BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuhan Obat 2.1.1 Pengertian
Fransworth dan Sujarto 1988 diacu dalam Setiawan 2005 menyatakan bahwa tumbuhan obat adalah tumbuhan yang lebih unggul karena memiliki unsur
obat-obatan, yakni efek yang berhubungan dengan kesehatan atau yang telah terbukti bermanfaat sebagai obat dengan standar barat atau yang mengandung
unsur yang bisa digunakan sebagai obat.
2.1.2 Macam tumbuhan obat
Zuhud dan Haryanto 1994 menggolongkan tumbuhan obat menjadi 3 macam, yaitu:
1. Tumbuhan obat tradisional, yaitu spesies tumbuhan yang diketahui atau
dipercaya masyarakat mempunyai khasiat obat dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional
2. Tumbuhan obat modern, yaitu spesies tumbuhan yang secara ilmiah telah
dibuktikan mengandung senyawa bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis
3. Tumbuhan obat potensial, yaitu spesies tumbuhan yang diduga mengandung
senyawabahan bioaktif yang berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah medis atau penggunaannya sebagai bahan obat tradisional sulit
ditelusuri.
2.2 Gambaran Umum Saga Pohon A. pavonina
2.2.1 Taksonomi
Anonim 2008 serta Kusmana dan Tambunan 2010 mengklasifikasikan taksonomi Saga pohon sebagai berikut:
Kingdom : Plantae Tumbuhan
Subkingdom : Tracheobionta Tumbuhan berpembuluh
Super Divisi : Spermatophyta Menghasilkan biji
Divisi : Magnoliophyta Tumbuhan berbunga
Kelas : Magnoliopsida berkeping duadikotil
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae suku polong-polongan
Genus : Adenanthera
Spesies : Adenanthera pavonina L.
Sinonim : Adenanthera gersenii Scheffer
Nama dagang : Saga telik
Nama daerah : Saga utan Bangka, ki toke laut Sunda, segawe sabrang
Jawa, ghak-saghakan, sagha binek Madura, bibilaka Alor.
Gambar 1 Buah saga pohon A. pavonina.
2.2.2 Ciri morfologi
Saga pohon merupakan pohon berukuran sedang, tinggi dapat mencapai 40 m, diameter dapat mencapai 45 cm bahkan lebih, menggugurkan daun, pada
umumnya tidak berbanir, permukaan kulit batang beralur berwarna cokelat keabua-abuan, kulit bagian dalam lunak berwarna cokelat pucat. Bentuk tajuk
pohon menyebar tidak merata. Daun tersusun spiral, panjang 15 –55 cm, bentuk
lonjong, menyirip rangkap dengan 2 –6 pasang sirip, anak daun 4–10, berseling,
bentuk bundar telur atau bundar telur membalik, ukuran daun 1,5 –4,5 cm x 1–2,2
cm, bertepi rata. Berdaun penumpu kecil dan berbulu. Perbungaan terminal atau diketiak daun terdiri atas banyak bunga, menyerupai tandan panjang 12
–30 cm
termasuk gagang bunga. Bunga kecil warna putih kekuningan, masing-masing terdiri 5 bagian, sedikit berbulu, daun mahkota lonjong, bulu jarang.
Buah saga pohon berbentuk polong berwarna cokelat, ukuran polong 15 –25
cm x 1,3-1,8 cm, polong memuntir, isi polong berbiji sampai 25 biji, polong pecah melalui kampuh pada kedua sisinya. Biji berwarna merah, mengkilat, lonjong,
agak bundar-bundar telur terbalik, ukuran biji 7 –9 mm x 7–9,5 mm , cembung.
Jumlah biji sebanyak 3.200 –3.400 butirkg.
Saga pohon berbunga biasanya di musim akhir penghujan dan berbuah sekitar Desember
– Februari. Pemanenan dilakukan setelah polong tua yang ditandai dengan warna polong cokelat tua kehitaman, sebelum polong buah
merekah, polong mudah merekah apabila terkena panas matahari, sehingga biji terpencar berhamburan di sekitar pohon. Pemanenan dapat dilakukan dengan cara
pemanjatan langsung menggunakan galah atau pengumpulan dari biji-biji yang jatuh di permukaan tanah, biasanya polong kering ikut jatuh dan biji masih
banyak menempel. Buah yang sudah dipanen dikumpulkan, dimasukkan dalam wadahkarung,
sebelum dijemur pilih polong buah yang sehat dan utuh, kemudian dijemur selama 1
–2 hari, agar polong buah merekah dan biji dengan sendirinya mudah dikumpulkan. Biji kering dimasukan ke dalam kantong plastik.
Benih saga pohon termasuk kelompok benih orthodoks, benih tahan disimpan sampai 8 bulan, terlalu lama disimpan menjadi tidak permeabel,
viabilitas akan menurun bahkan tidak berkecambah. Benih yang sudah dimasukkan ke dalam wadahkantong plastik disimpan di dalam ruang kedap
udara atau ruang AC.
2.2.3 Penyebaran