Ikan Depik Dan Ekosistem Danau Laut Tawar (Etnografi Tentang Pengetahuan Lokal Orang Gayo)

(1)

IKAN DEPIK DAN EKOSISTEM DANAU LAUT TAWAR (Etnografi tentang Pengetahuan Lokal Orang Gayo)

Oleh:

Anggun Nova Sastika 090905022

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankanoleh: Nama : Anggun Nova Sastika

Nim :090905022

Departemen : Antropologi Sosial

Judul :Ikan Depik dan Ekosistem Danau Laut Tawar (Etnografi tentang Pengetahuan Lokal Orang Gayo)

Pembimbing Skripsi, Ketua Departemen,

Dr. Fikarwin Zuska Dr. Fikarwin Zuska

NIP.19621220 198903 1 005 NIP.19621220 198903 1 005

Dekan,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Badaruddin, M.Si NIP. 19680525 199203 1 002 

         


(3)

 

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

IKAN DEPIK DAN EKOSISTEM DANAU LAUT TAWAR (Etnografi tentang Pengetahuan Lokal Orang Gayo)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau pernah diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 21 Maret 2014


(4)

ABSTRAK

Anggun Nova Sastika, 2014. Judul skripsi: Ikan Depik dan Ekosistem Danau Laut Tawar (Etnografi tentang Pengetahuan Lokal Orang Gayo). Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 118 halaman, 6 tabel dan 13 Gambar, daftar pustaka, lampiran dan surat keterangan penelitian.

Tulisan ini mengkaji tentang pengetahuan Orang Gayo mengenai ikan Depik dan terkait dengan ekosistem Danau Laut Tawar. Kajian ini dibuat untuk dapat mengetahui pengetahuan yang dimiliki Orang Gayo tentang ikan Depik dan sejarahnya, serta pengetahuan Orang Gayo tentang cara penangkapan ikan Depik. Melalui kajian ini maka dapat diketahui bahwa Orang Gayo memiliki pengetahuan tentang perilaku ikan Depik, musim ikan Depik, dan jalur migrasi ikan Depik. Melalui kajian ini dapat diketahui bahwa nelayan ikan Depik menggunakan teknik penangkapan ikan Depik yaitu dedesen,

penyangkulen, dan doran (jaring). Selanjutnya tulisan ini juga menjelaskan kerusakan

Danau Laut Tawar yang merupakan tempat atau rumah ikan Depik yang merupakan ikan Endemik dari Danau Laut Tawar.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan secara mendalam tentang pengetahuan Orang Gayo tentang ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar . Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik wawancara dan observasi non-partisipasi dengan individu-individu yang terlibat langsung, seperti nelayan ikan Depik.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan Orang Gayo tentang ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar dan bagaimana pengetahuan Orang Gayo tentang cara penangkapan ikan Depik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orang Gayo memiliki istilah atau sebutan untuk ikan Depik, jalur migrasi ikan Depik, dan musim ikan Depik. selain itu Orang Gayo memiliki teknologi tradisional yaitu dedesen dan penyangkulen sebagai cara untuk mempermudah penangkapan ikan Depik.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah bahwa melalui penelitian tentang pengetahuan Orang Gayo mengenai ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar bahwa ikan Depik memiliki prilaku seperti suka bergerombol, dan suka pada air yang mengalir serta air yang jernih dan dingin. Dari penelitian ini juga dapat diketahui bahwa ada penanggalan khusus yang digunankan untuk memanen ikan Depik khususnya pada teknik tangkap dedesen. Dapat diketahu pula salah satu teknologi tradisional yang dimiliki Orang Gayo yaitu penyangkulen sudah ditinggalkan yang disebabkan oleh doran (jaring). Selain itu dapat diketahui pula kerusakan lingkungan yang terjadi di Danau Laut Tawar seperti terjadinya pendangkalan, dan keringnya sungai Peusangan.

Kata kunci: pengetahuan, Orang Gayo, ikan Depik, Danau Laut Tawar, teknologi tradisional, penyangkulen, dedesen, doran.


(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama saya ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, kemudahan, kelancaran dan kemurahan rezeki sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Antropologi Sosial FISIP USU dan menyelesaikan skripsi mengenai IKAN DEPIK DAN EKOSISTEM DANAU LAUT TAWAR (Etnografi tentang Pengetahuan Lokal Orang Gayo). Dalam hal ini saya juga menyadari bahwa tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa adanya saran, bimbingan dan dukungan dari semua pihak.

Oleh karena itu, saya memberikan penghargaan sebesar-besarnya kepada orang tua saya Bapak Zul Jamal, dan Ibu Ruhama yang sangat saya cintai dan sayangi. Terima kasih atas kasih sayang, ketulusan, dukungan moral dan materi yang diberikan selama saya menyelesaikan pendidikan. Semoga Allah SWT memberikan kesehatan dan kemurahan rezeki kepada Bapak dan Ibu. Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada kakak-kakak saya Dina Sastika dan Diana Sastika, serta kepada adik saya Asri Fera Sastika yang selalu menyemangati saya untuk mengerjakan skripsi ini.

Saya juga mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Dosen Pembimbing skripsi dan ketua Departemen Antropologi Sosial FISIP USU. Terima kasih atas bimbingan dan arahannya kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih juga telah meluangkan waktu dan tenaganya untuk memberikan kritik dan saran-sarannya guna kesempurnaan skripsi ini.

Selanjutnya, ucapan terima kasih juga saya ucapkan kepada: Bapak Prof. Dr. Badaruddin, selaku Dekan FISIP USU; Drs. Agustrisno MSP., selaku Sekretaris


(6)

Departemen Antroplogi Soial FISIP USU; Bapak Drs. Lister Berutu MA selaku ketua Laboratorium Antropologi Sosial FISIP USU dan Drs. Ermansyah M.Hum selaku Dosen Penasihat Akademik selama menjalani perkuliahan di Antropologi Sosial FISIP USU; Para Dosen Departemen Antopologi Sosial, Staf Administrasi Departemen Antropologi, Staf Pegawai FISIP, Pegawai Perpustakaan FISIP dan Pegawai Perpustakaan USU.

Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada wawak saya yaitu Bapak Marhadi Azis dan Ibu Marhami S.pd yang telah memberikan tempat tinggal dan fasilitas lainnya selama saya melakukan penelitian, tak lupa pula saya memberikan ucapan terima kasih kepada kakak sepupu saya Meyni Risky Bintari yang telah menemani dan mengantar saya selama melakukan penelitian. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada informan yaitu Aman Nani, Inen Nani, Aman Fijas, Inen Fijas, Bang Ruhdan (Aman Tina), dan Ibu Marhami, yang telah memberikan informasi kepada saya sehingga skripsi ini dapat tercipta dengan baik.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada Nenek, Uwo serta Paman dan Bibi yang telah mendoakan dan memberi dukungan kepada saya selama menyelesaikan pendidikan. Semoga Nenek dan Uwo diberikan kesehatan oleh Allah SWT.

Kepada kerabat Antropologi 2009, Yustina Pane, Ayu Nurul Husnaini, Sri Fusanti, Tetty Yunita Gultom, Yayuk Yusdiawati, Elisa Novarita Kahar, Razakiko Harkani Lubis, Tetty Lita Saragih, Theresa Meilani, Nelvi gusliana, Rona Maria Girsang, Naya Adluna, Halimahtussakdiah, Yohana Berliana Marpaung, Sri Widari Zulfa, Creysant Lasti, Indah Fikria Aristi, Sentani Purba, Sri Dhani, Rianda Indrawan Nst dan lainnya, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan dan bantuannya.


(7)

Saya juga menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu masukan-masukan dari berbagai pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya serta pihak-pihak yang memerlukan.

Medan, 21 Maret 2014

Penulis


(8)

RIWAYAT HIDUP

Anggun Nova Sastika, lahir pada tanggal 24 November 1991 di Takengon. Anak ketiga dari 4 (empat) bersaudara dari pasangan Bapak Zul Jamal dan ibu Ruhama, beragama Islam. Menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 060866 Medan Timur pada tahun 2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 11 Medan, pada tahun 2006 dan Sekolah Menengah Atas di SMA Swasta Dharmawangsa Medan pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi dengan jalur UMB di Universitas Sumatera Utara Pada tahun 2009. Program Studi yang diambil adalah Ilmu Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Alamat email: anggunnovasastika91@gmail.com atau sastinova@yahoo.co.id

Berbagai kegiatan yang dilakukan selama masa studi antara lain:

 Mengikuti Diklat (pendidikan kilat) yang disediakan oleh Dinas Perindustrian, pemberian bekal pendidikan di bidang kuliner tahun 2013.

 Anggota Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) SMA Swasta Dharmawangsa periode 2007-2008.

 Anggota Pasukan Pengibar Bendera (PASKIBRA) SDN 060866 periode 2002-2003.

 Anggota paduan suara dalam acara perayaan “Hari Anak se-SUMUT” tahun 2003.


(9)

 Mengikuti Pelatihan “Training of Facilitator” angkatan I oleh Departemen Antropologi Sosial USU pada tahun 2012.

 Sebagai tim survei/enomurator kepuasan pelanggan PDAM TIRTANADI tahun 2014

 Anggota INSAN Antropologi sosial Universitas Sumatera Utara periode 2009-sekarang.


(10)

KATA PENGANTAR

Skripsi merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dalam rangka memenuhi persyararatan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judul IKAN DEPIK DAN EKOSISTEM DANAU LAUT TAWAR (Etnografi tentangPengetahuan Lokal Orang Gayo).

Ketertarikan untuk menulis permasalahan tentang pengetahuan orang Gayo mengenai ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar karena penulis mengetahui bagaimana pengetahuan yang dimiliki Orang Gayo tentang ikan Depik yang merupakan ikan khas dan ikan endemik Danau Laut Tawar. Namun ikan endemik ini terancam keberadaannya yang disebabkan oleh kerusakan ekologi Danau Laut Tawar yang merupakan habitat aslinya. Terlebih lagi penulis ingin menggali pengetahuan Orang Gayo tentang ikan khas yaitu Depik yang merupakan ikan kebanggaan dan Danau Laut Tawar adalah icon dari kota Takengon yang dominan didiami oleh Orang Gayo.

Dalam skripi ini saya menulis apa yang Orang Gayo ketahui tentang ikan Depik seperti ciri-ciri fisiknya, perilaku ikan Depik, musim ikan Depik, jalur migrasi ikan Depik, dan ikan yang hidup di Danau laut Tawar serta kerusakan lingkungan yang terjadi di Danau Laut Tawar. Skripsi ini juga menulis tentang sejarah dan legenda yang hidup pada Orang Gayo khususnya Orang Gayo yang menempati Kabupaten Aceh Tengah serta menjelaskan pemanfaatan sumber daya dari Danau Laut Tawar.

Dengan demikian skripsi ini diharapkan dapat memberi informasi dan wawasan tentang pengetahuan lokal Orang Gayo mengenai ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar. Sehingga akhirnya saya berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan


(11)

akademis yang akan melakukan penelitian yang sehubungan dengan tulisan ini. Mohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam hal penulisan dan lainnya, semoga dapat dimaklumi.

