PELAKSANAAN SANKSI DENDA BAGI CPNS LOLOS SELEKSI NAMUN TIDAK MELAKSANAKAN DAFTAR ULANG DI KABUPATEN KARANGANYAR

(1)

commit to user i

PELAKSANAAN SANKSI DENDA BAGI CPNS LOLOS SELEKSI NAMUN TIDAK MELAKSANAKAN DAFTAR ULANG

DI KABUPATEN KARANGANYAR

Penulisan Hukum ( Skripsi )

Disusun dan Diajukan untuk

Melengkapi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Oleh :

ENDAH FITRI ETASARI NIM. E0006116

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

commit to user ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum ( Skripsi )

PELAKSANAAN SANKSI DENDA BAGI CPNS LOLOS SELEKSI NAMUN TIDAK MELAKSANAKAN DAFTAR ULANG

DI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh

Endah Fitri Etasari NIM. E0006116

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Januari 2011 Dosen Pembimbing

Pembimbing II Pembimbing I

Rahayu Subekti, S.H, M.Hum Dr. I Gusti Ayu KRH, S.H, MM


(3)

commit to user iii

PENGESAHAN PENGUJI Penulisan Hukum ( Skripsi )

PELAKSANAAN SANKSI DENDA BAGI CPNS LOLOS SELEKSI NAMUN TIDAK MELAKSANAKAN DAFTAR ULANG

DI KABUPATEN KARANGANYAR Oleh

Endah Fitri Etasari NIM. E0006116

Telah diterima dan dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada :

Hari : Kamis

Tanggal : 20 Januari 2011 DEWAN PENGUJI

1. Wida Astuti, S.H : Ketua

2. Rahayu Subekti, S.H, M.Hum :

Sekretaris

3. Dr. I Gusti Ayu KRH, S.H, MM :

Anggota

Mengetahui Dekan,

Mohammad Jamin, S.H., M.Hum NIP. 196109301986011001


(4)

commit to user iv

PERNYATAAN

Nama : Endah Fitri Etasari NIM : E0006116

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul : PELAKSANAAN SANKSI DENDA BAGI CPNS LOLOS SELEKSI NAMUN TIDAK MELAKSANAKAN DAFTAR ULANG DI KABUPATEN KARANGANYAR adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan hukum (skripsi) ini.

Surakarta, Januari 2011 yang memberi pernyataan

Endah Fitri Etasari NIM. E0006116


(5)

commit to user v

ABSTRAK

ENDAH FITRI ETASARI. E0006116. 2011. PELAKSANAAN SANKSI

DENDA BAGI CPNS LOLOS SELEKSI NAMUN TIDAK

MELAKSANAKAN DAFTAR ULANG DI KABUPATEN

KARANGANYAR. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, Penulisan Hukum (Skripsi).

Penulisan hukum ini bertujuan mengetahui prosedur penerimaan CPNS di Kabupaten Karanganyar sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002, dan mengetahui pelaksanaan sanksi denda sebesar RP.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) bagi CPNS yang telah lolos seleksi namun tidak melaksanakan daftar ulang di Kabupaten Karanganyar beserta hambatan-hambatan dan solusinya.

Jenis penelitian ini merupakan yuridis empiris yang bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah wawancara yaitu dengan mencari data pada pihak yang berkompeten dalam pelaksanaan CPNS Kabupaten Karanganyar, dan studi kepustakaan yaitu dengan menggunakan data-data yang didapat dari BKD Karanganyar dan buku-buku serta sumber pustaka lainnya yang berkaitan.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prosedur pelaksanaan penerimaan CPNS di Kabupaten Karanganyar telah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002. Namun pelaksanaan sanksi denda seperti yang terdapat pada Pengumuman Nomor:810/7500.29/2009 tentang Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Dari Pelamar Umum Pemerintah Kabupaten Karanganyar Formasi Tahun 2009 belum dapat diterapkan pada kenyataannya.


(6)

commit to user vi ABSTRACT

ENDAH FITRI ETASARI. E0006116. 2011. IMPLEMENTATION OF

ADMINISTRATION PENALTY FOR CPNS PARTICIPANTS WHO PASS BUT NOT EXECUTE THE RE-REGISTRATION IN DISTRICT KARANGANYAR. Law Faculty of Sebelas Maret University, Legal Writing (Skripsi).

This Legal writing is aimed to know the procedure in the District Karanganyar CPNS acceptance in accordance with the Indonesian Government Regulation Number 11 of 2002, and know the implementation of a penalty amounting to Rp.10.000.000, - (ten million rupiah) for CPNS who have passed the selection but did not perform list Karanganyar District re its barriers and solutions.

This research is an empirical descriptive. Data collection techniques used in this study is the interview that is by looking for data on the competent authorities in the implementation CPNS Karanganyar District, and the study of literature by using data obtained from BKD Karanganyar and books and other library-related resources.

From the results of this study concluded that the procedures for implementation in the District Karanganyar CPNS acceptance in accordance with the Indonesian Government Regulation No. 11 of 2002. However, the implementation of sanctions such as fines contained in the Announcement Number: 810/7500.29/2009 about Candidate Procurement Of Civil Servants General Applicants Karanganyar County Government Formation in 2009 can not be applied in reality.


(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “Pelaksanaan Sanksi Denda Bagi CPNS Lolos Seleksi Namun Tidak Melaksanakan Daftar Ulang Di Kabupaten Karanganyar”.

Penulisan hukum ini membahas mengenai fenomena adanya syarat bagi pelamar CPNS yang harus disertakan pada waktu mendaftar yaitu adanya surat pernyataan kesanggupan membayarkan denda sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) apabila telah diterima namun mengundurkan diri atau tidak melaksanakan daftar ulang. Penulis ingin mengatahui penerapan aturan denda ini di Kabupaten Karanganyar.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sehingga penulisan hukum ini dapat terselesaikan, ucapan terima kasih ini penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Mohammad Jamin, S.H, M.Hum, selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberi izin dan kesempatan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dr. I Gusti Ayu Ketut Rachmi Handayani, S.H, MM, dan Ibu Rahayu Subekti, S.H, M.Hum, selaku pembimbing penulisan hukum (skripsi) yang telah menyediakan waktu serta pikiran dan dorongan untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis demi terselesaikannya skripsi ini. 3. Bapak Yudo Taruno Muryanto, S.H, M.Hum, selaku pembimbing

akademik yang telah memberikan masukan bagi penulis selama belajar pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memeberikan bekal ilmu kepada penulis.

5. Bapak Agam selaku pimpinan bagian pengangkatan dan pengembangan Badan Kepegawaian Daerah Karanganyar, beserta Bapak Bagoes selaku


(8)

commit to user viii

staff bagian pengangkatan dan pengembangan Badan Kepegawaian Daerah Karanganyar.

6. Orang tua penulis yang telah memberikan dorongan berupa materiil maupun non materiil selama ini, semoga dapat penulis amalkan untuk kebaikan penulis serta dapat membahagiakan bapak dan ibu atas pencapaian yang akan datang.

7. Kakak tersayang Mbak Meta dan Mas Bambang beserta keponakan yang lucu Dek Nisa dan Dek Hafiz, serta Adekku tersayang Yoga, terima kasih untuk semangat yang diberikan untuk penulis segera menyelesaikan skripsi ini.

8. Wendy Kus Nooryanto yang selalu menyemangati serta membantu penulis dalam mendapatkan data untuk skripsi ini, serta selalu memberikan perhatian spesialnya kepada penulis.

9. Teman-teman yang telah lulus terlebih dahulu Dhani, Nonie, Chacha, serta teman-teman seperjuangan semester akhir ini Rhanie, Arunda.

10.Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang telah membantu terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa kesempurnaan adalah milik Allah SWT semata, maka dalam penyusunan skrispi inipun jauh dari kesempurnaan atau masih terdapat kekurangan.

Akhirnya teriring doa dan harapan semoga karya ini dapat bermanfaat bagi kita semua, terutama bagi penulis.

Surakarta, Januari 2011 Penulis,


(9)

commit to user ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Metode Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori atau Konseptual ... 11


(10)

commit to user x

2. Tinjauan Tentang Kepegawaian Pemerintah Daerah ... 16

3. Tinjauan Tentang Sanksi Denda Dalam Hukum Administrasi Negara ... 21

4. Tinjauan Tentang CPNS ... 28

5. Tinjauan Tentang Pengadaan CPNS ... 35

6. Tinjauan Tentang Teori Bekerjanya Hukum ... 37

B. Kerangka Pemikiran ... 41

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

B. Prosedur Penerimaan CPNS di Kabupaten Karanganyar ... 48

C. Pelaksanaan Sanksi Denda Bagi CPNS Lolos Seleksi Namun Tidak Melaksanakan Daftar Ulang di Kabupaten Karanganyar ... 54

D. Hambatan dan Solusi Pelaksanaan Penerimaan CPNS dan Sanksi Denda Bagi CPNS Lolos Seleksi namun tidak mendaftar ulang di Kabupaten Karanganyar ... 58

BAB IV PENUTUP A. Simpulan ... 63

B. Saran ... 64


(11)

commit to user xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Rekomendasi Research / Survey

Lampiran 2. Pengumuman Nomor:810/7500.29/2009 tentang Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Dari Pelamar Umum Pemerintah Kabupaten Karanganyar Formasi Tahun 2009.

Lampiran 3. SOP (Standar Operasional Prosedur) Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Formasi 2009 Kabupaten Karanganyar.


