AlatPerangkat Keras
1 Personal
Computer berbasis
Windows dan Linux 2
Air Impinger 3
Termometer 4
Anemometer 5
Windvane 6
Spektrofotometer 7
Peralatan laboratorium kimia
BahanPerangkat Lunak
1 Microsoft Office 2007 2 Software GAMBIT versi 2.4
3 Software Fluent versi 6.3 4 Larutan atau cairan kimia
Gambar alat dan bahan yang digunakan selama penelitian dapat terlihat pada
Lampiran 3 dan 4. 3.3 Parameter Input
Parameter input yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu data
fisik gardu tol, data konsentrasi polutan CO dan data meteorologi, dengan studi kasus
gardu tol Bogor. Pengukuran dilakukan selama empat kali ulangan dengan masing-
masing waktu pengukuran satu jam. Namun parameter input yang digunakan dalam
simulasi hanya pada jam ke-1 dan jam ke-4.
3.3.1 Data Fisik Gardu Tol
Data ini meliputi volume gardu panjang, lebar dan tinggi dalam satuan meter, jendela
loket panjang dan lebar dalam satuan meter, volume properti yang berada di
dalam ruangan seperti kursi, meja, komputer, mesin, box, dan lain-lain. Kemudian pada
penelitian ini digunakan dua tipevariasi ukuran gardu tol yang terdiri atas Geometri
A dan Geometri B. Perbedaan kedua geometri ini terletak pada besarnya volume
gardu dan perbedaan letak outflow data atau gambar kedua geometri ini terdapat pada
Lampiran 5 dan 6. 3.3.2 Data Konsentrasi Polutan
Data pengukuran lapang yang digunakan adalah data primer berupa hasil pengukuran
kualitas udara emisi CO pada gardu tol Bogor. Hasil kadar emisi CO tersebut
diperoleh dengan menggunakan tabung Impinger . Pengukuran konsentrasi CO
hanya dilakukan pada satu gardu tol saja yaitu gardu tol dengan ukuran dimensi x, y,
z 3,5 m, 2,4 m, dan 1,4 m. Sementara itu, pengukuran dilakukan selama empat kali
ulangan, dengan masing-masing waktu pengukuran selama satu jam. Namun data
yang disimulasikan pada CFD hanya pada jam ke-1 dan jam ke-4. data hasil
pengukuran terdapat pada Lampiran 7 dan 8. Kemudian, karakteristik kimia dari
masing-masing fluida yang dapat dijadikan sebagai parameter input adalah densitas,
viskositas, koefisien difusitas, konduktivitas panas data tercantum pada Tabel 8.
3.3.3 Data Meteorologi
Simulasi dispersi CO yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data
meteorologi pada tanggal 15 Mei 2011 yang berlokasi di gardu 8 tol Bogor. Parameter
yang digunakan antara lain suhu, arah dan kecepatan angin. Seluruh data meteorologi
yang terukur dapat terlihat pada Lampiran 7 dan 8.
3.4 Data
Volume Lalu Lintas
Prosedur pengambilan sampling volume lalu lintas dapat diperoleh melalui pihak PT.
Jasa Marga. Sehingga dapat diperoleh perhitungan
volume kendaraan
akurat. Waktu pengukuran volume lalu lintas
dilakukan selama empat kali per satu jam. Sementara itu data volume lalu lintas yang
digunakan untuk melihat trend kenaikan volume lalu lintas per minggu adalah data
dari bulan Januari hingga April 2011 data selengkapnya terdapat pada Lampiran 9 dan
10. Sedangkan data volume lalu lintas yang digunakan untuk melihat trend kenaikan
volume lalu lintas dalam kurun waktu 6 tahun terakhir adalah data dari tahun 2005
hingga 2010 data dan grafik selengkapnya terdapat pada Lampiran 11 dan 12.
3.5 Analsis Kualitas Udara Ambien
Karbon Monoksida CO Metode yang digunakan dalam analisi
kandungan karbon monoksida di udara adalah metode kurva kalibrasi dan pengujian
contoh uji. Secara lengkap langkah-langkah yang digunakan dalam kedua metode
tersebut diuraikan pada sub bab selanjutnya.
