Aktivitas adalah suatu energi atau keadaaan bergerak di mana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidup Tarwoto,
Wartonah, 2004.
2.2.2 Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh adalah penggunaan organ secara efisien dan efektif sesuai dengan fungsinya. Melakukan aktivitas dan istirahat pada posisi yang benar akan
meningkatkan kesehatan Tarwoto Wartonah, 2004. Melakukan aktivitas secara benar dan beristirahat dalam proses yang benar
dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan mencegah timbulnya penyakit. Gangguan mekanika tubuh dapat terjadi pada individu yang menjalani tirah baring
lama karena dapat menjadi penurunan kemampuan tonus otot. Tonus otot sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kemampuan kontraksi otot
rangka Mubarok, Nurul Chayatin, 2007. Lebih lanjut, penjelasan mengenai mekanika tubuh akan berfokus pada :
1. Kesejajaran tubuh dan postur Kesejajaran tubuh body alignment adalah susunan geometrik bagian-
bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian-bagian tubuh lainnya. Kesejajaran tubuh dan postur tubuh yang baik akan menempatkan tubuh pada
posisi tubuh yang meningkatkan keseimbangan yang optimal dan fungsi tubuh yang maksimal, baik dalam posisi berdiri, duduk maupun tidur. Kesejajaran tubuh
yang baik dilihat dari keseimbangan persendian, otot, tendon dan ligamen.
Universitas Sumatera Utara
Kesejajaran tubuh penting untuk meningkatkan fungsi tangan yang baik, mengurangi jumlah energi yang digunakan dalam mempertahankan
keseimbangan, mengurangi kelelahan, memperluas ekspansi paru, meningkatkan sirkulasi ginjal dan fungsi pencernaan. Sedangkan kesejajaran tubuh yang buruk
dapat mengganggu penampilan dan mempengaruhi kesehatan karena ada beberapa bagian tubuh yang terbatas kemampuannya Mubarok, Nurul Chayatin, 2007.
Tugas perawat terkait dengan kesejajaran tubuh adalah memberikan contoh bagaimana melakukan kebiasaan yang baik pada postur tubuh sehingga
tubuh menjadi sehat. Selain itu, perawat juga bertugas memberikan kenyamanan pada klien yang menderita lumpuh atau cacat serta klien yang mengalami
komplikasi akibat kesejajaran tubuh yang kurang baik Mubarok, Nurul Chayatin, 2007.
Berikut adalah prinsip-prinsip pada kesejajaran tubuh Mubarok, Nurul Chayatin, 2007:
1. Keseimbangan tubuh dapat dipertahankan apabila garis gravitasi garis
imajinasi vertikal yang melalui pusat gravitasi atau suatu objek melewati pusat gravitasi titik tempat semua masa tubuh terpusat dan pondasi
penyokong pondasi tubuh pada posisi istirahat. 2.
Jika pondsai penyokong lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah, kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar.
3. Jika garis gravitasi berada diluar pusat fondasi penyokong energi akan
lebih banyak digunakan untuk mempertahankan keseimbangan.
Universitas Sumatera Utara
4. Pondasi penyokong yang luas dan kesejajaran tubuh yang baik akan
menghemat penggunaan energi dan mencegah kelelahan otot. 5.
Perubahan posisi tubuh akan membantu mencegah ketidaknyamanan otot. 6.
Kesejajaran tubuh yang buruk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan nyeri, kelelahan otot, dan kontraktur.
7. Karena struktur anatomi yang berbeda, maka intervensi keperawatan yang
diberikan harus bersifat individual dan sesuai dengan kebutuhan masing- masing.
