Permukiman Budidaya pertanian Pariwisata pantai Pariwisata bahari

58 dimana pola perencanaan yang ada masih relatif sangat top down tanpa mengadopsi nilai yang ada dan masih berlaku. Akibatnya, juga berkontribusi terhadap terdegradasinya tatanan adat dan dapat memunculkan “ketidakpengakuan” terhadap norrma aturan adat. Uraian di atas menunjukkan bahwa masalah yang ada merupakan kombinasi dari sisi ekologi lingkungan, ekonomi dan sosial yang terjadi di atas ruang wilayah dan dapat berujung pada ancaman degradasi sumberdaya yang jika tidak dikelola dengan tepat akan mengancam hilangnya sumberdaya dan jasa lingkungan sebagai sistem penunjang kehidupan di GPK . Oleh karena itu untuk mengeliminir resiko dan upaya pengelola an yang optimal maka kegiatan pemanfaatan seyogyanya ditempatkan pada lahan yang sesuai dan pemanfaatannya di batasi oleh daya dukung yang ada.

4.3 Analisis Kesesuaian

4.3.1 Permukiman

Hasil analisis kesesuaian untuk permukiman diperoleh kelas sesuai seluas 385.77 Ha, sesuai bersyarat seluas 4 244.30 Ha, dan tidak sesuai seluas 4 489.52 Ha Lampiran 5. Terlihat bahwa sekitar 49.23 dari luas daratan GPK tidak sesuai untuk permukiman, hanya 4 .23 dari luas daratan GPK yang sesuai untuk permukiman. Selebihnya 46.54 dari luas daratan GPK dapat dimanfaatkan tetapi mempunyai variabel pembatas yang perlu diperhatikan yaitu kondisi hutan, jarak dari sumber air tawar, kemiringan , dan jarak dari pantai.

4.3.2 Budidaya pertanian

Dari hasil analisis kesesuaian untuk budidaya pertanian diperoleh ruang dengan 3 kelas kesesuaian meliputi kelas sesuai seluas 1 638.76 Ha, sesuai bersyarat seluas 3 826.22 Ha, dan tidak sesuai seluas 3 654.61 Ha Lampiran 6. Seperti halnya permukiman, lahan yang sesuai untuk budidaya pertanian hany a 17.97 dari luas daratan GPK . Sedangkan lahan yang tidak sesuai untuk budidaya pertanian mencapai 40.07 dari luas daratan GPK . Sementara itu lahan yang sesuai bersyarat dibatasi oleh variabel kedalaman efektif tanah dan kondisi hutan yang mencapai 41.96 dari luas daratan GPK. 59

4.3.3 Pariwisata pantai

Hasil analisis kesesuaian untuk pariwisata pantai diperoleh ruang dengan 3 kelas kesesuaian meliputi kelas sesuai seluas 3 518. 07 Ha, sesuai bersyarat seluas 4 124.67 Ha, dan tidak sesuai seluas 5 759. 98 Ha Lampiran 7. Terlihat bahwa perbandingan kategori setiap kelas kesesuaian terhadap luas perairan GPK termasuk wilayah mangrove tidak jauh berbeda, yaitu kelas tidak sesuai 42.98, kelas sesuai bersyarat 30.77 dan kelas sesuai 26.25. Variabel yang perlu diperhatikan adalah jarak dari sumber mata air dan kondisi mangrove.

4.3.4 Pariwisata bahari

Dari hasil analisis kesesuaian untuk p ariwisata bahari diperoleh ruang dengan 3 kelas kesesuaian meliputi kelas sesuai seluas 9 115. 75 Ha, sesuai bersyarat seluas 2 448.71 Ha, dan tidak sesuai seluas 588. 82 Ha Lampiran 8. Terlihat bahwa 75.01 dari luas wilayah perairan GPK sesuai untuk pariwisata bahari, sedangkan wilayah tidak sesuai yaitu 4.84 dari luas wilayah perairan GPK. Selebihnya sekitar 20.15 dari luas wilayah perairan GPK berkategori sesuai bersyarat. Variabel yang perlu diperhatikan adalah jarak dari sumber mata air dan tutupan komunitas karang.

4.3.5 Budidaya laut