(12)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang besar. Idealnya dengan jumlah penduduk atau sumber daya manusia yang besar tersebut, Indonesia dapat terus berkembang dan semakin maju. Namun hal tersebut tidak sesuai dengan kenyataan. Pada kenyataannya semakin meningkatnya angka pengangguran, baik dari tingkat pendidikan tamat wajib belajar sembilan tahun sampai dengan tingkat Sarjana, menyebabkan permasalahan di bidang lain, misalnya semakin banyaknya kriminalitas yang kemudian menimbulkan keresahan masyarakat.

Masalah pengangguran menjadi salah satu aspek yang paling disoroti oleh pemerintah, seperti diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi “Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, artinya bahwa setiap warga negara harus mendapatkan pekerjaan yang layak dimana maksud layak disini adalah yang pantas serta dapat menyejahterakan warga negara beserta kehidupan keluarganya.

Ketersediaan lapangan pekerjaan yang jauh lebih kecil daripada jumlah tenaga kerja seperti saat ini, rasanya apa yang telah diatur dalam Pasal 27 ayat (2) UUD 1945 tersebut tidak dapat diwujudkan secara merata kepada seluruh warga negara. Hanya mereka yang mempunyai keberuntungan lebih yang mudah mendapat pekerjaan.

Negara adalah badan hukum publik yang mempunyai status sebagai pendukung hak dan kewajiban. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban ini dilaksanakan dalam rangka Negara mencapai dan mewujudkan tujuan negara, tujuan Negara RI tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 (alinea ke-IV)


(13)

commit to user

yang dipertegas dan dijabarkan dalam Ketetapan MPR No.IV/MPR/1978 tentang GBHN, yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya sehingga tercipta masyarakat adil dan makmur.

Negara menyediakan kesempatan bagi warga untuk secara luas mengikuti kesempatan mendapat pekerjaan yang layak, diantaranya adalah dengan diadakannya penerimaan CPNS. Yang mana kegiatan ini dapat diikuti dan terbuka lebar bagi seluruh warga yang memenuhi syarat.

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.43 Tahun 1999 Tentang perubahan atas Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, membagi Pegawai Negeri menjadi:

1. Pegawai Negeri Sipil;

2. Anggota Tentara Nasional Indonesia;

3. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Dapat disimpulkan bahwa salah satu pekerjaan yang dapat menjamin warga negara adalah Pegawai Negeri Sipil. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah tiap-tiap daerah diberi kewenangan untuk mengurus rumah tangganya sendiri atas dasar prakarsa sendiri sesuai dengan potensi dan aspirasi mayarakat. Yang merupakan salah satu kewenangan daerah yang populer adalah penyelenggaraan seleksi penerimaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil).

Dalam penerimaan CPNS terdapat dua cara yaitu, pertama dengan diselenggarakannya seleksi CPNS yang dapat diikuti oleh semua orang yang memenuhi syarat, serta kedua yaitu dengan cara langsung mendaftar ke instansi tertentu yang membutuhkan tenaga kerja. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil dilakukan mulai dari perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil sampai dengan pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil.


(14)

commit to user

Berdasar pasal 34a ayat (1) Undang-Undang No.43 Tahun 1999 Tentang perubahan atas Undang-Undang No.8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, pengadaan seleksi penerimaan CPNS disebutkan bahwa untuk kelancaran Daerah dibentuk Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Sehingga yang bertanggung jawab dalam pangadaan seleksi penerimaan CPNS adalah BKD tiap-tiap daerah. Untuk pengadaan seleksi penerimaan CPNS tersebut tiap-tiap daerah juga berhak menentukan apakah akan mengadakan secara mandiri atau bergabung dengan provinsi.

Dalam prakteknya permasalahan seleksi CPNS seolah tak pernah usai padahal berbagai perbaikan dan upaya telah dilakukan dalam penyelenggaraan rekrutmen PNS. Namun pada kenyataannya pelaksanaan CPNS dari tahun ke tahun tetap saja tidak memuaskan berbagai pihak. Permasalahan umum yang terjadi dalam perekrutan CPNS diberbagai daerah antara lain munculnya peserta fiktif dan susulan, peserta tidak mengikuti ujian tapi dinyatakan lulus, pengumuman CPNS sebanyak dua kali, hasil rangking tidak diumumkan pada publik, pembatalan pegumuman yang terlanjur diumumkan dan diganti dengan pengumuman baru, formasi terisi dengan kualifikasi pendidikan yang tidak tepat, penempatan tenaga honorer yang tidak pernah mengabdi tapi dinyatakan lulus, perubahan formasi tidak diumumkan, pengumuan ditandatangani Wakil Bupati yang seharusnya dilakukan oleh Bupati, peserta dengan rangking tertinggi tapi tidak lulus, penentuan kelulusan tenaga honorer tidak ditentukan oleh masa kerja, dan banyaknya SK siluman untuk tenaga honorer (http://halilintarblog.Blogspot. com/2009/10/permasalahan-pegawai-negeri-sipil.html,5 April 2010).

Pengadaan Pegawai Negeri di Kabupaten Karanganyar mengahadapi masalah salah satunya yaitu Sesuai Pengumuman Nomor : 810/7500.29/2009 Tentang Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Dari Pelamar Umum Pemerintah Kabupaten Karanganyar Formasi Tahun 2009, untuk setiap pendaftar wajib melampirkan surat pernyataan kesanggupan mengganti biaya yang telah dikeluarkan oleh Panitia sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah), apabila


(15)

commit to user

pelamar mengundurkan diri setelah dinyatakan lulus dalam pegumuman ujian tertulis yang dibubuhi materai Rp. 6.000,-.

Namun persyaratan ini dirasa terlalu komersil untuk para pendaftar dan tidak efektif untuk dijalankan karena belum adanya peraturan lebih lanjut yang mengatur tentang hal tersebut. Berdasar uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dan menyusunnya menjadi sebuah skripsi dengan judul: “PELAKSANAAN SANKSI DENDA BAGI CPNS LOLOS SELEKSI NAMUN TIDAK MELAKSANAKAN DAFTAR ULANG DI KABUPATEN KARANGANYAR”.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah penting bagi penulis untuk memudahkan penulis dalam menuliskan penelitian hukum ini serta untuk membatasi permasalahan yang akan diteliti, sehingga dapat mencapai tujuan atau sasaran yang hendak dituju sesuai harapan. Berdasarkan uraian dan latar belakang yang telah penulis paparkan, maka dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur penerimaan CPNS di Kabupaten Karanganyar?

2. Bagaimana pelaksanaan sanksi denda bagi CPNS lolos seleksi yang tidak mendaftar ulang di Kabupaten Karanganyar?

3. Apa sajakah hambatan-hambatan pelaksanaan penerimaan CPNS dan sanksi denda bagi CPNS lolos seleksi namun tidak melaksanakan daftar ulang di Kabupaten Karanganyar dan solusinya?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian harus memiliki tujuan yang jelas agar penulis dapat memberikan arah dalam penelitian. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(16)

commit to user 1. Tujuan Obyektif

a. Untuk mengetahui prosedur penerimaan CPNS di Kabupaten Karanganyar sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2002 Tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil. b. Untuk mengetahui pelaksanaan sanksi denda bagi CPNS lolos seleksi

yang tidak mendaftar ulang di Kabupaten Karanganyar.

c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan sanksi denda bagi CPNS lolos seleksi namun tidak melaksanakan daftar ulang di Kabupaten Karanganyar beserta solusinya.

2. Tujuan Subyektif

a. Untuk memperoleh data yang akurat dan mengetahui prosedur yang benar dalam proses penerimaan CPNS di Kabupaten Karanganyar. b. Sebagai penyusunan data untuk skripsi sebagai syarat mencapai gelar

Sarjana di bidang Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian harus mempunyai manfaat yang dapat dicapai. Adapun manfaat yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada pengembangan ilmu hukum di bidang Hukum Administrasi Negara pada umumnya dan Hukum Kepegawainan pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan sebagai bahan informasi ilmiah untuk melakukan kajian dan penelitian yang serupa pada tahap selanjutnya.


(17)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan atau sumbangan pemikiran untuk para pihak yang terkait mengenai prosedur penyelenggaraan CPNS serta permasalahan yang ditimbulkannya.

b. Sebagai wacana yang diharapkan penulis dapat digunakan sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan perimbangan yang menyangkut masalah.

E. Metode Penelitian

Dalam penentuan metode penelitian, penulis harus cermat dan tepat agar metode yang digunakan nantinya sesuai dengan kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan. Penelitian merupakan kegiatan yang bertalian dengan kegiatan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis dan sistematis.

Metodologi dalam penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan mempunyai peranan sebagai berikut :

1. Menambah kemampuan para ilmuwan untuk mengadakan atau melaksanakan penelitian secara lebih baik atau lebih lengkap.

2. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian hal-hal yang belum diketahui.

3. Memberikan pedoman untuk mengorganisasikan secara mengintegrasikan pengetahuan, mengenai masyarakat.

4. Memberikan kemungkinan yang lebih besar untuk melakukan penelitian interdisipliner (Soerjono Soekanto,2008:7).

Adapun metode yang digunakan penulis dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah yuridis empiris. Dimana yang dimaksud dengan penelitian yuridis empiris yaitu dengan manggunakan data primer sebagai data utama yang


(18)

commit to user

berasal dari lapangan dengan cara penulis langsung terjun ke lokasi. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dan memperoleh data yang berkaitan dengan pengadaan CPNS di Kabupaten Karanganyar.

2. Sifat Penelitian

Dalam penelitian ini bersifat deskriptif yaitu suatu penelitian yang memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atas gejala-gejala lain. Maksud dari penelitian deskriptif adalah untuk mempertegas hipotesis-hipotesis agar dapat membantu dalam memperkuat teori atau dalam kerangka menyusun teori baru (Soerjono Soekanto, 2008:10).

