Tata Cara atau Prosedur
25 Susunan bintang itu dapat diperkirakan awan berkabut atau tidak. Bintang
pertama dari timur tanda berkabut, demikian pula bintang dari selatan ke utara, bintang pertama tanda berkabut, bintang kedua terang dan bintang
ketiga berkabut.
Bintang selatan-utara terbit selama tiga malam berturut-turut, menandakan waktu menabur bibit padi sudah dapat dimulai delapan hari
kemudian. Beberapa bulan kemudian, bintang timur-barat tersebut terbit berturut-turut selama tiga malam pula, pertanda akan terjadi kemarau
panjang dan ketika itu padi sudah dapat dipanen. Bila bintang tersebut terbit berselang hari, pertanda bahwa hujan akan turun lima hari kemudian.
Gugusan bintang biasanya hilang atau tidak tampak lagi pada bulan Mei pada ketinggian lebih kurang setinggi keberadaan matahari pada pukul
delapan pagi.
Kejurun belang memberi informasi melalui Harie hubungan masyrakat untuk diumumkan kepada warga kampung. Pemerintah
kampung berkeliling kampung memberitahukan kepada penduduk mengenai hari dan tanggal hijriyah menabur atau menyemai bibit padi dan empat
puluh hari kemudian mulai menanam padi. Hari yang paling tepat untuk menyemai padi adalah hari Selasa. Tengku Anwar, imam kampung Bebesen
menyusun syair Gayo tentang peran kejurun belang sebagai berikut: Urang Gayoni nge turun temurun Adat orang Gayo turun temurun
Beta ari silon nge kin peraturen Berlaku sejak dahulu peraturan Ke male bergerak ku buet si tuju Ketika melakukan suatu perbuatan
Boh idusun urum iperkampungen Di dusun dan di perkampungan Kenge sawah musim ku lah nume Ketika tiba musim turun
turun ke sawah Ara simungengkun le si mulo Sebagian menjaga anak,
Puren sebagian turun kesawah Terang mulo perintah ari kejurun Menunggu perintah dari kejurun
Cerak bepetrun ku rakyat si simen Disampaikan pada semua rakyat d.
Ketentuan Khusus
Mengenai ketentuan khusus pada masyarakat Tanah Gayo, khususnya sekitar kawasan Danau Laut Tawar, terdapat beberapa ketentuan
khusus mengenai tempat tinggal atau rumah, pemanfaatan danau dari segi penangkapan ikan, dan pemanfaatan kawasan untuk pertanian dan
perkebunan.
Penyangkulen
Penyangkulen merupakan gubuk untuk tangkap ikan depik yang dibuat di daerah sekitar muara sungai yang mengalir ke danau laut tawar.
Gubuk ini dulunya merupakan sarana tempat tinggal masyarakat suku Gayo, karena mobilitas penduduk pada saat itu hanya terbatas di perairan sehingga
banyak masyarakat suku Gayo tinggal di kawasan perairan. Gubuk ini dibuat dari kayu yang berasal dari jenis-jenis pohon yang tahan air. Bagian
pada penyangkulen terdiri dari tiang penyangga paruk, bambu untuk struktur penyangkulen, jaring, atap gubuk yang terbuat dari daun serule,
26 penahan angin yang terbuat dari daun nau, dan hamparan batu sepanjang 6
sd 8 meter yang diletakkan di dasar danau. Contoh Penyangkulen dapat dilihat pada Gambar 6, gambar Denah dan Potongan pada Gambar 7.
Sumber : lintasgayo.co.id
Gambar 6 Penyangkulen
Sumber : Wawancara dengan Narasumber
Gambar 7 Denah dan Potongan Penyangkulen Berdasarkan hasil wawancara dengan pemuka adat Aceh Tengah,
yaitu bapak Ibnu Hajar, posisi penempatan penyangkulen ini harus berdekatan dengan sumber aliran air masuk danau karena ikan depik
mencari sumber air bersih untuk tempat berkembang biak. Penyangkulen ini harus dibuat pada daerah yang kualitas airnya masih baik, karena menurut
kepercayaan masyarakat sekitar Danau Laut Tawar menyebutkan, ikan
27 depik lebih banyak pada daerah danau yang airnya bersih. Gambar 8 adalah
Peta Persebaran Kawasan Penyangkulen menurut hasil wawancara dengan narasumber. Penentuan kawasan penyangkulen secara spasial tersebut
berdasarkan aliran muara sungai pada danau yang tersebar di kawasan. Jarak penempatannya sendiri menurut bapak Ibnu Hajar yaitu 5 sampai 50 meter
kearah tengah danau, untuk kemudahan akses menuju penyangkulen dari daratan. Terdapat beberapa model yang menyerupai penyangkulen yang
digunakan masyarakat suku Gayo dalam menangkap ikan, diantaranya penyelangaten dan penyelamun. Letak perbedaannya adalah lokasi
penempatan gubuk dan jenis ikan yang ditangkap. Penyelangaten ditempatkan di rawa-rawa dengan jenis ikan yang ditangkap adalah ikan relo,
dan penyelamun sendiri diletakkan disungai dengan jenis ikan yang ditangkap adalah ikan kepras.