3.5.1 Kurva Kalibrasi
1 Mengoptimalkan alat spektrofoto- meter,
2 Memasukkan 25 mL larutan induk
CO ke dalam labu labu 100 mL dan ditepatkan dengan aquades,
3 Menyiapkan tabung uji 10 mL, lalu
pipet 0 mL, 0,2 mL, 0,4 mL, 0,6 mL, 0,9 mL larutan standar Iod,
4 Menambahkan larutan penyerap
sampai pada volume 10 mL dan dihomogenkan,
5 Mengukur masing-masing larutan
standar dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
3.5.2 Pengujian contoh uji
Memasukkan larutan contoh uji ke dalam kuvet pada alat spektrofotometer, lalu
menguku nilai absorban pada panjang gelombang 420 nm.
3.6 Metode Penelitian Simulasi CFD
Pada penelitian ini simulasi dilakukan dengan
menggunakan perangkat
lunak GAMBIT 2.4 dan FLUENT 6.3. Secara
lengkap langkah penelitian yang dilakukan dalam kedua metode tersebut diuraikan pada
sub bab selanjutnya. 3.6.1 Langkah pada GAMBIT
Tahapan dalam
pembuatan desain
geometri adalah sebagai berikut: 1.
Membuat Geometri Gardu Tol Geometri
digambar dengan
menggunakan GAMBIT sesuai dengan domain dan boundary condition yang
diperlukan selama
proses simulasi
berlangsung. Penggambaran geometri yang dilakukan meliputi dinding, lantai, atap,
saluran Inlet dan outlet, serta properti yang berada dalam ruangan. Pemodelan geometri
ini terdiri dari dua variasi gardu tol yang berbeda ukuran. Berikut merupakan dua
variasi ukuran geometri gardu tol yang digunakan dalam penelitian:
Geometri A
Model geometri yang pertama berbentuk gardu berdimensi x, y, z dengan ukuran 2,5
m, 2,4 m, dan 1,4 m dan letak Outflow berada pada sumbu x. Bentuk Geometri A
dapat terlihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Geometri gardu tol variasi A.
Gambar desain geometri dari berbagai sudut pandang lainnya terdapat pada Lampiran 13.
Geometri
B Model geometri yang kedua berbentuk
gardu berdimensi x, y, z dengan ukuran 3,5 m, 2,4 m, dan 1,4 m dan letak Outflow
berada pada sumbu z. Bentuk Geometri B dapat terlihat pada Gambar 4.
Gambar 4 Geometri gardu tol variasi B.
Gambar desain geometri dari berbagai sudut pandang lainnya terdapat pada Lampiran 14.
2. Melakukan subtraksi Substraksi yang dilakukan adalah dengan
mengurangi volume gardu keseluruhan dengan properti yang berada dalam ruangan.
Sehingga
properti tersebut
tidak menghalangi aliran fluida yang terjadi.
3. Memeriksa mesh Setelah membuat geometri, langkah
berikutnya adalah melakukan pembagian objek menjadi bagian-bagian kecil atau
meshing. Ukuran mesh yang terdapat pada suatu objek akan mempengaruhi ketelitian
analisis CFD yang akan dilakukan. Semakin kecil ukuran mesh maka hasil yang
didapatkan akan semakin teliti, tetapi membutuhkan daya komputasi dan waktu
yang lebih lama dibandingkan dengan objek yang memiliki ukuran mesh lebih besar.
Gambar 5 Mesh pada Geometri A.
Gambar 6 Mesh pada Geometri B.
Pada penelitian ini ukuran mesh yang digunakan adalah sebesar 0,05 m. Mesh pada
penelitian ini terdiri atas mesh face dan mesh volume. Gambar mesh yang terbentuk pada
masing-masing geometri dapat terlihat pada Gambar 5 dan 6.
3.6.2 Langkah pada Fluent
Pada Fluent, data yang akan dimasukkan ke dalam membutuhkan beberapa tahapan
sebagai berikut: 1.
Memilih Solver Pada
penelitian ini
solver yang
digunakan adalah solver 3D. Solver tersebut memiliki presisi tunggal atau presisi ganda.
2. Mengekspor dan Mengecek Grid
Grid yang telah dibuat sebelumnya oleh GAMBIT harus diekspor ke dalam bentuk
mesh file sehingga Fluent dapat melakukan pengecekan terhadap kesalahan grid atau
sebaliknya. 3.