8. Dapat memperkuat otot-otot yang lemah dan membantu mencegah
kekakuan otot serta ligamen. 2. Keseimbangan
Mekanisme yang berperan dalam mempertahankan keseimbangan dan postur tubuh cukup rumit untuk dipahami. Secara umum perasaan seimbang
bergantung pada input informasi yang diterima dari labirin telinga bagian dalam, penglihatan input vestibulo-okular, dan dari reseptor otot dan tendon input
verstibulospinalis. Pada keadaan normal, reseptor keseimbangan di aparatus vestibular mengirimkan sinyal menuju otak yang akan mengawali refleks yang
dibutuhkan untuk mengubah posisi. Sedangkan pada keadaan lain, misalnya pada perubahn posisi kepala informasi yang diterima langsung dikirim ke pusat refleks
di batang otak sehingga memungkinkan respon refleks yang lebih cepat guna mempertahankan keseimbangan tubuh. Selain mekanisme di atas, keseimbangan
tubuh juga dipengaruhi oleh pusat gravitasi, dan fondasi penyokong seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Mubarok, Nurul Chayatin,
Universitas Sumatera Utara
3. Gerakan tubuh yang terkoordinasi Gerakan yang halus dan seimbang merupakan hasil dari kerjasama yang
baik antara korteks serebri, serebrum, dan ganglia basalis. Dalam mekanisme ini korteks serebri bertugas melakukan aktivitas motorik volunter, sedangkan
serebrum bertugas mengatur aktivitas gerakan motorik, dan ganglia basalis bertugas mempertahankan postur tubuh. Misalnya serebrum, gerakan menjadi
kaku, tidak terarah, dan tidak terkoordinasi Mubarok, Nurul Chayatin, 2007. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejajaran tubuh Mubarok, Nurul
Chayatin, 2007 : 1. Pertumbuhan dan perkembangan
Usia serta perkembangan sistem muskuloskletal dan persarafan akan mempengaruhi terhadap postur, proporsi tubuh, masa tubuh, pergerakan, serta
refleks tubuh seseorang. Untuk itu, dalam melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan, perawat harus memerhatikan aspek tumbuh kembang individu dan
membuat penyesuaian yang di butuhkan. 2. Kesehatan fisik
Gangguan pada sistem muskuloskletal atau persarafan dapat menimbulkan dampak yang negatif pada pergerakan dan mekanika tubuh seseorang. Adanya
penyakit, trauma, atau kecacatan dapat mengganggu pergerakan dan struktur tubuh. Oleh karena itu untuk memberikan intevensi yang tepat kepada klien,
perawat perlu mengkaji respon klien terkait dengan hambatan mobilitas yang di
Universitas Sumatera Utara
alaminya. Selain itu penguatan prilaku juga perlu diberikan kepada klien guna meningkatkan fungsi kesehatanya.
Masalah pada sistem muskuloskletal, seperti penyakit kongenital atau postur tubuh yang abnormal dapat menghambat pergerakan seseorang. Untuk itu,
perawat perlu melakukan upaya deteksi dini guna mengetahui adanya masalah pada sistem muskuloskletal. Disamping itu, perawat juga perlu memberikan
penyuluhan kesehatan, konseling, dan dukungan terkait dengan program perawatan yang sesuai untuk klian, misalnya cara melakukan aktivitas dan
pengaturan posisi yang tepat untuk klien. Berbagai pengaturan atau penyakit pada sistem saraf, seperti Parkinson,
sclerosis multiple, cedera serebrovaskular, stroke, atau tumor pada sistem saraf dapat menyebabkan kelemahan, paralysis spastik dan flasid pada otot dapat
menghambat pergerakan dan mobilisasi otot. 3. Status mental
Gangguan mental atau afektif seperti atau stres kronis dapat mempengaruhi keinginan seseorang untuk bergerak. Individu yang mengalami
cenderung tidak antusias dalam mengikuti kegiatan tertentu, bahkan kehilangan energi untuk melakukan perawatan hygiene. Demikian pula halnya dengan stres
yang berkepanjangan, kondisi ini bisa menguras energi individu kehilangan semangat untuk beraktivitas
Universitas Sumatera Utara
4. Gaya hidup Gaya hidup yang terkait dengan kebiasaan yang dilakukan individu sehari-
hari. Individu dengan pola hidup yang sehat atau kebiasaan makan yang baik kemungkinan tidak mengalami hambatan dalam pergerakan. Sebaliknya, individu
dengan gaya hidup yang tidak sehat dapat mengalami gangauan kesehatan yang pada akhirnya akan menghambat pergerakannya.
5. Sikap dan nilai personal Nilai-nilai yang tertanam dalam keluarga dapat mempengaruhi aktivitas
yang dijalani oleh individu. Sebagai contoh, anak-anak yang tinggal dalam lingkungan keluarga yang senang melakukan kegiatan olahraga sebagai sebuah
rutinitas akan belajar menghargai aktivitas fisik. 6. Nutrisi
Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan status kesehatan. Apabila pemenuhan nutrisi tidak adekuat, hal ini bisa menyebabkan kelelahan dan
kelemahan otot yang akan mengakibatkan penurunan aktivitas atau pergerakan. Sebaliknya, kondisi nutrisi berlebih misalnya, obesitas dapat menyebabkan
terbatasnya pergerakan tubuh sehingga individu menjadi mudah lelah. 7. Stres
Status emosi seseorang akan berpengaruh terhadap aktivitas tubuhnya. Perasaan tertekan, cemas, dan depresi dapat menurunkan semangat seseorang
Universitas Sumatera Utara
untuk beraktivitas. Kondisi ini ditandai dengan penurunan nafsu makan, perasaan tidak berdaya, dan pada akhirnya menyendiri.
8. Faktor sosial Individu dengan tingkat kesibukan yang tinggi secara tidak langsung akan
sering menggerakkan tubuhnya. Sebaliknya, individu yang jarang berinteraksi dengan lingkungan sekitar tentu akan lebih sedikit beraktivitasmenggerakkan
tubuhnya.
2.2.3 Ambulasi