Penyangkulen di kawasan Danau Laut Tawar sendiri sudah tidak ditemukan, karena masyarakat sekitar Danau Laut Tawar menangkap ikan
dengan jaring, bom, atau senyawa kimia yang hasilnya lebih banyak dibandingkan penyangkulen. Penyangkulen sendiri pengelolaannya lebih
intensif dan biaya pembuatan serta perawatan lebih mahal dibandingkan menangkap ikan dengan jaring. Selain itu ikan yang didapatkan dari hasil
penyangkulen tidak terlalu banyak seperti menggunakan jaring sehingga keuntungannya sedikit, sehingga banyak masyarakat sekitar kawasan Danau
Laut Tawar tidak mengunakan penyangkulen untuk kegiatan menangkap ikan sehari-hari. Menurut bapak Ibnu Hajar, kondisi lahan yang selalu
berubah dan berkembang, menjadi faktor berkurangnya penyangkulen. Konflik yang sempat terjadi di provinsi Aceh juga menjadi salah satu
penyebab hilangnya gubuk penangkap ikan khas Suku Gayo ini, karena masyarakat yang dulunya tinggal di penyangkulen merasa tidak aman jika
terus melanjutkan hidup dan tinggal di kawasan tersebut.
Gambar 8 Peta Persebaran Kawasan Penyangkulen
Dedisen
Dedisen merupakan struktur yang dibuat dan ditempatkan pada aliran muara sungai danau. Saluran ini digunakan sebagai salah satu sarana
masyarakat sekitar kawasan Danau Laut Tawar sebagai penangkap ikan depik. Saluran ini dibuat dari kumpulan batu sebagai lantai aliran air,
28 kemudian perangkap ikan yang masyarakat sekitar menyebutnya sebagai
bubu, kepala saluran dedisen yang dibuat dari kayu dan daun serule untuk menjaga air agar tetap bersih, dan papan untuk menutup bagian atas saluran
agar kualitas air tetap bersih dan terjaga. Contoh Komponen Dedisen dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9 Komponen Dedisen Pada saat musim hujan ikan depik biasanya akan bergerak menuju
daerah muara sungai danau untuk melakukan proses perkembangbiakan. Hal ini disebabkan karena daerah muara sungai danau merupakan daerah yang
memiliki kualitas air yang baik. Dedisen yang dibuat akan menangkap ikan depik dan ikan yang masuk kedalam dedisen tidak akan bisa keluar lagi.
Setelah terkumpul cukup banyak ikan depik di dedisen tersebut, selanjutnya ikan diambil dengan menggunakan gayung atau jaring. Sesuai dengan hasil
wawancara dengan bapak Ibnu, keberlangsungan dedisen sendiri dipengaruhi oleh air yang berasal dari setiap sub DAS kawasan danau, maka
perlu dilakukan perlindungan di seiap sub DAS kawasan Danau Laut Tawar agar kualitas airdanau tetap terjaga. Gambar 10 adalah Peta Sub DAS
Kawasan Danau Laut Tawar.
Dedisen sendiri masih bisa ditemukan di kawasan Danau Laut Tawar. Terdapat dua dedisen yang aliran airnya berasal dari sub DAS empat dan
sub DAS lima. Pembuatan dedisen sendiri tidak memerlukan modal yang banyak dan hasil yang didapat juga sangat banyak, apalagi pada saat musim
hujan dimana ikan depik banyak mencari muara sungai untuk melakukan proses perkembangbiakan. Namun seiring perkembangan, dedisen semakin
susah untuk dicari karena banyak aliran muara sungai danau yang tidak aktif seperti biasa akibat alih fungsi lahan pada kawasan Danau Laut Tawar, dan
aliran muara sungai danau mulai banyak tercemar karena pertambahan pemukiman penduduk, ditambah lagi berkembangnya alat modern yang
lebih memudahkan masyarakat untuk menangkap ikan.