Mendefinisikan domain Pada tahap ini ditentukan fluida yang
akan digunakan, tipe aliran, kondisi batas, material penyusun gardu tol dan kondisi
operasional yang akan diasumsikan. Berikut beberapa tahap yang dilakukan dalam
pendefinisian:
Memilih solver Pada penelitian ini formulasi solver yang
digunakan adalah Pressure Based Solver. Keterangan:
- Solver
: pressure-based -
Space : 3D
- Velocity
formulation : absolute -
Time : stady
- Gradient
option : green gauss cell based
- Porous
formulation : superficial velocity
Menentukan model dan persamaan dasar Model dan persamaan dasar yang
terdapat pada Fluent harus ditentukan sesuai dengan permasalahan yang akan
dianalisis. Beberapa persamaan dan model yang digunakan dalam penelitian
ini adalah viskositas k-epsilon, transpor spesies dan perpindahan panas secara
konveksi. Model k-epsilon merupakan model turbulensi yang cukup lengkap
dengan
dua persamaan
yang memungkinkan kecepatan turbulen dan
skala panjang dan ditentukan secara independen. Kestabilan ekonomis dari
sisi komputasi
dan akurasi
yang memadai untuk berbagai jenis aliran
turbulen membuat model k-epsilon sering digunakan pada simulasi aliran fluida dan
perpindahan panas. Nilai karakteristik udara dan CO yang dimasukkan dapat
terlihat pada Tabel 10.
Sementara keterangan model dan persamaan dasar yang digunakan pada
Fluent adalah sebagai berikut:
Persamaan viskositas -
Model : k-epsilon
- k-epsilon : standard
- Near-wall
Treatment : standard wall function
Persamaan energi
Persamaan transpor spesies
Jam ke-1 -
Model : spesies transport
- Mixture
species : CO dan udara
- Density
: incompressible ideal gas
- Cp
: mixing law -
Thermal conductivity
: 0,0242 -
Viscosity : 1,89x10
5
- Mass
- Diffusivity
: 3,42x10
5
Jam ke-4 -
Model : spesies transport
- Mixture
species : CO dan udara
- Density
: incompressible ideal gas
- Cp
: mixing law -
Thermal conductivity
: 0,0241 -
Viscosity : 1,90x10
5
- Mass
- Diffusivity
: 3,45x10
5
- Menentukan kondisi operasi
Kondisi operasi yang ditentukan adalah tekanan STP sebesar 1 atm,
Tabel 8 Karakteristik fluida
Parameter Jam ke-1
Jam ke-4 Suhu Kamar K
302.1 300.6
Density ρ kgm³ 1.1146557
1.1201564 Dynamic Viscosity µ N.sm²
1.892E-05 1.901E-05
Thermal Conductivity WmK 0.0241627
0.0241033 Specific Heat Capacity kJkg.K
1.0400827 1.0400233
Koeffisien Diffusitas m²s 3.419E-05
3.448E-05 -
Menentukan material Fluida yang digunakan dalam
penelitian ini adalah udara dan karbon monoksida atau CO pada
kondisi STP dan dengan masing- masing karakteristik fisik yang
berbeda
data selengkapnya
terdapat pada Lampiran 7.
Menentukan Kondisi Batas Penentuan kondisi batas didasarkan pada
masing-masing variabel dalam domain Geometri Beberapa kondisi batas yang
digunakan pada kasus ini adalah Velocity Inlet, Outflow dan Wall. Berikut merupakan
nilai input Fluent yang tersaji pada Tabel 8. Velocity Inlet
Merupakan kondisi batas yang digunakan untuk mendefinisikan kecepatan aliran dan
besaran skalar lainnya pada sisi masuk aliran. Velocity yang dimaksud dalam kasus
ini adalah jendela transaksi pada gardu tol. Keterangan yang dimasukkan dalam tipe ini
adalah sebagai berikut: Jam ke-1
Momentum
Velocity specification
method : components
Reference frame : absolute
X-velocity ms : 0,5
Y-velocity ms : 0,0
Z-velocity ms : 0,5
Turbulence
- Specification
method : intensity and
hydraulic diameter
- Turbulance
intensity : 10
- Hydraulic
diameter m : 0,667
Termal
Suhu K
: 302
Spesies
Fraksi massa CO : 0,0000075
Jam ke-4
Momentum
Velocity specification
method : components
Reference frame : absolute
X-velocity ms : 0,2
Y-velocity ms : 0,0
Z-velocity ms : 0,2
Turbulence
- Specification
method : intensity and
hydraulic diameter
- Turbulance
intensity : 10
- Hydraulic
diameter m : 0,667
Termal
Suhu K
: 300.6
Spesies
Fraksi massa CO : 0,000068
Outflow
Merupakan kondisi batas yang digunakan sebagai sisi aliran keluar. Pada penelitian ini
hanya terdapat satu Outflow yaitu Heat Ventilating Air Conditioning atau HV-AC
sehingga nilai flow rate weighting adalah 1.
