Populasi Karakteristik Konsumen dalam Tahapan Proses Membeli

35

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian

3.6.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti, karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian Agusty Tae Ferdinand, 2006:223. Populasi penelitian ini adalah pengguna jasa kereta api bandara Medan – Kualanamu.

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin meneliti seluruh anggota populasi, oleh karena itu harus membentuk sebuah perwakilan populasi yang disebut sampel Agusty Tae Ferdinand, 2006. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagaian dari pengguna jasa kereta api bandara dengan tujuan dari Medan – Kualanamu. Mengingat populasi tidak dapat ditentukan secara tepat maka untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus sebagai berikut: Sugiyono,1999;67 � = � a2 2 � Dimana: n : Jumlah sampel za2 : ukuran standar daftar luas normal standar bagaimana tingkat kepercayaan a 95 maka za2 adalah 1,96 e : Tingkat kelipatan yang digunakan mengemukakan besarnya error maksimum 20 36 Berdasarkan rumus diatas dengan e = 2,5 maka peneliti menentukan jumlah sampel yang digunakan yaitu dengan memberikan angket kepada 80 responden.

3.7 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Dengan sumber data yang diperoleh melalui penyebaran kuesioner dengan jumlah responden yaitu penumpang Kereta Api Bandara Medan - Kualanamu sebanyak 80 orang.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian lapangan field research yaitu dengan menyebarkan angket yang sifatnya tertutup kepada penumpang jasa angkutan Kereta Api Medan – Kualanamu dan metode kepustakaan library research yang berasal berbagai sumber penelitian terdahulu berupa jurnal-jurnal, skripsi penelitian sebelumnya, dan berbagai buku yang berkaitan dengan judul penelitian ini. 3.9 Uji Validitas dan Reabilitas Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkap sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut Imam Ghozali, 2002. Dalam uji validitas dapat digunakan SPSS Statistical Product and Service Solutions 17.0 dan dapat pula digunakan rumus teknik korelasi product moment Umar, 2003; 84 : 37 � = � ∑� − ∑�∑� √�∑X 2 − ∑X 2 �∑Y 2 − ∑Y 2 dimana : r = koefisien korelasi n = jumlah obsevasiresponden X = skor pertanyaan Y = skor total Uji validitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antara skor masing - masing item dalam kuesioner dengan total skor yang ingin diukur yaitu menggunakan Coefficient Corelation Pearson dalam SPSS. Jika nilai signifikansi P Value 0,05 maka tidak terjadi hubungan yang signifikan. Sedangkan apabila nilai signifikansi P Value 0,05 maka terjadi hubungan yang signifikan. Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu Imam Ghozali, 2002. Selain menggunakan dengan bantuan SPSS uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menngunakan koefisien alpha α dari cronbach Umar, 2003 : 96 : � = � � �−1 � �1 − ∑ � � 2 � � 2 � dan � = ∑X 2∑X2 n � dimana : r 11 = reliabilitas instrumen k = banyak butir pertanyaan ∑ � � 2 = jumlah varian butir � � 2 = varian total n = jumlah responden X = nilai skor yang dipilih 38 Tingkat reliabilitas suatu konstruk dapat dilihat dari hasil uji statistik dan Cronbach Alpha. Suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha 0.60 Nunally dalam Imam Ghozali, 2001.

3.10 Teknik Analisis

1. Uji Asumsi klasik Uji asumsi klasik dapat dilakukan agar model regresi yang digunakan dapat memberikan hasil yang representatif. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antarvariabel bebas. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen dan tidak orthogonal atau nilai korelasi antarsesama variabel independen sama dengan nol. Dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan Variante Inflation Factor VIF, nilai tolerance yang besarnya di atas 0,1 dan nilai VIF di bawah 10 menunjukkan bahwa tidak ada multikolinearitas pada variabel independennya Imam Ghozali, 2001 . 3. Uji Heteroskedastisitas Uji ini dilakukan untuk menganalisis apakah dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Kita dapat melihatnya dari grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya. Dasar membentuk pola tertentu atau teratur maka mengidentifikasi telah terjadi heterokedastisitas. Sebaliknya apabila 39 titik-titik yang ada menyebar di atas dan di bawah angka 0 sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas Imam Ghozali, 2001.