Medan, 21 Maret 2014

Penulis


(12)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTARTABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN………. 1

1.1Latar Belakang Masalah……… 1

1.2Tinjauan Pustaka……… 6

1.3Perumusan Masalah……… 11

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 12

1.5Lokasi Penelitian……….... 12

1.6Metode Penelitian……….. 13

1.6.1 Lapangan………. .... .. 16

1.6.2 Observasi………. .... . 16

1.6.3 Wawancara……….. .... . 18

1.6.4Artefak………. .... . 19

1.6.5Historis……….… .... . 20

1.6.6 Pengumpulan Data……… 21

1.6.7 Analisis Data………... 21

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 23

2.1 Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Aceh Tengah……… 23

2.2 Iklim……….. 25

2.3 Topografi………... 26

2.4 DAS (Das Aliran Air Sungai)………... 27

2.5 Danau Laut Tawar……… 28

2.6 Letak dan Akses Menuju Kecamatan Kebayakan……….... 31

2.6.1 Keadaan Penduduk Kecamatan Kebayakan……….. 33

2.6.1.1 Kependudukan...……… 33

2.6.1.2 Mata Pencaharian……… 35

2.6.2 Etnis, Agama dan Bahasa……….. 35

2.6.2.1 Gayo ………. 35

2.6.2.2 Agama ……….. 40

2.6.2.3 Bahasa ……….. 41

2.6.3 Sarana dan Prasarana ………... 42

2.6.4 Pemerintahan Adat ……… 44

BAB III IKAN DEPIK DAN SEJARAHNYA……… 45

3.1 Ikan Depik………... 45

3.1.1 Ikan Depik yang Tertukar……….. 46


(13)

3.1.4 Musim Ikan Depik………. 50

3.1.5 Jalur Migrasi Ikan Depik……… 54

3.2 Sejarah Ikan Depik dan Legenda di Danau Laut Tawar……….. 59

BAB IV PENGETAHUAN LOKAL DALAM CARA PENANGKAPAN IKAN DEPIK ... 71

4.1Penyangkulen ... 73

4.1.1 Keunggulan Hasil Penangkapan dari Teknik Penyangkulen……….. 76

4.2 Dedesen……… 77

4.2.1 Cara Kerja dan Tanggal Khusus Panen Depik………... 81

4.2.2 Dedesen sebagai Penyebab Berkurangnya Ikan Depik……….. 83

4.3 Penyangkulen dan Dedesen merupakan Teknologi Tradisional………….. 86

4.3.1 Penyangkulen dan Dedesen Tertelan Jaman………. 88

4.4 Doran atau Jaring………. 88

4.3.1 Modal Besar untuk Doran………. 91

BABV KELOMPOK NELAYAN DAN KEADAAN DANAU LAUT TAWAR 5.1 Kelompok Nelayan……….. 93

5.2 Danau Laut Tawar Milik Bersama (Common Property)………. 97

5.3 Kerusakan Danau Laut Tawar……… 101

BABV1 KESIMPULAN DAN SARAN……… 109

6.1 Kesimpulan……….. 109

6.2 Saran……… 111

DAFTAR PUSTAKA………. 113 LAMPIRAN

SURAT PENELITIAN


(14)

DAFTAR TABEL

Judul Halaman

Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan

Kabupaten Aceh Tengah ... 23 Tabel 2.2 Data Curah Hujan Kabupaten Aceh Tengah ... 25

Tabel 2.3 Kemiringan Lahan, Bentuk dan Luas Wilayah

Kabupaten Aceh Tengah ... 26 Tabel 2.4 Ketinggian Tempat dan Luas Wilayah

Kabupaten Aceh Tengah ... 27 Tabel 2.5 Data Luas Wilayah Kecamatan Kebayakan………. .... 32


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1: Ikan Depik ... 45

Gambar 3.2: Ikan Depik, Eyas dan Relo ... 48

Gambar 3.3: Ikan Depik ... 49

Gambar 4.1: Ilustrasi Penyangkulen ... 76

Gambar 4.2: Aliran mata air yang berasal dari celah-celah tebing………... ... 77

Gambar 4.3: Dedesen ... 78

Gambar 4.4: Bubu atau Segapa yang Ada Didalam Dedesen ... 78

Gambar4.5: Dedesen yang Ditutupi Daun Serule ... 79

Gambar 5.1: Pendangkalan Sungai Peusangan ... 102

Gambar5.2: Kebun Tomat yang Terendam ... 103

Gambar 5.3: Sawah yang Terendam ... 103

Gambar 5.4: kolam yang dibuat untuk PLTA ... 105

Gambar 5.5: Sampah ... 102

       


(16)

ABSTRAK

Anggun Nova Sastika, 2014. Judul skripsi: Ikan Depik dan Ekosistem Danau Laut Tawar (Etnografi tentang Pengetahuan Lokal Orang Gayo). Skripsi ini terdiri dari 6 Bab, 118 halaman, 6 tabel dan 13 Gambar, daftar pustaka, lampiran dan surat keterangan penelitian.

Tulisan ini mengkaji tentang pengetahuan Orang Gayo mengenai ikan Depik dan terkait dengan ekosistem Danau Laut Tawar. Kajian ini dibuat untuk dapat mengetahui pengetahuan yang dimiliki Orang Gayo tentang ikan Depik dan sejarahnya, serta pengetahuan Orang Gayo tentang cara penangkapan ikan Depik. Melalui kajian ini maka dapat diketahui bahwa Orang Gayo memiliki pengetahuan tentang perilaku ikan Depik, musim ikan Depik, dan jalur migrasi ikan Depik. Melalui kajian ini dapat diketahui bahwa nelayan ikan Depik menggunakan teknik penangkapan ikan Depik yaitu dedesen,

penyangkulen, dan doran (jaring). Selanjutnya tulisan ini juga menjelaskan kerusakan

Danau Laut Tawar yang merupakan tempat atau rumah ikan Depik yang merupakan ikan Endemik dari Danau Laut Tawar.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode ini digunakan untuk menggambarkan secara mendalam tentang pengetahuan Orang Gayo tentang ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar . Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik wawancara dan observasi non-partisipasi dengan individu-individu yang terlibat langsung, seperti nelayan ikan Depik.

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan Orang Gayo tentang ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar dan bagaimana pengetahuan Orang Gayo tentang cara penangkapan ikan Depik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Orang Gayo memiliki istilah atau sebutan untuk ikan Depik, jalur migrasi ikan Depik, dan musim ikan Depik. selain itu Orang Gayo memiliki teknologi tradisional yaitu dedesen dan penyangkulen sebagai cara untuk mempermudah penangkapan ikan Depik.

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah bahwa melalui penelitian tentang pengetahuan Orang Gayo mengenai ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar bahwa ikan Depik memiliki prilaku seperti suka bergerombol, dan suka pada air yang mengalir serta air yang jernih dan dingin. Dari penelitian ini juga dapat diketahui bahwa ada penanggalan khusus yang digunankan untuk memanen ikan Depik khususnya pada teknik tangkap dedesen. Dapat diketahu pula salah satu teknologi tradisional yang dimiliki Orang Gayo yaitu penyangkulen sudah ditinggalkan yang disebabkan oleh doran (jaring). Selain itu dapat diketahui pula kerusakan lingkungan yang terjadi di Danau Laut Tawar seperti terjadinya pendangkalan, dan keringnya sungai Peusangan.

Kata kunci: pengetahuan, Orang Gayo, ikan Depik, Danau Laut Tawar, teknologi tradisional, penyangkulen, dedesen, doran.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penelitian ini mengkaji mengenai pengetahuan yang dimiliki orang Gayo tentang ekosistem ikan Depik di Danau Laut Tawar di Takengon, Aceh Tengah. Fokus dari penelitian ini adalah memaparkan bagaimana pengetahuan orang Gayo tentang ekosistem Danau Laut Tawar, dan apa yang diketahui Orang Gayo mengenai perilaku dan hidup ikan Depik. Mengingat kehidupan masyarakat yang bergantung dengan danau, dalam hal ini masyarakat memanfaatkan danau dalam bidang pariwisata dan pertanian. Untuk itu, peranan masyarakat lokal yang tinggal di daerah sekeliling Danau Laut Tawar sangat penting untuk menjaga dalam melestarikan ekosistem danau. Dengan melestarikan danau maka ikan endemik yang hidup di danau juga terjaga.

Penelitian ini sangat penting dilakukan karena isu mengenai kerusakan ekosistem danau, termasuk Danau Laut Tawar sudah banyak diperbincangkan. Berdasarkan informasi dari berbagai sumber banyak sekali terjadi kerusakan ekosistem danau, baik di dalam maupun di luar negri. Contohnya antara lain danau yang mengering terjadi di Chile, Santiago. Danau tersebut mengering di duga adanya retakan yang memungkinkan air merembes ke dasar danau dan akhirnya kering. Bayangkan apabila Danau Laut Tawar mengering, sudah pasti ikan endemik yang hidup di danau tersebut akan hilang.

Lain lagi halnya dengan Danau Nyos di Kamerun, Afrika Barat. Masyarakat yang yang tinggal disekeliling danau tersebut mendadak tewas saat mereka melakukan aktivitas sehari-hari. Ada yang ditemukan tewas dalam keadaan sedang memompa air, memasak, dan lain-lain. Kemudian informasi pada malam sebelum kejadian tersebut udara terasa hangat dan tercium aroma seperti telur busuk. Para peneliti menyatakan hal


(18)

ini terjadi karena malam sebelum kejadian sebuah tebing ditepian danau jatuh dan masuk ke air. Diduga reruntuhan dari tebing yang jatuh tersebut mengoncangkan lapisan-lapisan air hingga ke lapisan yang paling dasar yang dipenuhi dengan CO2 menjadi bocor dan mengalirkan CO2 tersebut ke permukaan danau. Kemudian kerusakan yang terjadi di Danau Laut Aral yang terletak di Kazakhstan, Uzbekistan. Pada tahun 2007 danau Aral mengalami penyusutan dan ukurannya hanya tinggal 10% dari ukuran awalnya, danau tersebut juga mengandung beberapa zat kimia yang berbahaya yang ditimbulkan dari zat hasil pengujian senjata, pestisida, dan pupuk.

Apabila Danau Laut Tawar juga mengalami kerusakan seperti kasus diatas, maka akan berdampak besar terhadap keseimbangan ekologi di sekitar danau tersebut.Dari hasil konferensi danau Indonesia yang dilaksanakan pada tahun 2009 lalu di Bali, ada 15 danau kritis di Indonesia. Danau tersebut yaitu Danau Toba di Sumatera Utara; Danau Maninjau danDanau Singkarak di Sumatera Barat; Danau Kerinci di Jambi; Rawa Danau di Banten; Danau Rawapening di Jawa Tengah; Danau Batur di Bali; Danau Tempe dan Danau Matano di Sulawesi Selatan; Danau Poso di Sulawesi Tengah; Danau Tondano di Sulawesi Utara; Danau Limboto di Gorontalo; Danau Sentarum di Kalimantan Barat; Danau Cascade Mahakam-Semayang, Danau Melintang, dan Danau Jempang di Kalimantan Timur; dan Danau Sentani di Papua.

Lima belas danau yang dinyatakan kritis telah diseleksi melalui enam kriteria penilaian yaitu pertama kerusakan danau yang meliputi sedimentasi; pencemaran; eutrofikasi; penurunan kualitas dan kuantitas air yang tinggi. Kedua pemanfaatan danau yang beragam antara lain untuk pembangkit listrik; pertanian; perikanan (budidaya keramba); air baku; nilai religi dan budaya; pariwisata; serta kondisi masyarakat di sekitar danau. Ketiga komitmen pemerintah daerah dan masyarakat dalam


(19)

pengelolaan danau. Keempat fungsi strategis danau. Kelima kandungan biodiversitas di sekitar lingkungan danau misal adanya spesies ikan endemik, burung, dan vegetasi. Keenam nilai penting karbon terkait pengaruh perubahan iklim global.

Walaupun dari hasil konferensi tersebut tidak menyebutkan Danau Laut Tawar termasuk ke dalam kategori danau kritis, bukan berarti bahwa danau tersebut aman dari kerusakan karena berdasarkan penelitian M. Salehpada tahun 2000 faktanya jumlah air di Danau Laut Tawar semakin menyusut. Dan ini berpengaruh terhadap ekosistem Danau Laut Tawar seperti ikan Depik, yang merupakan ikan endemik dan menjadi ikan kebanggaan bagi masyarakat Gayo karena ikan ini memiliki nilai historis.

Nilai historis tentang ikan Depikdiwujudkan ke dalam sebuah legenda.Legenda tersebut menceritakan tentang munculnya ikan Depik di Danau Laut Tawar yang berasal dari nasi yang menghitam karena diaduk dengan menggunakan kayu geluni. Nasi tersebut dimasak oleh para pemburu, kemudian nasi yang menghitam itu dibuang ke aliran sungai yang bermuara ke danau, dari nasi gosong itu diyakini menjelma menjadi ikan Depik Sangat disayangkan apabila ikan Depik ini hilang dan hanya menjadi sebuah cerita saja, akibat dari pemanfaatan alam yang tidak ramah lingkungan seperti, penangkapan ikan yang berlebihan (over fishing) dan akibat dari hutan yang semakin berkurang di sekeliling Danau Laut Tawar.

