rata zat kimia sehari-hari selama tidak lebih dari 8 jam per hari atau 40 jam per minggu.
Pada Tabel 6 dapat terlihat NAB untuk beberapa polutan di udara tempat kerja.
Tabel 6 Nilai Ambang Batas NAB zat kimia di udara tempat kerja
Zat pencemar
Nilai Ambang Batas mgm
3
ppm CO
29 25
SO
2
5,2 2
NO
2
5,6 3
Sumber: BSN 2005
Sementara itu terdapat penetapan batas indeks untuk beberapa zat pencemar. Salah
satunya adalah zat pencemar berupa CO dapat terlihat pada Tabel 7. Penetapan
batas indeks standar pencemar udara sangat penting untuk menentukan sejauh mana
tingkat
bahaya keterpaparan
dari zat
pencemar di udara.
Tabel 7 Batas Indeks Standar Pencemar Udara ISPU dalam Satuan SI
Indeks Standar Pencemar Udara ISPU
CO 50
5 100
10 200
17 300
34 400
46 500
57,5
Sumber: KABAPEDAL 1997
Setiap parameter polutan memiliki nilai maksimal dan biasanya dinyatakan dalam
satuan konsentrasi yaitu berat senyawa polutan dalam mikrogram µg per meter
kubik udara
dalam kondisi
normal umumnya pada suhu 25°C dan tekanan
atmosfer. Kualitas
udara ambien
dikatakankan baik jika konsentrasi polutan- polutannya masih di bawah nilai baku
mutunya. Nilai BMUA disediakan untuk beberapa waktu ukur rata-rata averaging
time. Misalnya, untuk waktu ukur rata-rata 1 jam, nilai baku CO adalah 26000 µgNm
3
. Nilai tersebut nantinya harus dibandingkan
dengan nilai rata-rata pengukuran 1 jam NO
2,
hal ini dikarenakan baku mutu yang ditetapkan per satuan waktu berbeda-beda
sehingga waktu
pengukuran dapat
disesuaikan dengan baku mutu waktu yang telah ditetapkan QGK 2007.
2.2 Peranan Atmosfer dalam Pencemaran Udara
Beberapa proses penting yang terjadi di atmosfer dalam permasalahan pencemaran
udara diantarnya adalah proses dispersi, transformasi, transport serta dilusi. Seluruh
proses tersebut dipengaruhi oleh faktor meteorologi seperti cuaca dan iklim Masing-
masing proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
2.2.1 Proses Dispersi
Karakteristik polutan sangat menentukan keberadaan dan perilaku polutan itu sendiri
di atmosfer. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari kondisi fisis dan dinamis
atmosfer. Menurut Stull 2000, proses dispersi polutan di atmosfer melibatkan tiga
mekanisme utama, yaitu gerakan global, fluktuasi turbulensi dan difusi polutan
terhadap
lingkungan sekitar
akibat perbedaan konsentrasi. Beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap proses dispersi polutan itu sendiri diantaranya adalah faktor atau
aspek meteorologis, sifat fisis dan sifat kimia zat polutan, kondisi geografi serta topografi
sumber polutan.
Pencemaran udara pada suatu tingkat tertentu dapat merupakan campuran dari satu
atau lebih bahan pencemar, baik berupa padatan, cairan, atau gas yang masuk
kemudian terdispersi ke udara dan menyebar ke lingkungan sekitarnya. Selain itu, kondisi
atmosfer sangat berpengaruh terhadap proses laju difusi atau penyebaran bahan pencemar
baik secara vertikal maupun horizontal Suharsono 1985.
Pada skala
yang lebih
mikro, karakteristik
permukaan dan
kontur permukaan
seperti pepohonan,
bukit, pegunungan
dan bangunan
dapat menimbulkan
turbulensi lebih
besar. Sementara dengan angin yang lemah dan
turbulensi lebih kecil dapat memperkecil terjadinya proses percampuran antara zat
pencemar dengan
zat-zat lainnya
di lingkungan sekitar. Sehingga, pengenceran
akan lebih sulit terjadi dan membuat konsentrasi zat pencemar tetap tinggi Oke
1987.
Selain faktor angin, suhu juga turut berpengaruh dalam proses dispersi polutan.
Suhu merupakan energi kinetik rata-rata dari pergerakan
molekul-molekul, sementara
panas adalah salah satu bentuk energi yang dikandung oleh suatu benda Handoko
1993. Pada lapisan troposfer, laju suhu udara akan menurun seiring bertambahnya
ketinggian atau lapse rate dtdz 0. Namun hal tersebut tidak selalu berlaku di
permukaan, karena pada waktu tertentu laju suhu akan meningkat terhadap ketinggian
atau inversi dtdz 0. Sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap efek
stabilitas atmosfer yang berperan dalam pendistribusian polutan secara vertikal.
Pada saat suhu udara parsel cenderung lebih tinggi dari lingkungan, maka massa
udara polutan akan naik dan menyebar, kondisi inilah yang dinyatakan sebagai
stabilitas atmosfer tidak stabil, sehingga tidak membahayakan makhluk hidup dalam
jangka pendek. Sebaliknya, ketika suhu udara parsel cenderung lebih rendah dari
lingkungan
maka kondisi
tersebut dinyatakan sebagai stabilitas atmosfer stabil.
Pada kondisi ini massa udara polutan tidak dapat naik namun tetap berada di atmosfer
dan terakumulasi,
sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi polutan di udara. Kelembaban udara juga termasuk salah
satu unsur cuaca yang mempengaruhi proses distribusi pencemar udara. Nilai RH yang
rendah akan menyebabkan
konsentrasi polutan di atmosfer meningkat. Hal ini
dikarenakan RH menghalangi pemanasan surya terhadap permukaan. Pada siang hari,
suhu udara relatif tinggi dibandingkan malam hari sehingga memiliki kandungan
uap air jauh lebih rendah dibandingkan pada saat malam hari. Di sisi lain, konsentrasi
partikel
tersuspensi yang
mengalami peningkatan di udara juga akan berakibat
pada berkurangnya jarak pandang Oke 1987.
2.2.2 Proses Transformasi