Dalam penelitian ini penulis akan menguraikan mengenai Pelaksanaan Sanksi Denda Bagi CPNS yang Lolos Seleksi Namun Tidak Melakukan Daftar Ulang di Kabupaten Karanganyar.

3. Pendekatan Penelitian

Oleh karena jenis penelitian dalam penulisan ini yuridis empiris, maka pendekatan yang digunakan penulis adalah pendekatan Kualitatif. Penelitian ini mempunyai maksud untuk dapat memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa penulisan. Pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah yang diperlukan.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dengan turun ke lapangan, dalam penulisan hukum ini menggunakan data primer dengan cara wawancara pihak yang berkompeten dalam pengadaan CPNS di Kabupaten Karanganyar.


(19)

commit to user

Untuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian hukum ini yaitu diperoleh dari bahan-bahan kepustakan, dokumen dan laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan.

5. Sumber Data

Sumber data adalah subyek darimana data diperoleh, dalam penelitian hukum ini, mengingat jenis data dalam penelitian ini adalah primer dan sekunder maka penulis menggunakan sumber data sebagai berikut :

a. Sumber data primer, berasal dari keterangan-keterangan dengan wawancara kepada pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan CPNS di Kabupaten Karanganyar.

b. Sumber data sekunder, yaitu sumber data yang secara tidak langsung memberikan keterangan yang mendukung sumber data primer. Dalam penelitian hukum ini yaitu adanya Standar Operasional Prosedur dan literatur-literatur yang mendukung.

6. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan penulis untuk mendapatkan data yang akurat dan relevan yaitu dengan menggunakan teknik pengupulan data sebagai berikut :

a. Wawancara, merupakan teknik memperoleh data dengan jalan melakukan tanya jawab dengan pihak yang berkompeten dalam pengadaan pelaksanaan CPNS di Kabupaten Karanganyar.

b. Studi Kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan data berupa dokumen-dokumen yang diperoleh dari BKD Kabupaten Karanganyar, buku-buku dan sumber pustaka yang lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penelitian hukum ini.

7. Teknik Analisis Data

Langkah selanjutnya setelah pengumpulan data adalah analisis data. Teknik analisis data yang digunakan harus sesuai agar data-data yang telah


(20)

commit to user

dikumpulkan dapat diolah sehingga menghasilkan penulisan hukum yang baik. Analisis data adalah proses pengorganisasian dan pengurutan data dalam pola, kategori dan uraian dasar, sehingga akan dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data (Lexy J Moeleong, 2002:103).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai bahasan dalam penulisan hukum ini, penulis dapat menguraikan sistematika penulisan hukum sebagai berikut :

BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini diuraikan mengenai Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian.

BAB II Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini dijabarkan mengenai Kerangka teori berupa Tinjauan Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Tinjauan Tentang Kepegawaian Pemerintah Daerah, Tinjauan Tentang Sansi Denda Dalam Hukum Administrasi Negara, Tinjauan Tentang CPNS, Pengadaan CPNS, dan Tinjauan Tentang Teori-Teori Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat. Serta berisi kerangka pemikiran mengenai permasalahan yang menjadi konsentrasi penulis.

BAB III Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini membahas permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya yaitu mengenai pengadaan CPNS di Kabupaten Karanganyar, pelaksanaan sanksi denda sebesar Rp.10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) bagi CPNS yang telah diterima namun tidak melaksanakan daftar ulang di Kabupaten Karanganyar, serta hambatan-hambatan pelaksanaan sanksi denda tersebut dan solusinya.


(21)

commit to user BAB IV Penutup

Dalam bab ini diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian mengenai permasalahan yang menjadi objek penelitian, serta berisi saran-saran.


(22)

commit to user

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori atau Konseptual

1. Tinjauan Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pemerintah pusat disebut Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kepala daerah mempunyai tugas dan wewenang:

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD;

b. mengajukan rancangan Perda;

c. menetapkan Perda yang telah mendapat persetujuan bersama DPRD;

d. menyusun dan mengajukan rancangan Perda tentang APBD kepada DPRD untuk dibahas dan ditetapkan bersama;

e. mengupayakan terlaksananya kewajiban daerah;

f. mewakili daerahnya di dalam dan di luar pengadilan, dan dapat menunjuk kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundangundangan;

g. melaksanakan tugas dan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 25).

Pasal 26:

(1) Wakil kepala daerah mempunyai tugas:

a. membantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah;

b. membantu kepala daerah dalam mengkoordinasikan kegiatan instansi vertikal di daerah, menindaklanjuti laporan dan/atau temuan hasil pengawasan aparat pengawasan, melaksanakan pemberdayaan perempuan dan pemuda, serta mengupayakan


(23)

commit to user

pengembangan dan pelestarian sosial budaya dan lingkungan hidup;

c. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan kabupaten dan kota bagi wakil kepala daerah provinsi;

d. memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan, kelurahan dan/atau desa bagi wakil kepala daerah kabupaten/kota;

e. memberikan saran dan pertimbangan kepada kepala daerah dalam penyelenggaraan kegiatan pemerintah daerah;

f. melaksanakan tugas dan kewajiban pemerintahan lainnya yang diberikan oleh kepala daerah; dan

g. melaksanakan tugas dan wewenang kepala daerah apabila kepala daerah berhalangan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wakil kepala daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah.

(3) Wakil kepala daerah menggantikan kepala daerah sampai habis masa jabatannya apabila kepala daerah meninggal dunia, berhenti, diberhentikan, atau tidak dapat melakukan kewajibannya selama 6 (enam) bulan secara terus menerus dalam masa jabatannya.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah bahwa asas Penyelenggaraan Pemerintahan pada Pasal Pasal 20 yaitu berpedoman pada asas umum Penyelenggaraan Negara yang terdiri atas:

a. asas kepastian hukum;

b. asas tertib penyelenggara negara; c. asas kepentingan umum;

d. asas keterbukaan; e. asas proporsionalitas; f. asas profesionalitas; g. asas akuntabilitas; h. asas efisiensi; dan i. asas efektivitas.

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:

a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya; b. memilih pimpinan daerah;

c. mengelola aparatur daerah; d. mengelola kekayaan daerah;

e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah;

f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah


(24)

commit to user

h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan perundangundangan (Pasal 21).

Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:

a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat; c. mengembangkan kehidupan demokrasi;

d. mewujudkan keadilan dan pemerataan; e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan; f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan;

g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak; h. mengembangkan sistem jaminan sosial;

i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah; j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah; k. melestarikan lingkungan hidup;

l. mengelola administrasi kependudukan; m. melestarikan nilai sosial budaya;

n. membentuk dan menerapkan peraturan perundang-undangan sesuai dengan kewenangannya; dan

o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang-undangan (Pasal 22).

Otonomi Daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yaitu :

a. Asas Desentralisasi

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Derah Otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Daerah yang dibentuk dengan asas desentralisasi berwenang untuk menentukan dan melaksanakan kebijakan atas prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

b. Asas Dekonsentrasi

Asas dekonsentrasi adalah wewenang dari pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat di daerah.


(25)

commit to user

Pelaksanaan asas dekonsentrasi menimbulkan pemerintahan lokal administratif yang merupakan pemberian tugas atau wewenang penyelenggaraan pusat yang ada di daerah. Apabila ditinjau dari pembagian wilayah negara, asas dekonsentrasi membagi wilayah negara menjadi daerah-daerah pemerintahan lokal administratif. c. Asas Tugas Pembantuan

Tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah kepada Daerah dan desa dan dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkannya kepada yang menugaskan.

Pelaksanaan dari urusan tugas pembantuan dapat ditugaskan kepada dinas daerah yang telah ada ataupun dibentuk menurut pelaksanaan lainnya. Penyerahan urusan tugas pembantuan dari pemerintah kepada pemerintah daerah harus dilaksanakan dengan peraturan perundang-undangan.

Desentralisasi dan otonomi daerah yang berlangsung sejak 1 Januari 2001 adalah suatu peristiwa yang menimbulkan perubahan mendasar pada hubungan antara pemerintah pusat dan daerah, sekaligus mengubah perilaku sebagian masyrakat indonesia yang sebelumnya hanya terfokus pada satu pusat kekuasaan, pemerintah pusat di Jakarta. Pentingnya desentralisasi dan otonomi daerah mungkin dapat disejajarkan dengan proses demokratisasi yang terjadi begitu drastis pada tahun 1998. Desentralisasi memang merupakan konsekuensi logis dari munculnya kehidupan demokrasi di Indonesia sejak berakhirnya rezim orde baru. Kedua proses tersebut bahkan mempunyai beberapa kesamaan yang tidak terbantahkan lagi. Kedua-duanya berlangsung pada saat perekonomian nasional sedang berada dalam kondisi sangat parah, setelah krisis perekonomian 1998. Keduanya juga berlangsung dalam skala yang besar dan terjadi dalam masa yang sangat singkat, bahkan hampir tanpa maa transisi yang memadai. Kompeksitas proses desentralisasi


(26)

commit to user

di Indonesia dapat digambarkan dengan peralihan kewenangan dari satu pemerintah pusat yang sangat dominan ke lebih dari empat ratus pemerintahan lokal (Kabupaten/Kota), terjadi transfer lebih dari dua juta pegawai negri sipil, serta beralihnya mayoritas kewenangan pemerintahan dari pemerintah pusat ke pemerintah lokal. Apabila dibandingkan dengan Filipina yang mengalihkan kewenangan dari pemerintah pusat ke sekitar enam puluh pemerintah provinsi, mentransfer puluhan ribu pegawai negeri serta mengalihkan hanya sebagian kewenangan ke pemerintah provinsi, desentralisasi di Indonesia jauh lebih kompleks. Filipina mempunyai waktu transisi sekitar 10 tahun sebelum desentralisasi dilakukan sepenuhnya. Indonesia hanya mempunyai waktu satu tahun (Tahun 2000) untuk mempersiapkan implementasi penuh setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 (Ni’matul Huda,2009:93).