Kerusakan hutan yang terjadi disekeliling danau ini dapat merusak ekosistem danau karena saat terjadi hujan atau musim hujan,air tidak mampu menahan resapan air dan pada saat musim hujan air akan turun ke Danau Laut Tawar dan erosi pun terjadi ketika hujan turun dan tidak ada penahannya. Maka tanah juga terbawa oleh aliran air, sehingga menyebabkan pendangkalan di Danau Laut Tawar. Pendangkalan yang terjadi mengganggu ekosistem yang ada di Danau Laut Tawar. Erosi yang terjadi mengakibatkan


(20)

air danau pada musim hujan keruh. Padahal ikan Depik hanya bisa berkembang biak di tempat yang airnya bersih dan jernih.

Hilangnya ikan Depik akan terjadi cepat atau lambat, hal ini ditandai dengan adanya informasi yang diperoleh bahwa, jumlah ikan Depik ini terus saja menurun dan menjadi masalah yang paling krusial. Berkurangnya populasi ikan Depik tersebut dapat diketahui berdasarkan Data Dinas Perikanan Provinsi Aceh 1989, hasil tangkapan ikan di Danau Laut Tawar pada tahun 1988 sebesar 455 ton. Pada tahun 1994, produksi menurun menjadi 223 ton. Tahun 2006 menjadi 79,1 ton dan terus menurun menjadi 74,5 ton tahun 2008. Penurunan hasil tangkapan ini diduga disebabkan oleh laju eksploitasi yang tinggi dan peningkatan status perairan menjadi eutraof atau pencemaran air yang disebabkan oleh munculnya nutrient yang berlebihan ke dalam ekosistem air.

Pada tahun 2007 lalu sekurang-kurangnya ada 11 jenis ikan di Danau LautTawar yang terus dieksploitasi yaitu depik (Rasbora tawarensis), kawan (Poropuntius tawarensis), peres (Osteochiluskahayensis), lele dumbo (Calrias gariepinus), ikan mas(Cyprinus carpio),mujair(Oreochromismossambicus), nila (O. niloticus) buntok (XiphophorushelleridanX. maculate), bawal(Ctenopharyngodon idella), gabus(Channa striata).(Muchlisin dan Siti Azizah, 2009).

Ancaman akan kepunahan ikan endemik di Danau Laut Tawar bukan isapan jempol belaka. Menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN), sebuah organisasi nirlaba yang bergerak dalam isu-isu lingkungan dan konservasi ikan Depik dan Kawan telah dimasukkan dalam daftar merah jenis ikan-ikan yang terancam punah (The Red List of Threatened Species)”.

Walaupun pada saat ini ikan Depik masih ada (belum punah), akan tetapi populasi ikan tersebut terus menurun dan tidak menutup kemungkinan kepunahan tersebut akan terjadi cepat atau lambat, apabila tidak ada upaya untuk melestarikan dan


(21)

mempertahankan keberadaan species tersebut. Namun upaya pemerintah belum mendapatkan hasil hingga saat ini, bahkan pemerintah pernah melakukan kebijakan yang sangat fatal dengan melepaskan ikan asing yaitu ikan grass crap(Ctenopharyngodon

idella), ikan mujair (Oreochromis mossambicus, nila (Oreochromis niloticus), lele dumbo

(Clarias gariepinus), ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan buntok (Xiphophorus sp), ikan

sapu kaca (Liposarcus pardalis).Ikan-ikan asing yang masuk ke danau akan menjadi pesaing (competitor) bagi ikan asli (indigenous). Kebijakan pemerintah sangat fatal karena ikan asing yang dilepas ke Danau Laut Tawar akan mengganggu keberlangsungan hidup ikan endemik (ikan yang sudah ada di Danau Laut Tawar) dan mengganggu ekosistem danau tersebut.

Ditambah lagi dengan adanya penebangan pohon, terutama pohon pinus di gunung yang mengelilingi danau, berdampak pada menurunnya volume air di Danau Laut Tawar.Bahkan pada Oktober 2009 penyusutan air mencapai 80 cm. Kemudian dengan dibangunnya tempat wisata di sekitaran danau ini juga menambah dampak buruk bagi ekosistem danau. Orang yang datang ke danau untuk berwisata telah menciptakan sampah di areal danau.

Ikan endemik yang menjadi kebanggan dan kekayaan alam tanah Gayoterancam punah. Punahnya ikan endemik ini, maka dapat diartikan pula sebagai punahnya pengetahuan orang Gayo tentang ikan Depik dan ekosistemnya di Danau Laut Tawar. Pengetahuan tersebut antara lain tentang teknik penangkapan ikan Depik, pengetahuan orang Gayo mengenai siklus hidup ikan Depik, kuliner khas Gayo yang dibuat dari bahan dasar ikan Depik, dan kekayaan akan cerita rakyat(folk lore) yang berhubungan dengan danau Laut Tawar. Sangat disayangkan apabila pengetahuan tersebut akan hilang begitu saja, akibat kelalaian dan ketidakpedulian manusia.


(22)

Orang Gayo memiliki pengetahuan mengenai penangkapan ikan Depik seperti teknik penangkapan penyangkulen dan dedesen.Penangkapan dengan menggunakan teknik penyangkulen merupakan salah satu teknik yang digunakan Orang Gayo untuk menangkap ikan Depik dengan rangkaian batang bambu dan doran atau jaring.Sedangkan teknik dedesen digunakan sebagai perangkap ikan Depik dengan menggunakan susunan batu yang dibentuk menyerupai parit, kemudian diujung parit tersebut diletakkan bubu sehingga ikan Depik terperangkapdi bubu tersebut. Orang Gayo juga mengetahui perilaku ikan Depik, biasanya ikan Depik hanya dapat berkembang biak di air yang dingin dan jernih.

1.2 Tinjauan Pustaka

Manusia secara alamiah berinteraksi dengan lingkungannya, manusia sebagai aktor atau pelaku dan dipengaruhi oleh lingkungan tersebut. Manusia sangat menentukan keramahan lingkungan terhadap kehidupannya sendiri dengan melalui perlakuan manusia terhadap lingkungannya. Manusia dapat memanfaatkan lingkungan tetapi manusia juga perlu untuk memelihara lingkungan agar tingkat kemanfaatannya bisa dipertahankan dan ditingkatkan. Sikap manusia dalam mengelola lingkungannya pada akhirnya akan mewujudkan pola-pola peradaban dan kebudayaan. Para ahli antropologi juga menyadari bahwa alam sekitar akan mempengaruhi kebudayaan meskipun tidak selalu bersifat negatif.

Para ahli tersebut antara lain AndrewVayda dan Roy A.Rappaport (dalam Poerwanto,2000:73) yang melakukan penelitian pada orang Maring Tsembaga di daerah Papua New Guinea. Penelitian tersebut memberikan hasil bahwa lingkungan alam di Tsembaga mempengaruhi kebudayaan seperti; adanya upacara memburu babi secara besar-besaran yang dilakukan setahun sekali di kalangan Tsembaring adapun syaratnya


(23)

dalam pemburuan babi tersebut yaitu para pemburu tidak boleh membunuh anak babi, dalam upacara ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan hubungan antarkelompok, termasuk menata kembali berbagai sumber penghidupan dan menambah protein.

Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Andrew Vayda dan Roy A.Rappaport dapat disimpulkan bahwa budaya sebagai sistem rancangan gagasan, seperti yang dinyatakan oleh Roger M. Keesingseperti berikut:

…budaya sebagai sistem rancangan gagasan, yang sedikit-banyak

dimiliki bersama untuk kehidupan dan merupakan kekhususan masyarakat tertentu. Rancangan gagasan ini hanya merupakan satu perangkat dari unsur-unsur yang membentuk tingkah laku suatu populasi dalam suatu ekosistem…”(1992:146)

Riwayat studi antropologi ekologi sudah ada pada tahun 1930-an oleh Juliant H. Steward, berkat karyanya eseinya yang berjudul “The Economic and Social Basis of

Primitive Bands” tahun 1936. Pada esei tersebut Steward membuat pertanyaan yang utuh

yaitu “bagaimana interaksi antara kebudayaan dan lingkungan yang dianalisis dalam kerangka sebab-akibat (in-causal terms), tanpa harus masuk ke dalam partikularisme”. Steward kemudian menjelaskan hubungan lingkungan dan kebudayaan dalam bukunya

Theory of Culture Change” pada tahun 1955. Dalam buku tersebut Steward

menjelaskan, mendefinisikan, dan mengembangkan “ekologi budaya”. Menurut Steward(Putra, 1994:3)

…beberapa sektor kebudayaan lebih erat kaitannya dengan

pemanfaatan lingkungan dari pada sektor-sektor yang lain. Sektor-sektor yang penting ini disebut sebagai inti budaya (cultural core)”

Persfektif ekologi budaya unsur-unsur pokoknya adalah “pola-pola perilaku”

(behaviors patterns), yakni kerja (work) dan teknologi yang dipakai dalam proses

pengolahan atau pemanfaatan lingkungan. Menurut Julian Steward kebudayaan cenderung tunduk pada lingkungan yang kuat dan bahwasannya analisis ekologi dapat


(24)

digunakan untuk menjelaskan kesamaan-kesamaan lintas budaya. Metode ekologi kebudayaan meliputi analisis:

1. Hubungan antara lingkungan dan teknologi eksploitasi atau produktif . 2. Hubungan antara pola-pola “perilaku” dan teknologi eksploitatif.

3. Seberapa jauh pola-pola “perilaku” itu mempengaruhi sektor-sektor lain dari kebudayaan (steward, 1995:40-41)

Dalam konteks antropologi persfektif ekologi merupakan suatu upaya untuk mendapatkan kerangka analisis, terutama dalam konteks saling pengaruh dan mempengaruhi antara manusia dan organisme yang ada dialam lingkungannya. Menurut Steiner (2002) ruang lingkup ekologi manusia ialah; Set of connected stuff (sekelompok unsur yang saling terkait); Integrative traits (ciri-ciri yang integratif); Scaffolding of place

and change (perancah tempat dan perubahan).Para ahli lingkungan pada umumnya

membagi kriteria lingkungan hidup dalam tiga golongan, yaitu:

1. Lingkungan fisik: segala sesuatu di sekitar kita sebagai benda mati. 2. Lingkungan biologis: segala sesuatu di sekitar kita sebagai benda hidup. 3. Lingkungan sosial, merupakan manusia yang hidup secara bermasyarakat.

Kehidupan lingkungan sangat tergantung pada ekosistemnya maka dari itu, masyarakat harus terus didorong untuk mencintai; memelihara; dan bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan. Karena untuk menjaga semua itu tidak ada yang bisa diminta untuk pertanggungjawaban kecuali manusia yang merupakan pelaku pengguna lingkungan itu sendiri.

Berikut peran lingkungan bagi individu manusia, yaitu:

1. Alat untuk kepentingan dan kelangsungan hidup manusia dan menjadi alat pergaulan sosial.


(25)

3. Sesuatu yang diikuti individu. Lingkungan yang beraneka ragam senantiasa memberikan rangsangan kepada individu lain untuk berpartisipasi dan mengikutinya serta berupaya untuk meniru dan mengidentifikasinya, apabila dianggap sesuai dengan dirinya.

4. Objek penyesuaian diri bagi individu, baik secara alloplastis maupun autoplastis. Penyesuaian diri alloplastis merupakan individu tersebut berusaha untuk merubah lingkungan. ( Tumanggor,dkk.2010)

Manusia dan kebudayaan melihat lingkungan alam dan fisik menggunakan pandangan yang berbeda sehingga mereka memiliki kebudayaan yang berbeda, menginterpretasikan dan merasakan lingkungan alam fisik yang berbeda. Peranan kebudayaan dalam menjembatani hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan fisiknya. Faktor-faktor lingkungan dan kebudayaan dilihat sebagai suatu bagian dari suatu sistem yang satu yang saling berkaitan dan saling pengaruh-mempengaruhi, sejalan dengan pendekatan yang dilakukan oleh Geertz (1968: 9-10) dalam uraiannya mengenai kebudayaan sawah dari petani Jawa.