Wall
Merupakan kondisi batas yang digunakan sebagai dinding untuk aliran fluida dalam
saluran dan juga sebagai pembatas antara daerah fluida cair dan gas dan padatan,
seperti meja, mesin tiket, komputer, kursi, dan seluruh benda berbentuk padat lainnya.
4.
Solusi kontrol Setelah melakukan proses pendefinisian
perlu dilakukan penentuan terhadap kriteria solusi kontrol. Nilai yang dimasukkan ke
dalam proses tersebut yaitu sebagai berikut: Jam ke-1
Pressure velocity coupling : SIMPLE
Under Relactation Factor
Pressure : 0,3
Density
: 0,5
Body force
: 0,5
Momentum : 0,4
Modified turbulent viscosity
: 0,3
Turbulent viscosity : 0,3
Turbulent dissipation rate
: 0,3
CO : 0,5
Energi
: 0,5 Jam ke-4
Pressure velocity coupling : SIMPLE
Under Relactation Factor
Pressure
: 0,2
Density : 0,2
Body force
: 0,2
Momentum : 0,1
Modified turbulent viscosity
: 0,09
Turbulent viscosity : 0,09
Turbulent dissipation rate
: 0,09
CO : 0,3
Energi
: 0,5
Diskretisasi pada jam ke-1 dan jam ke-4
Pressure :second order upwind
Momentum
:second order upwind
Modified turbulent
viscosity :second order upwind
CO
:second order upwind
Energi : first order upwind
5. Inisialisasi medan aliran
Inisialisasi adalah hipotesa awal pada kondisi batas saat memulai perhitungan.
Sebelum memulai
perhitungan atau
menjalankan program, hal yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah dengan
melakukan inisialisasi. Pada penelitian ini, kondisi batas yang diinisialisasi adalah
jendela Inlet. 6.
Melakukan iterasi Pada proses perhitungan harus ditentukan
terlebih dahulu kriteria konvergensi kasus yang akan dihitung. Kriteria konvergensi
adalah kesalahan atau perbedaan antara dugaan awal dan hasil akhir dari iterasi yang
dilakukan berdasarkan persamaan yang digunakan.
7.
Hasil tampilan simulasi Hasil akhir yang dapat ditampilkan dapat
berupa kontur, vektor, pathline serta plot XY. Pada penelitian ini visualisasi output
akan ditampilkan dalam bentuk kontur 3D.
Diagram alir penelitian pada Langkah GAMBIT dan Fluent dapat terlihat pada
Lampiran 15.
3.7 Asumsi yang digunakan pada Model
Penelitian ini
memiliki berbagai
keterbatasan sehingga perlu digunakan beberapa asumsi diantaranya ;
Simulasi dilakukan pada kondisi steady
state,
Data kosentrasi polutan yang teukur pada Geometri B diasumsikan sama dengan
Geometri A.
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi
Kepadatan Lalu
Lintas Gerbang Tol
Gerbang tol Bogor merupakan salah satu bagian gerbang tol Jagorawi yang dikelola
oleh PT. Jasa Marga. Gerbang tol Bogor memiliki sembilan gardu tol yang terdiri dari
empat gar-du sebagai loket tiket Entrance dan empat gardu sebagai loket pembayaran
Exit serta satu gardu cadangan yang dapat berfungsi sebagai loket tiket maupun loket
pembayaran Entrance Exit. Berdasarkan data rekapan lalu lintas PT. Jasa Marga, total
volume lalu lintas yang memasuki kota Bogor setiap tahunnya mencapai 9 hingga 11
juta unit dari gerbang tol Bogor data dapat terlihat pada Lampiran 11. Sementara rata-
rata jumlah kendaraan yang melewati satu gardu tol per satu jam adalah sebanyak 270
unit.
Pada Gambar 7 dapat terlihat bahwa terjadi fluktuasi jumlah kendaraan bermotor
yang memasuki kota Bogor dari tahun 2005 hingga 2010. Pada tahun 2006 hingga 2009,
trend jumlah kendaraan yang masuk ke kota Bogor melalui gerbang tol Bogor terus
mengalami peningkatan, tetapi mengalami penurunan kembali pada tahun 2010.