Dalam kepustakaan terdapat pembagian mengenai sifat wewenang pemerintah, yaitu yang bersifat terikat, fakultatif, dan bebas, terutama dalam kaitannya dengan kewenangan pembuatan dan penerbitan keputusan-keputusan (besluiten) dan ketetapan-ketetapan (beschikkingen) oleh organ pemerintahan sehingga dikenal ada keputusan atau ketetapan yang bersifat terikat dan bebas. Indroharto mengatakan sebagai berikut:

a. Wewenang pemerintahan yang bersifat terikat, yakni terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan atau peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang harus diambil. Dengan kata lain, terjadi apabila peraturan dasar yang menentukan isi dari keputusan yang harus diambil secara terinci, maka wewenang pemerintahan semacam itu merupakan wewenang yang terikat.

b. Wewenang fakultatif terjadi dalam hal badan atau pejabat tata usaha negara yang bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau


(27)

commit to user

sedikit banyak masih ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dilakukan dalam hal-hal atau keadaan-keadaan tertentu sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya.

c. Wewenang bebas yakni terjadi ketika peraturan dasarnya memberi kebebasan pada badan atau pejabat tata usaha negara untuk menentukan sendiri mengenai isi dari keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya memberikan ruang lingkup kebebasan kepada pejabat tata usaha negara yang bersangkutan (Ridwan HR, 2006:110).

2. Tinjauan Tentang Kepegawaian Pemerintah Daerah

Penyelenggaraan pemerintahan daerah memerlukan sumber daya manusia sebagai pelaksananya. Sumber daya manusia pada pemerintah daerah disebut pegawai pemerintah daerah. Pegawai pemerintah daerah adalah pegawai negeri sipil pada pemerintah daerah. Pegawai negeri sipil daerah adalah unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Dalam sistem pemerintahan daerah dikenal tiga sistem pengelolaan pegawai daerah:

a. Integrated System

Suatu sistem kepegawaian yang manajemen kepegawaiannya mulai dari rekrutmen, penempatan, pengembangan, penilaian sampai penggajian dan pensiun ditentukan oleh pusat. Sistem ini umumnya dilaksanakan di negara-negara berkembang, karena ketidakmampuan daerah untuk menggaji pegawai dan pegawai difungsikan juga sebagai alat perekat negara dan bangsa.

b. Separated System

Suatu sistem kepegawaian yang manajemen kepegawaiannya mulai dari rekrutmen, penempatan, pengembangan, penilaian sampai penggajian dan pensiun dilaksanakan oleh masing-masing daerah.


(28)

commit to user

Umumnya sistem ini dilaksanakan di negara-negara maju, karena daerah mampu menggaji pegawainya. Di negara yang telah maju masalah integrasi bangsa telah selesai. Oleh karena itu, yang menjadi komitmen adalah profesionalisme pegawai dalam membrikan pelayanan publik.

c. Unified System

Suatu sistem kepegawaian yang manajemen kepegawaiannya mulai dari rekrutmen, penempatan, pengembangan, penilaian sampai penggajian dan pensiun dilaksanakan oleh suatu lembaga ditingkat nasional yang khusus dibentuk untuk keperluan tersebut (Hanif Nurcholis,2005:143).

Sejumlah Lembaga Pemerintah yang bertanggung jawab dalam manajemen di Indonesia adalah:

a. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara ( MENPAN )

Lembaga ini bertugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang pendayagunaan aparatur negara. Untuk melaksanakan tugas tersebut lembaga ini dibebani fungsi:

1) Perumusan kebijakan Pemerintah di bidang pendayagunaan aparatur negara.

2) Pengkoordinasian dan peningkatan keterpaduan penyusunan rencana dan program, pemantauan, analisis, dan evaluasi di bidang pendayagunaan aparatur negara.

3) Penyampaian laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya pada Presiden.

b. Badan Kepegawaian Negara (BKN)

Berdasarkan Keppres No 103 tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga Pemerintah Nondepartemen, BKN bertugas melaksanakan tugas pemerintahan dibidang manajemen kepegawaian negara sesuai dengan


(29)

commit to user

ketentuan perundangan yang berlaku. Dalam melaksanakan tugas tersebut BKN menyelenggarakan fungsi:

1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan Nasional dibidang kepegawaian;

2) Penyelanggaraan koordinasi identifikasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan, pengawasan dan pengendalian pemanfaatan pendidikan dan pelatihan SDM PNS;

3) Penyelenggaraan administrasi kepegawaian pejabat negara dan mantan pejabat negara;

4) Penyelenggaraan administrasi dan sistem informasi kepegawaian negara dan mutasi kepegawaian antar provinsi; 5) Penyelenggaraan koordinasi penyusunan norma, standar, dan

prosedur mengenai mutasi, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak, dan kewajiban, kedudukan hukum PNS Pusat dan PNS Daerah dan bidang kepegawaian lainnya;

6) Penyelenggaraan bimbingan teknis pelaksanaan peraturan perundang-undangan dibidang kepegawaian kepada Instansi Pemerintah;

7) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BKN; 8) Fasilitasi kegiatan instansi pemerintah di bidang Administrasi

Kepegawaian; dan

9) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

c. Lembaga Administrasi Negara (LAN)

Berdasarkan Keppres No 103 tahun 2001 tentang kedudukan, tugas, fungsi, kewenangan, susunan organisasi, dan tata kerja lembaga Pemerintah Nondepartemen, bahwa LAN bertanggung jawab melaksanakan tugas pemerintahan di bidang administrasi negara


(30)

commit to user

tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tugas tersebut dimanifestasikan kedalam sejumlah fungsi, yakni:

1) Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional tertentu di bidang administrasi negara;

2) Pengkajian kinerja kelembagaan dan sumber daya aparatur dalam rangka pembangunan administrasi negara dan peningkatan kualitas sumber daya aparatur;

3) Pengkajian dan pengembangan manajemen kebijakan dan pelayanan di bidang pembangunan administrasi negara;

4) Penelitian dan pengembangan administrasi pembangunan dan otomatisasi administrasi negara;

5) Pembinaan dan penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur negara;

6) Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LAN; 7) Fasilitasi dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah

di bidang administrasi negara; dan

8) Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksan, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

d. Badan Kepegawaian Daerah (BKD)

Badan ini di bentuk setelah otonomi daerah tahun 1999. Tugas BKD dalam melaksanakan administrasi kepegawaian daerah pada prinsipnya terdiri atas 3 macam yaitu:

1) Penyiapan peraturan daerah di bidang kebijaksanaan teknis kepegawaian;

2) Penyiapan dan pelaksanaan pengangkatan, kenaikan pangkat, pemindahan, penetapan gaji, tunjangan, kesejahteraan dan


(31)

commit to user

pemberhentian PNS daerah baik yang menduduki jabatan struktural / fungsional atau tidak;

3) Pengelolaan sistem informasi kepegawaian daerah, dan menyampaikan setiap informasi kepegawaian daerah kepada BKN.

Semua fungsi tersebut harus sesuai dengan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan pemerintah. Materi yang boleh diatur hanya mengenai kebijaksanaan teknis kepegawaian daerah, sehingga tidak akan terjadi perbedaan dalam menetapkan norma, standar, dan prosedur kepegawaian, yang pada akhirnya dapat diciptakan kualitas PNS yang seragam diseluruh Indonesia. Aturan hukum di bidang Kepegawaian daerah dapat diperinci sebagai berikut:

1) Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi

Perda Provinsi adalah aturan hukum pada daerah provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur atas persetujuan DPRD Provinsi dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan merupakan penjabaran lebih lanjut dari aturan yang lebih tinggi. Kewenangan pembentukan Perda Provinsi untuk membentuk Badan Kepegawaian Daerah dan kewenangan mengatur bidang administrasi kepegawaian daerah merupakan suatu kewenangan yang bersumber pada delegasi untuk mengatur dan mengurus rumah tangga bidang kepegawaian daerahnya.

2) Keputusan Gubernur (Kepala Daerah)

Keputusan Gubernur (Kepala Daerah Provinsi) bidang administrasi kepegawaian daerah adalah aturan hukum tingkat daerah yang merupakan peraturan pelaksanaan dari Perda Provinsi yang dibentuk berdasarkan Pasal 146 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004.


(32)

commit to user

3) Peraturan Daerah (PERDA) Kabupaten / Kota

Sama halnya dengan Perda Provinsi, bahwa Perda Kabupaten/Kota adalah aturan hukum yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota atas persetujuan DPRD, bertujuan untuk menyelenggarakan otonomi daerah yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari aturan hukum yang lebih tinggi. Kewenangan menetapkan Perda Kabupaten/Kota adalah untuk membantu BKD yang sistematikanya terdiri atas kedudukan, tugas, fungsi, serta susunan organisasi BKD dan Perda yang berfungsi untuk mengatur administrasi kepegawaian daerah tentang penetapan pensiun, gaji, tunjangan, dan kesejahteraan pegawai serta pendidikan dan pelatihan PNS Daerah sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah, berdasarkan aturan hukum yang berlaku.