Konsep involusi pertanian Cliford Geertz (Fedyani:2005) yang melakukan penelitian di Mojokuto menguraikan pola-pola kebudayaan yang gagal menstabilkan maupun mengubah dirinya menjadi pola yang baru, tetapi terus berkembang menjadi semakin rumit ke dalam sistem. Relevansi dari konsep involusi pertanian adalah fragmentasi lahan pertanian di Jawa merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya migrasi dari desa ke kota, dan sebagian besar migran tersebut miskin dan tidak lagi mempunyai tanah di desa.

Konsep kebudayaan yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti konsep kebudayaan James Spradley. Konsep kebudayaan James Spradley yaitu kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang


(26)

mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka (spradley:1997).Menurut Spradley kebudayaan berada di dalam mind (pikiran)manusia yang diperoleh dari proses belajar dan diterapkan atau digunakan di kehidupan mereka dan dijadikan pula sebagai strategi untuk hidup. Untuk mengetahui pengetahuan dan mind yang dimiliki individu atau masyarakat yaitu menggunakan metode folk taksonomi.

Pendekatan ini merupakan aliran dari antropologi kognitif yang berasumsi bahwa setiap masyarakat mempunyai satu sistem yang unik dalam mempersepsikan dan mengorganisasikan fenomena material, seperti benda-benda, kejadian dan emosi. Maka dari itu, kajian pada penelitian yang akan dilakukan mengarah pada cara fenomena diorganisasikan dalam pikiran (mind) manusia. Budaya yang ada didalam pikiran (mind) manusia dan bentuknya adalah organisasi pikiran tentang fenomena material.

Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh orang Gayo mengenai ekosistem ikan Depik juga merupakan budaya yang ada didalam pikiran (mind) orang Gayo, yang mungkin dari pengetahuan tersebut diterapkan dan menjadi sebuah kearifan lokal Orang Gayo. Budaya yang didapat oleh Orang Gayo melalui proses belajar dan diinterpretasikan ke dunia sekelilingnya dan dijadikan strategi dalam menghadapi dunia sekelilingnya. Berbicara tentang kearifan lokal, konsep kearifan lokal yang saya gunakan mengacu kepada defenisi kearifan lokal menurut Keraf (2002), kearifan lokal adalah semua bentuk yang berhubungan pengetahuan, keyakinan, pemahaman, atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Berdasarkan konsep kearifan lokal yang saya gunakan dalam penelitian ini, maka kearifan lokal orang gayo tentang ekosistem ikan Depik merupakan bentuk dari hubungan pengetahuan, keyakinan, pemahaman serta kebiasaan perilaku orang gayo dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis.


(27)

Pada judul penelitian ini juga berhubungan dengan ekosistem, walaupun ekosistem yang saya angkat dalam penelitian ini tidak seperti penelitian yang dilakukan oleh ahli ekologi dan ahli perikanan, paling tidak saya harus memahami konsep ekosistem. Konsep ekosistem yang saya gunakan konsep dari Soemarwoto (1994), ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Suatu sistem terdiri atas komponen-komponen yang bekerja secara teratur sebagai satu kesatuan. Masing-masing komponen itu mempunyai fungsi, selama masing-masing komponen itu melakukan fungsinya dan bekerja sama dengan baik, maka keteraturan ekosistem akan tetap terjaga.

Manusia meliputi organisme dan lingkungan yang merupakan suatu ekosistem, dan manusia melakukan adaptasi dengan organisme yang lain yang ada dilingkungannya. Dari adaptasi tersebut menghasilkan keseimbangan yang dinamis. Dengan adanya kebudayaan yang dimiliki manusia, manusia mampu mengembangkan seperangkat sistem gagasannya; dengan kata lain manusia dapat menyesuaikan diri sebagai bagian dari ekosistem.(Poerwanto,2000:62)

Dari penjelasan mengenai konsep ekosistem diatas, maka dapat disimpulkan bahwa berbicara tentang ekosistem ikan Depik maka akan menyingung tentang kehidupan makhluk lain yang ada di Danau Laut Tawar, karena semua makhluk yang ada disekeliling Danau Laut Tawar merupakan suatu komponen yang memiliki fungsi masing-masing. Apabila salah satu komponen hilang maka akan mengganggu komponen yang lainnya, dengan begitu keteraturan ekosistem di Danau Laut Tawar tidak terjaga.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan orang Gayo mengenai ekosistem


(28)

danau Laut Tawar dan populasi ikan Depikyang semakin hari jumlahnya semakin menurun. Sementara masyarakat yang meminta depik semakin bertambah.

Peneliti akan membagi pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pengetahuan Orang Gayo tentang ikan Depik dalam ekosistem Danau Laut Tawar?

2. Bagaimana pengetahuan Orang Gayo tentang cara penangkapan ikan Depik?

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman bagaimana pengetahuan orang Gayo mengenai ekosistem ikan Depik. Setiap penelitian diharapkan memberi manfaat baik untuk masyarakat, untuk para peneliti tentang perikanan di air tawar, maupun bagi orang Gayo sendiri. Tersedianya data-data dan informasi menyangkut ekosistem ikan Depik, maka sangat besar manfaatnya bagi masyarakat untuk dapat memahami cara hidup ikan Depik. Disamping itu juga sebagai bahan masukan dalam kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan perikanan bagi masyarakat, tetapi sekaligus sebagai usaha dalam melestarikan nilai-nilai budaya bangsa.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah terbentuknya perhatian yang lebih besar di kalangan masyarakat peneliti, ilmuan sosial budaya, khususnya di Indonesia dan Aceh Tengah, sehingga lahirlah konsep-konsep, teori-teori, metode serta model-model pemikiran sebagai bahan masukan dalam kebijaksanaan pembinaan dan pengembangan perikanan dan mempertahankan pengetahuan Orang Gayo tentang ikan Depik dan ekosistemnya.

1.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai bulan Oktober 2013. Penelitian ini bermula dari wilayah Kec. Kebayakan, Aceh Tengah. Alasan untuk


(29)

memilih wilayah Kecamatan Kebayakan karena dominan nelayan ikan Depik tinggal di Kecamatan ini. Tidak menjadi patokan informan harus berasal atau tinggal di daerah Kecamatan Kebayakan, semua Orang Gayo yang mengetahui hidup ikan Depik dan Danau Laut Tawar dapat dijadikan sebagai narasumber atau informan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi tentang pengetahuan orang Gayo mengenai ekosistem danau dan ikan Depik.

1.6 Metode Penelitian

Keadaan lingkungan Danau Laut Tawar semakin memburuk dan tidak sehat. Kondisi Danau Laut Tawar yang semakin memburuk itu dapat dilihat melalui makhluk yang hidup di dalamnya.Danau Laut Tawar merupakan tempat hidup bagi ikan endemik yaitu ikan Depik, yang kini keberadaannya terancam karena selalu diekslpoitasi oleh manusia. Yang lebih unik lagi Orang Gayo memiliki teknik tradisional dalam penangkapan ikan Depik yaitu dedesen dan peyangkulen.Hal tersebut membuat saya tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang “icon” dari kota Takengon yaitu Danau Laut Tawar dan ikan Depik.

Selain itu karena kedekatan dan kecintaan saya dengan suku Gayo membuat saya harus melakukan penelitian tentang Gayo, sebagian orang berpikir kalau saya memilih tempat penelitian di Takengon karena Ibu saya Orang Gayo, dan banyak saudara yang disana sehingga saya berada di zona nyaman saat melakukan penelitian. Tanggapan itu tidak saya salahkan zona nyaman tersebut memang saya rasakan selama saya melakukan penelitian, akan tetapi tujuan yang paling penting adalah bagaimana saya sebagai manusia yang memiliki keturunan Gayo ingin memberikan sumbangsih berupa hasil penelitian saya ini, yang mungkin akan digunakan dan bermanfaat bagi Orang Gayo .


(30)

Awal bulan September malam tepatnya pada pukul 20.00 wib saya memulai perjalanan saya ke kota Takengon, dengan menggunakan kendaraan yaitu bus umum. Perjalanan dari Medan ke Takengon menghabiskan waktu lebih kurang 11 jam. Selama berada di perjalanan tidak ada masalah, namun aroma pengharum bus terlalu menyengat sehingga beberapa kali saya merasa mual, untuk mengatasinya mulut saya tidak berhenti untuk menghisap permen agar mual yang dialami sedikit berkurang. Jalan lintas Medan-Banda Aceh terkenal mulus, namun jalan ke Takengon khususnya dari Bireun ke Takengon ada pembangunan jalan, sehingga ada beberapa badan jalan tertutupi oleh tanah dan banyak tikungan, jelas rasa mual itu terasa lagi.

Udara dingin semakin menusuk ke tubuh membuat saya semakin bersemangat karena udara dingin menandakan kami sudah berada di tanah Gayo. Dan flu mulai menyerang saya di hari pertama di kota Takengon, dan itu sudah biasa bagi saya setiap ke daerah ini, hidung saya selalu basah (pilek) dari hari pertama sampai pulang ke Medan.

Pukul 07.00 wib saya tiba di Takengon dan langsung menuju ke rumah kerabat yang merupakan saudara perempuan ibu saya. Saya memanggilnya dengan sebutan bibi. Selama melakukan penelitian saya tinggal di rumahnya, dan berhubung rumah bibi saya tersebut dekat dengan lokasi dan mempermudah akses saya selama melakukan penelitian. Setelah dua hari di kota Takengon penelitian saya awali dengan mendatangi kantor camat Kebayakan, dengan tujuan meminta izin untuk melakukan penelitian di daerah Kebayakan. Karena nelayan ikan Depik banyak tinggal di daerah ini tepatnya di daerah mendale, namun tidak ada batasan informan dalam penelitian ini, selagi orang tersebut Orang Gayo dan paham tentang ikan Depik saya jadikan sebagai informan. Informan pertama saya adalah bapak Ismail yang biasanya dipanggil Aman Nani. Saya ke rumah Aman Nani malam hari ditemani oleh sepupu saya, ketika itu Aman Nani sedang membuat dayung sampan dalam bahasa Gayo disebut dengan luge, karena sedang


(31)

melakukan aktifitas Aman Nani meminta saya untuk menjelaskan apa yang akan saya tanyakan terhadapnya dan Aman Nani akan menuliskan penjelasannya di beberapa kertas. Saat itu saya sedikit ragu, apakah seorang antropolog yang sedang melakukan penelitian diperbolehkan mendapatkan data melalui tulisan informan, namun saran dari Aman Nani itu saya iyakan.Dan tidak lama kami pulang dan saya tidak mendapatkan data. Beberapa hari kemudian saya kembali lagi mendatangi rumah Aman Nani, dan beliau mengatakan bahwa tulisannya sudah dibuat namun dihilangkan oleh cucunya. Lalu kami mengobrol yang diawali dengan pembicaraan ringan, ini merupakan kesempatan saya untuk menyinggung sedikit tentang ikan Depik dan secara tidak sadar Aman Nani sudah saya wawancarai. Saya memulai dari yang paling sering diceritakan oleh Orang Gayo mengenai Danau Laut Tawar yaitu legenda sejarahnya ikan Depik. Digenggaman saya ada sebuah handphone yang sudah siap untuk merekam semua obrolan kami. Memang data dari pembicaraan tersebut tidak terlalu banyak menguak tentang hidup ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar.

Kedatangan ketiga kalinya sedikit membaik, Aman Nani mengambil dua carik kertas yang sudah ditulis tangan dan beliau menjelaskan dan membaca hasil tulisannya secara mendetail tidak lupa pula alat perekam sudah saya siapkan. Karena saya banyak tanya maka kertas yang tadinya 2 lembar jadi bertambah menjadi 5 lembar, belum lagi obrolan penting yang tidak ditulis tetapi terekam di handphone saya. Akhirnya banyak informasi yang saya dapatkan, seperti penjelasan mengenai alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan Depik dan perangkat-perangkatnya.

