Diagnosis Diabetes Mellitus BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Diabetes Mellitus

melakukan tes toleransi glukosa. Pada hiperglikemia yang lebih berat pasien tersebut mungkin menderita polidipsi, poliuria, lemah dan somnolen. Biasanya mereka tidak mengalami ketoasidosis karena pasien tidak defisiensi insulin secara absolut namun hanya relatif. 14

2.4. Diagnosis Diabetes Mellitus

Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Penggunaan bahan darah utuh wholeblood, vena, ataupun angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan gluko meter. 6 Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara: a. Jika keluhan klasik ditemukan poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mgdL 11,1 mmolL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. b. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mgdL 7,0 mmolL dengan adanya keluhan klasik. Puasa diartikan pasien tak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam. Universitas Sumatera Utara c. Tes toleransi glukosa oral TTGO dengan kadar gula plasma 2 jam pada TTGO 200 mgdL 11,1 mmolL. TTGO yang dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 g glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. 6 Pemeriksaan kadar HbA1c ≥ 6,5 oleh ADA 2011 sudah dimasukkan menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada sarana laboratorium yang telah terstandardisasi dengan baik. 6 Kadar HbA1C normal pada bukan penyandang DM antara 4 sampai dengan 6. Pemeriksaan hemoglobin terglikasi HbA1C, disebut juga glycohemoglobin atau disingkat sebagai A1C, merupakan salah satu pemeriksaan darah yang penting untuk mengevaluasi pengendalian gula darah. 19 HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin bagian dari sel darah merah. 20 Ketika gula darah tidak terkontrol yang berarti kadar gula darah tinggi maka gula darah akan berikatan dengan hemoglobin terglikasi. Oleh karena itu, rata-rata kadar gula darah dapat ditentukan dengan cara mengukur kadar HbA1C. Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar HbA1C akan tinggi pula. Ikatan HbA1C yang terbentuk bersifat stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan sesuai dengan usia sel darah merah. Kadar HbA1C akan mencerminkan rata-rata kadar gula darah dalam jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. 19 Universitas Sumatera Utara

2.5. Epidemiologi Diabetes Mellitus