Tabel 1 Pencemaran udara dan dampak kesehatan
Pencemar Dampak
Partikulat timbal, nikel, arsen, karbon terutama yang berukuran 10
mikrometer ke bawah Meningkatkan risiko gangguan dan penyakit sistem
pernapasan dan kardiovaskular.
CO Mengganggu konsentrasi dan refleksi tubuh,
menyebabkan kantuk dan dapat memperparah penyakit kardiovaskular akibat defisiensi oksigen. CO mengikat
hemoglobin sehingga jumlah oksigen dalam darah berkurang.
SO
x
Meningkatkan risiko penyakit paru-paru dan menimbulkan batuk pada pemajanan singkat dengan
konsentrasi tinggi. NO
x
Meningkatkan total mortalitas, penyakit kardiovaskular, mortalitas pada bayi, serangan asma
dan penyakit paru-paru kronis. Ozon
Menimbulkan iritasi mata, meningkatkan gangguan pernapasan dan serangan asma, dan menurunkan daya
tahan tubuh terhadap flu dan pneumonia Senyawa organik yang mudah
menguap Menyebabkan iritasi mata, hidung dan tenggorkan;
pada beberapa kasus menimbulkan pusing, mual dan kehilangan koordinasi; bersifat karsinogen terutama zat
polycylic aromatic hydrocarbons PAH, benzena dan 1,3 butadiena.
Sumber : Colville, Hutchinson, Mindell, and Warren 2001
aktivitas di dalam ruangan berdekatan dengan sumber pencemaran di jalan
memiliki risiko kesehatan yang tinggi, baik yang menggunakan kendaraan berpendingin
AC maupun tidak. Konsentrasi pencemar udara yang terhirup ketika subjek penelitian
berada
di jalan
raya cukup
tinggi. Konsentrasi pencemar udara PM
2.5
dan CO tersebut jauh melebihi rata-rata harian
ambang batas baku mutu udara ambien nasional.
2.1.2 Pencemaran
Udara Akibat
Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber bergerak transportasi terhadap
pencemaran udara. Penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor baik berupa bahan bakar
bensin ataupun solar akan menghasilkan gas buang yang terdiri dari CO
2
, CO, SO
2
, NO
2
, dan HC. Sebanyak 75 keberadaan karbon
monoksida CO di udara berasal dari emisi kendaraan bermotor Hil 1984. Gas tersebut
dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari bahan bakar kendaraan
bermotor dan dapat bertahan di udara hampir selama satu hingga tiga bulan. Beberapa
perkiraan persentase zat pencemar lain yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor dapat
terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Perkiraan persentase komponen pencemar udara dari sumber pencemar transportasi
di Indonesia
Komponen Pencemar Persentase
CO 71
NO
x
9 SO
x
1 HC
18 Partikel
1 Total
100
Sumber: Wardhana 1999
Gas pencemar udara yang kadarnya cukup tinggi di udara adalah SO
2
, NO
2
dan CO. Pencemar udara tersebut merupakan
pencemar atau polutan primer dari kendaraan bermotor. Selanjutnya, polutan primer yang
telah diemisikan oleh suatu sumber emisi akan mengalami berbagai reaksi fisik dan
kimia Budiraharjo 1991. Perkiraan jumlah emisi zat pencemar yang dikeluarkan dari
berbagai jenis kendaraan bermotor dapat terlihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Faktor emisi CO untuk berbagai jenis kendaraan dan bahan bakar
Jenis Kendaraan CO
grkm Mobil
Gasoline 24
Diesel 5.2
Truk besarbis Diesel
2.5 Truk kecilbis
Gasoline 41
Diesel 5.3
Motor 2-tak
17 4-tak
20
Sumber: US-EPA 2011
Menurut Direktorat Lalu-lintas dan Angkutan Jalan Raya, Direktorat Jenderal
Perhubungan Darat DLLAJR 1998, jumlah gas buang yang diemisikan oleh kendaran
ditentukan oleh kecepatan kendaraan, umur kendaraan
dan perawatan
kendaraan. Pemasangan
anti pencemaran
pada kendaraan bermotor dapat menurunkan emisi
gas buang. Sementara emisi gas buang yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar
dalam ruang bakar mesin sangat dipengaruhi oleh
kualitas bahan
bakar, teknologi
kendaraan, penggunaan
teknologi pengontrolan
emisi, dan
perawatan kendaraan Suhadi 2006.
Berdasarkan Peraturan Daerah DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang
Pencemaran Udara
dan Gas
Buang Kendaraan Bermotor, segala jenis kendaraan
bermotor baik motor, mobil atau angkutan umum harus melakukan uji emisi. Pada
kendaraan berbahan bakar bensin, yang diperiksa adalah HC hidrokarbon dan CO
karbon monoksida sesuai dengan perakitan mobil yang dibuat sebelum 2007 dan
sesudah 2007, emisi HC maksimum 700 ppm dan CO sebesar 3. Sementara, mobil
produksi setelah tahun 2007, HC maksimum 200 ppm dan CO sebesar 1.5 Pramantyo
2009.
