat Keputusan Komisi Pembimbing

3. Cover ACC Lapangan 4. Surat Ijin Penelitian 5. Surat Balasan Penelitian 6. Berita Acara Seminar Proposal 7. Angket/Kuesioner