4) Keputusan Bupati / Walikota (Kepala Daerah)

Keputusan Bupati/Walikota (Kepala Daerah Kabupaten/ Kota) di bidang administrasi kepegawaian daerah adalah bentuk aturan hukum tingkat daerah dan merupakan peraturan pelaksanaan dari Perda Kabupaten/Kota dan Perda Provinsi atau Keputusan Gubernur (Sri Hartini, 2008:22-30).

3. Tinjauan Tentang Sanksi Denda Dalam Hukum Administrasi Negara

1) Arti sanksi Hukum Administrasi adalah:

a) Menurut J.B.J.M. ten Berge : sanksi merupakan inti dari penegakan hukum administrasi. Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi.

b) Menurut P de Haan dkk : penggunaan sanksi administrasi dalam Hukum Administrasi Negara merupakan penerapan kewenangan


(33)

commit to user

pemerintahan, di mana kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis.

c) Menurut JJ. Oosternbrink : sanksi administratif adalah sanksi yang muncul dari hubungan antara pemerintah dan warga negara yang dilaksanakan tanpa perantara pihak ketiga (kekuasaan peradilan), tetapi dapat secara langsung dilaksanakan oleh administrasi sendiri.

2) Jenis Sanksi Administrasi dapat dilihat dari segi sasarannya yaitu: a) Sanksi reparatoir artinya sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas

pelanggaran norma, yang ditujukan untuk mengembalikan pada kondisi semula sebelum terjadinya pelanggaran (misalnya bestuursdwang, dwangsom);

b) Sanksi punitif artinya sanksi yang ditujukan untuk memberikan hukuman pada seseorang (misalnya adalah berupa denda administratif);

c) Sanksi Regresif adalah sanksi yang diterapkan sebagai reaksi atas ketidak patuhan terhadap ketentuan yang terdapat pada ketetapan yang diterbitkan.

Perbedaan Sanksi Administrasi dan sanksi Pidana adalah, jika Sanksi Administrasi ditujukan pada perbuatan, sifat repatoir-condemnatoir, prosedurnya dilakukan secara langsung oleh pejabat Tata Usaha Negara tanpa melalui peradilan. Sedangkan Sanksi Pidana ditujukan pada si pelaku, sifat condemnatoir, harus melalui proses peradilan.

3) Macam-macam Sanksi dalam Hukum Administrasi seperti berikut,

a) Bestuursdwang (paksaan pemerintahan)

Paksaan pemerintahan merupakan tindakan nyata yang dilakukan organ pemerintah atau atas nama pemerintah untuk


(34)

commit to user

memindahkan, mengosongkan, menghalang-halangi,memperbaiki pada keadaan semula apa yang telah dilakukan atau sedang dilakukan yang bertentangan dengan kewajiban-kewajiban yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Contoh Undang-Undang Nomor 51 Prp Tahun 1961 tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa ijin yang Berhak atau Kuasanya. Bestuursdwang merupakan Kewenangan Bebas, artinya pemerintah diberi kebebasan untuk mempertimbangkan menurut inisiatifnya sendiri apakah menggunakan bestuursdwang atau tidak atau bahkan menerapkan sanksi yang lainnya.

Paksaan pemerintahan harus memperhatikan ketentuan Hukum yang berlaku baik Hukum tertulis maupun tidak tertulis, yaitu asas-asas pemerintahan yang layak seperti asas kecermatan, asas keseimbangan, asas kepastian hukum dan lain-lain.

i. Contoh Pelanggaran yang tidak bersifat substansial seorang mendirikan rumah tinggal di daerah pemukiman, tanpa IMB. Pemerintah tidak sepatutnya langsung menggunakan paksaan pemerintahan (bestuursdwang), dengan membongkar rumah tersebut, karena masih dapat dilakukan legalisasi, dengan cara memerintahkan kepada pemilik rumah untuk mengurus IMB. Jika perintah mengurus IMB tidak dilaksanakan maka pemerintah dapat menerapkan bestuursdwang, yaitu pembongkaran

ii. Contoh Pelanggaran yang bersifat substansial, misalkan pada pengusaha yang membangun industri di daerah pemukiman penduduk, yang berarti mendirikan bangunan tidak sesuai dengan RTRW yang ditetapkan pemerintah, maka pemerintah dapat langsung menerapkan bestuursdwang.

Peringatan yang mendahului Bestuursdwang, hal ini dapat dilihat pada pelaksanaan bestuursdwang di mana wajib didahului


(35)

commit to user

dengan suatu peringatan tertulis, yang dituangkan dalam bentuk Ketetapan Tata Usaha Negara. Isi peringatan tertulis ini biasanya meliputi hal-hal sebagai berikut:

(1) Peringatan harus definitif;

(2) Organ yang berwenang harus disebut;

(3) Peringatan harus ditujukan kepada orang yang tepat; (4) Ketentuan yang dilanggar jelas;

(5) Pelanggaran nyata harus digambarkan dengan jelas; (6) Memuat penentuan jangka waktu;

(7) Pemberian beban jelas dan seimbang; (8) Pemberian beban tanpa syarat;

(9) Peringatan memuat berita tentang pembebanan biaya. (10)Beban mengandung pemberian alasannya;

b) Penarikan kembali keputusan (ketetapan) yang menguntungkan Penarikan kembali Ketetapan Tata Usaha Negara yang menguntungkan dilakukan dengan mengeluarkan suatu ketetapan baru yang isinya menarik kembali dan/atau menyatakan tidak berlaku lagi ketetapan yang terdahulu. Ini diterapkan dalam hal jika terjadi pelanggaran terhadap peraturan atau syarat-syarat yang dilekatkan pada penetapan tertulis yang telah diberikan, juga dapat terjadi pelanggaran undang-undang yang berkaitan dengan izin yang dipegang oleh si pelanggar.

Penarikan kembali ketetapan ini menimbulkan persoalan yuridis, karena di dalam HAN terdapat asas het vermoeden van

rechtmatigheid atau presumtio justea causa, yaitu bahwa pada

asasnya setiap ketetapan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara dianggap benar menurut hukum. Oleh karena itu, Ketetapan Tata Usaha Negara yang sudah dikeluarkan itu pada dasarnya tidak untuk dicabut kembali, sampai dibuktikan sebaliknya oleh hakim di pengadilan. Kaidah HAN memberikan


(36)

commit to user

kemungkinan untuk mencabut Ketetapan Tata Usaha Negara yang menguntungkan sebagai akibat dari kesalahan si penerima Ketetapan Tata Usaha Negara sehingga pencabutannya merupakan sanksi baginya.

Sebab-sebab Pencabutan Ketetapan Tata Usaha Negara sebagai Sanksi ini terjadi melingkupi jika:

(1) Jika yang berkepentingan tidak mematuhi pembatasan pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan peraturan perundang-undangan yang dikaitkan pada izin, subsidi, atau pembayaran.

(2) Jika yang berkepentingan pada waktu mengajukan permohonan untuk mendapat izin, subsidi, atau pembayaran telah memberikan data yang sedemikian tidak benar atau tidak lengkap, hingga apabila data itu diberikan secara benar atau lengkap, maka keputusan akan berlainan misalnya penolakan izin.

c) Pengenaan denda administratif

N.E. Algra, mempunyai pendapat tentang pengenaan uang paksa ini, menurutnya, bahwa uang paksa sebagai hukuman atau denda, jumlahnya berdasarkan syarat dalam perjanjian, yang harus dibayar karena tidak menunaikan, tidak sempurna melaksanakan atau tidak sesuai waktu yang ditentukan, dalam hal ini berbeda dengan biaya ganti kerugian, kerusakan, dan pembayaran bunga. Menurut hukum administrasi, pengenaan uang paksa ini dapat dikenakan kepada seseorang atau warga negara yang tidak mematuhi atau melanggar ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai alternatif dari tindakan paksaan pemerintahan.


(37)

commit to user

d) Pengenaan uang paksa oleh pemerintah (dwangsom)

Pendapat P de Haan DKK menyatakan bahwa, terdapat perbedaan dalam hal pengenaan denda administratif ini, yaitu bahwa berbeda dengan pengenaan uang paksa yang ditujukan untuk mendapatkan situasi konkret yang sesuai dengan norma, denda administrasi tidak lebih dari sekedar reaksi terhadap pelanggaran norma, yang ditujukan untuk menambah hukuman yang pasti. Dalam pengenaan sanksi ini pemerintah harus tetap memperhatikan asas-asas hukum administrasi, baik tertulis maupun tidak tertulis (legokarjoko.staff.hukum.uns.ac.id, 8 Desember 2010).

Yang dimaksud dengan sanksi yaitu tanggungan (tindakan, hukuman, dsb.) untuk memaksa orang menepati perjanjian atau menaati ketentuan undang-undang (anggaran dasar, perkumpulan dsb). Dan dalam arti hukum adalah imbalan negatif, berupa pembebanan atau penderitaan yang ditentukan dalam hukum; Imbalan positif, yang berupa hadiah atau anugerah yang ditentukan dalam hukum. Arti kata denda yaitu hukuman yang berupa keharusan membayar dalam bentuk uang (karena melanggar aturan, undang-undang,dsb), (pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php).

Sehingga dapat disimpulkan sanksi denda adalah pembebanan yang ditentukan dalam hukum yang merupakan keharusan untuk membayar dalam bentuk uang tertentu karena adanya pelanggaran terhadap suatu aturan. Sanksi denda baru dapat diterapkan apabila ada kesalahan ataupun pelanggaran yang telah dilakukan.

