Ikan Tongkol Karakteristik Ekstrak Protein dengan Elektroforesis SDS PAGE

tertinggi terlihat pada subyek A, dengan rata-rata nilai absorbansi interaksi protein sarkoplasma dengan IgE serum lebih tinggi OD= 0.546 dibandingkan dengan protein miofibril OD= 0.537. Hamada et al. 2003 melakukan penelitian terhadap jenis protein alergen pada ikan mackarel dan ditemukan bahwa parvalbumin merupakan alergen mayor yang terdapat dalam protein sarkoplasma dengan berat molekul 12 kDa. Selain pervalbumin, terdapat tiga kelas protein yaitu kolagen yang terdiri dari 100 kDa rantai α Sakaguchi et al. 2000, aldehid pospatdehidrogenase 41 kDa Das Dores et al. 2002 dan transferin dengan berat molekul 94 kDa Kondo et al. 2006 diidentifikasi sebagai protein alergen ikan. Gambar 11. Hasil uji ELISA protein ikan tongkol terhadap 20 serum subyekA-T Afraksi sarkoplasma; Bfraksi miofibril Sebanyak 11 subyek menunjukkan hasil negatif terhadap kedua fraksi protein ikan tongkol. Hal ini terlihat dari rata-rata nilai absorbansi interaksi kedua protein terhadap IgE serum subyek tersebut lebih rendah dibanding dengan kontrol Gambar 11. Nilai absorbansi yang rendah menunjukkan rendahnya 50 reaktivitas IgE spesifik serum tersebut dengan protein dari fraksi sarkoplasma dan miofibril ikan tongkol. Selain itu, dari hasil uji pada Gambar 11 juga dapat diketahui bahwa hanya 2 subyek F dan I yang serumnya memiliki IgE anti protein sarkoplasma ikan tongkol. Dua subyek lain yaitu subyek L dan S hanya menunjukkan hasil positif terhadap protein miofibril ikan tongkol. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak protein ikan tongkol baik fraksi sarkoplasma maupun miofibril bersifat alergen dan dapat berikatan spesifik dengan IgE serum subyek. Perbedaan alergenisitas protein sarkoplasma dan miofibril ini terjadi karena setiap IgE individu yang berbeda memiliki sisi pengikatan yang berbeda pula terhadap antigen tertentu Bellanti 1993.

4.3.2.2. Kerang Hijau

Hasil uji alergenisitas protein sarkoplasma dan miofibril kerang hijau terhadap 20 serum subyek alergi menunjukkan bahwa terdapat 5 serum subyek yang bereaksi terhadap kedua fraksi protein kerang hijau tersebut. Kelima serum tersebut berasal dari subyek A, B, I, L, dan P. Alergenisitas paling kuat dari fraksi protein sarkoplasma diperlihatkan pada subyek A OD= 0.525, sedangkan fraksi protein miofibril berinteraksi paling kuat terhadap serum subyek L OD= 0.738. Hal ini menunjukkan bahwa subyek A mengandung lebih banyak IgE spesifik yang dapat berikatan dengan protein sarkoplasma kerang hijau. Shiomi et al. 2009 dengan uji ELISA melaporkan bahwa protein dari 4 spesies siput dan 7 spesies kerang bersifat alergenik dan komponen alergen mayor diidentifikasi sebagai tropomiosin. Hasil uji ELISA reaktifitas dua fraksi protein kerang hijau dapat dilihat di Gambar 12. Gambar 12 memperlihatkan hasil uji terhadap 7 serum dari subyek D, E, H, M, R, dan T yang memberikan nilai rata-rata absorbansi lebih rendah daripada kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa didalam serum subyek tersebut jumlah IgE spesifik yang rendah terhadap fraksi protein sarkoplasma dan miofibril kerang hijau. Sehingga dapat dikatakan bahwa protein sarkoplasma dan miofibril tidak memiliki sifat alergenik terhadap 7 serum tersebut. Gambar 12. Hasil uji ELISA protein kerang hijau terhadap 20 serum subyek A-T Afraksi sarkoplasma; Bfraksi miofibril Berdasarkan data hasil wawancara riwayat alergi masing-masing subyek Tabel 4, subyek G dan K diketahui memiliki alergi terhadap kerang. Hasil uji ELISA ekstrak protein kerang hijau terhadap kedua serum subyek tersebut menunjukkan bahwa ekstrak protein kerang hijau memang bersifat alergenik terhadap dua serum subyek G dan K. Fraksi sarkoplasma kerang hijau bersifat alergenik pada serum subyek G, sedangkan fraksi miofibril bersifat alergenik terhadap serum subyek K. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua fraksi ekstrak protein kerang hijau mengandung komponen protein alergen, sehingga untuk penggunaan ekstrak sebagai isolat alergen dapat dilakukan dengan mengekstrak protein secara keseluruhan. Hal ini juga ditunjang dari segi praktis penggunaannya, karena dalam konsumsi sehari-hari belum ditemukan pemisahan kedua fraksi protein tersebut.