Penentuan Sifat Alergenisitas Ekstrak Protein

42 yang terdiri dari 2 subunit dengan berat molekul 34-38 kDa yang dilaporkan sebagai alergen utama dalam spesies udang. Komponen myosin light chain diidentifikasi pada pita protein ke-17 dengan berat molekul 15.18 kDa. Pita dengan ketebalan densitas dominan menunjukkan bahwa protein dengan berat molekul tersebut memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dibanding protein lainnya. Protein dengan berat molekul tertentu yang memiliki konsentrasi tinggi akan lebih banyak mengikat pewarna bromfenol biru. Kompleks yang terbentuk ini akan bergerak melalui pori-pori gel dan ketika ukuran molekul lebih besar dari ukuran pori, protein akan terperangkap dalam pori gel. Konsentrasi protein yang tinggi akan membentuk pita protein yang lebih tebal dan lebih dominan dibanding pita protein yang lain.

4.3. Alergenisitas Ekstrak Protein dengan Metode ELISA

ELISA merupakan deteksi cepat tentang adanya interaksi antara antigen- antibodi yang mempunyai sensitivitas tinggi. Antigen dalam penelitian ini adalah fraksi protein sarkoplasma dan miofibril udang jerbung, ikan tongkol dan kerang hijau yang diduga sebagai alergen. Antibodi yang digunakan adalah IgE dari 20 serum manusia yang mempunyai riwayat alergi pangan yang berbeda-beda. Teknik ELISA yang digunakan yaitu ELISA tidak langsung, yaitu antigen terikat pada lempeng mikrotiter. Konsentrasi antigen yang dipilih adalah 10 µgwell. Konsentrasi ini diduga sebagai konsentrasi optimal sehingga semua tempat pengikatan ditempel oleh antigen, sehingga semua tempat pengikatan ditempeli dan tersedia sebanyak mungkin tempat reseptor antibodi. Malcolm 1995 menyatakan konsentrasi optimum antigen untuk pelapisan adalah 1 – 10 µgwell. Konsentrasi yang terlalu tinggi akan menyebabkan meningkatnya laju antigen yang terlepas sehingga mengurangi sensitivitas. Selain terjadi pelepasan, kerapatan pengikatan akan dapat merubah konfirmasi antigen sehingga interaksi yang terjadi tidak stabil dan dapat terlepas selama pengujian. Protein sampel yang bertindak sebagai antigen akan terikat dalam lempeng mikrotiter, namun masi menyisakan ruang-ruang kosong. Adanya ruang kosong ini dapat membuat reaksi non spesifik yang dapat mengganggu pengukuran. Untuk mencegah hal tersebut terjadi perlu dilakukan pemblokan ruang-ruang kosong dengan BSA albumin serum sapi dalam PBS. BSA merupakan protein