Data yang sudah didapatkan masih sangat kurang kemudian bibi saya menganjurkan untuk bertemu dengan seorang pemilik dedesenyaitu bapak Herman (Aman Fijas) kemudian kami menentukan jadwal untuk wawancara dengan Aman Fijas. Setelah hari untuk wawancara tiba kami ke rumah bapak Herman (Aman Fijas) dan


(32)

melangsungkan wawancara tepatnya mengobrol dan keadaan tidak kaku. Pada obrolan kali ini semakin banyak informasi yang didapat seperti ikan Depik dari dedesen mengenai perilaku ikan Depik dan tanggal khusus untuk menangkap ikan khas tersebut, sehingga dapat melengkapi informasi sebelumnya.

1.6.1 Lapangan

Untuk memperoleh data-data dilapangan peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1.6.2Observasi

Observasi yaitu pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang terjadi pada saat penelitian. Selama melakukan penelitian,saya melakukan observasi ke beberapa tempat. Tempat pertama, saya mengobservasi pemukiman warga yang dominan warganya berprofesi sebagai nelayan,tepatnya di Kala Lengkio. Saat melakukan observasi saya ditemani oleh Ibu Ami yang tidak lain adalah bibi saya. Setibanya di lokasi kami melihat kegiatan dimana ibu-ibu yang berprofesi sebagai moge1, sedang bercerita dengan empat orang bapak-bapak paruh baya yang juga berprofesi sebagai nelayan.

Ternyata mereka melakukan interaksi yang sifatnya santai, isi pembicaraan mereka yang saya dengar mengenai kehidupan mereka sehari-hari. Bagaikan bercerita dengan teman dan kerabat tidak ada yang berbeda, ditempat itu (dipinggir danau yang letaknya berada di belakang rumah warga). Karena kami datang terlalu siang maka kami tidak melihat aktivitas nelayan yang baru pulang dari tengah danau untuk menangkap ikan Depik, kemudian beberapa nelayan menyarankan agar kembali lagi di hari berikutnya sekitar jam setengah tujuh pagi. Hari minggu pagi dijadikan sebagai jadwal observasi

      

1


(33)

berikutnya, di pagi itu terasa sangat dingin bahkan untuk bangun dari ranjangpun terasa berat karena sudah merasa nyaman di tumpukan selimut.

Kami bergegas menuju tempat nelayan di Kala Lengkio pukul setengah tujuh dengan ditemani bibi dan suami bibi saya dengan mengendarai sepeda motor, tiba dilokasi sudah terlihat beberapa orang yang bapak-bapak, yang sebagian berjongkok sambil menghisap rokok dengan sarung(upuh kerung) yang dikalungkan dileher2 sambil bercerita.Para ibu-ibu berdiri sebagian sambil menggendong anaknya, dan yang paling menarik saat itu adalah sebuah perahu yang baru kembali ke darat dengan membawa hasil tangkapan ikan Depik yang di tangkap melalui jaring (doran) kedatangannya disambut dengan seorang ibu yang tak lain adalah istrinya sendiri.

Kemudian istrinya bergegas dan memeriksa jaring untuk melihat hasil tangkapan ikan Depik pada hari itu, dan mengambil ikan Depik dari jeratan jaring. Itu pengalaman pertama saya melihat ikan Depik yang baru tertangkap dan masih di jaring secara langsung. Disela-sela pengamatan saya gunakan juga untuk berinteraksi dengan beberapa nelayan, dan kemudian bertemu dengan informan bernama Ruhdan (Aman Tina) berusia 35 tahun yang merupakan ketua kelompok pengolah dan pemasaran ikan Depik dan memulai obrolan mengenai ikan Depik. Setelah beberapa lama mengobrol kami kembali melanjutkan perjalanan ke tempat dedesen milik kerabat dari wawak saya (suami bibi) dan saat itu angin bertiup kencang dan menurunkan rintik-rintik hujan yang membuat udara semakin dingin tangan serasa membeku, hidung saya merah dan pilek yang saya derita semakin menjadi-jadi.

Kemudian sampai di tempat dedesen ternyata pagarnya digembok sehingga kami tidak bisa masuk kemudian wawak saya menghubungi temannya dan memutuskan untuk

      

2

Sarung yang diselepangkan dan dililit ke bagian leher menjadi fenomena khas di di tanah Gayo. Biasanya para lelaki yang sering menggunakan sarung (upuh kerung) dengan cara dililitkan keleher atau


(34)

mendatangi tempat dedesen kembali mengendarai sepeda motor sambil menikmati pemandangan Danau Laut Tawar di keadaan cuaca berangin dan gerimis dan sampai ditempat, untuk mencapai tempat dedesen kami harus berjalan lebih kurang 150 meter dan menuruni tebing di pinggir danau, dengan nafas terengah-engah dan hati-hati kami menuju dedesendan saya sangat menikmati perjalanan itu.

Tiba di tempat dedesen terlihat beberapa kubus yang ditutupi oleh daun serule yang sudah kering, di tempat itu terlihat 3 susunan dedesen yang terlihat sangat rapi dan bersih air danau pun sangat jernih, sehingga terlihat batu-batu yang ada di dasar danau dan melihat mata air yang keluar dari celah-celah tebing. Terlihat jelas dedesen yang dimaksud oleh Orang Gayo, sebelumnya saya hanya membanyangkan bentuknya dari penjelasan yang sudah diberikan, pengalaman yang sangat mengesankan pada saat itu.

Teknik observasi ini dilakukan peneliti untuk melihat langsung, mendengar, dan mencatat kejadian-kejadian ataupun aktifitas yang terjadi pada proses kegiatan yang dilakukan oleh nelayan ikan Depik. Dalam penelitian ini menggunakan metode observasi tanpa partisipasi. Dalam observasi tanpa partisipasi peneliti akan mengamati tanpa harus ikut serta dengan nelayan. Kemudian peneliti akan langsung terjun kelapangan dengan cara bersosialisasi dengan para nelayan ikan Depik dan masyarakat sekitar. Observasi ini berguna untuk mendapatkan data yang benar tanpa rekayasa. Hasil observasi atau penelitian ini kemudian dituangkan dalam bentuk catatan lapangan.

1.6.3Wawancara

Wawancara mendalam dengan informan, yaitu proses tanya jawab secara langsung yang ditujukkan terhadap informan di lokasi penelitian dengan meggunakan interview guide (pedoman wawancara). Informan kunci dipilih berdasarkan pengetahuan mereka tentang kearifan lokal mengenai ikan Depik di Danau Laut Tawar, semakin banyak yang


(35)

mereka ketahui tentang pengetahuan dan kearifan lokal yang mereka miliki tentang ekosistem ikan depik, maka semakin banyak informasi yang peneliti dapatkan.

Dalam peneliti ini saya mendapatkan tiga informan kunci yaitu Bapak Ismail (Aman Nani), Bapak Herman (Aman Fijas) dan Bang Ruhdan (Aman Tina). Ketiga informan kunci berprofesi sebagai nelayan dan memahami tentang hidup ikan Depik dan Danau Laut Tawar. Saat melakukan wawancara dengan informan saya berusaha santai sehingga informan tidak kaku dan memancing informan untuk berbicara lebih banyak sehingga banyak hal-hal yang terungkap yang tidak saya ketahui.

Peneliti menggunakan teknik indepth interviewatau wawancara mendalam untuk mendapat data seperti bagaimana sejarah munculnya ikan Depik di Danau Laut Tawar, istilah-istilah untuk sebutan ikan Depik ada di danau tersebut, bagaimana tanda-tanda musim ikan Depik, dan bagaimana perilaku ikan Depik. Pencarian informan ini akan dibantu oleh salah satu masyarakat desa tersebut yang dikenal dan dapat dipercaya. Nelayan ikan depik dan Orang Gayo yang dapat menjawab fokus yang menjadi objek penelitian.

Untuk melengkapi data yang diperoleh dari lapangan, peneliti mencari data kepustakaan yang terkait dengan masalah penelitian yang berupa buku-buku, majalah, surat kabar, artikel dari situs internet dan tulisan-tulisan lainnya untuk menambah pemahaman peneliti terhadap permasalahan yang diteliti.

1.6.4 Artefak

Artefak atau alat-alat yang mereka pergunakan dapat menambah informasi data, dan dapat memahami nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat melalui makna dari fungsi artefak tersebut. Artefak dalam penelitian ini seperti alat yang digunakan para


(36)

nelayan untuk menangkap ikan depik yaitu penyangkulen, dedesen, doran (jaring). Dari alat yang mereka gunakan maka dapat dipahami makna dari alat yang mereka gunakan.

1.6.5 Historis

Untuk menjawab keinginan peneliti dalam menguak bagaimana pengetahuan masyarakat dan keadaan tentang ekosistem di Danau Laut Tawar. Dari metode historis ini, peneliti dapat mengetahui perbedaan keadaan tentang Danau Laut Tawar dan dapat mengetahui perubahan teknik untuk menangkap ikan Depik di Danau Laut Tawar.

Peralatan-peralatan yang digunakan dalam penelitian ini berupa alat perekam yang digunakan saat wawancara, dan alat dokumentasi seperti kamera yang digunakan pada saat observasi. Dengan adanya peralatan-peralatan tersebut mempermudah peneliti untuk mendapatkan data yang lebih lengkap serta adanya bukti yang fakta dari lapangan.Sejalan dengan ini peneliti juga menggunakan referensi-referensi yang diperlukan untuk mendukung penelitian ini. Adapun referensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku, bahan-bahan dari internet, dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar mempermudah peneliti untuk mengolah data yang didapat dari lapangan.

Rapport (menjalin hubungan baikdengan informan) menjadi satu hal pokok yang perlu dijelaskan secara lebih rinci. Bagaimana seorang peneliti bisa masuk dalam suatu lingkungan dan diterima agar lebih mudah untuk mendapatkan data yang akurat. Pada penelitian ini, peneliti memposisikan diri sebagai orang yang tidak mengetahui tentang ikan Depik dan ekosistemnya. Sehingga ingin mendapatkan pengetahuan secara mendalam tentang ikan Depik . Bersikap ramah dan terbuka merupakan cara yang efektif dalam mendekatkan diri dengan informan. Selain itu, peneliti sudah memiliki hubungan baik dengan salah satu penduduk yang tinggal disekitar danau sehingga lebih memudahkan peneliti untuk mendapatkan infomasi.


(37)

1.6.6 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti melakukan wawancara dan mendapatkan data. Data yang didapat dari wawancara dengan informan, disimpan melalui alat perekam. Dalam pengumpulan data ini peneliti melakukan perubahan bentuk rekaman wawancara ke dalam tulisan atau biasa disebut dengan transkrip wawancara. Transkrip wawancara dibuat dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengklasifikasi data. Proses dalam membuat transkrip wawancara ini membutuhkan waktu yang lumayan lama, pada penelitian ini penulis memerlukan waktu satu minggu.Karena pada tahapan ini peneliti harus fokus mendengarkan rekaman wawancara.

Pekerjaan ini sangat menjenuhkan bagi saya, karena untuk satu kalimat saja bisa diulang sampai tiga kali bahkan sampai kuping terasa panas. Karena terkadang percakapan yang direkam tidak terdengar dengan jelas. walaupun begitu transkrip wawancara memiliki fungsi sebagai bukti validitas penelitian, sehingga para peneliti wajib membuat dan memiliki transkrip wawancara.

Selain membuat transkrip wawancara, catatan selama melakukan penelitian juga sangat diperlukan. Karena tidak semua interaksi peneliti dengan informan terekam melalui alat perekam, biasanya catatan tersebut ditulis ketika ada interaksi dengan informan yang waktunya singkat dan penting sehingga peneliti tidak sempat merekam, dan kemudian ditulis dengan tujuan agar peneliti tidak lupa. Karena bentuknya yang tidak teratur terkadang peneliti bingung ketika membaca kembali tulisan yang sudah ditulis sebelumnya.