Komposisi gas
buang yang
dikeluarkan dari pembakaran bahan bakar bensin dan solar dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Komposisi gas buang dari kendaraan bermotor
Jenis gas buang
Bensin
volume
Solar
volume
CO
2
9 9
CO 4
0,1 NO
x
0,06 0,04
SO
2
0,006 0,02
Sumber: Hartogenesis dalam Santosa 2005
Kendaraan bermotor
biasanya menggunakan bahan bakar pencemar berupa
bensin atau solar. Penggunaan solar sebagai bahan bakar mesin diesel menghasilkan gas
buang dengan kandungan NO
x
, SO
x
, CO, hidrokarbon yang tidak terbakar UHC dan
partikulat-partikulat serta asap hitam. Emisi partikulat yang dikeluarkan oleh mesin
diesel sangat
berbahaya dibandingkan
dengan emisi yang dikeluarkan oleh masin berbahan
bakar bensin.
Namun jika
dibandingkan dengan kendaraaan bensin, kendaraan diesel tidak banyak mengandung
CO dan UHC. Di sisi lain, kadar NO
2
sangat rendah bila dibandingkan dengan NO.
Sehingga komponen utama gas buang motor Diesel yang membahayakan adalah NO dan
asap hitam Faiz, Weaver dan Walsh 1996. 2.1.3 Karakteristik Karbon Monoksida
Sifat fisik gas karbon monoksida CO adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa,
dan pada suhu normal berbentuk gas yang tidak berwarna. Gas CO dihasilkan dari
pembakaran tidak sempurna yang berasal dari minyak tanah, bensin, solar, batu bara
atau kayu. Pembakaran tidak sempurna memang sangat mungkin terjadi. Secara
teoritis
hal tersebut
terjadi karena
kekurangan gas oksigen udara untuk proses pembakarannya. Senyawa CO mempunyai
potensi racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen
darah yaitu hemoglobin.
Di lingkungan, karbon monoksida dapat terbentuk secara alamiah, namun sumber
utama dari gas tersebut adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida yang berasal
dari alam yaitu akibat kebakaran hutan, oksidasi metal di atmosfer, lautan, serta
badai listrik alam. Sementara sumber CO buatan antara lain berasal dari kendaraan
bermotor, terutama yang menggunakan bahan bakar bensin. Berdasarkan estimasi,
Departemen Kesehatan 2003 mencatat jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan
mendekati 60 juta tontahun.
Konsentrasi CO yang tinggi seringkali diperoleh dari gas buang kendaraan bermotor
dan polusi dalam ruangan yang buruk. Pada pembakaran bahan bakar bermotor, seluruh
penggunaan bahan bakar tidak diubah seluruhnya menjadi CO
2
dan H
2
O tetapi sebagian juga dilepaskan menjadi CO dan
sebagian material partikulat karbon organic Brimblecombe 1986. Senyawa karbon
monoksida CO memiliki daya distribusi yang luas dan merupakan jenis senyawa
polutan yang jumlah emisinya terbesar di antara nilai emisi jenis senyawa polutan
lainnya. Karbon
dan oksigen
dapat bergabung membentuk senyawa CO sebagai
hasil pembakaran yang tidak sempurna, seperti terurai dalam reaksi berikut:
2C + O
2
2 CO Kadar CO di daerah perkotaan cukup
bervariasi dan dipengaruhi oleh kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan
bahan bakar bensin. Pada umumnya, kadar maksimum CO terjadi bersamaan dengan
jam padat seperti pada pagi dan sore menjelang malam hari. Selain cuaca, variasi
kadar CO juga tergantung pada topografi jalan dan bangunan sekitarnya. Paparan CO
dari udara ambien dapat direfleksikan dalam bentuk kadar karboksihemoglobin HbCO
dalam darah yang terbentuk dengan sangat perlahan karena membutuhkan waktu 4
hingga
12 jam
untuk tercapainya
keseimbangan antara kadar CO di udara dan HbCO dalam darah. Sehingga hal tersebut
cenderung dinyatakan sebagai kadar paparan rata-rata dalam 8 jam Shah 1997.
Karakteristik biologis
yang paling
penting dari CO adalah kemampuannya dalam berikatan dengan hemoglobin, pigmen
sel darah merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan
pembentukan karboksi-hemoglobin HbCO yang 200 kali lebih stabil bila dibandingkan
dengan oksihemoglobin HbO
2
. Penguraian HbCO
yang relatif
lebih lambat
menyebabkan terhambatnya kerja molekul sel pigmen dalam membawa oksigen ke
seluruh tubuh. Kondisi tersebut dapat berakibat fatal karena dapat menyebabkan
keracunan. Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat
terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil. Dampak keracunan CO sangat
berbahaya bagi orang yang telah menderita gangguan pada otot jantung atau sirkulasi
darah peripheral yang parah.
Dampak dari CO bervariasi tergantung dari status kesehatan seseorang pada saat
terpapar. Pada
beberapa orang
yang memiliki berat badan di atas normal dapat
mentolerir paparan CO sampai kadar HbCO dalam darahnya mencapai 40 dalam waktu
yang singkat.
Tetapi seseorang yang
menderita sakit jantung atau paru —paru
akan menjadi lebih parah apabila kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5-10
Departemen Kesehatan 2003.
2.1.4 Baku Mutu Udara Ambien