Pembukaan tol dalam kota untuk wilayah Sentul Barat merupakan salah satu penyebab
jumlah kendaraan menurun pada gerbang tol Bogor tahun 2010. Hal ini dikarenakan
gerbang tol tersebut digunakan sebagai jalan tol alternatif menuju kota Bogor.
Gambar 7 Jumlah kendaraan bermotortahun pada gerbang tol Bogor 2005-2010.
a b
c d
Gambar 8 Jumlah kendaraan bermotor per Minggu 2011: a Januari; b Februari; c Maret; d April W
i
= minggu ke-
i
.
Selanjutnya pada Gambar 8, dapat terlihat bahwa jumlah kendaraan yang
melewati gerbang tol Bogor pada hari kerja lebih sedikit bila dibandingkan dengan hari
libur. Puncak
kepadatan jumlah
kendaraaanyang memasuki kota Bogor melalui kedua gerbang tol tersebut relatif
terjadi pada akhir pekan yakni hari Sabtu serta pada hari-hari libur nasional. Hal ini
dapat ditunjukkan pada Gambar 8 a, b, c dan d, yang mana trend kenaikan
jumlah kendaraan pada bulan Januari, Februari, Maret, April pada tahun 2011
memiliki pola yang sama. Secara konsisten dapat terlihat pada grafik bahwa jumlah
kendaraan cenderung stabil pada saat hari kerja dan meningkat pada akhir pekan yakni
Jumat dan Sabtu, dan kemudian mengalami penurunan kembali pada saat hari Minggu.
Sementara itu, kepadatan antrian di gerbang tol ini juga dapat terjadi jika terdapat hari
libur nasional.
Pada akhir
pekan, total
rata-rata kendaraan yang tercatat melewati gardu tol
Exit pada gerbang tol Bogor dapat mencapai 25.000 hingga 30.000 unit. Sementara pada
hari kerja total rata-rata kendaraan hanya mencapai sekitar 20.000 hingga 25.000 unit.
Pada umumnya, kepadatan lalu lintas yang terjadi pada hari libur disebabkan oleh
aktivitas wisata keluarga dengan daerah tujuan utama kota Bogor. Berbeda halnya
dengan hari kerja dimana jumlah kendaraan relatif konstan karena hanya didominasi oleh
aktivitas perkantoran yang melalui lintas antarkota yakni Jakarta-Bogor.
Puncak kepadatan antrian pada gardu Exit selama hari kerja pada umumnya terjadi
pada saat sore hari sekitar pukul 17.00- 19.00. Kondisi kepadatan antrian pada jam
jam tersebut biasanya dipengaruhi oleh waktu keluar perkantoran. Sementara untuk
hari libur pada umunya terjadi sekitar pukul 11.00-13.00. Di sisi lain, jenis kendaraan
yang paling dominan melalui gardu tol adalah kendaraan pribadi. Setelah itu diikuti
oleh truk kecil, bus kecil, bus besar dan truk besar.
Pada penelitian ini jumlah unit kendaraan yang tercatat selama satu jam adalah
sebanyak 285 unit. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat penelitian dilakukan,
jumlah kendaraan berada dalam kondisi padat karena tercatat melebihi rata-ratajam
pada setiap gardu tol. Padatnya volume kendaraan yang terjadi di sekitar gardu tol
sangat berpengaruh terhadap jumlah emisi gas buang yang dihasilkan dari suatu
kendaraan bermotor.
4.2 Simulasi Dispersi
Gas CO
menggunakan Computational Fluid
Dynamics CFD Kepadatan antrian kendaraan bermotor
merupakan sumber
utama dalam
permasalahan pencemaran udara di sekitar gardu tol. Hal ini dikarenakan penggunaan
bahan bakar untuk kendaraan bermotor dapat mengemisikan zat-zat pencemar ke udara,
seperti CO, NO
x
, SO
x
, HC, TSP serta Pb. Sehingga potensi udara yang tercemar oleh
polutan baik yang berada di sekitar gardu maupun di dalam gardu cukup besar dan
dapat menyebabkan gangguan kesehatan baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang.