1.6.7 Analisa Data

Analisis data dalam penelitian merupakan suatu pandangan mengenai penulis untuk bersikap objektif terhadap data yang diperoleh di lapangan. Peneliti memeriksa


(38)

data ulang untuk melihat kelengkapan data. Data yang diperoleh dari lapangan akan dianalisis secara kualitatif dan disusun sesuai dengan kategori-kategori tertentu sebagaimana yang dikemukakan oleh informan. membuat Kemudian dilakukan pengalisaan hubungan dari setiap bagian yang telah disusun untuk memudahkan saat mendeskripsikannya. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil analisa data dan telaah pustaka yang disesuaikan dengan tujuan dari peneliti.

Penelitian antropologist dengan metode etnografi memberikan suatu bentuk analisis data lapangan berupa “ongoing analysis” yang berarti sebagai proses analisis berjalan terhadap kerja lapangan yag berdasarkan pada observasi dan wawancara terhadap informan. Langkah selanjutnya data-data ini akan dianalisis secara kualitatif melalui teknik taksonomi, sehingga data yang diperoleh akan diklasifikasi berdasarkan kelasnya. Keseluruhan data yang diperoleh dari observasi, wawancara dan sumber kepustakaan disusun berdasarkan pemahaman akan fokus penelitian atau berdasarkan kategori-kategori yang sesuai dengan tujuan penelitian.


(39)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak Geografis dan Sejarah Kabupaten Aceh Tengah

Aceh tengah merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Ibukota Kabupaten Aceh Tengah yaitu Takengon, yang memiliki luas wilayah 445.404,12 Ha terdiri dari 14 Kecamatan dan 268 Desa. Kota Takengon terletak pada ketinggian 200-2600 meter di atas permukaan laut. Daerah ini terletak pada 4°10’-4°58’ Lintang Utara dan 96°18’-96°22’ Bujur Timur. Ditinjau dari letaknya Kabupaten Aceh Tengah, pada bagian Utara berbatasan dengan Kabupaten Bieruen dan Kabupaten Aceh Utara. Pada bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie dan Kabupaten Aceh Barat. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur. Sedangkan disebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Nagan Raya dan Kabupaten Gayo Lues.

Kabupaten Aceh Tengah terbagi lagi menjadi 14 Kecamatan, Kecamatan tersebut antara lain: Atu Lintang, Bebesen, Bies, Bintang, Celala, Jagong Jeget, Kebayakan, Ketol, Kute Panang, Linge, Lut Tawar, Pegasing, Rusip Antara, dan Silih Nara. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah

No Kecamatan Luas (Ha)

1 Linge 176.624,89

2 Bintang 57.826,07

3 Lut Tawar 8.310,16 4 Kebayakan 4.817,95 5 Pegasing 18.687,11


(40)

No Kecamatan Luas (Ha)

6 Bebesan 2.895,52

7 Kute Panang 2.094,86 8 Silih Nara 7.504,35

9 Ketol 61.146,86

10 Celala 10.881,85

11 Atu Lintang 14.626,87 12 Jagong Jeget 18.824,75

13 Bies 1.231,55

14 Rusip Antara 59.931,33

Total 445.404,13

Sumber : Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Aceh Tengah

Awal mula nama kota Takengon berasal dari bahasa Gayo “Beta ku engon” yang berarti begitu saya lihat. Dan diduga kata-kata tersebut diucapkan oleh Genali yang merupakan orang pertama yang dipercaya menemukan kota Takengon. Kabupaten Aceh Tengah berdiri pada tanggal 14 April 1948 berdasarkan Oendang-oendang No. 10 tahoen 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah Kabupaten pada tanggal 14 November 1956 melalui Undang-undang No.7 (Drt) Tahun 1956.

Wilayahnya meliputi tiga kewedanaan yaitu kewedanaan Takengon, Gayo Lues dan Tanah Alas. Kemudian pada tahun 1974 Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan kembali menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Aceh Tenggara melalui Undang-undang No. 4 Tahun 1974, pemekaran ini terjadi karena sulitnya transportasi dan didukung oleh masyarakat. Dan kembali lagi dimekarkan pada tanggal 7 Januari 2004 Kabupaten Aceh Tengah tetap menjadi Ibukota Takengon dan Bener Meriah menjadi Ibukota Simpang Tiga Redelong, dengan Undang-undang No. 41 Tahun 2003.

Kolonial Belanda memasuki wilayah Aceh Tengah sekitar tahun 1904, kolonial Belanda tertarik untuk datang ke Aceh Tengah karena potensi perkebunan tanah Gayo sangat cocok untuk budidaya Kopi Arabika, tembakau dan damar. Pada masa ini wilayah


(41)

Aceh Tengah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus Atjeh dengan Sigli sebagai Ibukotanya. Pada masa itu juga di kota Takengon mulai berkembang menjadi pusat pemasaran hasil bumi dataran tinggi Gayo, khususnya sayuran dan kopi. Kemudian masuknya penduduk Jepang pada tahun 1942-1945 sebutan Onder Afdeeling Takengon diubah menjadi Gun yang dipimpin oleh Gunco. Setelah kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 sebutan tersebut berganti lagi menjadi wilayah yang kemudian berubah lagi menjadi Kabupaten.

2.2 Iklim

Kabupaten Aceh Tengah termasuk ke dalam daerah yang beriklim Tropis, dan memiliki dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau. Musim penghujan berlangsung dari bulan September sampai November.Curah hujan rata-rata setiap tahun 1.082 mm sampai dengan 2.409 mm, rata-rata hujan setiap tahun 113 hari sampai dengan 160 hari per tahun. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan November yang mencapai 316,5 mm, curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli yang mencapai 6,2 mm. Sedangkan pada musim kemarau berlangsung pada bulan Januari sampai Agustus. Selengkapnya dapat diilihat dalam tabel 2.2.

Tabel 2.2

Data Curah Hujan Kabupaten Aceh Tengah

Tahun 2007 – 2012

Tahun Curah Hujan

2007 138,75 mm

2008 162,71 mm

2009 292,52 mm

2010 216,98 mm

2011 165,77 mm

2012 196 mm


(42)

Kabupaten Aceh Tengah memiliki suhu udara yang sejuk antara 10-20°C, suhu terpanas terjadi pada bulan April dengan suhu 26,6°C. Dan suhu terdingin pada bulan September dengan suhu 19,700C. Kelembaban udara di Aceh Tengah berkisar 80,08%,kelembaban udara terbasah 86,28% dan terkering 74,25%. Kecepatan angin tercepat 2,53m/det dan terlambat 0,95m/det.

2.3 Topografi

Kabupaten Aceh Tengah memiliki topografi wilayah yang bervariasi mulai dari dataran dengan kemiringan lereng 0-2%, landai dengan kemiringan 2-8%, berombak dengan kemiringan lereng 8-15%, bergelombang dengan kemiringan lereng 15-25%, berbukit dengan kemiringan lereng 25-40%, bergunung dengan kemiringan lereng >40%. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.3.

Tabel 2.3

Kemiringan Lahan, Bentuk dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tengah

No

Kemiringan Lereng (%)

Bentuk Wilayah Luas Wilayah (Ha)

(%)

1 0 – 2 Datar 4.780,91 1,07

2 2 – 8 Landai 7.100,07 1,59

3 8 – 15 Berombak 32.115,33 7,21

3 15 – 25 Bergelombang 101.180,05 22,72

4 25 – 40 Berbukit 184,932,46 41,52

5 >40 Bergunung 115,295,30 25,89

Jumlah 445.404,12 100,00 Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPA) Kabupaten Aceh Tengah

Kabupaten Aceh Tengah memiliki ketinggian tempat yang beragam, dimulai dari ketinggian 100-250 mdpl 0,03%, ketinggian 250-500 mdpl 4,70%, ketinggian 500-750


(43)

mdpl 12,29%, ketinggian 750-1000 mdpl 13,85%, ketinggian 1000-1250 mdpl 17,47%, ketinggian 1250-1500 mdpl 20,35%, ketinggian 1500-1750 mdpl 24,18%, ketinggian 1750-2000 mdpl 6,60% dan ketinggian >2000 mdpl 0,53%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.4.

Tabel 2.4

Ketinggian Tempat dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tengah No Ketinggian (mdpl)

Luas Wilayah(Ha)

%

1 100 – 250 127,41 0,03

2 250 – 500 20.919,72 4,70

3 500 – 750 54.738,76 12,29

4 750 – 1.000 61.686,22 13,85

5 1.000 – 1.250 77.834,09 17,47

6 1.250 – 1.500 90.645,32 20,35

7 1.500 - 1750 107.711,95 24,18

8 1.750 – 2000 29.376,90 6,60

9 > 2000 2.363,76 0,53

Jumlah 445.404,13 100,00 Sumber: Buku Putih Sanitasi (BPA) Kabupaten Aceh Tengah

2.4 DAS (Daerah Aliran Sungai)

Daerah aliran sungai yang ada di Kabupaten Aceh Tengah, antara lain; Kreung Peusangan, Kreung Woyla, Kreung Jambo Aye, Kreung Meureubo, Kreung Tripa, Kreung Tamiang, Kreung Seunagan. Sungai dimanfaat oleh masyarakat sekitar sebagai sumber air untuk pertanian, perkebunan, kebutuhan sehari-hari dan digunakan untuk pembangkit listrik. Sungai-sungai yang digunakan untuk pembangkit listrik yaitu Sungai Peusangan dan anak-anak Sungai Woyla. Sungai Peusangan dimanfaatkan sebagai


(44)

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan di alirkan ke Kecamatan Silih Nara yaitu di Dusun Singkiren Kampung Semelit Mutiara. Kemudian Sungai Peusangan dan anak-anak Sungai Woyla dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang di pasok untuk kebutuhan listrik di beberapa tempat, yakni; Kampung Bergang dan Karang Ampar Kecamatan Ketol dengan kapasitas 45 kw; Kampung Berawang Dewal dan Kampung Merah Said Kecamatan Jagong Jeget dengan kapasitas 200 kva; Kampung Tanjung dan Kampung Kuala Rawa Kecamatan Rusip Antara dengan kapasitas 150 kw; dan Kampung Tanoh Depet dan Depet Indah Kecamatan Celala dengan kapasitas 45 kw.

2.5Danau Laut Tawar

Kabupaten Aceh Tengah juga memiliki sebuah danau, danau tersebut dinamakan dengan Danau Laut Tawar. Biasanya orang setempat menyebutnya dengan Danau Lut

Tawar. secara astronomis Danau Laut Tawar ini terletak di040 50’ LU dan 960 50’ BT

memiliki luas kira-kira 5.472 Ha dengan panjang 17 km dan lebar 3.219 km, volume air kira-kira 2.537.483.884 m3 atau 2,5 triliun liter. Pasokan air Danau Laut Tawar didapat dari 14 sungai dan anak sungai yaitu Wih Nareh, Wih Gembrik, Wih Empan, Wih Rawe, Wih Nosar, Wih Menganya, Wih Bewang, Wih Uning, Wih Kala Rengki, Wih Kebayakan, Wih Ulung (ular) Gajah, Wih Bintang, dan Wih Linung Bulen.

Danau Luat Tawar ini dikelilingi oleh barisan gunung dan bukit antara lain bur ni Kelieten, bur ni Birang Panyang, bur ni Telege, bur ni Lelabu, maka tidak heran Danau Laut Tawar ini juga dijadikan sebagai komoditi pariwisata. Selain itu Danau Laut Tawar juga dimanfaatkan warga sekitar untuk memenuhi kebutuhan warga. Maka warga sekitar Danau Laut Tawar tidak sedikit yang berprofesi sebagai nelayan air tawar, dan air danau tersebut juga dimanfaatkan sebagai irigasi untuk petani sawah yang ada di sekitar danau Laut Tawar. Di sekeliling Danau Laut Tawar terdiri dari beberapa wilayah Kecamatan,


(45)

yaitu; Kecamatan Lut Tawar, Kecamatan Kebayakan, Kecamatan Bebesen dan Kecamatan Bintang.