4. Uji Normalitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable dependen dan variabel independen mempunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Kita dapat melihatnya dari normal probability plot yang membentuk suatu garis lurus diagonal, dan ploting data yang akan dibandingkan dengan garis diagonalnya. Jika data menyebar disekitar garis diagonalnya dan mengikuti arah garis diagonalnya grafik histogram maka menunjukkan pola distribusi normal. Apabila data jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonalnya grafik histogram maka menunjukkan pola distribusi tidak normal Imam Ghozali, 2001. 5. Uji t Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui signifikasi dari pengaruh variable independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap dependen yang lain konstan. Signifikansi pengaruh tersebut dapat diestimasi dengan membandingkan antara nilai t tabel dengan nilai t hitung. Apabila nilai t hitung lebih besar daripada t tabel maka variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen, sebaliknya jika nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel maka variabel independen secara individual tidak mempengaruhi variabel dependen. Dengan kriteria pengujian : t h t tabel berarti Ho ditolak dan menerima H 1 40 t h t tabel berarti Ho diterima dan menolak H 1 Uji t juga bisa dilihat pada tingkat signifinasinya : Jika tingkat signifikasi 0.05 maka Ho ditolak dan H 1 diterima. Jika tingkat signifikasi 0.05 maka Ho diterima dan H 1 ditolak. 6. Analisis Regresi Berganda adalah suatu metode analisa yang digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dari pengaruh yang terjadi antara variable independen X terhadap variabel dependen Y. Formula untuk regresi berganda sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + e Dimana : Y : Konsumen Memilih Jasa Angkutan Kereta Api variabel dependen X1 : Variabel Pendapatan Penumpang variabel independen X2 : Variabel Lokasi Stasiun variabel independen X3 : Variabel Harga Tiket Kereta Api variabel independen X4 : Variabel Kualitas Pelayanan variabel independen X5 : Variabel Ketepatan Waktu variable independen A : Konstanta. b1 : Koefisien regresi variable Pendapatan Penumpang b2 : Koefisien regresi variable Lokasi Stasiun b3 : Koefisien regresi variable Tiket Kereta Api b4 : Koefisien regresi variable Kualitas Pelayanan b5 : Koefisien regresi variable Ketepatan Waktu 7. Koefisien determinasi R 2 dimaksudkan untuk mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisa regresi, hal ini ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi R 2 antara 0 nol sampai dengan 1 satu. Jika koefisien determinasi nol berarti variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Apabila koefisien determinasi semakin mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Karena variabel independen pada penelitian ini lebih dari 2, maka koefisien determinasi 41 yang digunakan adalah Adjusted R Square Imam Ghozali, 2001. Dari koefisien determinasi R 2 ini dapat diperoleh suatu nilai untuk mengukur besarnya sumbangan dari beberapa variabel X terhadap variasi naik turunnya variabel Y yang biasanya dinyatakan dalam persentase. 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Data yang diperoleh dari 80 responden akan diolah dan hasil yang didapatkan akan di bahas pada bab ini, yang meliputi karakteristik penumpang atau responden, perilaku pengguna kereta api, penilaian yang diberikan responden untuk pelayanan yang diberikan jasa angkuta kereta api, dan bagaimana uji validitas dan reabilitas dari angket yang sudah didapat, serta akan dilihat apa yang menjadi faktor – faktor yang mempengaruhi konsumen memilih jasa angkutan kereta api Medan – Kualanamu dari variabel yang telah di tentukan.