29
vvvvvvvvvvvvvvvvvvvvvv
30
Sawah
Salah satu kegiatan pemanfaatan lahan yang banyak dilaku oleh masyarakat sekitar kawasan Danau Laut Tawar adalah bersawah.
Masyarakat sekitar kawasan Danau Laut Tawar banyak menggunakan lahannya untuk dijadikan tempat untuk menanam padi. Kegiatan pertanian
ini sudah dilakukan sejak dulu. Hal ini tercermin dalam pepatah suku Gayo mengatakan pentingnya peranan pertanian sawah dalam kehidupan
masyarakat, yaitu
”beras padi tungket imen” dimana artinya bahan makanan atau kebutuhan pokok yang memadai, akan mengkokohkan iman,
sebab keluarga berada dalam situasi aman, tenteram dan harmonis. Topografi kabupaten Aceh Tengah, khususnya sekitar kawasan Danau
Laut Tawar sangat mendukung untuk menciptakan sumber makanan pokok yang satu ini. Terletak diatas permukaan laut antara 400 sampai dengan
1500 meter, dimana terdapat jajaran bukit barisan yang mengelilingi kawasan Danau Laut Tawar yang menjadi sumber air bagi pengairan
sawahnya. Berikut pada Gambar 11 adalah salah satu sawah yang terdapat di sekitar kawasan Danau Laut Tawar.
Sumber : Dokumentasi pribadi
Gambar 11 Sawah Pada Kawasan Danau Laut Tawar Sejak dulu kala, orang Gayo telah membangun tamak bendungan,
kulem kolam, rerak tali air primer atau sekunder dan rerak timur tali air tertair. Mencetak sawah dalam bentuk tempeh petak sawah yan dibatasi
patal pematang. Petak sawah berukuran 2 – 50 m², untuk tinggi tanahnya
tergantung tergantung pada permukaan tanah yang dijadikan petak sawah. Areal sawah biasanya terletak dekat hulu sungai, sumber air, sungai, dan
anak sungai yang dimana komponen tersebut dibuat bendungan, kolam, atau tali air.
Membuat bendungan, kolam, atau tali air dan sawah itu sendiri biasanya dilakukan oleh penduduk sara kuru atau sara empu satu
keturunan, dan sara belah atau sara kampung penduduk satu kampung. Oleh sebab itu, areal perswahan satu keturunan dan satu kampung saling
berdekatan. Hak memindahkan ha katas tanah diprioritaskan kepada orang yang satu keturunan atau tetangga letak tanah tersebut.
Kabupaten Aceh Tengah juga terkenal dengan kopi. Mayoritas perkebunan milik warga Aceh Tengah adalah perkebunan kopi. Pada tahun
2010 Kopi Gayo Aceh Tengah mendapatkan sertifikasi Indikasi Geografis oleh Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Tercatat 46 ribu
hektare kebun kopi di kabupaten Aceh Tengah Kemenkumham, 2010
31
Aspek Bio-fisik a.
Topografi
Secara topografi kawasan terestrial Danau Laut Tawar memiliki elevasi 400 sampai dengan 1500 meter diatas permukaan laut. Untuk
kawasan perairan danau yang dikelilingi perbukitan ini memiliki kedalaman dari 0 sampai dengan 85 meter. Peta Kontur dan Batimetri Kawasan Danau
Laut Tawar dilihat pada Gambar 12.
Berdasarkan peta topografi tersebut dapat dibuat peta kemiringan lahan. Pada tabel 8 dan Gambar 13 merupakan tabel kelas lereng dan Peta
Kemiringan Lahan. Kelas lereng ditentukan menjadi lima kelas berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung SK Mentan No. 837KptsUmII1980
yaitu 0-8 datar, 8-15 landai, 15-25 agak curam, 25-40 curam, dan 40 sangat curam.
Tabel 8 Luas Kelas Lereng Kawasan Danau Laut Tawar
Kelas Lereng Klasifikasi
Luas ha Presentasi Luas
0-8 Datar
6202 24,82
8-15 Landai
1084 4,34
15-25 Agak Curam
1910 7,64
25-40 Curam
7339 29,37
40 Sangat Curam
8450 33,82
Total 24985
100
Sebaran kelas lereng kawasan ini dari tertinggi sampai terendah adalah lahan dengan kelas lereng 40 sangat curam mendominasi dengan
presentasi luasan 33,82 dari total area, kelas lereng 25-40 curam dengan presentasi luas 29,37 . Kelas kemiringan selanjutnya adalah kelas
lereng 0-8 datar dengan presentasi luasan 24,82 , kemudian kelas lereng 15-25 agak curam dengan presentasi luasan 7,64 . Kelas lereng
8-15 landai dengan presentasi luasan terendah yaitu 4,34 . b.
