terhenti. Fase ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan terutama sinar matahari, kelembaban tanah, aerasi, ketersediaan hara nitrogen dan faktor inheren genetik
tebu. Fase pemasakan tebu secara visual ditandai dengan pertumbuhan tajuk
berwarna kekuningan dan pada kondisi tertentu ditandai dengan keluarnya bunga. Pada fase pertumbuhan, tebu membutuhkan jumlah air yang cukup banyak tetapi
pada fase pemasakan ini, curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan rendemen yang rendah Sudiatso, 1982.
2.2. Tebu Transgenik
Tebu transgenik merupakan salah satu contoh tanaman hasil rekayasa genetika. Tanaman hasil rekayasa genetika adalah tanaman yang dihasilkan
melalui transformasi gen dari makhluk hidup lain dengan tujuan menghasilkan tanaman baru dengan sifat yang lebih unggul dari tanaman lainnya. Gen fitase
yang telah disisipkan diharapkan mampu meningkatkan ketersediaan fosfor dalam tanaman dengan cara mengubah asam fitat bentuk P-organik yang sulit
digunakan oleh tanaman dalam jaringan menjadi P tersedia bagi tanaman Susiyanti et al., 2007.
Tebu sudah memiliki enzim fitase alami walaupun dalam jumlah yang kecil Nurhasanah, 2007. Penyisipan gen fitase akan dapat meningkatkan
aktifitas enzim fitase tersebut. Gen fitase dapat menghasilkan enzim yang dapat mengubah senyawa fitat yaitu senyawa organik menjadi fosfat di dalam sel
tanaman Zul, 2006. Kadar P yang tinggi akan: 1 meningkatkan pembentukan
bunga, buah dan biji, 2 mempengaruhi perkembangan sel, 3 mengimbangi pengaruh N, 4 ketahanan terhadap penyakit meningkat, 5 meningkatkan
kualitas produksi tanaman, 6 membuat tanaman tidak mudah rebah dan mempengaruhi pertumbuhan akar halus. Lambers et al. 2006 juga mengatakan
meningkatnya kadar P akan berpengaruh terhadap perkembangan akar dan meningkatnya interaksi akar dengan fungi mikoriza.
2.3. Fosfor
Menurut Havlin et al. 1999, fosfor di dalam tanah dibedakan menjadi P- organik dan P-anorganik. P-organik terdapat sekitar 50 dari total larutan tanah
dan bervariasi antara 18-35 pada jenis tanah yang lainnya. P-anorganik biasanya tidak tersedia dalam tanah begitu juga unsur P pada umumnya. Di dalam tanah,
terjadi pengikatan ion fosfat oleh Al, Fe, dan Ca pada tanah masam sehingga pemupukan menjadi tidak efisien Sanchez, 1992. Fosfor pada umumnya diambil
oleh tanaman dalam bentuk H
2
PO
4 -
. Elemen ini diperlukan sekali untuk pembentukan fospolipid dan nukleoprotein. Ada pengaruh timbal balik antara
pengambilan fosfor dengan nitrogen. Jika fosfat yang tersedia dalam tanah tidak cukup banyak maka nitrogen akan berkurang. Selain itu air merupakan hal penting
dalam penyerapan fosfor dalam tanah. Ini menunjukkan bahwa ketergantungan tanaman pada air untuk dapat melakukan difusi fosfor pada permukaan partikel
tanah ke dalam dan melalui lapisan tipis air ke akar tanaman Dwijoseputro, 1980.
Menurut Nyakpa et al. 1988 pergerakan ion fosfat umumnya terjadi melaui proses difusi, tetapi jika kandungan larutan P tanah lebih tinggi maka
pergerakan ion fosfat akan terjadi melalui proses aliran massa. Kekurangan fosfor pada tanaman tebu dapat menyebabkan tanaman tidak mampu menyerap unsur
hara yang lainnya. Dalam pemupukan tanaman, biasanya pemupukan P ditentukan dari sifat pupuk, sifat tanah dan reaksi antara P pupuk dengan tanah. Semuanya
akan menentukan P yang dapat diambil oleh tanaman. Peranan P dalam tanah terhadap tanaman adalah untuk pertumbuhan sel, pembentukan sel akar, membuat
agar tanaman tidak mudah rebah, memperbaiki kualitas tanaman, membantu pembentukan bunga, buah dan biji.
Dalam pemupukan P, ada beberapa faktor yang mempengaruhi efisiensi pemupukan. Menurut Leiwakabessy et al. 2004, faktor-faktor tersebut adalah:
1 pH tanah dan struktur tanah, 2 bentuk senyawa P, 3 waktu dan cara pemupukan, 4 dosis P, 5 kehilangan P melalui pencucian dan 6 pemberian P
melalui daun. Pemberian P melalui daun peranannya sangat kecil terhadap efisiensi pemupukan yang diperoleh. Faktor-faktor inilah yang harus diperhatikan
agar terciptanya efisiensi pemupukan.
2.4. Nitrogen