Proses pencemaran tersebut juga tidak terlepas dari beberapa faktor seperti, faktor
meteorologi, jumlah kendaraan bermotor dan desain bangunan gardu. Sementara zat
pencemar yang
menjadi fokus
objek penelitian ini adalah karbon monoksida atau
CO. Pada peneilitian ini, penggunaan CFD dapat dilakukan untuk melihat sebaran
polutan CO di dalam gardu tol yang dipengaruhi oleh berbagai faktor di atas serta
untuk mengetahui potensi keterpaparan reseptor terhadap polutan CO tersebut.
4.3 Pengaruh Kecepatan Angin terhadap Dispersi Polutan CO
Kecepatan dan arah angin aliran sangat berperan dalam persebaran polutan di udara
terutama udara di dalam gardu tol. Besarnya nilai kecepatan angin akan berpengaruh
terhadap besarnya turbulensi. Menurut Oke 1987, semakin kuat pergerakan turbulensi
yang terjadi di dalam gardu tol maka semakin besar kemungkinan polutan dapat
bercampur dengan udara di sekelilingnya sehingga konsentrasi zat pencemar di dalam
gardu tersebut akan berkurang. Begitu pula sebaliknya, pengenceran akan lebih sulit
terjadi
dan membuat
konsentrasi zat
pencemar tetap tinggi apabila kecepatan angin atau pergerakan turbulensinya sangat
kecil. Pada penelitian ini, parameter input yang
disimulasikan pada Fluent hanya parameter input yang terukur pada jam ke-1 dan jam
ke-4 yaitu pada pukul 11.00-12.00 dan 14.50-15.50, seperti parameter angin yang
terukur pada jam ke-1 sebesar 0,7 ms dan 0.5 ms pada jam ke-4. Selanjutnya,
pengaruh angin pada kedua geometri cukup berbeda,
hal ini
dikarenakan adanya
perbedaan letak Outflow dan besarnya volume
geometri. Seperti
yang telah
dijelaskan sebelumnya pada metodologi bahwa volume Geometri A lebih kecil
daripada volume Geometri B. Sementara Velocity Inlet adalah kondisi batas dalam
Fluent yang dipilih sebagai daerah input untuk data profil angin, suhu dan konsentrasi
polutan. Sedangkan Outflow adalah kondisi batas dalam Fluent yang dipilih sebagai
aliran keluar. Pada penelitian ini hanya terdapat satu Outflow yaitu HV-AC.
Pada dasarnya pemilihan HV-AC sebagai Outflow adalah karena prinsip kerja HV-AC
yakni menghisap udara yang berada di dalam ruangan melalui kipas sentrifugal yang
terdapat pada mesin HV-AC. Sehingga suhu udara dalam ruang menjadi lebih dingin
dibandingkan suhu udara di luar ruangan. Hal ini terkait dengan perpindahan panas
yang menyebabkan suhu udara dalam ruangan relatif dingin dari daripada di luar
ruangan. Selain itu besarnya angin dan masuknya udara kering yang dihasilkan atau
dikeluarkan oleh HV-AC melalui kisi-kisi relatif konstan atau seragam sehingga tidak
diperhitungkan dalam kasus ini.
Pada penelitian ini akan dibandingkan pengaruh faktor angin terhadap dua geometri
yang berbeda dengan masing-masing nilai kecepatan yang berbeda pula. Analisis lebih
lanjut mengenai distribusi angin yang terjadi pada kedua Geometri akan diuraikan pada
sub bab selanjutnya.
4.3.1 Distribusi Angin pada Geometri A
Pada simulasi Fluent, visualisasi output profil kecepatan angin difokuskan pada satu
titik yaitu pada keberadaan reseptor atau petugas tol ketika sedang bekerja. Sehingga,
pada penelitian ini dibuat beberapa plane, masing-masing pada bidang x tampak atas,
y tampak samping z tampak depan dan xyz tampak isometrik3D yang dapat
mewakili profil kecepatan angin di sekitar petugas tol serta agar distribusi angin di
sekitar area tersebut dapat terlihat jelas.
Masing-masing plane tersebut dapat diinterpretasikan sesuai dengan gradasi
warna dan skala kecepatan angin. Selain itu, nilai kecepatan kontur dari hasil simulasi
Fluent ditunjukkan pada bagian kontur sebelah kiri yang dapat dibedakan melalui
gradasi warna. Pada gambar terlihat bahwa semakin merah warna kontur maka semakin
besar nilai kecepatan anginnya dan semakin biru warna kontur maka semakin kecil nilai
kecepatan angin.
