Perlakuan Penelitian Persiapan Wadah dan Hewan Uji Pemeliharaan Udang Uji

4

II. BAHAN DAN METODE

2.1 Perlakuan Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah rancangan acak lengkap RAL dengan 5 perlakuan masing-masing 4 ulangan. Adapun perlakuan yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perlakuan penelitian kinerja imunitas udang vaname Litopenaeus vannamei dalam teknologi bioflok dan probiotik terhadap koinfeksi IMNV infectious myonecrosis virus dan Vibrio harveyi Kode Keterangan perlakuan K- Kontrol Negatif, tanpa penambahan probiotik SKT-b maupun molase, tanpa koinfeksi virus dan bakteri K+ Kontrol Positif, tanpa penambahan probiotik SKT-b maupun molase, serta dikoinfeksi virus dan bakteri Pro Probiotik, diberi penambahan probiotik SKT-b serta dikoinfeksi virus dan bakteri BFT Bioflok, diberi penambahan molase dan dikoinfeksi virus dan bakteri Pro+BFT Probiotik+Bioflok, diberi penambahan probiotik dan molase, serta dikoinfeksi virus dan bakteri

2.2 Persiapan Wadah dan Hewan Uji

Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuarium dengan ukuran 60 cm x 30 cm x 35 cm. Sebelum digunakan, akuarium dibersihkan terlebih dahulu menggunakan deterjen dan dikeringkan. Kemudian akuarium diisi air laut sebanyak 45 L. Air laut didisinfeksi dengan larutan klorin 30 mgL dan diaerasi kuat selama 24 jam. Kemudian ditambahkan sodium tiosulfat 15 mgL untuk menetralkan kandungan klorin dan diaerasi kuat selama minimal 4 jam. Hewan uji yang digunakan adalah udang vaname Litopenaeus vannamei yang berasal dari Labuan, Banten. Sebelum diberi perlakuan, udang vaname dipelihara selama 30 hari. Udang vaname yang digunakan memiliki bobot rata- rata 0,48 + 0,03 g. 5

2.3 Persiapan Bakteri Probiotik

2.3.1 Pembuatan Mutan Bakteri Probiotik Vibrio SKT-b Rf

R Bakteri probiotik yang digunakan yaitu Vibrio SKT-b yang merupakan hasil penapisan dari media kultur Skeletonema sp. di lingkungan pembenihan udang windu, Labuan Banten Widanarni et al. 2003. Bakteri Vibrio SKT-b dibuat resisten terhadap antibiotik rifampisin sebagai penanda molekuler untuk membedakan bakteri yang diinokulasikan dengan bakteri yang sebelumnya telah ada pada media pemeliharaan maupun tubuh udang Ayuzar 2009. Untuk selanjutnya bakteri SKT-b yang telah resisten rifampisin disebut dengan SKT-b R . Bakteri SKT-b R diperoleh dengan menyebar biakan cair SKT-b pada media TCBS agar yang telah diberi rifampisin 50 µgmL Ayuzar 2009. Koloni yang tumbuh kemudian kultur kembali untuk mendapatkan isolat murni SKT-b yang resisten terhadap rifampisin.

2.3.2 Kultur Bakteri SKT-b

R Kultur bakteri probiotik SKT-b R dilakukan pada media SWC yang diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruang. Kemudian probiotik diinokulasikan ke dalam media SWC cair dan diletakkan pada water bath shaker selama 24 jam dengan suhu 29-30 C dengan kecepatan 160 rpm. Setelah 24 jam, didapatkan hasil kultur cair bakteri SKT-b R dengan kepadatan 10 8 CFUmL. Kultur cair tersebut digunakan sebagai probiotik yang ditambahkan pada media pemeliharaan dengan kepadatan yang diinginkan yaitu 10 4 CFUmL setiap 5 hari sekali Saputra 2008.

2.4 Pemeliharaan Udang Uji

Udang dipelihara dengan padat tebar 25 ekorakuarium. Jumlah pakan yang diberikan dengan tingkat pemberian pakan 15 bobot biomassa dengan frekuensi pemberian pakan 4 kali sehari yaitu pukul 07.00, 11.00, 15.00 dan 20.00. Pemberian molase dilakukan 3 kali sehari 2 jam setelah waktu pemberian pakan. Inokulasi bakteri probiotik dilakukan setiap 5 hari sekali dengan konsentrasi 10 4 CFUmL. Pemeliharaan udang dilakukan selama 6 minggu perlakuan. Selanjutnya udang diuji tantang koinfeksi IMNV dan bakteri Vibrio harveyi dengan pengamatan selama 10 hari. Selama pemeliharaan, dilakukan pergantian 6 air satu kali seminggu sebanyak 50 untuk perlakuan tanpa penambahan karbon molase, sedangkan untuk perlakuan penambahan karbon tidak dilakukan pergantian air sama sekali selama pemeliharaan udang.

2.5 Prosedur Penambahan Karbon