Teknik Analisis Sampel Penelitian

38 Tingkat reliabilitas suatu konstruk dapat dilihat dari hasil uji statistik dan Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0.60 Nunally dalam Imam Ghozali, 2001.

3.10 Teknik Analisis

1. Uji Asumsi klasik Uji asumsi klasik dapat dilakukan agar model regresi yang digunakan dapat memberikan hasil yang representatif. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen dan tidak orthogonal atau nilai korelasi antarsesama variabel independen sama dengan nol. Dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan Variante Inflation Factor VIF, nilai tolerance yang besarnya di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10 menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas pada variabel independennya Imam Ghozali, 2001 . 3. Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Kita dapat melihatnya dari grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Dasar membentuk pola tertentu atau teratur maka mengidentifikasi telah terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya apabila 39 titik-titik yang ada menyebar di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas Imam Ghozali, 2001.

4. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Kita dapat melihatnya dari normal probability plot yang membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data yang akan dibandingkan dengan garis diagonalnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonalnya dan mengikuti arah garis diagonalnya grafik histogram maka menunjukkan pola distribusi normal. Apabila data jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonalnya grafik histogram maka menunjukkan pola distribusi tidak normal Imam Ghozali, 2001. 5. Uji t Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikasi dari pengaruh variable independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap dependen yang lain konstan. Signifikansi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai t tabel dengan nilai t hitung. Apabila nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen, sebaliknya jika nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel maka variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. Dengan kriteria pengujian : t h t tabel berarti Ho ditolak dan menerima H 1 40 t h t tabel berarti Ho diterima dan menolak H 1 Uji t juga bisa dilihat pada tingkat signifinasinya : Jika tingkat signifikasi 0.05 maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Jika tingkat signifikasi 0.05 maka Ho diterima dan H 1 ditolak. 6. Analisis Regresi Berganda adalah suatu metode analisa yang digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dari pengaruh yang terjadi antara variable independen X terhadap variabel dependen Y. Formula untuk regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Dimana : Y : Konsumen Memilih Jasa Angkutan Kereta Api variabel dependen X1 : Variabel Pendapatan Penumpang variabel independen X2 : Variabel Lokasi Stasiun variabel independen X3 : Variabel Harga Tiket Kereta Api variabel independen X4 : Variabel Kualitas Pelayanan variabel independen X5 : Variabel Ketepatan Waktu variable independen A : Konstanta. b1 : Koefisien regresi variable Pendapatan Penumpang b2 : Koefisien regresi variable Lokasi Stasiun b3 : Koefisien regresi variable Tiket Kereta Api b4 : Koefisien regresi variable Kualitas Pelayanan b5 : Koefisien regresi variable Ketepatan Waktu 7. Koefisien determinasi R 2 dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisa regresi, hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi R 2 antara 0 nol sampai dengan 1 satu. Jika koefisien determinasi nol berarti variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Karena variabel independen pada penelitian ini lebih dari 2, maka koefisien determinasi 41 yang digunakan adalah Adjusted R Square Imam Ghozali, 2001. Dari koefisien determinasi R 2 ini dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam persentase. 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari 80 responden akan diolah dan hasil yang didapatkan akan di bahas pada bab ini, yang meliputi karakteristik penumpang atau responden, perilaku pengguna kereta api, penilaian yang diberikan responden untuk pelayanan yang diberikan jasa angkuta kereta api, dan bagaimana uji validitas dan reabilitas dari angket yang sudah didapat, serta akan dilihat apa yang menjadi faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen memilih jasa angkutan kereta api Medan – Kualanamu dari variabel yang telah di tentukan.

4.1 Gambaran Umum

Kereta api adalah transportasi darat dengan multi keunggulan komparatif karena hemat lahan dan energi, rendah polusi karena bersifat masal. Sebagai perusahaan yang mengelola perkeretaapian di Indonesia, PT. Kereta Api Indonesia Persero telah banyak mengoperasikan kereta api penumpangnya, baik Kereta Api Utama Komersil dan Non Komersil yang mana salah satunya adalah PT Railink. Perpindahan bandara Polonia ke Kulanamu harus dilengkapi dengan adanya alat transportasi yang mendukung keberadaan bandara yang baru maka pemerintah menyediakan jasa layanan kereta api bandara yang dijadikan salah satu akses utama untuk mencapai bandara. Dalam penyelanggaraan layanan kereta api ini pemerintah melibatkan dua badan usaha milik Negara BUMN yaitu PT. kereta api Indonesia PT.KAI dan P.T Angkasa Pura II PT.AP II kerja sama ini membentuk sebuah usaha patungan yang bernama PT.Railink. 43 PT Railink telah mengembangkan sistem layanan terpadu dalam pengelolaan dua stasiun yang meng-hubungkan rute Medan – Kuala Namu ini. Dua stasiun tersebut adalah City Railway Station di pusat kota Medan dan Airport Railway Station di Bandara Kuala Namu. Masing-masing stasiun ini telah dibangun untuk melayani penumpang dengan berbagai fasilitas pendukung yang modern serta dikelola oleh sumber daya manusia yang cakap dan terampil. PT railink berusaha untuk dapat menghadirkan layanan yang akan menjadi pengalaman yang menyenangkan baik sebagai pembuka maupun penutup perjalanan para penumpang KA Bandara. Stasiun City Railway Station CRS berdiri diatas luas 70.004m 2 . Sementara stasiun Kereta Bandara Kuala Namu berdiri di daerah terdepan bangunan Bandara International Kuala Namu dengan luas keseluruhan sekitar 10.000m 2 . stasiun KA Bandara terhubung dengan bangunan inti bandara oleh 2 travellator di lantai 2 yang akan memudahkan akses para penumpang. Bangunan stasiun kereta bandara Kuala Namu terdiri dari 2 lantai, dimana lantai 1 untuk kedatangan dan keberangkatan menuju stasiun Medan, sedangkan lantai 2 merupakan akses menuju area check-in bandara. Bangunan stasiun di desain cukup baik dan sangat mendukung dalam kemudahan penumpang untuk sampai di stasiun ini dapat dilihat dengan adanya jalur yang disediakan untuk kendaraan penumpang sampai di lantai 2 dan langsung di sambut oleh petugas kereta. Para penumpang, pengantar atau penjemput, akan mendapatkan tempat yang aman, sejuk dan nyaman saat menunggu KA Bandara, baik di Stasiun KA 44 Bandara Medan maupun di Stasiun KA Bandara Kualanamu. Sejumlah fasilitas tersedia lengkap, mulai dari fasilitas umum seperti toilet, musholla, serta ruang menyusui nursery room yang selalu dalam kondisi yang bersih dan nyaman, hingga jaringan internet nirkabel wi-fi gratis. Untuk kebutuhan lain, telah disiapkan pula toko-toko retail, galeri ATM, money changer, hingga resto-café bertaraf internasional.

4.2 Karakteristik Penumpang Pengguna Jasa Angkutan Kereta Api Medan – Kuala Namu

4.2.1 Karakteristik Konsumen dalam Tahapan Proses Membeli