Sarana penegakan hukum disamping pengawasan adalah sanksi. Sanksi merupakan bagian penting dalam setiap peraturan perundang-undangan, bahkan J.B.J.M ten Berge menyebutkan bahwa sanksi merupakan inti dari penegakan hukum administrasi. Sanksi biasanya diletakkan dalam setiap akhir peraturan. Sanksi diperlukan untuk menjamin penegakan hukum administrasi. Dalam Hukum Administrasi


(38)

commit to user

Negara, penggunaan sanksi administrasi merupakan penerapan kewenangan pemerintahan, di mana kewenangan ini berasal dari aturan hukum administrasi tertulis dan tidak tertulis (Ridwan HR,2006:313).

Dalam penelitian ini kesalahan atau pelanggaran yang menyebabkan timbulnya sanksi denda adalah adanya surat pernyataan dengan materai yang dibuat oleh para pendaftar CPNS yang telah dilanggar dimana di dalam nya menyatakan sanggup membayarkan uang denda sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang memengaruhi penegakan hukum,yaitu:

a. Faktor hukumnya sendiri;

b. Faktor penegakan hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum;

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum; d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku

dan diterapkan;

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup (Ridwan HR,2006:307).


(39)

commit to user

4. Tinjauan Tentang CPNS

1) Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pengertian Pegawai Negeri menurut Mahfud M.D dalam buku Hukum Kepegawaian, terbagi dalam dua bagian yaitu :

a)Pengertian Stipulatif

Seperti pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Tentang Perubaan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian bahwa:

“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Dan dari Pasal 3 ayat (1) menyatakan :

“Pegawai Negeri berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan”.

b)Pengertian Ekstensif

Ada beberapa golongan yang sebenarnya bukan Pegawai Negeri menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, tetapi dalam hal tertentu dianggap sebagai dan diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri, artinya disamping pengertian stipulatif ada pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal tertentu. Pengertian stipulatif ada pengertian yang hanya berlaku pada hal-hal tertentu. Pengertian tersebut terdapat pada:

i. Ketentuan yang terdapat dalam Pasal 415-437 KUHP mengenai kejahatan jabatan. Orang yang diserahi suatu


(40)

commit to user

jabatan publik itu belum tentu Pegawai Negeri menurut pengertian Stipulatif apabila melakukan kejahatan dalam kualitasnya sebagai pemegang jabatan publik, ia dianggap dan diperlakukan sama dengan Pegawai Negeri, khusus untuk kejahatan yang dilakukannya.

ii. Ketentuan Pasal 92 KUHP yang berkaitan dengan status anggota dewan rakyat, anggota dewan daerah dan kepala desa. Menurut Pasal 92 KUHP dimana diterangkan bahwa yang termasuk dalam arti Pegawai Negeri adalah orang-orang yang dipilih dalam pemilihan berdasarkan peraturan-peraturan umum dan juga mereka yang bukan dipilih, tetapi diangkat menjadi anggota dewan rakyat dan dewan daerah serta kepala-kepala desa dan sebagainya. iii. Ketentuan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

iv. Ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri dalam usaha swasta (Sri Hartini, 2008:32-33).

Dari perumusan diatas terdapatlah empat unsur penting untuk menyatakan seseorang sebagai Pegawai Negeri, yaitu :

a)Memenuhi syarat yang ditentukan dalam Peraturan Perundangan yang berlaku;

b)Diangkat oleh pejabat yang berwenang;

c)Diserahi tugas dalam suatu Jabatan Negara atau Tugas Negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundangan; d)Di gaji menurut peraturan perundangan yang berlaku


(41)

commit to user

Indonesia has a large number of civil servants: approximately 3.74 million, or 1.7% of the 2005 population. This figure represents a decrease from 1974, during the early years of the so-called New Order Government (1966–98), when the ratio was about 2.1% of the population. These ratios are similar to those of other countries in the region, such as India (1.2%), Pakistan (1.5%), the Philippines (2.1%), and Vietnam (3.2%) (Schiavo-Campo, 1998).

Civil servants are divided into four ranks, from I (the lowest) to IV (the highest), each with a basic salary scale. Ranks I through III are divided into four grades (a, b, c, and d), and rank IV has five grades (a, b, c, d, and e), making a total of 17 grades from Ia to IVe. Individual civil servants’ ranks are based on their educational qualifications and seniority. Ranks III and IV require a university degree. The basic salary for a civil servant at rank Ia (primary and junior high school graduates), regardless of the job held and the level of responsibility, is around US$66 per month, or a little over US$2 per day. The salary for an employee at rank IVe with 32 years of service is only around US$207 per month. This is roughly equivalent to 6 percent of the average salary of a chief executive officer of an

Indonesian state-owned enterprise (Prijono Tjiptoherijanto,

International Public Management Review Volume 8 Issue 2 – 2007).

2) Syarat CPNS menurut Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil yaitu :

Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah: a. Warga Negara Indonesia;

b. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun;

c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadlian yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;

d. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

e. Tidak berkedudukan sebagai Calon/Pegawai Negeri;

f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan ketrampilan yang diperlukan;

g. Berkelakuan baik;


(42)

commit to user

i. Bersedia ditempatkan di Seluruh wilayah Negara Republik Indonesia atau negara lain yang ditentukan oleh Pemerintah; dan

j. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

3) Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri Sipil

Berdasarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 ditetapkan bahwa kewajiban Pegawai Negeri Sipil adalah :

a. Wajib setia, dan taat kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah, serta wajib menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (Pasal 4).

b. Wajib menaati segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab (Pasal 5).

c. Wajib menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas perintah pejabat yang berwajib atas kuasa Undang-undang (Pasal 6).

Hak Pegawai Negeri Sipil Menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 yaitu :

a. Hak Memperoleh Gaji (Pasal 7)

(1) Setiap Pegawai Negeri berhak memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya;

(2) Gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri harus mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya; (3) Gaji Pegawai Negeri yang adil dan layak sebagaimana

dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

b. Hak Atas Cuti (Pasal 8)

Setiap Pegawai Negeri berhak atas cuti.

c. Hak Atas Perawatan, Tunjangan dan Uang Duka (Pasal 9) (1) Setiap Pegawai Negeri yang ditimpa oleh sesuatu

kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya berhak memperoleh perawatan;


(43)

commit to user

(2) Setiap Pegawai Negeri yang menderita cacat jasmani atau cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga, berhak memperoleh tunjangan;

(3) Setiap Pegawai Negeri yang tewas, keluarganya berhak memperoleh uang duka.

d. Hak Atas Pensiun (Pasal 10)

Setiap Pegawai Negeri yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan berhak atas pensiun.

Bilamana dalam menjalankan tugasnya pegawai negeri itu lalai sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak lain atau bagi negara maka merea harus mempertanggung-jawabkan kelalaiannya itu. Macam-macam pertanggung-jawaban pegawai negeri yaitu:

a. Pertanggung Jawaban Kepidanaan

Pertanggung jawaban kepidanaan itu dibebankan kepada pegawai negeri apabila melakukan kesalahan serius dan sangat pembahayakan negara dan masyarakat. Untuk itu pembuat undang-undang menganggap perlu memberikan ancaman sanksi pidana bagi perbuatan-perbuatan tertentu yang berkaitan dengan tugas pegawai negeri. Masalah ancaman pidana bagi pegawai negeri ini, antara lain terdapat di dalam Titel XXVIII buku II, Pasal 413 sampai 437 KUH Pidana (Kejahatan Jabatan), Titel VIII buku III Pasal 552 sampai 559 KUH Pidana (tentang Pelanggaran Jabatan) serta UU No.3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.

b. Pertanggung Jawaban Finansial

Pertanggung jawaban finansial dan kehartaan, harus dilakukan baik terhadap pihak ketiga maupun terhadap negara. Secara teoritis di negara Perancis dikenal adanya dua teori tentang pertanggung jawaban finansial dan kehartaan yang


(44)

commit to user

harus dilakukan oleh pegawai negeri yaitu Fautes Personalles

dan teori Fautes de Services Publiques.

Teori Fautes Personalles adalah teori yang menunjukkan bahwa pertanggung jawaban keuangan pegawai negeri itu harus dilakukan oleh si pegawai (ambtennar) secara pribadi terhadap pihak ketiga yang dirugikan. Sedangkan teori Fautes

de Services Publiques menyatakan bahwa kesalahan pegawai

negeri terhadap pihak ketiga dipertanggung jawabkan dalam dinas atau instansi pegawai negeri yang bersangkutan sehingga jika ada kerugian yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga maka yang membayar adalah dinasnya, kemudian barulah dinas atau instansi tersebut menuntut pertanggung jawaban kepada pegawai yang bersangkutan (SF Marbun,2000:106).

4) Pengertian Formasi CPNS

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil adalah kegiatan untuk mengisi formasi yang kosong. Formasi yang ditetapkan setiap daerah berbeda-beda. Formasi adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi negara untuk mampu melaksanakan tugas pokok dalam jangka waktu tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Formasi Pegawai Negeri Sipil).

Formasi PNS Pusat adalah formasi bagi PNS yang bekerja pada suatu satuan Organisasi Pemerintah Pusat. Formasi PNS Daerah adalah formasi PNS yang bekerja pada suatu satuan Organisasi Pemerintah Daerah Analisis Jabatan adalah proses metoda dan teknik untuk memperoleh data jabatan serta mengolahnya menjadi informasi jabatan. Informasi Jabatan adalah hasil analisa jabatan yang berupa uraian jabatan dan peta jabatan. Uraian jabatan adalah uraian tentang hasil analisis jabatan yang berisi informasi tentang nama jabatan, kode jabatan, unit organisasi, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja, perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang, nama jabatan yang berada di bawahnya, korelasi jabatan, kondisi lingkungan kerja, resiko bahaya, syarat jabatan dan informasi jabatan lainnya.


