Metode Hidroakustik TINJAUAN PUSTAKA

Labropoulou dan Papaconstantinou 2004 menyatakan bahwa hasil analisis dari 501 hasil tangkapan trawl dasar di Perairan Laut Aegean Utara dan Laut Thrasia Mediterranian menunjukkan bahwa keanekaragaman dari ikan demersal mengalami penurunan dengan bertambahnya kedalaman perairan, dimana hubungan antara hasil tangkapan dan kedalaman memiliki koefisien regresi 0,89. Kelimpahan terbesar pada kedalaman 25 – 32 m untuk perairan Laut Aegean Utara dan 16 – 28 m untuk perairan Laut Thrasia. Hasil tangkapan nelayan trawl komersial Soviet pada musim panas menunjukkan bahwa hasil tangkapan ikan demersal pada perairan dangkal 10 – 50 m lebih besar dibandingkan dengan perairan yang lebih dalam 50 – 100 m yaitu 56,8 dari dan 32,1 seluruh hasil tangkapan. Pada musim dingin mengalami perubahan yaitu pada kedalaman perairan dangkal 10 - 50 m 53,7 dari total tangkapan dan pada kedalaman perairan 50 – 100 m adalah 54,0 dari total hasil tangkapan. Ikan yang mendominasi adalah berasal dari famili Sciaenidae WorldFish, 2006. WorldFish 2006 juga menyatakan hasil dugaan stok ikan demersal di Perairan Mozambik secara hidroakustik sebesar 350.000 – 400.000 ton lebih tinggi dibandingkan pendugaan stok dengan alat trawl yang hanya 100.000 ton. Hal ini menunjukkan bahwa koefisien efisiensi trawl dasar hanya 0,3.

2.5 Metode Hidroakustik

Prinsip dari pengoperasian alat hidroakustik ditunjukkan pada Gambar 4. Unit pengendali mengirimkan pulsa listrik dengan frekuensi tertentu dan mengatur unit transmisi yang selanjutnya akan memodulasi pulsa tersebut dan meneruskan ke transducer. Selanjutnya, transducer mengubah pulsa listrik menjadi energi akustik yang berupa sinyal bunyi dan dipancarkan ke dalam kolom air. Gelombang akustik tersebut akan merambat di dalam kolom air, dan pada saat membentur sebuah sasaran target misal ikan, plankton atau dasar perairan maka gelombang akustik akan dipantulkan dalam bentuk gema echo, kemudian diterima oleh transducer yang sama untuk kemudian mengubahnya kembali menjadi energi listrik dan diteruskan ke unit penerima. Unit penerimapenguat setelah menerima dan memperkuat maka pulsa listrik akan diteruskan ke unit peraga. Unit peraga dapat menampilkan echogram. Hasil deteksi hidroakustik berupa data echogram seperti Gambar 5 di bawah ini dan dapat di interpretasikan berdasarkan intensitas echo, misalnya sebagai dasar perairan yang berupa garis hitam 1, gerombolan ikan berupa jejak yang berwarna coklat 2 , plankton yang berupa jejak berwarna hijau 3. Keras atau lunaknya dasar perairan juga akan memberikan pengaruh terhadap intensitas pantulan yang dikembalikan. Echogram akan menggambarkan bentuk dasar yang berbeda sesuai keras, kasarnya tipe substrat Gambar 6. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Geologi Kelautan Bandung dari tahun 1999 – 1994 di sepanjang perairan Laut Jawa dari bagian barat hingga bagian timur dengan metode pantul dangkal, menginformasikan bahwa substrat dasar perairan sangat beragam diantaranya lumpur, lanun, lanau pasiran, pasir, lempung, lumpur pasiran, pasir lumpuran, lumpur kerikilan dan lain-lain. Beragamnya substrat ini dipengaruhi oleh daratan PPGL 1991. Alat-alat yang digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai kedalaman dan substrat dasar perairan berupa peralatan sistem akustik yaitu peralatan yang menggunakan sinyal suara dan hasil pemantulan diamati untuk memperoleh informasi lebih lanjut. Contoh alat yang digunakan dalam penelitian di perairan Laut Jawa adalah Echosounder 200 KHz Simrad EA 300 P Echosounder 3,512 KHz Raytheon, Furuno FE 6200 Side Scan Sonar, maupun peralatan seismik pantul dangkal. Gambar 4. Prinsip pengoperasian alat akustik dan pengintegrasian echo sumber : dimodifikasi dari http:www. frs- scbtland.gov.ukfrs.webdeliverydisplay_standalone,aspx Gambar 5. Echogram hasil deteksi alat hiroakustik sumber : http:www. frs-cbtland.gov.ukfrs.webdeliverydisplay_standalone,aspx Gambar 6. Proses deteksi tipe dasar perairan yang berbeda Sumber : http:www.marine.questertangent.comm_rd_oasc Echosounder frekuensi 200 KHz SIMRAD EA 300 P merupakan alat bantu untuk mendapatkan informasi kedalaman perairan, sekaligus berfungsi sebagai koreksi geometris bagi hasil rekaman seismik. Alat ini biasanya dipasang di kedalaman dua meter dari permukaan dan memiliki tingkat ketelitian pembacaan sampai 10 cm. Hasil dari alat ini dapat dicetak pada kertas pencatat maupun disimpan dalam disket. 1 2 3 Furuno Model FE 680 merupakan alat yang dilengkapi dengan dua macam transducer yaitu transducer keramik 200 KHz dengan lebar beam 12 derajat dan transducer keramik 50 KHz dengan lebar beam 21-42 derajat, umumnya untuk operasi di perairan dangkal seperti Laut Jawa digunakan transducer dengan frekuensi 200 KHz untuk mendapatkan ketelitian yang optimum. Alat ini memberikan informasi mengenai kedalaman perairan dengan memancarkan daya sebesar 500 watt. Data dicetak pada kertas pencatat hingga kedalam 80 meter Silitonga, et al 1990. Alat seismik pantul dangkal dapat merekam hingga kedalaman 100 meter dari dasar perairan dengan cara memancarkan energi gelombang akustik tersebut yang terjadi pada bidang batas reflector antara dua lapisan sedimen yang memiliki karakteristik yang berbeda, dan mencerminkan pola-pola reflector tertentu. Pola-pola ini memberikan informasi tentang sebaran seismik fasies, struktur geologi, rembesan gas, dan sebagainya. Peralatan seismik pantul dangkal dioperasikan dengan dua buah sumber seismic spark array EG dan G267 dengan elektroda, uniboom dan air gun. Spark array dibentangkan sepanjang 25 meter dibelakang buritan kapal dan berjarak 4 meter terhadap streamer menggunakan energi 600 – 800 Joule. Air gun menggunakan tekanan 1500 - 1.750 PSI, dengan sistem perekaman dilakukan secara analog . Klasifikasi tipe substrat dasar perairan biasanya dianalisis dari echogram bila menggunakan peralatan yang masih analog, namun dengan menggunakan alat yang lebih canggih yang bersifat digital, klasifikasi dari tipe substrat dasar perairan dapat menggunakan program pengolahan data yang dapat menunjukkan kedalaman dan dengan signal strength relative dari dasar perairan yang dapat diindikasikan dengan perbedaan warna.

2.6 Deteksi Ikan dengan Metode Hidroakustik