Geologi dan Tanah
Berdasarkan data BAPPEDA Kabupaten Aceh Tengah, struktur geologi yang berkembang di willayah Kabupaten Aceh Tengah berupa
lipatan-lipatan yang membentuk lembah lipatan yang kemiringan kedua sayapnya menuju ke suatu arah dan saling mendekat sinklin kemudian
punggung lipatan yang kemiringan kedua sayapnya ke arah saling berlawanan dan saling menjauh antiklin, serta sesar-sesar patahan. Arah
sesar kurang lebih berarah barat laut - tenggara dan utara - selatan. Sedangkan antiklin mempunyai arah kurang lebih barat - timur. Bentuk
lahan fisiografi di kawasan Danau Laut Tawar dibentuk oleh jenis formasi meurah buya, formasi rampong, formasi tawar MPt, satuan telong Qvtg,
dan kelompok pameue. Peta Geologi Kawasan Danau Laut Tawar dapat dilihat pada Gambar 14.
Jenis tanah di kawasan Danau Laut Tawar berdasarkan data BAPPEDA Kabupaten Aceh Tengah adalah tanah aluvial, andosol,
grumosol, podsolik coklat, renzina, litosol, dan mediteran. Peta Penyebaran Jenis Tanah pada Kawasan Danau Laut Tawar dapat dilihat pada Gambar 15.
32 Berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung SK Mentan No.
837KptsUmII1980 menurut kepekaannya terhadap erosi, tanah aluvial masuk dalam kriteria tidak peka sehingga tidak mungkin terjadi erosi, tanah
mediteran masuk dalam kriteria kurang peka sehingga kemungkinan terjadinya erosi sangat kecil, tanah andosol, grumosol, dan podsolik masuk
dalam kriteria peka sehingga kemungkinan terjadi erosi besar, tanah regosol, litosol, dan renzina masuk dalam kriteria sangat peka sehingga
kemungkinan terjadi erosi sangat besar.
33
34
35
36 Berdasarkan kriteria penentuan kawasan lindung SK Mentan No.
837KptsUmII1980 menurut kepekaannya terhadap erosi, tanah aluvial masuk dalam kriteria tidak peka sehingga tidak mungkin terjadi erosi, tanah
mediteran masuk dalam kriteria kurang peka sehingga kemungkinan terjadinya erosi sangat kecil, tanah andosol, grumosol, dan podsolik masuk
dalam kriteria peka sehingga kemungkinan terjadi erosi besar, tanah regosol, litosol, dan renzina masuk dalam kriteria sangat peka sehingga
kemungkinan terjadi erosi sangat besar. c.
Iklim
Berdasarkan rekapitulasi data curah hujan dari Badan Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Aceh Tengah, dari tahun 2009 sampai dengan
2014 bahwa rata-rata curah hujan per hari di semua daerah pada kabupaten Aceh Tengah tercatat 9,15 mm dengan jumlah hari hujan 14. Sesuai kriteria
penetapan kawasan hutan lindung SK Mentan No. 837KptsUmII1980 , dimana intensitas hujan yang didapatkan melalui perhitungan rata-rata curah
hujan setahun dibagi dengan jumlah hari hujan setahun senilai 9,15 dan termasuk dalam kategori rendah. Curah hujan rata-rata bulanan tertinggi
tercatat pada bulan November yaitu 329,5 mm. Sedangkan curah hujan rata- rata bulanan terendah tercatat pada bulan Juli yaitu 69,07 mm. Gambar 16
adalah Peta Curah Hujan Kawasan Danau Laut Tawar.
Berdasarkan data iklim dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika di stasiun terdekat dengan lokasi kawasan Danau Laut Tawar
yaitu stasiun Pondok Gajah, kecamatan Bandar, terhitung dari tahun 2013 bulan Agustus sampai dengan tahun 2014 bulan April, kabupaten Aceh
Tengah secara keseluruhan memiliki suhu rata-rata 20,78 ºC dengan suhu minimum terjadi pada bulan September yaitu 19,64 ºC dan suhu maksimum
terjadi pada bulan Agustus yaitu 22,09 ºC.Kelembaban relatif maksimum 75,8 dan kelembaban relatif minimum 20.