(45)

commit to user

Penyediaan Pegawai adalah upaya suatu satuan organisasi Negara untuk mencari, mendapatkan dan mengembangkan pegawai sesuai dengan standar, kualifikasi dan kompetensi jabatan dalam rangka memenuhi kebutuhan suatu satuan organisasi Negara (http://halilintarblog.blogspot.com/2009/10/ formasi-pegawai-negeri-sipil.html ,5 April 2010).

Tujuan penetapan formasi adalah agar satuan-satuan organisasi Negara yang dimaksud dapat mempunyai jumlah dan mutu pegawai yang memadai sesuai dengan beban kerja dan tanggungjawab pada masing-masing satuan organisasi. Organisasi adalah alat untuk mencapai tujuan (Moekijat,2009:91).

Formasi yang lowong dalam suatu organisasi pada umumnya disebabkan oleh dua hal, yaitu adanya PNS yang sudah berhenti, dan adanya perluasan organisasi. Dengan demikian pengadaan dan proses tersebut meliputi perencanaan, pengumuman lamaran, penyaringan, dan penerimaan menjadi PNS.

Seperti yang terdapat dalam Pasal 5 ayat (3) PP No.98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negri Sipil bahwa dalam lowongan formasi PNS dicantumkan:

a. Jumlah dan jenis jabatan yang kosong;

b. Syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar; c. Alamat dan tempat lamaran ditujukan;

d. Batas waktu pengajuan lamaran.

Berdasarkan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000, Formasi masing-masing satuan organisasi negara disusun berdasarkan analisis kebutuhan dan penyediaan pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia, dengan memperhatikan norma, standar, dan prosedur yang ditetapkan oleh Pemerintah.


(46)

commit to user

Analisis kebutuhan yang dimaksud tersebut dilakukan berdasarkan:

a. jenis pekerjaan; b. sifat pekerjaan;

c. analisis beban kerja dan perkiraan kapasitas seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka waktu tertentu;

d. prinsip pelaksanaan pekerjaan; dan e. peralatan yang tersedia.

Penetapan Formasi CPNS Formasi PNS Pusat untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah pusat ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara berdasarkan pertimbangan tertulis kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara. Khusus untuk penetapan formasi PNS Luar Negeri harus memperhatikan pula pertimbangan Menteri Luar Negeri.

Formasi PNS Daerah untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Kepala Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota yang bersangkutan setelah mendapat persetujuan tertulis dari Menteri yang bertanggung jawab di bidang Pendayagunaan Aparatur Negara, berdasarkan pertimbangan tertulis dari Kepala Badan Kepegawaian Negara (http://halilintarblog.blogspot.com/2009/10/formasipegawai -negeri-sipil.html, 5 April 2010).

5. Tinjaun Tentang Pengadaan CPNS

Setelah jenjang kepangkatan dan formasi ditentukan dalam tahap perencanaan, diadakanlah penerimaan pegawai yang diperlukan untuk mengisi posisi lowongan yang ada. Pengadaan dapat dilakukan dengan cara rekruitmen. Pengadaan PNS ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 Tentang Pengadaan CPNS.


(47)

commit to user

Secara Prinsipil, pengadaan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan lebih mengutamakan kualitas daripada kuantitas. Pengadaan pegawai menggunakan pendekatan zero growth dimana pengadaan pegawai didasarkan untuk mengganti pegawai yang pensiun. Jadi pengadaan pegawai/rekruitmen tidak harus dilaksanakan tiap tahun (Sri Hartini, 2008:91-92).

Prinsip pengadaan berdasarkan Lampiran Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 96 Tahun 2009 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) dari Pelamar Umum Pemerintah Kabupaten Karanganyar Formasi Tahun 2009, bahwa Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil dilakukan berdasarkan prinsip netral, obyektif, akuntabel, bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme dan transparan, yang dilaksanakan sebagai berikut:

a. Warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat dapat mengikuti seleksi, tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, golongan, atau daerah.

b. Pengumuman Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil diumumkan secara luas dengan menggunakan media yang tersedia antara lain: internet, radio, surat kabar, dan/atau papan pengumuman.

c. Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil dilaksanakan untuk mengisi lowongan formasi yang disusun berdasarkan analisis kebutuhan sesuai dengan kebutuhan nyata/riil masing-masing satuan unit organisasi Negara.

d. Pelamar yang dinyatakan lulus dan diterima, harus ditempatkan pada unit kerja sesuai dengan formasi yang sudah ditetapkan.

e. Setiap pelamar tidak dipungut biaya apapun, kecuali biaya pengiriman dokumen lamaran.


(48)

commit to user

f. Lembar jawaban ujian diolah dengan komputer untuk mendapatkan rangking hasil ujian.

g. Penetapan peserta yang lulus dan diterima diumumkan secara terbuka oleh PPK Kabupaten Karanganyar berdasarkan nilai rangking tertinggi.

Pegawai sebagai sumber daya aparatur memiliki posisi yang sangat strategis dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Karena posisi penting inilah reformasi PNS dalam konteks reformasi birokrasi perlu terus-menerus dilakukan. Salah satu upaya penting dan strategis dilakukan adalah menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam proses rekrutmen Pegawai Negeri Sipil. Pentingnya partisipasi publik dalam rekrutmen PNS merupakan upaya untuk mengurangi praktek KKN dan untuk mendapatkan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang berkualitas sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam job analisis dan job spesification. Dengan demikian rekrutmen CPNS merupakan salah satu harapan baru terbentuknya sebuah sistem birokrasi yang jauh lebih baik dari pada saat ini (Jurnal Nasional Endah Setyowati 2009).

6. Tinjauan Tentang Teori Bekerjanya Hukum

Dalam bekerjanya sistem hukum perspektif ilmu sosial, Lawrence M Friedman memaparkan adanya 3 (tiga) unsur sistem hukum (three element of

legal system), yang mempengaruhi bekerjanya hukum sebagai berikut:

a. Struktur Hukum (legal stucture)

Adalah kerangka atau rangkanya, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberi semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan. Jelasnya struktur bagaikan foto diam yang menghentikan gerak (a kind of still photograph, which frezes the


(49)

commit to user b. Substansi Hukum (legal substance)

Adalah aturan, norma dan perilaku-perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu. Substansi juga diartikan sebagai produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem itu, meliputi keputusan yang mereka keluarkan serta aturan baru yang mereka susun. Selanjutnya substansi mencakup living law (hukum yang hidup) dan bukan hanya aturan-aturan yang ada dalam kitab undang-undang atau law books.

c. Kultur Hukum (legal culture)

Adalah sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum barupa kepercayaan, nilai-nilai, pemikiran serta harapan. Pemikiran dan pendapat ini sedikit banyak menjadi penentu jalannya proses hukum. Jadi dengan kata lain kultur hukum adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan bagaimana hukum digunakan, dihindari, atau disalahgunakan. Tanpa kultur hukum maka sistem hukum itu sendiri menjadi tidak berdaya menjalankan fungsinya dalam masyarakat (Esmi,2005:30). Komponen kultur yaitu terdiri dari nilai-nilai dan sikap-sikap yang mempengaruhi bekerjanya hukum atau yang disebut sebagai kultur hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi sebagai jabatan yang menghubungkan antara peraturan hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga. Dengan istilah lain Friedman menggambarkan ketiga unsur sistem hukum diatas sebagai berikut:

1) Stuktur hukum diibaratkan sebagai mesin;

2) Substansi hukum diibaratkan produk yang dihasilkan atau apa yang dikerjakan mesin tersebut;


(50)

commit to user

3) Kultur hukum adalah apa atau siapa sajakah yang memutuskan untuk menghidupkan atau mematikan mesin tersebut serta memutuskan bagaimana mesin itu digunakan. Menurut Fuller, sebagai suatu sistem, hukum harus memenuhi 8 (delapan) asas atau principles of legalty yaitu sebagai berikut:

a. Sistem hukum harus mengandung peraturan-peraturan, artinya ia tidak boleh mengandung sekedar keputusan-keputusan yang bersifat ad hoc;

b. Peraturan-peraturan yang telah dibuat itu harus diumumkan; c. Peraturan tidak boleh berlaku surut;

d. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang bisa dimengerti; e. Suatu sistem tidak boleh mengandung peraturan-peraturan yang

bertentangan satu sama lain;

f. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan yang melebihi apa yang dapat dilakukan;

g. Peraturan tidak boleh sering diubah-ubah;

h. Harus ada kecocokan antara peraturan yang diundangkan dengan pelaksanaannya sehari-hari.

Secara sosiologis dapat dilihat adanya dua fungsi utama hukum, yaitu: a. Kontrol Sosial (Social Control)

Adalah fungsi hukum untuk mempengaruhi warga masyarakat agar bertingkah laku sejalan dengan apa yang telah digariskan sebagai aturan hukum, termasuk nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat. Yang termasuk kontrol sosial antara lain:


(51)

commit to user

peruntukan maupun yang menentukan hubungan antara orang dengan orang;

2) Penyelesaian sengketa di dalam masyarakat;

3) Menjamin kelangsungan kehidupan masyarakat, yaitu dalam hal terjadi perubahan-perubahan sosial.

b. Rekayasa Sosial (Social Engineering)

Adalah penggunaan hukum secara sadar untuk mencapai suatu tertib atau keadaan sosial sebagaimana yang dikehendaki oleh pembuat hukum. Berbeda dengan fungsi sosial yaitu untuk kepentingan waktu sekarang, maka fungsi rekayasa sosial dari hukum lebih mengarah pada pembahasan sikap dan perilaku masyarakat di masa yang akan datang sesuai dengan keinginan pembuat peraturan (Satjipto,1980:38).