Danau Laut Tawar memiliki kedalaman yang bervariasi berdasarkan relief danau, berikut ukuran kedalaman Danau Laut Tawar:

- 35 meter dari pinggir danau memiliki kedalaman 8,9 meter - 100 meter dari pinggir danau memiliki kedalaman 19,27 meter - 620 meter dari pinggir danau memiliki kedalaman 51,13 meter

Begitu pula dengan suhu di Danau Laut Tawar, suhu air di danau ini juga bervariasi berdasarkan tingkat kedalamannya. Berikut ukuran suhu air Danau Laut Tawar berdasarkan kedalamannya:

- Kedalaman 1 meter dengan suhu 21,55° C - Kedalaman 5 meter dengan suhu 21,37° C - Kedalaman 10 meter dengan suhu 21,15° C - Kedalaman 20 meter dengan suhu 20,70° C - Kedalaman 50 meter dengan suhu 19,35° C

Di sekeliling Danau Laut Tawar terdapat lahan hutan Pinus namun secara perlahan hutan Pinus ini semakin berkurang. Salah satu faktor yang menyebabkan berkurangnya hutan di sekeliling danau yaitu hutan yang dijadikan lahan perkebunan. Alih fungsi lahan ini berdampak pada menyusutnya debit air dan tingginya sedimentasi di Danau Laut Tawar.


(46)

Danau Laut Tawar dikelilingi oleh batu gamping3 dan batuan metasedimen4 umumnya struktur geologi di sekitar Danau Laut Tawar berupa Karts yang ditandai dengan gua-gua yang ada di sekeliling danau, struktur perlipatan, dan Sesar yang ditandai dengan adanya air terjun. Lingkungan Danau Laut Tawar terdiri dari kemiringan yang landai, curam, dan sangat curam. Lingkungan danau yang kemiringan yang landai yaitu berada di sekitar Kecamatan Kebayakan, Kecamatan Lut Tawar, Kecamatan Bebesen, dan Kecamatan Bintang. Lingkungan dengan kemiringan yang curam berada di sekitar Kecamatan Lut Tawar, Kecamatan Kebayakan, dan Kecamatan Bintang. Serta lingkungan dengan kemiringan sangat curam berada di sekitar Kecamatan Lut Tawar.

Keindahan alam menjadikan Danau Laut Tawar sebagai tempat yang banyak menarik wisatawan baik dari dalam maupun luar negri. Selain itu Danau Laut Tawar juga memiliki peran penting dalam pengendalian keseimbangan air khusus untuk Kota Takengon dan menjadi sumber air untuk Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Bireun, Kabupaten Aceh Utara. Danau Laut Tawar diduga oleh Ir. P.J Jansen terbentuk karena adanya sesuatu material yang hilang dari dalam gunung berapi, lalu akibat dari kekosongan yang terjadi dasar tanah turun ke pusat bumi hal ini terbukti bahwa tepi bagian utara dan selatan sangat curam5. Air Danau Laut Tawar ini dipasok dari mata air yang ada di celah-celah tebing yang berdampingan dengan Danau Laut Tawar, informasi ini saya peroleh dari salah satu informan saya yang bernama Aman Nani. Berikut pernyataannya:

      

3

Batu gamping adalah batuan fosfat yang sebagian besar tersusun oleh mineral kalsium karbonat (CaCo3). 4

Batuan metasedimen adalah batuan malihan yang berasal dari batuan sedimen. Beberapa contoh batu malihan Sabak, Filit, Sekis, Marmer dst. Selengkapnya dapat dilihat melalui

http://one2land.wordpress.com/2010/01/22/mineral-dan-batuan/ 5

Dapat dilihat dalam buku C. Snouck Hurgronje “Gayo: Masyarakat dan Kabudayaan Awal Abad ke-20”


(47)

“…. Dedesen terbuat dari mata aer di pengger danau…”(Dedesen terbuat dari mata air di pinggir danau).

Informasi dari salah satu informan ini menjadi bukti bahwa di pinggir-pinggir Danau Laut Tawar ada mata air. Mata air ini berasal dari air gunung yang kemudian keluar dari celah-celah tebing di pinggir Danau Laut Tawar. Apabila volume air berlebih maka air disalurkan oleh sungai Peusangan.

Danau Laut Tawar menjadi rumah bagi ikan Depik (Rasbora Leptosoma)ikan ini merupakan ikan endemik di danau ini, selain itu ada beberapa jenis Ikan musiman yang juga hidup di Danau Laut Tawar sepertiEyas (Rasbora Argyrotaenia), Kawan (Puntius

Tawarensis). Jenis Ikan yang tidak musiman yaitu Relo (Rasbora Tawarensis), Kerup

(Anabas Testudineus), Jejolong (Mystacoleucus Magnatius), Keperas (Puntuis

Sumatranus), Peres (Osteochilus Hasselti), Bawal (Cyprinus Carpio), Pedih

(Labeobarbus), Lele (Clarias Batrachus), Gabus dan Lokot (Ophiocepalus Gachua),

Lindung (Anguilla), Ili (Homaloptera Heterolepsi), Mujaher (Tilapia Mosambica)6. Tumbuhan yang hidup di Danau Laut Tawar yaitu Chlorophyceae7sebesar 35%,

Bacillariophyceae8 24%, Myxophyceae9 9% dan kelas lain sebesar 32%. Tumbuhan lain

juga ditemukan di Danau Laut Tawar seperti Hydrilla sp, enceng gondok dan kiambang.

2.6 Letak dan Akses Menuju Kecamatan Kebayakan

Kecamatan Kebayakan terletak di Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Kecamatan Kebayakan terdiri dari 22 kampung atau kelurahan, yaitu; Lot Kala, Jongok Meluem, Gunung Bukit, Pinangan, Paya Tumpi, Bukit Sama, Paya Reje Tami Delem, Kelupak Mata, Mendale, Kala Lengkio, Jongok Bathin, Kute Lot, Gunung

      

6

Nama latin Ikan Depik ada dua yaitu Rasbora Leptosoma (lihat, melalatoa;1981,ha-l33) dan Rasbora Tawarensis (yang dibuat Oleh Muchlisin).

7

Chlorophyceae adalah ganggang hijau. 8

Bacillariophyceae atau Diatomeae adalah jasad renik bersel satu. 9


(48)

Balohen, Paya Tumpi Baru, Paya Tumpi 1, Timangan Gading, Gunung Bahgie, Bukut Eweh Tami Delem, Bukit, Telege Atu, Tawar Sedenge, Musara. Jarak Kecamatan Kebayakan dengan Ibukota Kabupaten Aceh Tengah yaitu Takengon sepanjang 2,5 km, dengan jarak tempuh lebih kurang lima menit perjalanan. Jarak Kecamatan Kebayakan dengan Ibukota Provinsi Nangroe Aceh Darussalam sepanjang 325 km, dengan jarak tempuh lebih kurang enam jam perjalanan.

Secara geografis Kecamatan Kebayakan mempunyai luas wilayah 56,34 Ha. Ditinjau dari letak, pada bagian Utara Kecamatan Kebayakan berbatasan dengan Kecamatan Bukit dengan Kec. Wih Pesam (Kabupaten Bener Meriah). Pada bagian Barat berbatasan dengan Kecamatan Bintang. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bebesen dan Kecamatan Lut Tawar. sedangkan sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bebesen.

Tabel 2.5

Data Luas Wilayah Kecamatan Kebayakan

No Nama Kampung/kelurahan Luas Wilayah Ha Jumlah Dusun

1. Lot Kala 5,17 3

2. Jongok Meluem 2,50 3

3. Gunung Bukit 1,50 2

4. Pinangan 4,16 4

5. Paya Tumpi 1,50 2

6. Bukit Sama 6,00 1

7. Paya Reje Tami Delem 2,44 2

8. Kelupak Mata 6,00 4

9. Mendale 6,57 3


(49)

No Nama Kampung/kelurahan Luas Wilayah Ha Jumlah Dusun

11. Jongok Bathin 2,50 2

12. Kute Lot 1,50 3

13. Gunung Balohen 1,00 2

14. Paya Tumpi Baru 3,50 3

15. Paya Tumpi 1 1,00 2

16. Timangan Gading 1,90 2

17. Gunung Bahgie 2,00 3

18. Bukit Eweh Tami Delem 1,50 3

19. Bukit 1,00 2

20. Telege Atu 3,00 2

21. Tawar Sedenge - -

22. Musara - -

Jumlah 56,34 51

Sumber: Data Kependudukan Kecamatan Kebayakan

Untuk mencapai Kecamatan Kebayakan dari kota Takengon sangat mudah hanya dengan menggunakan alat transportasi darat, dan memerlukan jarak tempuh selama lima menit. Dengan pilihan kendaraan yang bervariasi, dapat menggunakan kendaraan pribadi, dengan menggunakan angkutan umum labi-labi (angkot) dengan jurusan Kebayakan dengan membayar ongkos sekitar 2000-3000 rupiah. Menggunakan becak motor dengan membayar ongkos sekitar 5000-6000 rupiah.

2.6.1 Keadaan Penduduk Kecamatan Kebayakan 2.6.1.1 Kependudukan

Secara keseluruhan penduduk Kecamatan Kebayakan berjumlah 14.032 jiwa dengan 3.424 kepala keluarga, penduduk perempuan 6.852 jiwa dan penduduk laki-laki


(50)

7.023 jiwa data ini didapat berdasarkan jumlah penduduk dalam Kecamatan Kebayakan tahun 2013.

Tabel 2.6

Data Kependudukan Kecamatan Kebayakan

NO Nama Kampung/Kelurahan

Penduduk Laki-laki

Penduduk Perempuan

Jumlah

1. Lot Kala 647 679 1.326

2. Jongok Meluem 427 484 911

3. Gunung Bukit 644 337 981

4. Pinangan 897 925 1.822

5. Paya Tumpi 365 362 727

6. Bukit Sama 225 208 428

7. Paya Reje Tami Delem 175 198 373

8. Kelupak Mata 189 176 365

9. Mendale 305 302 607

10. Kala Lengkio 239 224 463

11. Jongok Bathin 212 348 560

12. Kute Lot 617 607 1.224

13. Gunung Balohen 312 318 630

14. Paya Tumpi Baru 394 363 757

15. Paya Tumpi 1 256 254 510

16. Timangan Gading 280 285 560

17. Gunung Bahgie 239 171 410

18. Bukit Eweh Tami Delem 305 331 636

19. Bukit 295 280 575

20. Telege Atu 81 86 167

21. Tawar Sedenge - - -

22. Musara - - -

Jumlah 7.023 6.852 14.032


(51)

2.6.1.2 Mata Pencarian

Wilayah Kecamatan Kebayakan memiliki potensi untuk pengembangan pertumbuhan ekonomi di bidang pertanian, perikanan, peternakan, perdangan dan lain-lain. Sebagian besar masyarakat Kecamatan Kebayakan berprofesi sebagai petani, kemudian berprofesi sebagai nelayan. Sisanya bekerja di bidang lain seperti PNS (Pegawai Negri Sipil), pedagang, dan lain-lain. Namun ada pula yang memiliki profesi ganda. Misalnya seorang warga yang berprofesi sebagai PNS, kemudian memiliki kerja sampingan mengolah lahan yang ia miliki. Ada pula warga berprofesi nelayan yang juga bertani, atau seorang pegawai PNS yang juga sebagai nelayan.

2.6.2 Etnis, Agama dan Bahasa 2.6.2.1 Gayo

Penduduk di wilayah Kecamatan Kebayakan di dominasi oleh etnis Gayo selain itu ada juga dari luar etnis Gayo seperti Batak, Cina, Jawa, Minang, Aceh. Etnis Gayo terbagi dalam beberapa kelompok yaitu; kelompok Orang Gayo Lut; Gayo Deret; Gayo Serbejadi; Gayo Kalul; Gayo Lues. Kelompok Orang Gayo Lut yaitu kelompok Orang Gayo yang tinggal di sekitar Danau Laut Tawar. Kelompok Orang Gayo Deret yaitu kelompok orang Gayo yang tinggal didaratan. Orang Gayo Serbejadiatau sering disebut Gayo Semamah adalah kelompok Orang Gayo yang tinggal di sekitar Sungai Peurelak. Orang Gayo Kalul merupakan kelompok Orang Gayo yang tinggal di daerah Sungai Tamiang. Kelompok Orang Gayo yang tinggal di wilayah Aceh Tengah dan khususnya wilayah Kecamatan Kebayakan di dominasi oleh kelompok Orang Gayo Lut dan Gayo Deret.