4.1 Gambaran Umum

Kereta api adalah transportasi darat dengan multi keunggulan komparatif karena hemat lahan dan energi, rendah polusi karena bersifat masal. Sebagai perusahaan yang mengelola perkeretaapian di Indonesia, PT. Kereta Api Indonesia Persero telah banyak mengoperasikan kereta api penumpangnya, baik Kereta Api Utama Komersil dan Non Komersil yang mana salah satunya adalah PT Railink. Perpindahan bandara Polonia ke Kulanamu harus dilengkapi dengan adanya alat transportasi yang mendukung keberadaan bandara yang baru maka pemerintah menyediakan jasa layanan kereta api bandara yang dijadikan salah satu akses utama untuk mencapai bandara. Dalam penyelanggaraan layanan kereta api ini pemerintah melibatkan dua badan usaha milik Negara BUMN yaitu PT. kereta api Indonesia PT.KAI dan P.T Angkasa Pura II PT.AP II kerja sama ini membentuk sebuah usaha patungan yang bernama PT.Railink. 43 PT Railink telah mengembangkan sistem layanan terpadu dalam pengelolaan dua stasiun yang meng-hubungkan rute Medan – Kuala Namu ini. Dua stasiun tersebut adalah City Railway Station di pusat kota Medan dan Airport Railway Station di Bandara Kuala Namu. Masing-masing stasiun ini telah dibangun untuk melayani penumpang dengan berbagai fasilitas pendukung yang modern serta dikelola oleh sumber daya manusia yang cakap dan terampil. PT railink berusaha untuk dapat menghadirkan layanan yang akan menjadi pengalaman yang menyenangkan baik sebagai pembuka maupun penutup perjalanan para penumpang KA Bandara. Stasiun City Railway Station CRS berdiri diatas luas 70.004m 2 . Sementara stasiun Kereta Bandara Kuala Namu berdiri di daerah terdepan bangunan Bandara International Kuala Namu dengan luas keseluruhan sekitar 10.000m 2 . stasiun KA Bandara terhubung dengan bangunan inti bandara oleh 2 travellator di lantai 2 yang akan memudahkan akses para penumpang. Bangunan stasiun kereta bandara Kuala Namu terdiri dari 2 lantai, dimana lantai 1 untuk kedatangan dan keberangkatan menuju stasiun Medan, sedangkan lantai 2 merupakan akses menuju area check-in bandara. Bangunan stasiun di desain cukup baik dan sangat mendukung dalam kemudahan penumpang untuk sampai di stasiun ini dapat dilihat dengan adanya jalur yang disediakan untuk kendaraan penumpang sampai di lantai 2 dan langsung di sambut oleh petugas kereta. Para penumpang, pengantar atau penjemput, akan mendapatkan tempat yang aman, sejuk dan nyaman saat menunggu KA Bandara, baik di Stasiun KA 44 Bandara Medan maupun di Stasiun KA Bandara Kualanamu. Sejumlah fasilitas tersedia lengkap, mulai dari fasilitas umum seperti toilet, musholla, serta ruang menyusui nursery room yang selalu dalam kondisi yang bersih dan nyaman, hingga jaringan internet nirkabel wi-fi gratis. Untuk kebutuhan lain, telah disiapkan pula toko-toko retail, galeri ATM, money changer, hingga resto-café bertaraf internasional.

4.2 Karakteristik Penumpang Pengguna Jasa Angkutan Kereta Api Medan – Kuala Namu

4.2.1 Karakteristik Konsumen dalam Tahapan Proses Membeli

Pemerintah telah menyediakan berbagai macam jasa transportasi umum sebagai pemenuh kebutuhan masyarakat yaitu jasa transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara. Salah satu tugas pemerintah adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat public service dalam hal pengadaan alat transportasi. Diharapkan perlunya kesadaran konsumen terhadap kebutuhan transportasi, pada gilirannya menimbulkan harapan ekspetasi dalam keinginannya berkaitan dengan kualitas jasa yang semestinya diterima berbanding dengan nilai harga yang dikeluarkannya. Untuk melakukan segmentasi dan komunikasi yang efektif dengan konsumen, pemasar harus mempertimbangkan dan memahami variabel-variabel yang dapat memengaruhi keputusan konsumen. Pemahaman mengenai perilaku konsumen adalah kunci kesuksesan utama bagi pemasar. Ada beberapa alasan pentingnya dilakukan studi perilaku konsumen, salah satunya adalah pencapaian tujuan bisnis dilakukan melalui penciptaan konsumen, dimana konsumen merupakan fokus setiap bisnis. Dalam 45 hal ini, perusahaan perlu mengetahui keinginan pembeli akan tata cara pembayaran dalam proses penjualan. Seperti yang terlihat pada bagan dibawah ini: Sumber : Kotler 2005:224 Gambar 4.1 Model Lima Tahapan Proses Membeli Model lima tahapan proses membeli tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : a. Pengenalan masalah, yaitu proses kebutuhan akan dimulai dari kebutuhan yang timbul dari dalam diri konsumen yang kemudian membentuk persepsi dari konsumen, dorongan tersebut juga berasal dari luar; b. Pencarian informasi, yaitu pada saat kebutuhan dari seseorang timbul, seseorang itu akan memperhatikan setiap informasi dari iklan di televisi, radio, surat kabar dan media periklanan lainnya; c. Evaluasi alternatif, yaitu setelah konsumen memperoleh informasi yang berkaitan dengan kebutuhannya itu, maka proses selanjutnya adalah evaluasi terhadap merek. Kemudian merek-merek itu akan dibandingkan dengan merek lain produk sejenis, yang pada akhirnya menimbulkan sikap suka sampai tidak suka terhadap merek yang bersangkutan; d. Keputusan membeli, yaitu setelah melakukan evaluasi terhadap alternatif - alternatif merek, maka akan timbul niat untuk membeli satu merek tertentu; e. Perilaku setelah membeli, yaitu produk atau merek yang telah dibeli oleh konsumen akan dievaluasi kembali. Berdasarkan proses tersebut, Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Membeli Perilaku Setelah Membeli 46 konsumen akan merasa puas bahkan tidak puas terhadap merek yang telah dibelinya.

4.2.2 Karakteristik Responden