(52)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Pendaftar CPNS melakukan pendaftaran dimana ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi telah ditentukan dalam Pengumuman Nomor:810/7500.29/2009 tentang Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Dari Pelamar Umum Pemerintah

Tes

Lolos

Tidak Daftar Ulang

Tidak Lolos

Daftar Ulang

Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 96 Tahun 2009 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) dari Pelamar

Umum Pemerintah Kabupaten Karanganyar Formasi Tahun 2009

BKN

BKD Pengumuman

Nomor:810/7500.29/2009 tentang Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil

Dari Pelamar Umum Pemerintah Kabupaten Karanganyar Formasi


(1)

commit to user

4. Kalau pada tahap Pemberkasan hambatannya yaitu datang dari peserta CPNS yang diterima namun kurang memperhatikan jadwal yang harus dilaksanakan, padahal waktu pengumpulan berkas untuk mengajukan NIP sangat terbatas yaitu kurang lebih tiga hari, sehingga kita juga ikut terburu-buru.

Bapak Agam selaku Kepala Bagian Pengangkatan dan Pengembangan BKD Karanganya menyatakan bahwa tidak terlaksananya denda ini disebabkan oleh beberapa hambatan yang dialami dalam pelaksanaannya, yaitu:

1. Bahwa aturan ini tidak berlaku efektif karena tidak ada aturan yang mengatur lebih lanjut mengenai proses pelaksanaan sanksi denda Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) itu sendiri.

2. Bahwa apa yang terkandung dalam aturan ini merupakan aturan yang bersifat perdata, sehingga bukan merupakan wewenang dari BKD Kabupaten Karanganyar untuk merealisasikan pelaksanaan sanksi denda tersebut.

3. Bahwa BKD tidak ingin mendapatkan anggapan image buruk dengan pelaksanaan sanksi denda apabila direalisasikan, karena dapat dianggap hanya menginginkan uang dari celah ini.

Hambatan-hambatan tersebut merupakan sebab dari BKD tidak melaksanakan peraturan tersebut dan tidak yakin untuk merealisasikan peraturan itu labih lanjut. Karena daerah dalam melaksanakan kebijakan harus dengan instruksi atau perintah dari lembaga diatasnya yang mempunyai kewenangan atas hal tersebut serta diawasi.

Seperti yang tertuang dalam pasal 2 Permendagri Nomor 23 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah yang menyebutkan :


(2)

commit to user

a. Administrasi umum pemerintahan; dan b. Urusan pemerintahan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan terhadap :

a. Kebijakan daerah; b. Kelembagaan; c. Pegawai daerah; d. Keuangan daerah; dan e. Barang daerah.

(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan terhadap :

a. Urusan wajib; b. Urusan pilihan; c. Dana Dekonsentrasi; d. Tugas pembantuan; dan

e. Kebijakan Pinjaman Hibah Luar Negeri.

Dengan adanya aturan yang tidak efektif seperti ini maka terdapat beberapa solusi yang dapat dijalankan, yaitu:

1. Dengan meniadakan aturan sanksi denda

Yaitu dengan menghapuskan syarat adanya surat pernyataan kesanggupan membayarakan uang denda sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah). Karena dengan keadaan sekarang yang tidak ada aturan mengenai tindak lanjutnya, maka aturan ini menjadi tidak berguna atau hanya sebagai formalitas.

Tujuan utama adanya aturan ini sebenarnya untuk manjadikan pelamar hanya mendaftar pada satu daerah saja. Namun pada kenyataannya masih banyak pelamar yang mendaftar pada lebih dari satu kota dan masih banyaknya kasus pengunduran diri CPNS yang lolos tes. Sehingga aturan ini tidak diperlukan lagi.

2. Dengan membentuk aturan labih lanjut

Aturan lebih lanjut yang mengatur dan menjelaskan mengenai prosedur pelaksanaan sanksi denda ini pada tiap-tiap


(3)

commit to user

daerah, serta harus dikemanakan alokasi dana yang telah dibayarkan tersebut. Hal ini bukannya tidak mungkin terlaksana namun dengan banyak pertimbangan maka hal ini sulit terealisasikan. Atas pertimbangan bahwa tujuan utama diadakan CPNS yaitu merekrut tenaga kerja (PNS) sesuai lowongan formasi yang tersedia, serta keadaan ekonomi masyarakat atau peserta ujian yang tidak memungkinkan karena akan memberatkan, maka aturan ini akan sulit terealisasi.

Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan banyak hal. Oleh karena itu, keberhasilan penegakan hukum akan dipengaruhi oleh hal-hal tersebut. Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, ada lima faktor yang memengaruhi penegakan hukum,yaitu:

a. Faktor hukumnya sendiri;

b. Faktor penegakan hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum;

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan;

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup (Ridwan HR,2006:307).

Ada dua langkah penting untuk mendorong penyempurnaan peraturan perundangan yang mengarah pada independensi Pegawai Negeri Sipil

Pertama, membangun dan memperluas wacana independensi administrasi


(4)

commit to user

penyempurnaan undang-undang yang berkaitan dengan administrasi negara dan Pegawai Negeri.

Membangun dan memperluas wacana independensi administrasi negara dimaksudkan agar publik semakin terbuka pikirannya, bahwa:

a. Administrasi negara (instansi dan pegawai negeri) adalah abdi negara yang tunduk pada kepentingan negara dan bukan abdi/bawahan pemerintah yang tunduk pada kepentingan pemerintah sebagai lembaga yang sarat kepentingan politik dan kekuasaan.

b. Administrasi negara sebagai organ birokrasi negara selama ini tidak pernah bekerja maksimal karena besarnya pengaruh politik dan kekuasaan. Belajar dari sejarah, besarnya pengaruh politik dan kekuasan dalam birokrasi menjadi sumber utama penyebab korupsi, buruknya layanan dan inefisiensi.

c. Administrasi negara harus dilepaskan dari pengaruh besar pemerintah agar birokrasi mampu memberikan pelayanan publik yang profesional dan tidak rentan terhadap pengaruh tarik-menarik kepentingan politis dan kekuasaan.

d. Administrasi negara harus independen untuk menjamin pembatasan kekuasaan dan efektivitas demokrasi (Muhammad Basri, Jurnal Kebijakan dan Manajemen PNS).


(5)

commit to user

63

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan

1. Prosedur pelaksanaan penerimaan CPNS Kabupaten Karanganyar dilaksanakan sesuai Peraturan Bupati Karanganyar Nomor 96 Tahun 2009 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah (CPNSD) dari Pelamar Umum Pemerintah Kabupaten Karanganyar Formasi Tahun 2009. Prosedur pelaksanaannya yaitu dimulai dari Perencanaan, Persiapan, Pelaksanaan, Pemberkasan dan Penetapan SK CPNS.

2. Adanya sanksi denda sebagaimana yang telah pelamar CPNS sanggupi pada surat pernyataan atas denda sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) apabila telah diterima namun tidak melaksanakan daftar ulang di Kabupaten Karanganyar dalam kenyataannya aturan ini belum efektif dilaksanakan.

3. Dalam pelaksanaan pengadaan CPNS terdapat beberapa hambatan yaitu terbatasnya waktu, izin untuk mengadakan jumlah CPNS belum mengakomodasi jumlah kebutuhan pegawai dan peserta yang kurang memperhatikan jadwal. Sedangkan tidak dilaksanakannya peraturan sanksi denda disebabkan beberapa hambatan yaitu tidak adanya peraturan lebih lanjut yang mengatur tentang pelaksanaan sanksi denda tersebut dari pusat, sanksi ini bersifat perdata sehingga bukan merupakan kewenangan dari BKD, dan tidak ingin adanya kesan komersil dari masyarakat. Hambatan-hambatan ini dapat disikapi dengan beberapa solusi antara lain tidak diberlakukannya lagi aturan ini atau sebaliknya dibentuk aturan mengenai prosedur pelaksanaan sanksi denda bagi CPNS lolos seleksi namun tidak mendaftar ulang di Kabupaten Karanganyar.


(6)

commit to user

B. Saran

1. Di masa yang modern seperti sekarang ini seharusnya pengadaan CPNS lebih praktis dan ekonomis tanpa mengabaikan kompetensi dan kebutuhan formasi pada setiap daerah. Pengadaan seperti sekarang ini menelan biaya yang tidak sedikit dan apabila ada formasi tidak terisi maka akan dibiarkan kosong begitu saja sampai pengadaan CPNS periode selanjutnya. Maka akan lebih baik apabila diadakannya seleksi CPNS dengan cara tes terjadwal dengan media elektronik di BKD pada masing-masing daerah.

2. Adanya aturan namun tidak terealisasikan dalam kenyataannya seperti ini harus dihilangkan, karena akan menimbulkan permasalahan baru apabila ada pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan kondisi ini untuk keuntungan pribadinya, serta kepercayaan masyarakat dengan peraturan akan mengalami kemrosotan dan menganggap bahwa aturan tidak perlu dihiraukan.

3. Pelaksanaan sanksi sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) bagi CPNS lolos seleksi namun tidak melakukan daftar ulang ini sebaiknya tetap diksanakan. Apabila aturan ini tidak dilaksanakan maka justru akan mendapat image buruk dari masyarakat, karena aturan yang tidak terlaksana. Hal ini dapat menimbulkan efek di masyarakat bahwa aturan/hukum itu tidak perlu dilaksanakan karena dianggap hanya merupakan ancaman belaka.