Mengenai asal mula Orang Gayo, memiliki beberapa versi yang diperoleh dari legenda-legenda yang berkembang di masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa Orang


(52)

Gayo berasal dari sekelompok orang yang melarikan diri karena tidak mau masuk agama Islam di daerah pantai. Arti kata Gayo menurut versi ini yaitu “Kayo”yang artinya “takut/melarikan diri”. Dapat disimpulkan bahwa menurut versi ini, Orang Gayo ada setelah masuknya ajaran agama Islam. Versi lain tentang asal mula Orang Gayo, ada yang mengatakan bahwa Orang Gayo berasal dari “Negeri Rum” negeri rum ini di duga dari daerah Timur Tengah. Orang yang berasal dari Negeri Rum tersebut bernama Genali menurut cerita Genali terdampar di sebuah pulau kecil, pulau kecil tersebut menjadi pulau Sumatra. Genali memiliki hubungan dengan anak raja yang berasal dari Negeri Johor. Putri Johor tersebut membawa serta pengasuh dan penginangnya dan pada saat itu berkembanglah penduduk di pulau tersebut. Kemudian Genali menjadi raja pertama di daerah tersebut, pulau kecil tersebut bernama Buntul Linge dengan nama kerajaan “Kerajaan Lingga”. Asal mula Orang Gayo selalu dikaitkan dengan kalimat “asal linge

awal serule” yang memiliki arti Linge dan Serule sama-sama asal dan sama-sama awal.

(Melalatoa;1981)

Tetapi versi yang mengatakan bahwa Orang Gayo awalnya sekumpulan orang yang tidak mau masuk Islam, dan lari ke Tanah Gayo saat ini. Versi tersebut dibantahkan dengan adanya fosil yang ditemukan oleh Arkeolog yang bernama Ketut Wardhana pada tahun 2009 di daerah Mendale Kecamatan Kebayakan, Aceh Tengah. Fosil tersebut berumur 4400 tahun. Fosil tersebut identik dengan DNA (Deoxyribonucleic Acid) Orang. Gayo saat ini, maka dapat disimpulkan bahwa fosil tersebut nenek moyang Orang Gayo. Sedangkan ajaran Islam masuk ke Aceh pada abad ke-12 melalui Kerajaan Pasai.

Fosil tersebut ditemukan di dalam gua atau ceruk Ujung Karang dengan keadaan kaki terlipat dan menjadi cara penguburan manusia pada saat itu di Tanah Gayo. Cara penguburan pada saat itu dengan cara badan ditindihkan dengan batu dan dengan kaki


(1)

membahas lebih dalam mengenai pengetahuan lokal Orang Gayo tentang ikan Depik dan ekosistem Danau Laut Tawar.

Sumber daya alam merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia, dengan tujuan agar manusia tersebut dapat mengolah dan memanfaatkannya dengan baik. Namun apabila sumber daya alam tersebut tidak di lestarikan dan tidak dimanfaatkan dengan baik, maka sumber daya alam dapat menjadi bumerang bagi manusia itu sendiri. Semoga kita semua menjadi manusia yang arif dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam dan lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S Takdir.Antropologi Baru: Nilai-nilai sebagai Tenaga Integreitas dalam Pribadi Masyarakat dan Kebudayaan. Jakarta:PT. Dian Rakyat, 1986.

Daeng, Hans J. Manusia, kebudayaan dan lingkungan; Tinjauan Antropologis.

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2000.

Danandjaja, James. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain.

Jakarta:Grafity Pers,1984.

Fedyani Sifuddin Achmad. Antropologi Kontemporer; Suatu Pengantar Kritis mengenai Paradigma. Jakarta: Kencana, 2005.

Gore, Al.Al Gore: Bumi Dalam Keseimbangan (Ekologi Semangat Manusia),terjHira Jhamtani. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,1994.

Hurgronje C, Snouck.Gayo:Masyarakat dan Kebudayaannya (awal abad ke-20),terj.


(2)

Kadir Ibrahim, Tgk. Abd. Rahim Daudy, Zuska.Bunga Rampai: Cerita Rakyat Gayo. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1982.

Keesing, Roger M. Antropologi Budaya. Vol.1. Jakarta, Erlangga, 1992. Melalatoa, Junus. Kebudayaan Gayo (no.1; Jakarta:PN Balai Pustaka, 1982) Poerwanto, Hari. Kebudayaan dan Lingkungan; dalam Perspektif Antropologi.

Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2005.

Putra, Heddy. Antropologi Ekologi: beberapa Teori dan Perkembangannya. Masyarakat Indonesia, Tahun xx, No. 4, 1994, hal. 4.

Salim, Emil.Pembangunan Berwawasan Lingkungan, Jakarta LP3ES,1986. Soerjani Moh, Rofiq Ahmad, Rozy Munir.Lingkungan Sumberdaya Alam dan

Kependudukan dalam Pembangunan. Jakarta:Universitas Indonesia (UI Press),1987.

Soemarwoto, Otto. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Rev.ed,;Yogyakarta, Djambatan, 1994.

Soemarwoto, Otto.Indonesia dalam Kancah Isu Lingkungan Global. Jakarta:PT.Gramedia Pustaka Utama, 1992

Spradley, James P. Metode Etnografi. Yogyakarta, Tiara Wacana, 1997.

Suparlan, Parsudi. Manusia, Kebudayaan, dan Lingkungannya. Vol.1.Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 1993.

Tumanggor, Rusmin. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. rev.ed,;Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2010.

Widianarko, Budi. Ekologi dan Keadilan Sosial.Yogyakarta:KANISIUS (Anggota IKAPI),1997


(3)

Wiradnyana, Ketut, Setiawan, Taufikurrahman. Merangkai Identitas Gayo.

Jakarta:Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2011. Artikel dari Internet

“Aman Syahadat, Geram Lihat Pencaplokan Sepihak DLT”

http://mobilelintasgayo.co/2013/09/28/aman-syahadat-geram-lihat-pencaplokan-sepihak-dlt (diakses tanggal 3 februari 2014, 18.15 wib)

“Danau Laut Tawar” : http://id.m.wikipedia.org/wiki/Danau_Laut_Tawar (diakses tanggal 14 Desember 2013, 14.10 wib)

“Danau Laut Tawar dan Permasalahannya”

http://www.academia.edu/1294741/DANAU_LAUT_TAWAR_DAN_PERMASA LAHANNYA (diakses tanggal 9 April 2013)

“Danau Laut Tawar Prioritas ke-10 Nasional”

http://mobile.lintasgayo.co/2013/08/29/danau-lut-tawar-proritas -ke-10-nasional (diakses tanggal 3 februari 2014, 17.15 wib)

“Doran” ,Muna Ardi sumber: https://sites.google.com/site/munaardi/doran (diakses 18 Desember 2013, 10.45 wib)

“Nelayan” sumber http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nelayan (diakses tanggal 16 Januari 2014, 15.49 wib)

“Hasil Tes DNA, Depik dan Eyas Satu Species” Sumber

http://www.lintasgayo.com/3112/hasil-tes-dna-depik-dan-eyas-species-yang-sama.html (diakses tanggal 11 Desember 2013, 13.57 wib)


(4)

http://www.slidershare.net/yahyakelariquers/hukum-“Ikan Depik Gayo” sumber: www.acehlandtours.com/?p=3574 (diakses tanggal 9 Desember 2013)

“Ikan Depik Punah” http://www.academia.edu/1283274/Ikan_Depik_Terancam_punah (diakses tanggal 9 April 2013)

“Ini 3 Jenis Ikan Asli PrioritasPenebaran di Danau Lut Tawar”

http://mobile.lintasgayo.co/2013/09/01ini-3-jenis-ikan-asli-prioritas-penebaran-di-danau-lu-tawar (diakses tanggal 3 Februari 2014, 17.40 wib)

“Jenis Ikan Asli Prioritas Penebaran di Danau Lut Tawar” sumber:

http://mobile.lintasgayo.co/2013/09/01ini-3-jenis-ikan-asli-prioritas-penebaran-di-danau-lut-tawar (diakses tanggal 3 Februari 2014, 17.40 wib)

“Karakteristik Lokasi dan Pola Resapan: Data Analisis dan Respon” oleh Ichwana dan Sumono Delvian Sumber: http://jurnal.unsyiah.ac.id/RTP/article/download/232/218 (diakses tanggal 6 February 2014, 23.00 wib)

“Kearifan Lokal di Tengah Modernisasi” disusun oleh Nasruddin

sumber:litbang.kemdikbud.go.id/pengumuman/buku%20kearifan%20lokal.pdf (diakses 17 Desember 2013, 19.40 wib)

“Kritisnya 15 Danau di Indonesia,” http://www.belantaraindonesia.org/2012/12/kritisnya-15-danau-di-indonesia.html (diakses 26 April 2013)

“Lembide” Hammadin sumber http://lintasgayo.com/31543/lembide.html (diakses tanggal 13 Desember 2013, 19.51 wib)

“Menguak Kerangka Manusia Purba” http://www.kabargayo.com/2011/12/menguak-kerangka-manusia-purba-di.html (diakses tanggal 9 Desember 2013, 18.30 wib)


(5)

“ Menyelamat Danau Laut Tawar, Tanggung Jawab Siapa ?” oleh Drs. Muhammad Syukri, M.Pd http://www.lintasgayo.com/ (diakses tanggal 27 Januari 2014, 13.45 wib)

“Menyelaraskan Pola dan Ruang Pengelolaan Sumberdaya Milik Komunal” oleh Zulkifli Lubissumberhttps://www.academia.edu/5650369/Menyelaraskan_Pola_dan_Ruang _Pengelolaan_Sumberdaya_Milik_Komunal (diakses tanggal 5 Maret 2014, 10.00 wib)

“Migrasi Ikan” http://id.m.wikipedia.org/wiki/Migrasi_ikan (diakses tanggal 13 Desember 2013, 13.38wib)

Migrasi Ikan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”

http://ihsanulkhairi86saja.wordpress.com/2011/11/15/migrasi-ikan-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhinya/ (diakses tanggal 13 Desember 2013, 13.53 wib)

“Mineral dan batuan” http://one2land.wordpress.com/2010/01/22/mineral-dan-batuan/ (diakses tanggal 20 Desember 2013, 13.35 wib)

“Nelayan” http://id.m.wikipedia.org/wiki/Nelayan (diakses tanggal 16 Januari 2014, 15.49 wib)

“Pembangunan Tanggul PLTA Peusangan Mulai Berdampak pada Masyarakat” http://www.lintasgayo.com/31594/pembangunan-tanggul-plta-peusangan-mulai-berdampak-pada-masyarakat.html (diakses tanggal 4 Februari 2014, 10.15 wib) “Peran Kearifan lokal dan Ilmu-ilmu Kepribumian dalam Pelestarian Alam” Jatna

Supriatna


(6)

Sumberdaya Alam Milik Bersama (Common Property Regime)

http://tyo212.blogspot.com/2012/06/sumberdaya-alam-milik-bersama-common.html?m=1(diakses tanggal 23 januari 2014)

“Takengon” Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Takengon#Sejarah (diakses tanggal 12 November 2013)

“Tangisan untuk Danau Laut Tawar” http://kenigayo.wordpress.com/2010/02/page/3// (diakses tanggal 9 April 2013)

Takengon” http://id.wikipedia.org/wiki/Takengon#Sejarah (diakses tanggal 12 November 2013)

“Visi Danau Dunia: Sebuah Ajakan untuk Melakukan Tindakan” http://www. ilec.or.jp/en/wp/wp-content/uploads/2013/03/wlv_c_indonesian.pdf (diakses tanggal 30 Januari 2014, 10.45 wib)

10 Danau Paling Mematikan di Dunia” http://www.beritaunik.net/top-10/10-danau-paling-memayikan-di-dunia.html (dikases tanggal 3 Mei 2013)