Distribusi Angin pada Geometri A pada jam ke-1
Hasil simulasi Fluent untuk profil kecepatan angin yang terjadi di dalam gardu
tol Geometri A pada jam ke-1tersaji pada Gambar 9. Nilai kecepatan angin yang
terukur pada jam ke-1 adalah 0,7 ms. Sementara skala distribusi kecepatan angin
dalam geometri ini berkisar antara 0,01 hingga 1 ms.
Pada Gambar 9 a, dapat terlihat bahwa pergerakan angin yang masuk melalui Inlet
cukup terdistribusi secara merata ke seluruh bagian ruangan. Namun pada Gambar 9 b;
c; dan d, dapat terlihat bahwa pada saat angin masuk ke dalam gardu melalui inlet
tidak langsung terjadi proses turbulensi, hal ini ditunjukkan oleh gradasi warna hijau dan
kuning disekitar area Inlet. Sementara bagian lain di dalam gardu cukup didominasi
oleh gradasi biru, yang berarti bahwa setelah angin terdistribusi ke seluruh ruangan maka
terjadi proses turbulensi, yang kemudian akan
berpengaruh terhadap
proses pendispersian polutan.
Distribusi angin di dalam gardu ini sangat dipengaruhi oleh kecepatan angin dan
banyaknya properti di dalam ruangan. Semakin banyak properti yang berada di
dalam ruangan maka akan semakin besar gesekan yang terjadi sehingga aliran yang
terjadi semakin turbulen atau acak. Besarnya luasan Inlet dan Outflow pada gardu tol juga
turut mempengaruhi seberapa besar udara yang masuk dan keluar dari ruangan.
Secara teknis, terjadi beberapa proses ketika angin masuk ke dalam ruangan
melalui Inlet, diantaranya distribusi angin akan
menyebar mengikuti
arah dan
kecepatan angin, kemudian akan mengalami gesekan
dengan properti
yang telah
didefinisikan sebagai Wall yang berada di dalam ruangan sehingga menyebabkan
terjadinya proses turbulensi. Hal inilah yang menyebabkan sebagian angin tidak langsung
membawa baik udara maupun polutan untuk segera keluar melalui Outflow. Di sisi lain
besarnya
volume gardu
juga turut
mempengaruhi seberapa lama udara kotor berada dalam ruangan.
Gambar 9 Profil kecepatan angin untuk Geometri A pada jam ke-1: a tampak isometrik3D; b tampak depan; c tampak atas; d tampak samping.
Gambar 10 Profil kecepatan angin untuk Geometri A pada jam ke-4: a tampak isometrik3D; b tampak depan; c tampak atas; d tampak samping.
Distribusi Angin pada Geometri A pada jam ke-4
Pada Geometri A, hasil simulasi Fluent untuk profil kecepatan angin pada jam ke-4
tersaji pada Gambar 10. Seperti pada jam ke- 1, skala distribusi angin pada jam ke-4 juga
berkisar antara 0,01 hingga 1 ms. Namun, nilai kecepatan angin yang terukur pada jam
ke-4 adalah 0,5 ms, lebih kecil daripada kecepatan angin pada jam ke-1. Besar
kecilnya nilai kecepatan angin yang masuk ke dalam gardu akan berpengaruh terhadap
seberapa cepat angin akan terdistribusi ke seluruh bagian ruangan.
Pada Gambar 10 dapat terlihat bahwa ketika angin masuk ke dalam ruangan, maka
banyak aliran turbulen yang terbentuk. Namun pada beberapa bagian tepi Wall dari
hasil simulasi terlihat gradasi warna merah, hal ini menunjukkan adanya residu yang
dihasilkan dari proses perhitungan dan tidak terlalu
berpengaruh sehingga
dapat diabaikan.
Bila dibandingkan
dengan Gambar 9, aliran turbulen yang terlihat pada
Gambar 10 sedikit lebih banyak dan lebih acak, padahal perbedaan nilai kecepatan
angin antara jam ke-1 dan ke-4 hanya 0,2 ms. Penentuan kriteria solusi kontrol yang
digunakan dalam simulasi Fluent pada jam jam ke-4 memang jauh lebih kecil dan
membutuhkan waktu komputasi yang lebih lama.
4.3.2 Distribusi Angin pada Geometri B